Anda di halaman 1dari 23

Kebijakan pembangunan nasional

Dalam rangka
penguatan moderasi berAGAMA

Amich Alhumami, Ph.D.


Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan
Kementerian PPN/Bappenas

Jakarta, 4 Februari 2023


Agama, Pembangunan,
dan Moderasi Beragama
Indonesia dalam Bingkai Kemajemukan

Indonesia adalah negara majemuk: multi-etnis


dan multi-agama

Konfigurasi masyarakat
Indonesia yang majemuk
merupakan modal dasar
yang sangat penting untuk Sumber: https://www.behance.net

membangun negara-bangsa
yang unggul, maju, modern,
sejahtera, berkarakter kuat,
dan bermartabat.
https://jatengprov.go.id/ https://sulsel.fajar.co.id/ https://liputan4.com/
Agama untuk Kebaikan Bersama
Setiap agama memiliki nilai-nilai utama dan mengandung ajaran mulia
untuk kemanusiaan. Para penganut agama didorong untuk selalu
berpartisipasi dan berkontribusi dalam kehidupan masyarakat, yang
berorientasi pada kebaikan bersama (The Common Good). KEBAIKAN BERSAMA

Menghorma
Harga Diri & ti
Kebaikan Bersama (Bonum Commune) M tabat M
ar anusia Kehidupan

Kepribadian
Manusia
Kondisi sosial yang memungkinkan semua orang dalam Harkat
an
Pekerjaan Kesetara
suatu komunitas untuk mencapai potensi penuh,
kesempurnaan, sehingga dapat menjalankan panggilan
hidup untuk berkhidmat bagi kemanusiaan. Pelayanan, Hubungan Sosial Rekonsiliasi
Meski dengan cara berbeda, atas dasar saling percaya Bantuan

dan menjaga kepercayaan publik, setiap orang dan


kelompok masyarakat dapat berkontribusi Solidaritas
Partisipasi
mewujudkan kebaikan bersama merujuk civic virtues
Penatalayanan/
dan civic moralities yang hidup dan menjadi keyakinan Pengkhidmatan
di dalam komunitas.

Memastikan semua orang berpartisipasi


dan tidak ada yang tertinggal
Sumber: https://togetherforthecommongood.co.uk/about/common-good-thinking
Agama dan Pembangunan (1)

Agama sebagai landasan spiritual Agama menjadi sumber nilai, basis


dan moral untuk membangun etika dan moralitas untuk memandu
masyarakat dan bangsa yang bangsa dalam membangun tatanan
berkeadaban. AGAMA: kehidupan yang damai, adil, dan
Kekuatan maslahat.
Penggerak
PEMBANGUNAN

Agama menjadi sumber inspirasi Agama menjadi kekuatan


dan panduan dalam membangun pendorong dan energi penggerak
harmoni sosial dalam kehidupan merealisasikan program
masyarakat yang majemuk dan pembangunan untuk kesejahteraan
memperkuat integrasi nasional. masyarakat.

Keragaman agama merupakan khazanah bangsa, potensi, modal sosial, yang


dapat menjadi energi positif dan kekuatan kolektif, untuk bergerak
menghadapi tantangan perkembangan dan kemajuan zaman.
Agama dan Pembangunan (2)

(1) MISI PRO FETIK


MEWUJUDKAN
KEMASLAHATAN

(6) KEKUATAN
PENCERAH ISU-ISU (2) ETIKA KERJA, ET O S
PEMBANGUNAN: MAJU, PENCAPAIAN
e.g. Keadilan, Pemerataan, (PRESTASI)
Pelestarian Lingkungan

Meningkatkan
kualitas kehidupan
beragama
merupakan agenda (5) B A S IS TEO LO G IS
PENGELOLAAN
(3) KEKUATAN
TRA N SFO RM A S I
penting & strategis SU M BER D A YA
PEMBANGUNAN
S O S IA L

dalam
pembangunan (4) KEKUATAN
PEREKAT UNTUK
nasional. M O BIL IS A SI M O D A L
SOSIAL-BUDAYA
Basis Moderasi Beragama
Integrasi Ilmu, Spiritualitas & Kearifan Lokal

Integrasi Ilmu (e.g. kajian


agama, sejarah, sosiologi, Penguatan spritualitas 2
antropologi, psikologi), menjadi bentuk
menjadi pilar penting pengamalan pesan-
4 Elemen Moderasi Beragama penguatan cara pandang, pesan profetik ajaran
sikap, dan praktik beragama agama; mengukuhkan
wasathiyah; mengukuhkan relasi harmonis antara
fondasi ilmu pengetahuan manusia dan Tuhan
yang terintegrasi dengan Spiritualitas (kesalehan individu),
ajaran agama untuk
kemaslahatan umum, sesama manusia
berorientasi pada kebaikan (kesalehan sosial), serta
bersama (the common good). manusia dan alam
(preservasi- konservasi
Komitmen Toleransi dan Integrasi Ilmu ekologis).
Kebangsaan Kerukunan

Kearifan Lokal
Anti Kekejaman Penerimaan
dan Cinta Tradisi dan Penghargaan kearifan lokal menjadi bentuk pengejawantahan cara pandang,
sikap, dan praktik beragama wasathiyah yang bermanfaat dalam membangun
Perdamaian Budaya Lokal harmoni dalam relasi antarwarga masyarakat; mengukuhkan revitalisasi dan
aktualisasi nilai budaya dan local genius sebagai modal dasar pembangunan
sekaligus penguat rasa kebangsaan dan keberagamaan yang moderat dan inklusif.
KAJIAN PENDAHULUAN
RPJPN 2025-2045 BIDANG AGAMA
Isu Strategis Bidang Agama
Belum Optimalnya Peran Agama dalam Belum Optimalnya Literasi Keagamaan yang
Pembangunan Sahih dan Moderat
§ Masih kurangnya pemahaman ajaran agama substansial yang terejawantah dalam
§ Belum optimalnya peran agama dalam merealisasikan agenda strategis pembangunan untuk
mewujudkan pesan-pesan profetik (ajaran) agama;
01 02 kesalehan ritual dan kesalehan sosial;
§ Maraknya hoaks dan ujaran kebencian bernuansa agama serta penistaan agama, yang
§ Agama belum menjadi arus utama dalam pembangunan untuk mewujudkan kemaslahatan
mengganggu ketenteraman dalam kehidupan beragama;
publik, kebajikan umum, dan kebaikan bersama; dan
§ Berkembangnya pemikiran, pandangan, dan sikap keagamaan non-moderat yang
§ Belum optimalnya layanan keagamaan untuk menjamin pemenuhan hak umat beragama
dalam menjalankan keyakinan agama. kurang menghargai perbedaan dan keberagaman; dan
§ Belum optimalnya pendidikan agama yang mengajarkan keluasan cara pandang dan
praktik beragama yang moderat, dengan pendekatan pembelajaran yang inklusif.
Belum Optimalnya Mobilisasi dan Pemanfaatan Dana Sosial
Belum kokohnya Kerukunan Antar dan
Keagamaan (e.g. ZIS, Dana Puniyah, Dana Paramitha) untuk
Intra Umat Agama
Pemberdayaan Sosial-Ekonomi Umat
§ Belum optimalnya pemanfaatan dana sosial-keagamaan secara produktif untuk
03 04 § Kurang intensifnya dialog keagamaan melalui ruang publik bina damai antarumat
beragama dan intra pemeluk agama, untuk memperkuat kerukunan & meningkatkan
kesejahteraan umat, sebagai manifestasi Indonesia Negara Paling Derwawan di
harmoni sosial;
dunia (CAF, World Giving Index 2018-2022);
§ Belum kuatnya jaminan pemenuhan dan pelindungan hak beragama dan
§ Besarnya potensi zakat yang mencapai Rp327,6T (2020), namun perlu optimalisasi
berkeyakinan; dan
pengumpulan dan pengelolaannya untuk kegiatan produktif melalui program sosial-
ekonomi (Baznas. Outlook Zakat Indonesia 2022); dan § Meskipun Kerukunan Umat Beragama berada pada kategori tinggi (IKUB: 72,39
§ Gerakan filantropi keagamaan yang masif dan meluas perlu pengorganisasian yang efektif, [2021]), namun masih ditemui sikap intoleransi pada sebagian kelompok
disertai transparansi dan akuntabilitas publik. masyarakat.
Relasi antara Agama dan Budaya belum
Bergesernya Otoritas Keagamaan yang Memunculkan Paham 05 selaras dan harmonis
Agama yang Eksklusif, Non-Moderat yang Memicu Komodifikasi
Agama dan Populisme Beragama 06 § Masih kerap terjadi gesekan dalam kehidupan masyarakat berkenaan dengan
§ Terjadinya fragmentasi otoritas keagamaan yang mengentalkan perbedaan mazhab beragama, relasi agama dan budaya, untuk kepentingan purifikasi dalam beragama dan
yang memicu pertentangan dalam kehidupan umat; menjaga konsevativisme paham keagamaan;
§ Belum optimalnya peran organisasi keagamaan dalam mewariskan paham keagamaan yang § Minimnya ruang dialog lintas agama dan budaya untuk membangun saling
inklusif dan moderat, serta menegaskan otoritas keagamaan yang menjadi sumber rujukan pengertain dan kesepahaman, perihal relasi agama dan budaya dalam
dalam praktik beragama;
§ Berkembangnya paham dan aliran agama eksklusif dan non-moderat di luar arus-utama kehidupan masyarakat; dan
paham keagamaan, yang kerap memicu ketegangan dan ketidakharmonisan; dan § Kurangnya pelestarian dan optimalisasi produk budaya berbasis agama untuk
§ Maraknya fenomena populisme beragama yang membuka ruang kemunculan paham menegaskan akar kebudayaan dalam masyarakat religius.
radikalisme dan sikap intoleran, bersamaan dengan menguatnya komodifikasi agama.
BERAGAMA DI ERA DIGITAL: Fragmentasi Otoritas
Keagamaan

4) Tokoh-tokoh baru ini sangat intensif dan agresif dalam


Fragmentasi Otoritas Keagamaan melakukan syiar agama, dan penggunaan aneka platform
teknologi digital membuat daya jangkau audiens menjadi
1) Kemajuan teknologi informasi yang mendominasi ruang sangat luas dan tidak terbatas.
publik menjadi tantangan serius bagi para pemuka & tokoh
agama sebagai pemegang otoritas keagamaan. 5) Kekuatan pengaruh dan daya penetrasi mereka dalam hal
menyebarluaskan paham di luar arus-utama cukup kuat.
2) Kemajuan teknologi digital memungkinkan bagi setiap Karena itu, tokoh-tokoh agama yang menganut dan berpaham
orang untuk belajar agama melalui aneka platform digital moderat semestinya juga melakukan dakwah dengan
dari sumber-sumber yang tidak sepenuhnya otoritatif. menggunakan cara, metode, dan pendekatan baru yang relevan
3) Menggunakan teknologi digital, banyak muncul tokoh dengan aspirasi audiens dan pembelajar pemula tersebut.
agama dan melakukan syiar agama yang berpaham di luar 6) Kontestasi wacana dan pengaruh yang menegaskan otoritas
arus-utama. Mereka justru diminati oleh anak-anak muda keagamaan berpindah dari mimbar konvensional ke
atau kelompok yang sedang belajar agama: pembelajar mimbar digital. Maka, penguasaan aneka platform digital
pemula. menjadi tak terelakkan, untuk membendung aliran deras
konservativisme.
EKSPRESI DAN PRAKSIS BERAGAMA
1) Eksklusivisme Beragama
o Kemunculan gejala eksklusivisme pada sebagian kelompok yang menganut suatu mazhab dalam beragama, dan
menggunakan ruang publik (fisik dan maya) yang memicu polemik, kontroversi, bahkan ketegangan di masyarakat.
o Perkumpulan pengajian penganut suatu mazhab dalam beragama, yang mengidentifikasi diri berbeda secara kategoris
dengan penganut mazhab lain, dan cenderung melakukan klaim kebenaran dan menyalahkan kelompok lain.
o Pemilahan dan pembedaan secara kategoris ini kemudian memicu ketegangan yang menimbulkan hubungan kurang
harmonis di masyarakat, dan terlebih lagi dikaitkan dengan kontestasi politik (berkelindan dengan isu & fenomena
populisme beragama).
o Masing-masing penganut mazhab beragama punya kaitan dengan gerakan-gerakan transnasional berideologi radikal
yang berlawanan dengan ideologi negara Pancasila, yang berpengaruh pada bahkan kemudian mengubah pola relasi
sosial dalam kehidupan masyarakat.

3) Komodifikasi Agama
2) Populisme Beragama o Penguatan gejala penggunaan simbol-simbol
o Gejala populisme beragama bertumpu pada
agama untuk kepentingan komersial,
sentimen identitas terutama untuk berbagai macam
menjadi barang konsumsi dan komoditas
kepentingan e.g. ekonomi, politik, akses ke sumber dalam pasar ekonomi.
daya publik. o Sebagai komoditas & barang konsumsi,
o Elite-elite agama menggunakan isu-isu populis simbol-simbol agama kemudian menjadi
bernuansa agama yang menjadi perhatian “the supermarket of religion” untuk
masyarakat di akar rumput dalam kontestasi politik. perniagaan dan transaksi ekonomi.
o Gejala populisme beragama selalu mengeksploitasi o Pergumulan antara tuntutan beragama
simbol-simbol agama dan mengapitalisasi identitas, dengan pemahaman dan penghayatan
sehingga cenderung bersifat eksklusif. mendalam e.g. substansi, esensi, aktualisasi
o Ekspresi beragama di ruang publik yang bermotif BERAGAMA DI ERA DIGITAL: nilai vs. eksibisi dan demonstrasi aneka
politik menjadi tantangan serius dalam upaya
memperkuat sistem demokrasi modern:
Menimbang Gejala simbol dan atribut agama.
o Gejala komodifikasi agama mengalami
meningkatkan partisipasi, artikulasi & agregasi Eksklusivisme, Populisme, eskalasi dengan memanfaatkan berbagai
kepentingan, dan checks & balances vs. mobilisasi &
politisasi agama.
dan Komodifikasi Agama macam media e.g. cetak, elektronik, digital
sebagai wahana interaksi dan transaksi.
Kerangka Konseptual:
Penyelarasan Relasi Agama dan Budaya

Agama dan Budaya selalu berada dalam relasi yang saling memberi pengaruh, Hubungan agama dan budaya harus diletakkan
penetrasi, dan sinergi-interaksi simbolik. dalam konteks praksis sosial beragama

Sistem Kepercayaan Ruang


Berdimensi Eskatologis Tradisi Organisasi Agama Absorbsi,
Rites of passages Keagamaan dan e.g. MUI, KWI, PGI Adaptasi, dan
AGAMA (Pelembagaan Akulturasi
(ritual, pernikahan, Perilaku Sosial
kematian, merujuk Budaya Urusan Agama)
nilai-nilai sakral)

(Weber 1920; Geertz 1973; Kurtz 1995)

Agama sebagai Budaya dan Praktik


Keagamaan Agama
Sistem Budaya Diarahkan oleh Nilai Budaya
(Teologis-
Moral Ideal dan Tradisi
Budaya mendorong Eskatologis)
Agama memuat doktrin
pengejawantahan konsep
teologis; sistem simbol yang
kosmologi & ketuhanan
memunculkan ide-ide, Pandangan
Hidup melalui ritual
menciptakan perasaan dan
motivasi yang kuat; keberagamaan; membentuk
ETOS sikap akomodatif, adaptif,
mendorong praktik-ritual
menghormati keragaman
(Geertz 1973:26)
(Nurish 2019:166)

12
Penyelarasan Relasi Agama & Budaya di Indonesia

Indonesia memiliki
khazanah budaya
bernafas agama
(e.g. situs keagamaan, Perayaan Sekaten di Surakarta (1920an) Selametan pada kesempatan Mulud di Banten (1920)
perayaan keagamaan Penyelarasan
dan budaya) yang Relasi Agama
dapat memperkuat dan Budaya
toleransi dan
kerukunan umat
beragama.

Tembang Tombo Ati, Sunan Bonang


Walisongo (Sunan Bonang, Sunan Kalijaga) menyampaikan
syiar Islam di masa awal melalui media kesenian yang
disukai masyarakat (wayang, gamelan, etc.).
Wayang kulit selama Sekaten di Yogyakarta (1896)
Sumber foto: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/
TREN GLOBAL
yang Dapat Mempengaruhi Arah Kebijakan

Global Interfaith
Respect for Religious
dialogue for Peaceful Religious Philanthropy
Diversities
World Civilizations

Globalisasi ekonomi, dinamika geopolitik,


Industri halal
kepentingan ekonomi-politik, ketimpangan
memicu komodifikasi
global acapkali memicu gerakan perlawanan
berbasis agama dan etno-nasionalisme. agama.

ICT (Information & Communication Technology) dan AI


(Artificial Intelligence) memudarkan nilai-nilai spiritualitas
dan menggerus kemanusiaan.
Arah Kebijakan

Membangun sistem pendidikan agama dan


pendidikan keagamaan yang integratif, inklusif, dan 1
moderat untuk indonesia damai dan sejahtera.

Mengukuhkan kerukunan umat beragama dan


2 penghayat kepercayaan untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang harmonis.

Membangun kehidupan agama dan budaya yang


inklusif dan moderat untuk Indonesia damai dan 3
sejahtera.

Meningkatkan literasi keagamaan untuk mewujudkan


4 kehidupan keagamaan yang moderat dan menghargai
perbedaan.

Memperkuat peran dan fungsi agama dalam


pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan 5
kemaslahatan publik.

Mengembangkan filantropi keagamaan untuk


6 pemberdayaan umat beragama dan meningkatkan
produktivitas.
Arah Kebijakan
Memperkuat Moderasi Beragama
Tema, Prioritas, Pengarusutamaan, dan Kaidah 17
RPJMN 2020-2024

Tema RPJMN IV 2020-2024 7 Agenda Pembangunan RPJMN IV 2020-2024


(Prioritas Nasional)
“Terwujudnya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”

Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024 1. Memperkuat Ketahanan


Ekonomi untuk
2. Mengembangkan Wilayah
untuk Mengurangi Kesenjangan
3. Meningkatkan SDM
berkualitas dan berdaya
Pertumbuhan yang dan Menjamin Pemerataan saing
Kesetaraan Berkualitas
Gender Transformasi Digital

Pembangunan Modal Sosial Budaya


Berkelanjutan

4. Revolusi Mental 5. Memperkuat Infrastruktur 6. Membangun Lingkunagn


dan Pembangunan Mendukung Pengambangan Hidup, Meningkatkan
Kebudayaan Ekonomi dan Pelayanan Dasar Ketahanan Bencana dan
Perubahan Iklim
Kaidah Pembangunan RPJMN IV 2020-2024

7. Memperkuat Stabilitas
Membangun Menjamin Menjaga Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik
Kemandirian Keadilan Keberlanjutan
9
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PN 4
Revolusi Mental & Pembangunan Kebudayaan
PP 1 PP 2 PP 4
Revolusi Mental dan Meningkatkan Pemajuan PP 3 Meningkatkan Budaya
Pembinaan Ideologi dan Pelestarian Memperkuat Moderasi Literasi, Inovasi dan
Pancasila Kebudayaan Beragama Kreativitas

KP 1. Revolusi mental dalam


sistem pendidikan KP 1. Revitalisasi dan KP 1. Penguatan cara KP 1. Peningkatan Budaya
aktualisasi nilai budaya dan pandang, sikap, dan praktik Literasi
KP 2. Revolusi mental dalam beragama dalam perspektif
tata kelola pemerintahan kearifan lokal
jalan tengah KP 2. Pengembangan,
KP 3. Revolusi mental dalam KP 2. Pengembangan dan pembinaan, dan
sistem sosial untuk memperkuat pemanfaatan kekayaan KP 2. Penguatan harmoni pelindungan Bahasa
ketahanan, kualitas dan peran budaya dan kerukunan umat Indonesia, bahasa dan
keluarga dan masyarakat KP 3. Pelindungan hak beragama aksara daerah, serta sastra
KP 4. Penguatan pusat-pusat kebudayaan dan ekspresi KP 3. Penyelarasan relasi
perubahan gerakan revolusi budaya agama dan budaya KP 3. Pengembangan
mental budaya iptek, inovasi,
KP 4. Pengembangan KP 4. Peningkatan kualitas kreativitas, dan daya cipta
KP 5. Pembangunan dan
pembudayaan sistem ekonomi diplomasi budaya pelayanan kehidupan
kerakyatan berlandaskan beragama KP 4. Penguatan institusi
sosial penggerak literasi
Pancasila KP 5. Pengembangan tata KP 5. Pengembangan dan inovasi
KP 6. Pembinaan ideologi kelola pembangunan ekonomi dan sumber daya
Pancasila, pendidikan kewargaan, kebudayaan keagamaan
wawasan kebangsaan, dan bela
negara
SASARAN/INDIKATOR/TARGET 19
PN 4: Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan

SASARAN INDIKATOR BASELINE 2019 TARGET 2024

Menguatnya revolusi mental dan Indeks Capaian Revolusi Mental 67,0 (2018) 74,3
pembinaan ideologi Pancasila untuk
memantapkan ketahanan budaya. Indeks Aktualiasasi Pancasila n/a 77,0

Meningkatnya pemajuan kebudayaan


untuk meningkatkan peran kebudayaan Indeks Pembangunan Kebudayaan 53,7 (2018) 62,7
dalam pembangunan.

Meningkatnya kualitas kehidupan


Indeks Pembangunan Masyarakat 0,61 (2018) 0,65
masyarakat dan daya rekat sosial.

Menguatnya moderasi beragama untuk


mewujudkan kerukunan umat dan Indeks Kerukunan Umat
73,8 75,8
membangun harmoni sosial dalam Beragama
kehidupan masyarakat.

Indeks Pembangunan Keluarga 53,6 (2018) 61,0


Meningkatnya ketahanan keluarga untuk
memperkukuh karakter bangsa. Median Usia Kawin Pertama Perempuan 21,8 (2017) 22,1

Meningkatnya budaya literasi untuk


mewujudkan masyarakat berpengatahuan, Nilai Budaya Literasi 55,0 (2018) 71,0
inovatif dan kreatif.
PP 3: Memperkuat Moderasi Beragama)
ProPN: pengelolaan rumah ibadah sebagai pusat syiar agama ProPN: Pengembangan penyiaran agama untuk perdamaian dan
KP.1 kemaslahatan umat
yang toleran
ProPN: Penguatan sistem pendidikan yang berperspektif moderat mencakup
ProPN: pemanfaatan ruang publik untuk pertukaran ide dan pengembangan kurikulum, materi dan proses pengajaran, pendidikan guru
gagasan lintas budaya, lintas agama, dan lintas suku bangsa Penguatan Cara dan tenaga kependidikan, dan rekrutmen guru
Pandang, Sikap, dan
ProPN: penguatan peran pesantren dalam mengembangkan
Praktik Beragama moderasi beragama
ProPN: Pemberdayaan dana sosial Jalan Tengah
keagamaan KP.5
KP.2 ProPN: pelindungan umat beragama untuk
ProPN: Pengembangan kelembagaan
menjamin hak-hak sipil dan beragama
ekonomi umat
Pengembangan ProPN: Penguatan peran lembaga agama,
ProPN: Pengelolaan dana haji secara Ekonomi dan Penguatan Harmoni organisasi sosial keagamaan, tokoh agama,
profesional, transparan, dan Sumber Daya dan Kerukunan
MEMPERKUAT tokoh masyarakat, ASN, TNI, Polri sebagai
akuntabel Keagamaan Umat Beragama perekat persatuan dan kesatuan bangsa
MODERASI
BERAGAMA ProPN: Penguatan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) untuk membangun solidaritas
sosial, toleransi, dan gotong royong.
ProPN: peningkatan fasilitasi pelayanan KP.4 KP.3
keagamaan
ProPN: Penghargaan atas ekspresi budaya berbasis
ProPN: peningkatan pelayanan bimbingan
nilai-nilai agama
perkawinan dan keluarga Peningkatan Kualitas Penyelarasan
ProPN: Penguatan penyelenggaraan jaminan Pelayanan Kehidupan Relasi Agama ProPN: Pengembangan literasi khazanah
produk halal Beragama dan Budaya budaya bernafas agama
ProPN: Peningkatan kualitas penyelenggaran ProPN: Pelestarian situs keagamaan dan pemanfaatan
haji dan umrah perayaan keagamaan dan budaya untuk memperkuat
toleransi
Sinergi Lintas Bidang 21
21
dalam Upaya Peningkatan Kerukunan Umat Beragama

KEMENAG KEMENAG
• Peningkatan peran • Operasional FKUB
penyuluh agama • Lembaga Agama
• Kerukunan intern
KEMENDIKBUD Peningkatan Peningkatan POLRI
• Pendidikan karakter Pemahaman Peran • Forum Kemitraan
• Sensor film dan iklan
film SARA Agama Kelembagaan Polisi Masyarakat
(FKPM)
Berwawasan
Kemenpora
• Wasbang Pemuda Kebangsaan KEMENDAGRI BNPT
• Forkorpimda/ Muspida • Forum Koordinasi
KEMEN PP & PA KEMENKOINFO Peningkatan • FKDM Pencegahan Terorisme
• Penanaman nilai-nilai • Kampanye hidup rukun Kerukunan • PPWK (FKPT)
luhur pada anak • Pengawasan Konten siaran
Umat
POLRI Beragama
• Strategi Tatib wilayah Pencegahan dan
KEMENHAN/ TNI
Penegakan Penguatan
• Kader bela negara Hukum terhadap Regulasi tentang KEMENKUM HAM
• Harmonisasi dan
• Babin kamtibmas Konflik Kerukunan Umat Perancangan Per-
BNPT Bernuansa SARA Beragama UU
• Pencegahan terorisme

BIN Kejaksaan KEMENAG


• Operasi intelijen dalam dan • Penyuluhan masyarakat • RUU Perlindungan Umat Beragama
luar negeri sadar hukum • Sosialisasi Per-UU tentang KUB
Upaya Percepatan
Pelaksanaan Moderasi Beragama

1. Mengarusutamakan moderasi beragama di K/L, Pemda, BUMN termasuk


pengembangan moderasi beragama di kalangan ASN (PNS, P3K, TNI & Polri).
2. Memperkuat kapasitas kelembagaan pelaksana program moderasi beragama
(kewenangan, dukungan regulasi & SDM).
3. Memastikan target dan indikator outcome yang tertuang di RPJM, Renstra, dan
RKP bisa tercapai, dengan menyusun cascading indikator kinerja utama (IKU)
jelas, terukur, dan konsisten selaras dengan PP Moderasi Beragama.
4. Memperluas keterlibatan tokoh agama, tokoh masyarakat, ASN/TNI/Polri dalam
implementasi nilai-nilai moderasi beragama.
5. Mengoptimalkan media massa dan media sosial dalam kampanye moderasi
beragama secara kreatif, aktratif, dan edukatif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai