Bank Sampah Songolikoer berdiri di Hal itu dimulai dari anggota Remaja Masjid
wilayah Wonokusumo Kidul, Surabaya. Wonokusumo Kidul yang memiliki
Masyarakat di wilayah ini cukup banyak keinginan untuk menjadi orang baik yang
yang miskin,10 serta memiliki persoalan di bisa memberikan manfaat bagi agama dan
bidang kepedulian terhadap lingkungan masyarakat. Mereka memiliki pandangan,
dan sosial. Sejauh ini, semua nasabah Bank meskipun tidak memiliki cukup harta, tapi
Sampah Songolikoer seluruhnya mereka memiliki tenaga untuk
merupakan muslim. Masyarakat memperbaiki lingkungan sekitar sebagai
Wonokusumo Kidul, mayoritasnya amal saleh dan bentuk ibadah kepada Allah
merupakan masyarakat muslim11 yang Swt.14 Potensi inilah yang digunakan
gemar menghidupkan berbagai kegiatan sebagai titik awal membuat Bank Sampah
keagamaan. Misalnya, pengajian, yasin dan Songolikoer.
berbasis aset komunitas, dibandingkan seperti: modal spiritual, institusi, fisik, dan
menguraikan masing-masing peranan aset lain sebagainya tidak banyak dibahas
komunitas dalam pemberdayaan peranannya dalam pengembangan
masyarakat. masyarakat. Selain itu, pada studi
terdahulu aspek peranan yang diungkap
Adapun studi terdahulu yang membahas dikaitkan dengan pemecahan persoalan
tentang peranan aset komunitas adalah: kemiskinan secara umum, sedangkan
studi dari Cahyono23 menggunakan teori tulisan ini hendak mengurai peranan
modal sosial yang terkait dengan masing-masing jenis aset pada proses
bagaimana hubungan yang tercipta dan pengembangan masyarakat Islam dalam
norma-norma dalam masyarakat dapat bentuk Bank Sampah.
dimanfaatkan dalam kegiatan
pengembangan masyarakat. Hasil studi Pengembangan masyarakat melalui Bank
menunjukkan cara-cara untuk Sampah, saat ini banyak dikembangkan
meningkatkan optimalisasi modal sosial pada masyarakat perkotaan untuk
pada masyarakat petani di Kabupaten mengatasi persoalan kesejahteraan dan
Wonosobo seperti memberikan lingkungan. Menurut Kementerian
pembinaan sesuai kebutuhan, melakukan Lingkungan Hidup saat ini sudah ada 1195
bimbingan pemasaran hasil produksi, bank sampah yang tersebar di 55 kota di
pelatihan teknis bertani yang efektif. Studi Indonesia25. Beberapa di antaranya ada
lainnya dari Nasution24 yang menggunakan yang berhasil namun juga ada yang
metode kuantitatif dengan analisis regresi mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut
linier berganda, mengukur pengaruh salah satunya, disebabkan oleh tidak
modal sosial terhadap kemiskinan rumah adanya kesadaran terhadap potensi aset
tangga di pedesaan di Indonesia. Hasilnya komunitas yang ada di masyarakat.
menunjukkan bahwa modal sosial Sehingga, masyarakat tidak dapat
bersama-sama dengan modal manusia, mengoptimalkan aset yang dimiliki untuk
finansial, dan fisik, dapat memberikan efek melakukan pengembangan masyarakat
positif terhadap pengeluaran per kapita yang sesuai dengan potensi aset.
rumah tangga, sehingga dapat mengurangi Pengembangan masyarakat yang
kemiskinan. Dari kedua studi tersebut, dikembangkan selama ini lebih berfokus
lebih menguraikan peranan aset pada masalah dibandingkan dengan aset
komunitas, spesifiknya pada jenis aset yang dimiliki, sehingga justru yang terjadi
sosial pada persoalan kemiskinan. adalah pesimistis. Tanpa pemahaman
Sedangkan, modal-modal yang selainnya tentang peranan aset komunitas, akan
mengalami kesulitan dalam merumuskan
23 Budhi Cahyono dan Ardian Adhiatma, “Peran pemecahan masalah masyarakat. Untuk
Modal Sosial Dalam Peningkatan Kesejahteraan itu, menjadi penting untuk menguraikan
Masyarakat Petani Tembakau di Kabupaten
Wonosobo.” Proceedings of Conference in Business,
aset-aset komunitas dan peranannya
Accounting and Management (CBAM) vol. 1, no. 1 khususnya dalam pengembangan Bank
(Desember 2012): 131-144.
24Ahmadriswan Nasution, “Peranan Modal Sosial
dalam Pengurangan Kemiskinan Rumah Tangga di 25 Unilever Indonesia, Buku Panduan Sistem Bank
Pedesaan Indonesia,” Jurnal Ekonomi & Kebijakan Sampah & 10 Kisah Sukses (Jakarta: Unilever, 2014),
Publik, vol. 7, no. 2 (Desember 2016): 171-183. 2.
Bagan 2 - Kerangka Berpikir Peranan Aset Komunitas Dalam Pengembangan Bank Sampah
tersebut sangat membantu kelancaran Keempat, aset berupa para pemimpin atau
program bank sampah. Beberapa SDM yang leader kelompok yang memiliki kepedulian
bergerak di bank sampah ada yang lulusan terhadap perbaikan lingkungan. Saat awal
SMK di bidang akutansi (Nessa dan Bu berdirinya Bank Sampah, ada Ketua PKK
Romlah), sehingga dapat dioptimalkan sekaligus Ketua Kader Lingkungan yang juga
dalam bidang administrasi pembukuan atau memiliki motivasi yang tinggi untuk
pencatatan. Sedangkan, kemampuan mengadakan Bank Sampah. Dalam
menjahit yang dimiliki oleh SDM (Rudi), perkembangannya Ketua Remaja Masjid
selama ini diutamakan untuk menjahit juga aktif dalam kegiatan Bank Sampah.
karung-karung untuk menjadi wadah Leader kelompok masyarakat merupakan
sampah yang lebih besar, agar memiliki aset kepemimpinan untuk menggerakkan
daya tampung sampah yang lebih maksimal. anggota bank sampah lainnya.
Dengan kemampuan tersebut, dapat Kelima, berdasarkan kesibukannya,
mengurangi kebutuhan pembelian karung masyarakat Wonokusumo Kidul dapat
besar untuk wadah sampah yang sudah dibagi menjadi dua kelompok. Pertama,
dipilah. Sehingga, dapat menghemat dana masyarakat yang pekerjaannya di rumah
pembelian karung pada masa-masa awal seperti berjualan makanan, pedagang
pendirian Bank Sampah. kelontong, jualan jajan, ataupun kopi.
Kecenderungan berjualannya pagi – siang
Dalam perkembangan Bank Sampah, sekitar jam 12.00 sehingga setelah itu
ditemukan potensi-potensi keterampilan waktunya luang. Selain itu ada kelompok
teknis lainnya yang dapat digunakan untuk ibu rumah tangga, yang mana pekerjaannya
pengembangan program-program Bank adalah merawat anak/keluarga. Ibu rumah
Sampah. Terdapat beberapa masyarakat tangga di wilayah ini masih memungkinkan
yang memiliki kemampuan untuk membuat bertetangga, mengikuti kegiatan kampung,
kerajinan tangan dari sampah yang memiliki bahkan sore dan malam masih memiliki
prospek untuk dijual, hal tersebut waktu longgar. Ada juga, karyawan pabrik
ditemukan saat diadakan lomba kerajinan kitab, karyawan toko di Pasar Kapasan dan
dari sampah yang diikuti oleh berbagai lain sebagainya, pada malam hari waktunya
masyarakat Wonokusumo Kidul. Selain itu, kosong. Selain itu, ada remaja yang
juga terdapat anggota masyarakat yang memang banyak memiliki waktu luang
memiliki kemampuan dan pengalaman sehingga lebih banyak menghabiskan
dalam hal membuat rancangan proposal waktunya di warung kopi. Sebelum ada
kegiatan atau bantuan pemerintah serta kegiatan bank sampah, waktu kosong
mampu merincikan kebutuhan anggaran tersebut biasanya dimanfaatkan untuk
program. Kemampuan tersebut, mengobrol dengan tetangga ataupun
dimanfaatkan untuk pembuatan proposal mengopi di warung kopi. Namun, setelah
permohonan kerja sama Bank Sampah adanya Bank Sampah, masyarakat bisa
Songolikoer dengan perusahaan atau produktif tetapi juga tetap dapat
melalui program Corporate Social berinteraksi dengan masyarakat yang
Responsibility (CSR). selainnya.
jenis lain tidak dikumpulkan oleh Selain itu, ada salah satu rumah kosong
masyarakat, sebab tidak dapat dijual ke cukup luas milik pemerintah di wilayah
pengepul sampah di sekitar. Menurut salah tersebut yang tidak terpakai. Namun,
satu penggagas Bank Sampah Songolikoer karena sangat gelap, dekat dengan makam
menyampaikan bahwa: “Potensi sampah serta TPS maka masyarakat enggan untuk
banyak, mengingat jumlah kepala keluarga menggunakannya. Terutama karena tempat
yang ada di situ cukup banyak dan sering tersebut dianggap menakutkan (angker).
ada hajatan warga. Potensinya cukup Kegiatan bank sampah dilaksanakan malam
besar, di RT 2 saja ada lebih dari 75-an KK, hari yang sebagian besar ibu-ibu, membuat
kalau mereka setiap hari memasak atau masyarakat tidak mau menggunakan
melakukan kegiatan sehari-hari, tentunya tempat tersebut. Namun, ada gambaran ke
ada sampah organik dan anorganiknya, depannya bila dapat mengubah mindset
apalagi kalau ada hajatan, tentu lebih masyarakat, pengurusan izin dan ada dana
banyak lagi.”46 renovasi tempat tersebut. Maka, tempat
tersebut berpotensi dimanfaatkan
Kedua, aset berupa tempat-tempat yang mengingat bangunannya yang cukup luas
dapat digunakan untuk aktivitas dan gratis.
meningkatkan ekonomi masyarakat, misal:
Balai RW. Balai RW selama ini hanya c) Aset Finansial
dimanfaatkan untuk kegiatan lansia. Pertama, dana untuk pendirian Bank
Namun, sebenarnya potensial dimanfaatkan Sampah Songolikoer diperoleh dari
karena kondisi balai RW yang luas. Balai “jimpitan”47 yang dikumpulkan sukarela dari
RW memiliki 1 ruang besar, 2 ruang kamar, anggota kader lingkungan setiap
serta halaman depan balai RW yang luas. minggunya. Yang mana dari uang jimpitan
Kamar-kamar tersebut memungkinkan tersebut digunakan untuk pelaksanaan
menjadi tempat penyimpanan sampah yang kegiatan yang terkait lingkungan, salah
sudah dipilah. Balai RW ini digunakan untuk satunya adalah modal untuk pendirian bank
kegiatan bank sampah pada awal pendirian sampah.
sampai dengan 1 tahun. Namun, setelah
ada pergantian kepengurusan RT dan RW, Kedua, dana keuntungan kegiatan bank
kegiatan bank sampah dipindahkan ke sampah. Keuntungan itu diperoleh dari
lahan kosong salah satu warga, agar tidak usaha pemilahan sampah yang dilakukan
menggangu pelaksanaan kegiatan lain yang pengurus bank sampah. Mengingat
diselenggarakan oleh pengurus RW baru. terkadang masyarakat menyetorkan
Lahan kosong milik warga ini kemudian sampah belum dipilah, jika belum dipilah
dimanfaatkan, sebagai gantinya bank maka harganya lebih murah. Sehingga,
sampah membayar sewa sejumlah Rp pemilahan tersebut dilaksanakan oleh
150.000,00 serta ditambah dengan pengurus dan bank sampah memperoleh
membantu membersihkan kamar mandi keuntungan dari hal itu. Selain itu
umum dari pemilik lahan ini. keuntungan juga berasal dari potongan 10%
jika bukan tenaga yang bisa menjadi amal antara harga di pengepul dan pada Bank
sholeh.”56 Sampah Induk, khusus untuk membayar
beberapa masyarakat yang sebelumnya
Selain itu, para pengurus bank sampah sudah berprofesi sebagai pengumpul
selalu mendapatkan motivasi dari salah satu sampah.57 Pengurus terus berupaya untuk
penggagas kader lingkungan sekaligus memikirkan inovasi agar tidak sampai
pembina remaja masjid Ar-Rahman, bahwa: mengalami kerugian dengan
Bank sampah ini kegiatan sosial, kalau mengoptimalkan sedekah sampah dan
untuk mendapatkan untung mungkin akan meningkatkan ketelitian pemilahan sampah
susah. Namun, kita harus ingat bahwa yang agar nilai keuntungannya makin besar.
menggerakkan kita adalah “lillāhi ta’āla.” Nilai ketiga yang dimiliki pengurus Bank
Nilai “lillāhi ta’āla” ini sangat tecermin Sampah Songolikoer adalah nilai-nilai
dalam aktivitas para pengurus Bank Sampah istikamah. Nilai-nilai istikamah ini tertanam
Songolikoer, meski mereka tidak pasti sehingga membuat pengurus memiliki
mendapatkan bayaran namun secara rutin kesadaran bahwa upaya memperbaiki
dua kali seminggu mereka melaksanakan kampung dan mendirikan bank sampah,
pengumpulan sampah pada hari rabu dan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya
jumat. akan banyak hambatan yang membuat
enggan berjalan secara rutin dan terus
Mengingat orientasinya bukan keuntungan menerus. Oleh karena itu, perlu untuk
tapi manfaat sosial dan pahala dari Allah senantiasa sadar bahwa “Harus istikamah
maka ketika mereka mendirikan bank dalam menjalankan kegiatan ini. Apapun
sampah sebisa mungkin mereka tidak yang terjadi harus ada yang memulai dan
merugikan masyarakat sekitar yang terus istikamah meski harus seorang diri.”58
sebelumnya telah mengumpulkan sampah.
Misalnya: 1) Untuk masyarakat yang Masyarakat Wonokusumo Kidul sangat
sebelum adanya bank sampah juga menjunjung nilai-nilai keislaman. Banyak
mengumpulkan sampah (mengumpulkan kegiatan keagamaan yang hidup di
sampah pada saat ada hajatan kampung), masyarakat mulai dari perayaan PHBI,
maka pengurus bank sampah justru pengajian yasin tahlil, ketika menjelang
membantu masyarakat tersebut untuk Ramadan masyarakat memiliki kebiasaan
mengumpulkannya, memberikan kepada Nyadran (pergi ke makam) dan Megengan,
yang biasa mengumpulkan sampah dan ketika Ramadan masyarakat juga aktif
tidak berkompetisi untuk mendapatkan melaksanakan teraweh dan tadarus. Tokoh
sampah tersebut. 2) Harga yang dibuat agama di masyarakat, pengurus takmir,
untuk masyarakat yang dari awal sudah masyarakat yang gemar ke masjid juga
berprofesi mengumpulkan sampah adalah sangat disegani oleh masyarakat.59 Selain
harga tertinggi, sesuai dengan biasanya itu, terdapat pula semangat atau
mereka menjual pada pengepul. Para primordialisme untuk menjadikan kampung
pengurus bank sampah bahkan harus
menanggung kerugian dari selisih harga 57 Tri Djoyo Budiono, wawancara, tanggal 13 April
2018.
56Tri Djoyo Budiono, wawancara, tanggal 13 April 58 Ibid.
karena tidak semua masyarakat, khususnya bank sampah. Keenam aset teknologi
nasabah ibu-ibu memiliki gadget. Selain itu, berupa gadget dan internet juga
aset sosial berupa kepercayaan antar dimanfaatkan oleh pengurus untuk
masyarakat menjadi aset penting dalam koordinasi sehingga memperlancar
menjalankan sistem bank sampah yang pelaksanaan bank sampah. Pada tahap
mana pendapatannya berupa tabungan dan pengembangan, bank sampah
hanya dapat diambil pada waktu tertentu. mengembangkan beberapa program antara
lain: menjual hasil kerajinan tangan dari
Ketiga, aset finansial seperti uang jimpitan sampah, kegiatan simpan pinjam bayar
anggota kader lingkungan maupun hasil sampah, dan mulai mencoba membuat
sedekah sampah menjadi modal pembelian proposal kerja sama dengan perusahaan
infrastruktur maupun konsumsi pengurus untuk mendapatkan dana Corporate Social
dalam pelaksanaan bank sampah. Keempat, Responsibility (CSR). Pada tahap ini,
kemampuan-kemampuan teknis seperti beberapa aset yang sebelumnya belum
menjahit karung, mencatat, menimbang, dimanfaatkan mulai dioptimalkan
memilah menunjang kelancaran dalam peranannya.
pelaksanaan bank sampah. Beberapa jenis
kemampuan tersebut dapat menghemat Pertama, aset kemampuan berupa
kebutuhan finansial dalam pelaksanaan kemampuan membuat kerajinan dari
kegiatan bank sampah, misalnya sampah dan membuat proposal kerja sama
kemampuan menjahit karung. antar lembaga. Kedua, aset finansial berupa
sedekah sampah dan donasi dari
Keempat, aset spiritual memiliki peranan masyarakat ekonomi menengah atas di
memberikan semangat pelaksanaan wilayah Wonokusumo Kidul. Aset finansial
kegiatan bank sampah. Kegiatan bank ini dimanfaatkan untuk dana
sampah merupakan kegiatan sosial pengembangan bank sampah, seperti
kemasyarakatan, keuntungan finansial yang pengadaan acara ulang tahun Bank Sampah
didapatkan oleh pengurus tidaklah Songolikoer (sekaligus di dalamnya ada
seberapa dibandingkan dengan waktu dan upaya sosialisasi prospektus bank sampah
tenaga yang dikeluarkan. Yang banyak untuk ke depannya mencapai cita-cita
menikmati manfaatnya adalah masyarakat, kampung wisata), pelaksanaan lomba-
bukan pengurus bank sampah. Namun, lomba untuk menggali potensi masyarakat
dengan adanya nilai-nilai “lillāhi ta’āla”, seperti lomba membuat kerajinan tangan
istikamah, dan semangat mengubah dari sampah, serta sebagai dana untuk
kampung lebih baik sebagai amal jariyah menyewa lahan baru dalam melaksanakan
dapat membuat berjalannya bank sampah kegiatan bank sampah.
secara istikamah.
Selain mengandalkan aset finansial, dalam
Aset sosial, seperti: kegiatan pengajian pengembangan bank sampah juga
sambang dulur, menjadi media untuk terus mengandalkan aset sosial berupa nilai-nilai
membangun aset spiritual masyarakat, gotong royong. Dalam setiap adanya
khususnya pengurus bank sampah tetap kegiatan bank sampah, tak sedikit
istikamah dalam melaksanakan kegiatan masyarakat yang berkontribusi bukan hanya
dana namun juga tenaga dan makanan, kampung Wonokusumo Kidul dan nilai
termasuk dalam proses pengadaan istikamah yang mendorong para pengurus
kegiatan-kegiatan seperti syukuran ulang Bank Sampah Songolikoer untuk senantiasa
tahun bank sampah maupun lomba-lomba mengembangkan bank sampah menjadi
yang diadakan bank sampah. Selain itu, aset lebih maju, bahkan harapannya mampu
sosial berupa kepercayaan dan solidaritas mengubah kampung Wonokusumo Kidul
antar sesama menjadi salah satu modal menjadi kampung wisata.
untuk menggagas program baru bank
sampah dalam bentuk simpan pinjam bayar Dari adanya peranan aset komunitas yang
sampah. Dalam pengembangan program dipotimalkan bahkan dikombinasikan dalam
simpan pinjam ini, pinjaman yang diberikan kegiatan pengembangan bank sampah, ada
berasal dari tabungan nasabah bank dampak positif terhadap meningkatnya
sampah, serta harus dibayar dengan kesejahteraan masyarakat, baik aspek
mencicil melalui membayar dengan ekonomi, sosial dan lingkungan antara lain:
sampah. Syarat peminjam haruslah nasabah pertama, nasabah telah memperoleh
yang telah aktif mengumpulkan sampah tambahan pendapatan tabungan sampah,
dalam beberapa bulan sebelumnya, dalam satu semesternya antara Rp
besaran pinjaman yang diberikan 200.000,00 — Rp 1.000.000,00 per
bergantung pada jumlah sampah yang orangnya. Hingga saat ini sudah
biasanya mereka kumpulkan. dilaksanakan dua kali (dua semester)
pembagian tabungan nasabah bank
Proses pengembangan bank sampah juga sampah. Jumlah tersebut bagi masyarakat
makin baik karena adanya dukungan dari menengah ke bawah merupakan jumlah
institusi, seperti pihak kelurahan yang yang cukup besar. Belum lagi jika
memberikan semangat untuk masyarakat mampu membuat kerajinan
mengembangkan bank sampah hingga ke dari sampah yang dapat laku dijual maka
depannya dapat menjadi kampung wisata. pendapatan masyarakat akan makin besar.
Selain itu, pada tahap pengembangan ini, Jumlah nasabah yang menerima manfaat
Bank Sampah Songolikoer mulai mencoba mencapai 61 orang. Sedangkan akumulasi
mengenalkan diri kepada khalayak yang tabungan Bank Sampah Songolikoer tiap
lebih luas melalui berbagai platform media kali penimbangan sampah oleh Bank
sosial, seperti YouTube, Facebook, web, Sampah Induk Surabaya antara lain:
Instagram. Salah satu aset yang
dimanfaatkan dalam pengembangan
program tersebut adalah aset teknologi
berupa gadget dan akses internet, serta
adanya aset manusia berupa para remaja
yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan gadget. Kegiatan
pengembangan program-program bank
sampah dapat terus berjalan dikarenakan
adanya aset spiritual berupa nilai-nilai
untuk senantiasa memberikan manfaat bagi
Tabel 1 - Akumulasi Tabungan Bank Sampah Ketiga, pada aspek lingkungan. Bank
Songolikoer pada Bank Sampah Induk Sampah Songolikoer menyelenggarakan
Tanggal Debit Saldo berbagai kegiatan, seperti: edukasi tentang
25 Mei 2019 Rp. 476.000 Rp. 503.549 sampah, kunjungan ke beberapa kampung
29 Juni 2019 Rp.464.484 Rp. 968.033 wisata, kunjungan ke Bank Sampah Induk
27 Juli 2019 Rp. 498.051 Rp. 1.466.084
Surabaya, sosialisasi tentang Kampung
31 Agustus Rp. 647.868 Rp. 2.113.952
2019 Wisata. Hal itu mampu menumbuhkan
15 September Rp. 402.229 Rp. 2.516. 181 kesadaran masyarakat terhadap nilai
2019 ekonomi dari sampah. Mengubah mindset
29 September Rp. 1.154.101 Rp. 3.670.282
2019
bahwa sampah yang melimpah bukan
28 Oktober Rp. 779.274 Rp. 4.449.556 masalah melainkan aset. Meningkatkan
2019 kepedulian masyarakat Wonokusumo Kidul
3 November Rp. 420.227 Rp. 4.869.783 terhadap lingkungan karena sering
2019
13 Oktober Rp. 778.604 Rp. 5.648.337 mengikuti kegiatan yang membahas isu-isu
2019 lingkungan dan bank sampah.
22 November Rp. 476.308 Rp. 6.124.695 Terbangunnya cita-cita bersama untuk
2019
menjadikan Wonokusumo Kidul menjadi
8 Desember Rp. 829.074 Rp. 6.953.769
2019 kampung wisata. Jumlah masyarakat yang
21 Desember Rp. 600.800 Rp. 7.554.569 bersedia untuk aktif membantu menjadi
2019 pengurus bank sampah juga terus
5 Januari Rp. 439.390 Rp. 7.993.959
mengalami peningkatan.
2019
25 Januari Rp. 1.111.696 Rp. 9.105.655
2020
2 Februari Rp. 224. 607 Rp. 9.330.262
2020
Kesimpulan
15 Februari Rp. 575.636 Rp. 9.905.898 Dalam konteks pengembangan masyarakat
2020 Islam dalam bentuk bank sampah, terdapat
berbagai aset yang dapat dioptimalkan
Kedua, dalam aspek sosial dengan adanya untuk menunjang keberhasilan bank
sampah, antara lain: 1) aset fisik (potensi
Bank Sampah Songolikoer makin
banyaknya sampah yang ada di masyarakat
menguatkan solidaritas antar masyarkat. perkotaan, bangunan-bangunan yang bisa
Hal itu dikarenakan masyarakat bisa dioptimalkan sebagai tempat
bertemu di bank sampah dua kali setiap pengembangan masyarakat); 2) aset
minggu. Selain itu, masyarakat kelas manusia (kemampuan teknis terkait bank
menengah atas dan bawah tak jarang sampah, kemampuan berorganisasi,
ketersediaan waktu, pengetahuan/
bertemu bersama dalam kegiatan-kegiatan
kesadaran terhadap persoalan lingkungan,
sosialisasi bank sampah serta saling bekerja
kemampuan untuk berinovasi, kekuatan
sama memberikan bantuan dalam berbagai tenaga, serta mentalitas); 3) aset finansial
kegiatan bank sampah. Terlebih dengan (sedekah sampah, keuntungan bank
adanya kegiatan simpan pinjam dengan sampah maupun iuran jimpitan anggota
membayar sampah, juga dapat membantu kader lingkungan); 4) aset sosial (berupa
masyarakat yang memiliki kesulitan dalam nilai-nilai solidaritas, kepercayaan, gotong
royong termasuk kelompok-kelompok sosial
keuangan.
yang aktif di masyarakat); 5) aset institusi
(dukungan dari aparat atau institusi formal
seperti RT, RW, kelurahan maupun lembaga selalu ada dan jumlahnya cukup besar, di
tertentu yang ada di masyarakat); 6) aset masyarakat perkotaan akan sangat mudah
spiritual (berupa semangat untuk dijumpai sampah. Namun tanpa adanya
mengubah kampung karena “lillāhi ta’āla”
aset-aset yang selainnya maka aset fisik
serta semangat senantiasa istikamah); 7)
aset teknologi berupa gadget dan internet. tidak akan ada artinya, karena kegiatan
pengembangan masyarakat tidak akan
Masing-masing aset memiliki peranan dapat berjalan dengan baik dan
dalam tahapan pengembangan Bank berkelanjutan. Sedangkan, aset teknologi
Sampah Songolikoer. Aset yang cukup sekalipun jumlahnya terbatas masih dapat
berperan dominan dalam upaya ditutupi dan dikembangkan jika memiliki
pengembangan bank sampah adalah aset aset-aset yang selainnya, misalnya: aset
manusia, aset sosial, dan spiritual. Aset teknologi komunikasi dapat ditutupi dengan
manusia dan aset sosial sebagai sumber adanya budaya guyub yang ada di
daya utama untuk menggerakkan kegiatan masyarakat, ataupun dapat dibeli jika
bank sampah mulai tahap sosialisasi, masyarakat berhasil meningkat
pelatihan teknis, pelaksanaan kegiatan, kesejahteraannya dari bank sampah.
pemantauan dan evaluasi bahkan pada
aspek pengembangan masyarakat. Dengan Dari peranan berbagai aset dalam
adanya aset manusia dan sosial dapat pengembangan masyarakat, memiliki
menghemat kebutuhan modal secara dampak pada meningkatnya kesejahteraan
finansial untuk berjalannya kegiatan bank masyarakat baik dalam hal pendapatan
sampah. Sedangkan aset spiritual dapat materiil maupun aspek sosial dan
memompa semangat masyarakat untuk lingkungan. Pengembangan masyarakat
terus bergerak menjalankan kegiatan yang berhasil dalam meningkatkan
pengembangan masyarakat sekalipun kesejahteraan masyarakat sama dengan
dengan sumber daya terbatas, keuntungan mewujudkan nilai-nilai Islam yang
pengurus yang minim serta membutuhkan rahmatan li al-ālamīn.
proses yang panjang untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Mengingat kajian sebelumnya, lebih banyak
melalui bank sampah. berfokus pada aset sosial, finansial dan
alam. Temuan penelitian ini dapat
Aset finansial yang berupa sedekah dan memperkaya kajian peranan aset manusia,
jimpitan dapat menjadi modal untuk sosial, dan spiritual sebagai aset utama
melaksanakan berbagai kegiatan bank dalam pengembangan masyarakat Islam.
sampah serta pengembangannya. Namun,
jumlah aset finansial ini tidak pasti sehingga
tidak menjadi modal utama dalam kegiatan
pengembangan masyarakat melalui bank
sampah. Aset fisik, berupa sampah akan
Bibliografi
Adi, Isbandi Rukmianto. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Budiono, Tri Djoyo. (penggagas Bank Sampah Songolikoer, penggerak remaja masjid untuk
aktif pada kader lingkungan). Wawancara oleh Wahanani. Tanggal 13 April 2018.
Cahyono, Budhi dan Ardian Adhiatma. “Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Petani Tembakau di Kabupaten Wonosobo.” Proceedings of Conference in
Business, Accounting and Management (CBAM), vol. 1, no. 1 (Desember 2012): 131-144.
http://jurnal.uninsula.ac.id/index.php/cbam/article/view/128
Dahlan, Jaeni. “Pemanfaatan Aset Komunitas Melalui Pendekatan Appreciative Inquiry Dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat,” Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial,
vol. 15, no. 2 (Desember 2016) https://doi.org/10.31595/peksos.v15i2.87
Djawahir, Abdillah Ubaidi. “Asset Based Community Development di Pesantren Wisata:
Implementasi Strategis di PP An-Nur 2 Al Murtadlo Malang,” At-Tamkin: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, vol 1, no. 1 (Juni 2018).
http://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/attamkin/article/view/95/44
Dureau, Christopher. Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan. Australian
Community Development and Civil Society Strengthening Scheme Tahap II, 2013.
Faizal. “Dakwah Bil Hal Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Jurnal Ilmu dakwah dan Pengembangan
Komunitas, vol. 8, no. 2 (Juli 2013).
Fedryansyah, Muhammad & Risna Resnawaty. “Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Pengembangan Aset Komunitas,” Social Work Journal, vol. 7, no. 1 (Juli 2017).
https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13828
Ife, Jim & Frank Tesoriero. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di
Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.
Indonesia, Unilever. Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Sukses. Jakarta: Unilever,
2014.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, aplikasi, 5.1
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media,
Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta:
Kencana, 2010.
McKnight, John & Cormac Russel. The Four Essential Elements of an Asset-Based Community
Development Process. Asset-Based Community Development Institute, 2018.
Nasution, Ahmadriswan, “Peranan Modal Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan Rumah
Tangga di Pedesaan Indonesia,” Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, vol. 7, no. 2
(Desember 2016). Doi: 10.22212/jekp.v7i2.672
Nawawi, Hadri & M. Matini. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakata: Gajah Mada
University Press, 1992.
Kamaluddin. “Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam (Konsep Dasar dan Arah
Pengembangan),” HIKMAH: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam, vol. 8, no. 2 (Juli 2014):
41-52. http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/256