Anda di halaman 1dari 83

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ISLAM MELALUI GERAKAN LITERASI

TAMAN BACA MASYARAKAT (TBM) RUMAH BELAJAR ILALANG DI DESA


KECAPI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelasaian Tugas Akhir Dalam
Bidang Pengembangan Masyarakat Islam

Oleh

Ahmad Faiz Maulana Hakiki

NIM 1840410050

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

TAHUN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .
Pemberdayaan diartikan sebagai serangkaian upaya agar pihak yang berada di
lingkungan rentan menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan. Kata pemberdayaan
sendiri berasal dari terjamahan bahasa Inggris yakni empowerment. Merriam Webster
dalam Oxford English Dictionary mengartikan empoworment dalam 2 hal yaitu; (1) to
give ability or enable to berarti memberi kemampuan atau cakap untuk melakukan
sesuatu; (2) to give power of authority to, berarti memberi kewenangan atau
kekuasaan
Pemberdayaan masyarakat ialah proses dari pembangunan yang menjadikan
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial dalam memperbaiki
situasi dan kondisi dirinya baik itu sebagai individu atau kelompok. Pemberdayaan
masyarakat hanya dapat tercipta hanya jika masyarakat itu sendiri ikut serta
berpartisipasi didalam setiap proses yang ingin dicapai. Hingga pada muaranya
pemberdayaan masyarakat dapat dipahami sebagai proses pembangunan, masyarakat
berinisiatif, memperbaiki sitauasi diri sendiri dan kelompok. Dengan kata lain tolak
ukur dari keberhasilan program atau kegiatan dari pemberdayaan masyarakat berjalan
secara berkesinambungan dan beriringan antara pihak yang memberdayakan dan
pihak yang diberdayakan sehingga dapat tercipta masyarakat mandiri yang sadar akan
kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. 1
Konsep pemberdayaan sendiri jika dimaknai secara keseluruhan sebenarnya
berakar dari sebuah pandangan yang memposisikan manusia sebagai pelaku utama
pada dunianya. Bentuk awal dalam pemberdayaan yaitu menekankan pada
keberpihakan terhadap kelompok rentan atau kelompok yang belum berdaya. Jika
melihat sejarah lahirnya ide pemberdayaan bermula dari upaya perlawanan yang
ditujukan terhadap kedigdayaan ide developmentalisme sebagai pembangunan
alternatif. Disisi yang lain banyak para ahli yang kurang sepaham dengan ide
developmentalisme melancarkan kritik pedas yang dilontarkan dengan pertanyaan
mengapa masih ada kemiskinan padahal pembangunan fisik begitu masif

1
Maryani Dedeh, Pemberdayaan Masyarakat, (Sleman: Deepublish Publisher, 2019), 1-8.

1
digelontorkan dengan biaya besar.2 Pada gilirannya pertanyaan tersebut kini telah
memberikan pandangan baru ke arah yang dicita-citakan.
Pemberdayaan dapat diartikan juga pembangunan yang berfokus atau
tersentral pada manusia (People Centered Development). Esensinya lahir berdasar
pada pengintegrasian ide kemandirian dari kelompok masyarakat yang
menitikberatkan pada ruang partisipatif yang dihimpun sehingga lahirlah ide dan
gagasan yang menjadi tujuan bersama guna mencapai kemandirian. Kelompok
masyarakat adalah aktor yang berperan dalam menentukan tujuan, mengendalikan
sumber daya yang ada, dan memberikan jalan pada proses pengelolaan sumber daya.
Bertumpu pada kuasa dan kehendak dari kelompok masyarakat dalam
mengalokasikan sumber daya guna untuk mengelola dan mewujudkan
kepentingannya. Dibentuk atas dasar inisiatif dan peran serta kelompok masyarakat
berorientasi pada kebutuhan, kapasitas, dan potensi lokal dengan tetap memperhatikan
kemajemukan yang ada.
Pemberdayaan adalah transisi situasi pasif beralih ke situasi kontrol aktif.
Memberikan penegasan bahwa pada dasarnya kebutuhan merubah itu ialah bagian
dari realisasi wujud kemanusiaan sehingga individu yang tidak berdaya berkenaan
dengan hidup dan lingkungannya sebenarnya belum memahami potensi bawaan yang
dimiliki. Pemberdayaan individu pada akhirnya dapat menciptakan kelompok
masyarakat potensial. Proses pemberdayaan komunitas mengembangkan rasa
tanggungjawab, komitmen, dan merawat kelangsungan hidup bersama serta
kemampuan dalam proses pemecahan masalah untuk mempengaruhi perubahan
kondisi lingkungan yang sesuai dengan keberlangsungan hidup mereka. Untuk
mewujudkannya, penguatan public trust, modal sosial dan legitimasi pada tingkatan
struktur sosial. 3pada konteks ini ide pemberdayaan dapat dipahami sebagai hasil dari
pengejawantahan iklim demokrasi dan tujuannya untuk menangani masalah
ketidakberdayaan yang diciptakan oleh struktur dan tatatanan yang telah hidup dan
mengakar dalam suatu komunitas masyarakat.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah masyarakat tidak
hanya dijadikan sebagai objek dari program pembangunan, melainkan merupakan
subjek dari program pembangunan itu sendiri. berdasarkan hal tersebut, maka sudah

2
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik (jakarta: Praneda Media Group, 2016), 72-73
3
Mochammad dan Niken, Community Empowerment Teori dan Praktik Pemberdayaan Komunitas (Malang: UB
Press, 2020), 7-9.

2
seyogyanya pemberdayaan masyarakat musti mengkuti pendekatan tersebut sebagai
berikut (Sumodiningrat, Gunawan, 2002): pertama, upaya yang dilakukan harus
terarah, secara gamblangnya dapat diartikan dengan pemihakan. Upaya ini dilakukan
langsung kepada yang membutuhkan, dengan program yang dirancang diperuntukan
sesuai dengan masalah yang dihadapi dan kebutuhannya. Kedua, program yang dibuat
musti mengikutsertakan masyarakat atau dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi
sasaran program. Hal ini bertujuan agar program dapat berjalan secara efektif dan
dirancang untuk meningkatkan kemampuan dengan pengalaman pasca program
dilaksanakan. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena pada hakikatnya
masyarakat tidak bisa berjalan secara sendiri-sendiri. pendekatan kelompok
difungsikan untuk mengakomodir kebutuhan dari masyarakat agar mampu untuk
dipecahkan bersama-sama. 4
Jika meruntut pandangan Islam tentang pemberdayaan masyarakat, maka
secara normatif dapat dipahami bahwa semua yang ada di bumi ini senantiasa
mengalami perubahan. Islam memandang suatu perubahan merupakan sebuah
keniscayaan yang musti diterima. Akan tetapi suatu perubahan musti ditujukan kearah
yang lebih baik. Bahwa perubahan itu dimungkinkan terjadi manakala suatu
masyarakat itu berkeinginan untuk merubah keadaanya sendiri. masyarakat memiliki
usaha untuk merubah nasibnya ke arah yang lebih baik dan sejahtera. Di dalam
pandangannya Islam menghendaki kepada setiap pemeluknya untuk tidak berpangku
tangan, senantiasa untuk mengusahakan segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. 5.
Karena pada hakikatnya manusia adalah Khalifatullah di muka bumi ini. Senada
dengan hal tersebut dalam Al-Qur’an surat al-Isra ayat 84

‫ࣖ قُلْ ُك ٌّل يَّ ْع َم ُل ع َٰلى َشا ِكلَتِ ٖ ۗه فَ َربُّ ُك ْم اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن هُ َو اَ ْه ٰدى َسبِ ْياًل‬
artinya
Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan
pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya.

4
Agus Purbathin, Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan Dalam Pembangunan, Yayasan
Agribisnis Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA), h 4
5
M. Umer Chaptra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Tazkia Institut, 2000), h 9

3
Pemberdayaan bukan saja berbicara tentang aspek material ekonomi saja akan
tetapi aspek lain yang dapat menunujang keberdayaan salah satunya dengan
memberikan dorongan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mandiri dan
berdaya dalam rangka mencapai masyarakat ideal yang aktif dan kreatif dalam
menyongsong kemandirian bersama. Gerakan literasi yang diprakarsai oleh kelompok
masyarakat adalah bentuk nyata pemberdayaan. Pada gilirannya gerakan literasi yang
diprakrasai oleh taman baca masyarakat merupakan wujud program yang dijalankan
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya literasi yang nantinya
diharapakan dapat terus disebarakan dimulai dari lingkungan keluarga hingga
masyarakat desa. Berangkat dari hal tersebut kesadaran masyarakat akan pentingnya
budaya literasi dapat terus ditingkatkan hingga lahirlah masyarakat berdaya yang
sadar akan potensi yang dimlikinya 6
Kebiasaan atau kegemaran dalam membaca di kalangan masyarakat
berdampak pada kemampuan mereka dalam menganalisis fenomena yang ada.
kemampuan membaca ialah salah satu indikator dari masyarakat literat. secara garis
besar literat adalah masyarakat yang memiliki kemampuan membaca dan menulis
atau melek aksara. Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis
(able to read and write). Orang yang menguasai keduannya disebut literat. adapun
masyarakat literat ditandai dengan indikator adanya kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk membaca (Suryaman, 2001). 7
Pengembangan budaya membaca masyarakat melalui gerakan literasi dapat
dilaksanakan oleh Taman Baca Masyarakat (TBM).8 TBM sebagai sarana pendidikan
non formal memiliki tujuan menumbuhkembangkan kemauan dan kemampuan
membaca dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Untuk
itu diperlukan perluasan akses TBM dan penguatan kelembagaannya sehingga dapat
memberikan kontribusi yang lebih luas dan berkualitas kedepannya.
Taman baca masyarakat merupakan perpustakaan yang dikelola oleh
masyarakat secara mandiri dengan menyediakan bahan bacaan dan kegiatan
penghimpunan, pengelolaan, dan penyebarluasan segala informasi, baik melalui
media cetak maupun digital dalam berbagai wujud seperti buku, majalah, surat kabar,
6
Dian Herdiana dkk, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi Perdesaan di Desa Cimanggu
Kabupaten Bandung Barat, Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 2019, Vol. 4, No.4, h 436
7
Sukiyanto dkk, Pendampingan Gerakan Literasi Masyarakat Melalui Rumah Baca: Aksiologiya Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol.5, No. 1 Februari 2021, hl 112-120
8
Munir Sirodjul dan Hidayatullah Asep, Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Dalam Meningkatkan Minat
dan Budaya Baca di Kabupaten Ciamis: Jurnal Literasi, Vol. 3, No. 1. April 2019: Hal 24.

4
film, vidio, artikel elektronik dll. Semua sumber informasi yang didapatkan dikelola
berdasarkan sistem tertentu dan diperuntukan untuk kegiatan belajar, diskusi, bedah
buku, pelatihan menulis, mendongeng dan kegiatan serupa yang ditujukan bagi
masyarakat yang membutuhkan. Taman baca masyarakat menyediakan layanan
literasi dasar dan layanan empat fungsi perpustakaan sebagaimana yang disampaikan
oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan mencakup baca-tulis, numerasi, sains,
digital, finansial, budaya dan kewargaan (Kemendikbud, 2018). Sedangkan layanan
empat fungsi perpustakaan diantaranya mecakup layanan edukasi, layanan informasi,
layanan penelitian dan layanan rekreasi. 9
Tema ini sangat penting untuk diteliti karena memiliki relevansi sebagai
berikut; pertama, peneliti mendapatkan gambaran nyata dalam bentuk deskripsi yang
mendalam tentang pemberdayaan masyarakat Islam melalui gerakan literasi di taman
baca masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan,
Kabupaten Jepara. Kedua, peneliti dapat menjelaskan hasil yang diperoleh dari proses
pemberdayaan masyarakat Islam melalui gerakan literasi di taman baca masyarakat
(TBM) Rumah Belajar Ilalang Desa Kecapi. Ketiga, peneliti memiliki ketertarikan
khusus pada pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi yang dijalankan oleh
TBM Rumah Belajar Ilalang dengan memberikan sumbangsih pada proses
pemberdayaan dan hasil dari penelitian yang diperoleh nantinya.
Dari latar belakang yang telah dipaparakan diatas, mendorong penulis untuk
melakukan penelitian yang berjudul “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
ISLAM MELALUI GERAKAN LITERASI TAMAN BACA MASYARAKAT
RUMAH BELAJAR ILALANG DI DESA KECAPI KECAMATAN TAHUNAN
KABUPATEN JEPARA”
B. Fokus Penelitian
penelitian kualitatif menitikberatkan pada terminologi fokus penelitian
dikarenakan asumsi dasar terkuat dalam penelitian ini yakni gejala dari suatu
penelitian harus bersifat holistik, menyeluruh, dan tidak terpisahkan dari keseluruhan
gejala dan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor),
dean aktivitas (activity) yang bertalian secara sinergis dan dinamis10

9
Holik Abdul, Taman bacaan Masyarakat (TBM) Sebagai Sarana Alternatif Literasi Dasar, Media Nusantara
diakses pada tanggal 15 april 2022 pukul 20.15.
10
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kualitatif Rekonstruksi Pemikiran Dasar Serta Contoh Penerapan Pada Ilmu
Pendidikan, Sosial, Dan Humaniora (Malang: Literasi Nusantara Abadi ,2019), 51.

5
penelitian yang berjudul “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ISLAM
MELALUI GERAKAN LITERASI TAMAN BACA MASYARAKAT RUMAH
BELAJAR ILALANG DI DESA KECAPI KECAMATAN TAHUNAN
KABUPATEN JEPARA” ini memiliki fokus penelitian berupa pelaku (actor), tempat
(place), dan aktivitas (activity) yang menjadi arena penelitian. Di dalam penelitian ini
penulis memilih pelaku (actor) yaitu anak-anak usia sekolah yang ada di lingkungan
TBM Rumah Belajar Ilalang dan relawan yang terlibat di dalamnya. Tempat (place)
dalam penelitian ini difokusukan pada TBM Rumah Belajar Ilalang yang terletak di
Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Adapun aktivitas (activity) yang
diteliti difokuskan pada program dan kegiatan TBM Rumah Belajar Ilalang dalam
pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi yang ada dilingkungan TBM
Rumah Belajar Ilalang.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi yang ada di taman
baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang.
2. Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi yang ada di
taman baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang.
3. Apa saja kendala dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi di
taman baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi yang ada di
taman baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang.
2. Untuk mengetahui hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi
yang ada di taman baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang
3. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pemberdayaan masyarakat melalui
gerakan literasi taman baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang.
E. Manfaat Penilitian
1. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
khasanah perkembangan penelitian ilmu sosial, khususnya pada Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam tentang pemberdayaan masyarakat melalui
gerakan literasi
2. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
berupa masukan dan pedoman yang dapat digunakan Taman Baca Masyarakat

6
Rumah Belajar Ilalang dalam meningkatkan mutu dan minat baca serta
pemberdayaan masyarakat.
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan tulisan ini dibuat dengan kerangka penulisan yang sistematis
bertujuan untuk mempermudah memahami isi dari penelitian ini. Adapun kerangka
sistematis penulisannya adalah sebagai berikut
BAB I pendahuluan, pada bab ini membahas antara lain tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan. Dalam penyususn bab penelitian ini penulis membahas
tentang alasan dan ketertarikan yang menyebabkan penulis mengangkat judul
“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ISLAM MELALUI GERAKAN LITERASI
TAMAN BACA MASYARAKAT RUMAH BELAJAR ILALANG DI DESA
KECAPI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA”
Bab II membahas tentang kajian pustaka yaitu membahas mengenai kajian
teori tentang pemberdayaan masyarakat Islam melalui gerakan literasi, penelitian
terdahulu yang terkait dengan judul yang diangkat, kerangka berfikir, dan pertanyaan
penelitian yang diajukan pada subjek dan objek penelitian.
Bab III berisi tentang metode penelitian yaitu membahas mengenai jenis dan
pendekatan yang dipakai dalam penelitian, setting penelitian, subyek penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, pengujuan keabsahan data, dan teknik analisis
data
Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari
gambaran objek penelitian, deskripsi data penelitian, dan analisis data penelitian
Bab V merupakan penutup yang berisi simpulan dari hasil penelitian yang
dilaksanakan dan saran bagi pihak-pihak terkait

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pemberdayaan Masyarakat Islam

7
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Istilah pemberdayaan ataupun pemberdayaan masyarakat telah cukup
lama dikenal luas, seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan lintas
dimensi kehidupan terutama pada isu-isu kemiskinan yang kian masif di
indonesia yang bukan saja menimpa masyarakat yang ada di pedesaan tetapi
juga telah menyasar masyarakat yang ada di perkotaan. Tercatat sudah cukup
banyak program dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesenjangan sosial dan
kemiskinan akan tetapi belum menuai hasil yang cukup menmggembirakan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu konsep yang relatif baru,
dimana disini masyarakat tidak lagi dicitrakan sebagai objek dalam
pembangunan akan tetatpi juga dijadikan sebagai subjek dari pembangunan itu
sendiri.
Pemberdayaan dalam bahasa Inggris disebut dengan empowement
berakar dari kata “power” yang berarti “control, authority, dominion”. Dengan
permualaan “emp” artinya “on put too” atau ‘to cover with” atau secara
gamblangnya “more power”. Jadi, empowerment memiliki makna “is pressing
on authority and responsbility”, yakni lebih berdaya dari sebelumnya dalam
artian wewenang dan tanggungjawab termasuk kemampuan individual yang
dimiliki oleh seseorang. 11 selanjutnya secara etimologi, pemberdayaan berasal
dari kata daya yang dapat diartikan sebagai bentuk kemampuan untuk
melakukan sesuatu atau kemampuan untuk bertindak. Memiliki awalan ber-
menjadi berdaya yang diartikan dengan berkekuatan, berkemampuan,
bertenaga, dan mempunyai cara untuk memecahkan permasalahan. Kemudian
mendapatkan awalan dan akhiran pe- dan an- menjadi pemberdayaan yang
memiliki arti sebagai usaha atau proses membuat mampu, membuat dapat
bertindak, atau melakukan sesuatu. 12
Sementara Pranaka dan Priyono memberikan gagasan bahawa
pengertian pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yakni
a. Pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan
11
Sedermayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(Bandung:Refika Aditama,2016), 309.
12
Suparno Eko Widoso, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), 200.

8
kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih
berdaya. Pada proses sering disitilahkan dengan kecenderungan
primer dari makna pemberdayaan
b. Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses pemberian
dorongan individu agar memiliki kemampuan, kemandirian atau
keberdayaan untuk memnentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya. 13
Dari definisi tersebut memberikan gambaran bahwa pemberdayaan
merupakan suatu proses yang disengaja atau direncanakan sedemikian rupa
secara terus menerus serta memiliki tujuan yang jelas, yakni mereka yang
diberdayakan memiliki akses untuk mendapatkan dan mengelola sumber-
sumber yang ada. Menurut Moh Ali Aziz dkk pada bukunya mendefinisikan
pemberdayaan adalah sebuah konsep yang berfokus pada kekuasaan.
Pemberdayaan secara substansial ialah proses memutus/mengehentikan (break
down) dari hubungan antara subjek dan objek. Pada tahap ini lebih
menekankan pada pengakuan subjek akan kemampuan atau kekuatan daya
yang dimiliki oleh objek. Secara umum dapat dikatakan proses ini melihat
akan pentingnya mengalirkan daya dari subjek ke objek. Hasil akhirnya adalah
beralih fungsi individu yang pada awalnya objek menjadi subjek yang baru,
sehingga hubungan sosial nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi sosial
anatar subjek dengan subjek lainnya.14
Menurut Ife dalam Edy Suharto, mengatakan bahwa di dalam
pemberdayaan terkandung dua pengertian dasar yakni kekuasaan dan
kelompok lemah. Kekuasaan disini bukan saja diartikan dalam kaitannya
denga kekuasaan politik dalam arti terbatas, melainkan kekuasaan atau
penguasaan sasaran atas: 15
1. Pilihan-pilihan individu dan kesempatan hidup, kemampuan dalam
membuat keputusan yang sesuai dengan kehendak, tempat tinggal
dan pekerjaan.

13
Mulyawan Rahman. Masyarakat, Wilayah, dan Pembangunan (Bandung: Unpad Press, 2016), 54.
14
Moh Ali Aziz, dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi. (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2005), 169
15
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Hal. 59

9
2. Pengartian kebutuhan, kemampuan menuntukan kebutuhan sejalan
dengan apa yang dibutuhkan.
3. Ide dan gagasan, kemampuan mengekspresikan dan
mengaspirasikan gagasan dalam suatu forum atau diskusi
kelompok secara bebas dan tanpa adanya intervensi
4. Lembaga-lembaga, kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat
seperti halnya lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, dan
kesehatan.
5. Sumber-sumber, kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal,
informal, dan kemasyarakatan.
6. Aktivitas ekonomi, kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang dan jasa.
7. Reproduksi, kemampuan yang berkaitan dengan kelahiran,
pemeliharaan anak, pendidikan, dan sosialisasi.
b. Pemberdayaan Masyarakat Menurut Perspektif Islam
Islam dalam memandang pemberdayaan atau masyarakat mandiri sebagai
suatu hal yang begitu penting sehingga pemberdayaan dalam pandangan islam
memiliki pendekatan-pendekatan yang holistik dan strategis. Bekenaan dengan
hal tersebut, islam sudah memiliki pendekatan holistik dan strategis yang
berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. bahwa pemberdayaan dalam
konteks pengembangan masyarakat islam merupakan bentuk pembelajaran
kepada masyarakat supaya mereka dapat mandiri melakukan serangkain upaya
dalam rangka perbaikan mutu hidup yang lebih baik lagi terkait dengan
kesejahteraan dan kesalamatan di dunia maupun di akhirat. 16
Menurut Agus Syafi’i dalam buku manajemen masyarakat islam,
pemberdayaan atau empoworment dapat diartikan sebagai penganut, dan
secara teknis dapat disamakan dengan padanan kata istilah pengembangan.
Berkaitan dengan itu, dalam pengamalan Al-Qur’an tentang pemberdayaan
kaum Dhu’afa, community empoworment atau pemberdayaan pada intinya
adalah membantu sasaran klien/pihak yang diberdayakan, untuk memperoleh

16
Matthoriq, dkk, Aktualisasi Nilai Islam Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi Pada Masyarakat
Bajul Mati, Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabaupaten Malang), Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2, No. 3, h
427

10
daya/kekuatan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan
tindakan apa yang akan dilakukan dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk
diantaranya mengurangi hambatan pribadi dan sosial melalui peningkatan
kemampuan dan keberanian untuk menggunakan daya/kekuatan yang
dimilikinya antara lain dapat dilakukan melalui transfer daya dari
lingkungannya.17
Konsep pemberdayaan sendiri sudah diterapakan oleh Rasulullah SAW.
Beliau memberikan contoh kepada umat terkait dengan prinsip-prinsip yang
terkandung di dalam mewujudkan masyarakat madani dengan prinsip
keadilan, persamaan, dan partsispasi diantara masyarakat. sikap toleren sendiri
telah diterapkan oleh Rasulullah pada pemerintahnnya terhadap umat yang
mengandung suri teladan tentang bagaimana untuk selalu menghargai etos
kerja, saling tolong menolong (ta’awun) bagi semua warga negara dalam
menjalankan ajaran-ajaran agama. Dengan adanya persamaan maka
diharapkan tidak adanya kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi diantara
umat dan warga negara. 18
Diantara prinsip-prinsip tersebut bekaitan sangat erat yang akan dijelaskan
lebih spesifik lagi sebagai berikut:
1. Prinsip Keadilan
Kata keadilan di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan jumlah
presentase terbanyak ketiga setelah kata Allah dan ‘Ilm. Hal ini
menunjukan bahwa kata keadilan ini memiliki kadar dan bobot nilai dasar
yang begitu ditinggikan dalam pandangan islam. Keadilan dapat dimaknai
dengan kebebasan bersyarat, dalam tatanan akhlak islam yang telah
dibangun menyatakan bahwa kebebasan yang tidak terbatas akan dapat
menghancurkan tatanan sosial dalam pemberdayaan masyarakat.19 karena
pada hakikatnya individu satu dengan lainnya saling terkait dan diatur
kebebasannya oleh sistem pranata sosial yang ada.
QS. Al-Haddid 57: 25

17
Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’fa (Jakarta: Dakwah Press) h 9

18
Masykur Hakim dan Tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani, (Jakarta; Intimedia Cipta Grafika, 2003), h 16-
18
19
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004), h 80-82

11
ِ ‫ب َو ْٱل ِمي َزانَ لِيَقُو َم ٱلنَّاسُ بِ ْٱلقِس‬
‫ْط ۖ َوَأن َز ْلنَا‬ َ َ‫ت َوَأنز َْلنَا َم َعهُ ُم ْٱل ِك ٰت‬ ِ َ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْٱلبَيِّ ٰن‬
ِ ‫ص ُرهۥُ َو ُر ُسلَ ۥهُ بِ ْٱل َغ ْي‬ ٰ ‫ْأ‬
‫َزي ٌز‬
ِ ‫ىع‬ ٌّ ‫ب ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ قَ ِو‬ ِ َّ‫ْٱل َح ِدي َد فِي ِه بَ سٌ َش ِدي ٌد َو َمنَفِ ُع لِلن‬
ُ ‫اس َولِيَ ْعلَ َم ٱهَّلل ُ َمن يَن‬
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa”. (Qs. Al Hadid: 25)20
Masyarakat yang sesunggunhnya adalah mereka yang memberikan
keadilan bagi lainnya secara mutlak bagi seluruh manusia., menjaga
martabat mereka dalam bentuk mendistribusikan kekayaan secara adil,
memberikan kesempatan yang sama bagi mereka untuk mencari
penghidupannya, memperoleh hasil kerja dan usaha yang telah
diupayakannya tanpa berlawanan dengan individu lainnya dengan sesuai
pada kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama.
Keadilan sosial bagi masyarakat muslim berlaku bagi semua pendudk
dengan meliputi berbagai agama, ras, bahasa dan warna kulit. Itulah
puncak dari keadilan, yang tidak ditemukan dan dicapai di dalam undan-
undan internasional atau reguler hingga saat ini.21 Ketika keadilan mampu
diterapkan oleh setiap masyarakat muslim dalam pengamalan hubungan
muamalahnya, maka masyarakat sudah pasti tidak perlu lagi merasakan
kecemasan karena tidak memiliki daya/kekuatan dan tertindas oleh pihak
yang lebih beruntung sebab telah ada sistem dan aturan yang mengatur
hubungan antar umat manusia secara arif dan bijaksana yang telah
diajarkan didalam makna keadilan.
2. Prinsip Persamaan

20
Alquran, Al Hadid ayat 25, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Kudus: Menara Kudus)
21
Muhammad Ali Al-Hasyim, Keadilan dan Persamaan Dalam Masyarakat Muslim, Jurnal Islamhouse.com,
2009, 7

12
Manusia dengan segala perbedaan yang disandangnya, dengan
berbagai bangsa, warna kulit, ras, dan bahasa dan juga dengan berbagai
strata sosial yang ada, profesi yang digeluti, dan harta yang dimiliki,
semuanya adalah hamba Allah. asal mereka satu dan pencipta mereka satu,
tidak ada perbedaan dalam kedudukan mereka sebagai manusia, juga
dengan hak-hak dan kewajiban yang disandangnya. Ini merupakan
konsekuensi logis dalam masyarakat islam, dan ini merupakam salah satu
pilar akidah islam yang mendasar.
Bila mengacu pada peryataan diatas, kelompok-kelompok masyarakat
yang ada seperti punguasa dan rakyat memiliki kedudukan yang sama di
dalam pandangan syariat islam dari segi hak-hak dan kewajiban sebagai
manusia, tidak ada kelebihan sebagaian atas yang lain dari segi penciptaan,
perbedaan hanya ditemukan dalam bentuk kemampuan, bakat, amal dan
usaha, dan status beban pekerjaan yang ditekuni. 22
yang menjadi pembeda
antara individu satu dengan individu lainnya adalah diukur dari kadar
ketaqwaannya kepada Allah. Dalam pratiknya pada kehidupan
bermasyarakat tercermin dari seberapa keras usaha yang diupayakan, bakat
yang terus ditumbuhkan, dan ilmu yang terus dicari hingga penghargaan
yang diterima atas usaha yang telah dikerjakan. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam surat Qs al Hujarat: 13
‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا خَ لَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َعا َرفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم‬
‫ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”. (QS. Al Hujarat: 13)23
3. Prinsip Partisipasi

22
Muhammad Ali Al-Hasyim, Keadilan dan Persamaan Dalam Masyarakat Muslim, Jurnal Islamhouse.com,
2009, 21
23
Alquran, Al Hujarat ayat 13, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Kudus: Menara Kudus)

13
Partisipasi merupakan poin dasar dalam pendekatan pemeberdayaan
masyarakat yang bersifat berkesinambungan serta proses aktif yang
berkelanjutan dan erat kaitannya dengan pemberdayaan
masyarakat.dengan menilai berhasil tidaknya akan terlihat dari bagaimana
partisipasi masyarakat dapat terjadi pada praktiknya. Dengan melihat
proses pemberdayaan masyarakat, maka nantinya akan terlihat bagaimana
kondisi masyarakat tersebut dan seperti apa karakteristik berfikir
masyarakat tersebut. Mana kala sikap partisipasi masyarakat sudah
terbentuk maka akan terlihat perkembangan pola berfikir dari masyarakat
tentang kesadaran akan kebutuhan mereka. Partispasi merupakan suatu
keadaan dimana masyarakat ikut serta dalam proses penerjemahan masalah
dan bagaimana cara menanganinya, keputiusan atau tindakan apa yang
musti diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut 24
Di dalam islam sendiri kata partisipasi memiliki padanan kata dengan
kata syura berasal dari kata syawara yusyawiru yang berarti menjelaskan,
menyatakan, atau mengajukan dan mengambil sesuatu. Bentuk lainnya
adalah tasyawara artinya berunding, saling bertukar pendapat. Syawir,
yang berarti meminta pendapat atau musyawarah. 25
Jadi dapat ditarik
proposisi syura atau musyawarah adalah saling menjelaskan dan
merundingkan atau salaing berdialog dan berdiskusi dalam rangka
memecahkan suatu perkara yang ada.
Terdapat ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bab ihwal musyawarah
antara lain dalam surat Ali-Imron:159
ۖ ‫اورْ هُ ْم فِى ٱَأْل ْم ِر ۖ فَِإ َذا لِنتَ لَهُ ْم‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ٱهَّلل ِ فَٱعْفُ َع ْنهُ ْم َوٱ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
ُّ‫ك ۖ َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحب‬ َ ِ‫وا ِم ْن َحوْ ل‬ ۟ ُّ‫ب ٱَلنفَض‬ ِ ‫َولَوْ ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْٱلقَ ْل‬
َ‫ْٱل ُمتَ َو ِّكلِين‬
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
24
Adenasi Dio, dkk. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri,
Prosding Ks. Riset dan PKM, Vol. 2, No. 3. h 349
25
Yulinda Tyas Ayu, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Partisipasi Masyarakat Desa Pampang Tengguk Jaya, Fak
Syariah UIN Raden Intan Lampung: 2017. 51

14
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya”. (QS. Ali Imron: 159)26
4. Prinsip Penghargaan Terhadap Etos Kerja
Etos adalah karakteristik atau sikap, kebiasaan serta kepercayaan, dan
bersifat khusus baik itu pada personal individu atau sekelompok
masyarakat. itilah kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang memiliki unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga,
masyarakat lingkungan dan negara.27 Etos kerja menurut islam adalah hasil
dari suatu kepercayaan seorang muslim, bahwa kerja memiliki kaitan erat
dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh ridho dari Allah SWT.
Berkenaan dengan hal tersebut, penting untuk ditegaskan bahwasannya
islam adalah agama amal atau kerja. Pemberdayaan masyarakat selalu
melihat tentang bagaimana seorang individu atau kelompok dapat
memiliki etos kerja yang berguna bagi kemaslahatan bersama dalam
rangka menumbungkembangkan rasa saling memiliki antar sesama.
perintah dan pembelajaran tersebut terdapat ayat Al-Qur’an surat At-
Taubah: 105
ِ ‫وا فَ َسيَ َرى ٱهَّلل ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُ ۥهُ َو ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ ۖ َو َستُ َر ُّدونَ ِإلَ ٰى ٰ َعلِ ِم ْٱل َغ ْي‬
‫ب‬ ۟ ُ‫َوقُ ِل ٱ ْعمل‬
َ
َ‫َوٱل َّش ٰهَ َد ِة فَيُنَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
Artinya:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS. At Taubah: 105)28
5. Prinsip Tolong-menolong (ta’awun)
Islam telah memberikan pengajaran yang begitu gamblang terkait
dengan bagaimana memberikan suatu penyelesaian maslah yang praktis
terhadap permasalahan ekonomi modern dengan mengubah masyarakatnya
26
Alquran, Ali Imron ayat 25, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Kudus: Menara Kudus)
27
Harahap syahrin, Islam, Konsep dan Implementasi Pemberdayaan (yogyakarta: Pt. Tiara Wacana Yogya,
1999), 132
28
Alquran, At Taubah ayat 105, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Kudus: Menara Kudus)

15
yang hanya mengurusi atau mementingkan dirinya sendiri kepada sifat
bagaimana masyarakat dapat saling merangkul, saling tenggang rasa, dan
saling tolong menolong terhadap sesama. Semua orang didorong agar
mampu untuk bekerja bersama-sama delam membentuk suatu sistem
perekonomian berdasa pad prinsip persamaan dan keadilan yang akhirnya
membentuk ssebuah prinsip tolong-menolong. Setiap individu bertugas
dan bertanggungjawab kepada semua pihak hingga akhirnya
pemberdayaan masyarakat dapat tersebar dengan masif. 29
“Dan barang siapa memudahkan atas orang yang susah, Allah akan
memudahkan atasnya di dunia dan di akhirat, Allah senantiasa
menolong hamba-Nya, selagi itu hamba mau menolong saudaranya”
(H.R. Muslim).
Berikut orang-orang yang tidak mampu bekerja, maqka islam
mewajibkan kepada orang disekitarnya untuk membantunya, memberikan
bantuan materil bagi masyarakat yang kurang mampu sebagai bentuk
nyata dari kepedulian pada mereka, sebagai pihak yang memiliki
kelebihan materi terhadap mereka yang kurang mampu 30. Sehingga akan
tercapainya suatu tatanan masyarakat yang memiliki karakteristik humanis
dengan di amalkannya prinsip tolong menolong antar sesama yang
membawa pada keberdayaan umat.
Di dalam perspektif islam, kegiatan pemberdayaan bertalian erat
dengan prosesi dakwah yang selaras dengan konsepsi pemberdayaan yang
telah dikembangkan dewasa ini bahkan sudah diajarkan sendiri oleh Nabi
Muhammad SAW melalui pemerintahan yang dijalankannya dengan ibrah
yang telah ditinggalkannya bagi umat. Konsep pemberdayaan berbasis
islam dapat diartikan bahwa dakwah pengembangan berusaha
menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dari
masyarakat secara lahir dan batin. Upaya yang dilakukan dengan
membawa pada kehidupan yang islami, dengan meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan serta kemampuan dalam menguasai IPTEK. Dengan

29
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid !, (Yogyakarta: CV. Taberi, 1995), 74-75
30
An-Nabhani, Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti,
2009)

16
keberdayaan jasmani dan rohani tersebut, cita-cita menuju masyarakat
yang ideal dapat tercapai.
Maka bentuk dari dakwah yang terjadi di lapangan pada konteks sosio-
kultural saat ini dikembangkannya proses humanisasi masyarakat yang
telah lama terjebak dalam paham fatalistik. Sebagai bentuk dari proses
pengembangan masyarakat, konsep dakwah dikembalikan pada upaya
membangun kesadaran masyarakat. kegiatan dakwah menitikberatkan
pada proses dialog dalam rangka menumbuhkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki sebagai makhluk yang diberikan daya berfikir dengan
kemampuan untuk mengelola diri dan lingkungannya. 31
c. Strategi dan Metode Pemberdayaan
Strategi pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga pintu
aras pemberdayaan (empoworment setting) mikro, mezzo, dan makro.
1. Aras Mikro, pemberdayaan dijalankan pada sasaran secara individual
melalui proses bimbingan dan konseling. Tujuan utamanya adalah
membimbing dan mengarahkan ssaran klien dalam menjalankan tugas-
tugas kesehariannya. Model ini sering disebut dengan pendekatan yang
bertumpu pada tugas (task centered approach)
2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dijalankan pada kelompok . pemberdayaan ini
dilakukan dengan menggunakan kelompokn sebagai media
mempengaruhi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, umumnya
digunakan sebagai strategi mempengaruhi dalam meningkatkan kesadaran
kelompok. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap sasaran klien agar
memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalah yang dihadapinya.
3. Aras Makro. Pendekatan ini juga disebut dengan strategi besar, karena
sasaran perubahan ditujukan pada sistem sosial lingkungan yang lebih
luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi nyata,
lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, merupakan
beberapa strategi yang digunakan dalam pendekatan ini. Strategi ini
memandang sasaran klien sebagai individu yang memiliki kemampuan

31
Ramdhani Rahmat,” Dakwah dan Pemberdyaan Masyarakat Berbasis Agama”, Syi’ar Vol. 18 No. 2, Juli-
Desember 2018. H 13-14

17
untuk memahami situasi-situasi mereka, dan untuk memilih serta strategi
yang sesuai untuk bertindak.32
Setelah melihat strategi pemeberdayaan masyarakat diatas, selanjutnya
di dalam proses pemberdayaan terdapat beberpa metode yang digunakan.
Seperti yang sudah dirangkum oleh Hardiyanti dalam penelitiannya, seperti:
1. Rapid Rural Appraisal (RRA)
Rapid Rural Appraisal atau RRA merupakan metode pemberdayaan
yang berlangsung secara singkat. Metode ini hanya berisikan tentang
bagaiamana upaya mencari cara belajar bagi orang?kelompok luar tentang
bagaiaman kehidupan di desa atau sasaran masyarakan yang akan
diberdayakan. Metode ini dirasa belum memiliki ketepatan dalam
menggandeng sasaran, masyarakat, dan pihak-pihak terkait untuk ikut serta
berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan yang diselenggarakan.
2. Participatory Rural Appraisal (PRA)
Partcipatory rural appraisal atau PRA adalah sebuah metode yang
telah disempurnakan dari metode sebelumnya yakni Rapid Rural Appraisal
atau RRA. Karena metode PRA dilakukan dengan cara mengikutsertakan
individu, masyarakat, dan juga pihak-pihak terkait dengan melalui
fasilitasi dari orang luar masyarakat setempat yang bertugas sebagai
narasumber dan juga sebagai penghubung. Dalam hal ini bertugas menjadi
penjembatan kebutuhan dari masyarakat yang akan diberdayakan.
3. Focus Grup Discussion (FGD)
Focus Grup Discussion atau FGD diartikan dengan diskusi kelompok
yang terarah. FGD merupakan metode yang dipakai dalam proses
pemberdayaan masyarakat dilakukan bisa secara individu dengan individu
dan kelompok satau dengan kelompok lainnya. Biasanya terdiri dari 10-30
orang yang terdiri dari seorang pemandu yang memberikan arahan untuk
mendiskusikan pemahamanatau penagalaman yang berkaitan dengan
program dan kegiatan pemberdayaan.
4. Participatory Learning and Action (PLA)
Participatory Learning and Action atau PLA merupakan metode
pemberdayaan yang pada mulanya dikenal dengan istilah learning be

32
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Cet Ke-1 (Bandung: PT Refika Aditama,
2005), h 67

18
doing yang dapat diartikan dengan belajar sambil bekerja. Dapat dilihat,
bahwa PLA adalah metode pemberdayaan yang dilakukan dengan melalui
proses belajar berkaitan dengan suatu topik seperti penegeloaan lahan,
pengelolaan sampah, dan lainnya. Setelahnya dilaksanakan aksi atau
kegiatan nyata yang berkaitan dengan topik pemberdayan tersebut.
5. Pelatihan Partisipatif
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan pengantar dengan
scoping yakni penelusuran tentang program pelatihan yang diperlukan,
selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan need assesment berdasarkan pada
hasil analisis tersebut, dirangkailah program pemberdayaan masyarakat
secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan yang ada.33
d. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah mencakup semua aspek kehidupan
umat baik itu yang bersifat mengatur dan mengembangkan pada bidang
kemiskinan, perekonomian, pendidikan, lingkungan, kesehatan, budaya, dan
agama (M Munir:2006). Adapun tahapan-tahapan dalam pemberdayaan
masyarakat islam dapat mengacu pada pendapat yang telah dijabarkan oleh
Isbandi Rukminto, 2001. Diantaranya sebagai berikut:
1) Tahap persiapan program. Pada tahap persiapan ini terdapat dua bentuk
kegiatan yang musti untuk dilaksanakan yakni penyiapan petugas dan
penentuan lokasi program
2) Tahap assesment. Bentuk kegiatan yang dilaksanakn pada tahap ini adalah
dengan melakukan identifikasi masalah dan kebutuhan yang diperlukan,
serta sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat. assesment dapat
dilakukan melalui metode Participatory rural appraisal (PRA) dan focus
group discussion (FGD).
3) Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini,
penyelenggara program berusaha untuk menjembatani masyarakat untuk
penyusunan perencanaan dan memutuskan program kegiatan sebagai
agenda bersama yang perlu dilaksanakan.

33
Hardiyanti, Pemberdayaan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa Melalui Pelatihan Life Skill Guna Membentuk Jiwa
Kewirausahaan di Panti Asuhan Daru Hadlanah Desa Waturoyo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati, Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam IAIN kudus 25 No. 2, 2020. h 21-22

19
4) Tahap formulasi rencana aksi. Bentuk kegiatan pada tahap ini ialah
fasilitator membantu membimbing warga atau kelompok masyarakat untuk
menyusun proposal rencana kegiatan yang selanjutnya nanti akan
disalurkan kepada penyedia dana.
5) Tahap pelaksanaan program. Tahap pelaksanaan program ini merupakan
tahapan yang paling penting dalam proses pemberdayaan masyarakat.
maka agar kegiatan dapat berjalan dengan lancara sesuai dengan
perencanaan diawal, pihak-pihak yang terkait musti dapat menghindari
segala bentuk penyimpangan yang ada demi berjalannya kegiatan.
6) Tahap evaluasi. Kegiatan evaluasi perlun dilakukan pasca program
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dalam rangka untuk mengukur
sejauh mana tingkat keberhasilan program yang sudah dijalankan.
7) Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahapan akhir dari proses
pemberdayaan. Dengan menghentikan atau memutuskan segala bentuk
kegiatan pemberdayaan karena masyarakat telah dianggap untuk bisa
mandiri. 34
Keseluruhan tahapan yang telah dipaparkan diatas adalah bentuk umum
tahapan pemberdayaan masyarakat yang sering ditemukan. Pada praktiknya
tahapan ini tidaklah bersifat absolut benar, karena dinamika yang terjadi di
masyarakat sering kali datang secara tidak terduga. Hal ini juga terjadi di
taman baca masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang yang kini telah menjadi
sebuah bentuk lembaga dengan kegiatan pemberdayaan yang rutin dilakukan.
e. Tujuan Pemberdayaan
Jika melihat konsepsi pemberdayaan yang telah dikemukakan diatas,
maka tujuan pemberdayaan terdapat beragam upaya perbaikan sebagai berikut:
1. Perbaikan Pendidikan (better education) diartikan bahwa pemberdayaan
musti dirancang sebagai bentuk pendidikan yang lebih baik. Perbaikan
pendidikan yang dilakukan dengan pemberdayaan, tidak terpaku pada:
perbaikan materil, perbaikan metode, perbaikan yang menyangkut tempat
dan waktu, serta hubungan antara fasilitator dengan sasaran, tetapi jauh
lebih dari itu yang terpenting adalah perbaikan pendidikan yang mampu
memberikan energi kepada masyarakat untuk belajat sepanjang hayat

34
Muhtadi Tantan, Manjemen Pengembangan Masyarakat Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h

20
2. Perbaikan Aksesbilitas (better accessibility) dengan tumbuh dan
berkembangnya semangat belajar sepanjang hayat, diharapklan akan
mampu mempermudah aksesbilitasnya, khususnya pada sumber informasi,
pembiayaan, penyedia produk dan layanan, dan pemasaran
3. Perbaikan Tindakan (better action) dengan sudah adanya perbaikan
pendidikan dan aksesbilitas dengan beragam sumberdaya yang ada,
diharapkan akan tiimbul adanya tindakan-tindakan yang semakin terarah.
4. Perbaikan Kelembagaan (better institution) dengan perbaikan tindakan
yang dijalankan, diharapkan mampu memperbaiki kelembagaan, termasuk
didalmnya pengembangan jejaring kemitraan.
5. Perbaikan usaha (better business) dengan perbaikan pendidikan untuk
semangat belajar, perbaikan akses kebutuhan, perbaikan kegiatan, dan
perbaikan kelembagaan yang dilakukan, diharapkan akan mampu
memperbaiki bisinis yang dijalankan.
6. Perbaikan Pendapatan (better income) dengan perbaikan bisnis yang
dilakukan, diharapkan akan mampu memperbaiki pendapatan yang handini
7. Perbaikan Lingkungan (better environment) dengan melalui perbaikan
pendapatan diharapakan dapat memperbaiki lingkungan, karena kerusakan
lingkungan seringkali dipengaruhi oleh kemiskinan dan pendapatan yang
terbatas.
8. Perbaikan Kehidupan (better living) dengan tingkat pendapatan dan
kondisi lingkungan yang semakin membaik, diharapakan dapat
memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompoknya.
9. Perbaikan Masyarakat (better community) dengan keadaan kehidupan yang
membaiki, yang ditunjang dengan lingkungan yang sehat, diharapakan
akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula. 35
2. Gerakan Literasi
a. Definisi Gerakan Literasi
Literasi berasal dari bahasa latin yakni literatus yang berarti ditandai
dengan huruf, atau melek huruf, atau berpendidikan. Secara umum dimaknai
dengan kegiatan membaca dan menulis. Dari akar kata tersebut kemudian
diserap dalam bahasa Inggris yang menjadi literete. Di dalam kamus Oxford

35
Handini Sri dkk, Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pengembangan UMKM di Wilayah Pesisir,
(Surabaya: Unitomo, 2019) h 48

21
Learner’s Dictionories mengartikan dengan able to read and write yang berarti
mampu membaca dan menulis.36 Senada dengan itu, di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia KBBI daring, kata literasi dimaknai dengan; 1) kemampuan
menulis dan membaca, 2) pengetahauan atau keterampilan pada bidang atau
aktivitas tertentu, 3) kemampuan individu dalam mengelola informasi dan
pengetahuan untuk kecakapan hidup.37 Pada awalnya literasi dipahami dengan
kegiatan membaca saja, karena didalam kegiatan membaca merupakan dasar
untuk mengenali lambang bahasa untuk memahami suatu informasi atau
pengetahuan. Dengan pemahaman dasar tersebut ber-literasi sebatas kegiatan
membaca atau melek aksara.
Sementara jika di lihat dari sudut pandang terminologis, menurut
kacamata para ahli diantaranya: menurut Djoko Saryono memaknai literasi
sebagai wujud kemampuan berfikir kritis dan kreatif yang ditunjang dengan
kebiasaan dan kegemaran membaca dan menulis yang baik hingga dimaknai
seseorang yang literat bisa menilai informasi-informasi yang diperolehnya. 38
Dapat dipahami, dalam konteks ini liteasi bukan saja dimaknai dengan
kegiatan sebatas membaca saja, akan tetapi lebih dari itu literasi adalah proses
kegiatan untuk berfikir kirtis yang mengarah pada kreatifitas sebagai wujud
dari proses membaca dan menulisnya. Sedangkan menurut Sri Tiarti,
mendefrinisikan literasi dengan kemampuan membaca dan menulis dengan
menggunakan sistem baca-tulis. 39
Pemaknaan konsepsi literasi yang lebih mendalam menurut Suwandi
Sarwiji yakni tidak lagi bermakna tunggal, melainkan bermakna jamak (multi-
literacies). Akan tetapi perlu dipahami, bermacam-macam arti literasi dapat
dimungkinkan untuk terus mengalami perkembangan yang begitu dinamis.
Oleh karenanya, tidak menutup peluang perubahan dan pendalaman makna
literasi sesuai dengan konteks yang ada. Sekurang-kurangnya ada lima
konsepsi literasi sesuai dengan perkembangannya:
1. Literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis pada lingkup
tradisional. Pada tahap ini, literasi hanya dipahami sebagai kemampuan
36
Kamus Oxford Leraner’s Dictionaries,
(http://oxfordlearnerdictionaries.com/definition/english/literete?q=literete) diakses pada tanggal 8 Mei 2022
37
KBBI Daring, (http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/literasi) diakses pada tanggal 8 Mei 2022
38
Saryono Djoko, Literasi Episentrum Kemajuan Budaya dan Peradaban (Malang: Pelangi Sastra, 2019), h 4
39
Triarti Sri, Perkembangan Pemahaman Bacaan, dalam Singgah D Gunarsa, Dari Anak Samapai Usia Lanjut,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h 43

22
memahami bahasa untuk komunikasi sehatri-hari, baik tertulis ataupun
lisan. Kegiatan membaca, menulis, memahmi, menyimak, dan berbicara
merupakan aspek dasar dalam mengakses informasi lalu menggunakannya
untuk menyampaikan temuan informasi yang diperoleh.
2. Literasi sebagai aktivitas sosial dan budaya. Merujuk pada Deklarasi
Praha, yang di inisiasi oleh UNESCO pada tahun 2003, memberikan
informasi bahwa literasi bukan saja persoalan bahasa, akan tetapi termasuk
juga mencakup hal-hal yang begitu luas meliputu bentuk praktik dan
hubungan sosial yang berkenaan dengan pengetahuan dan budaya
masyarakat. dalam hal ini literasi dipahami dengan pemahaman individu
atau kelompok atas lingkungan sosial dan budaya disekitarnya. Sebab pada
dasarnya, lingkungan sosial budaya tersebut merupakan wahana teks, baik
itu yang disampaikan melalui narasi atauapun simbol-simbol sosial-
kebudayaan. Pada tataran ini sesosarang ditugasi untuk mampu
menangkap dan memahami realitas sosial yang ada disekitarnya.
3. Literasi dalam perkembangan IPTEK. Literasi pada tahap ini memiliki 3
aspek dasar yakni; a) kemampuan individu dalam memanfaatkan dan
mendayagunakan IPTEK dengan bijak sehingga individu tersebut tidak
tertinggal oleh perubahan era modern, b) kecerdaan sesorang dalam
pemanfaatan IPTEK susuai dengan kebutuhannya, hingga pada akhirnya
akan mampu menggunakan kebermanfaatan yang diperoleh dengan arif
dan bijaksana, c) kecakapan seseorang dalam menggunakan IPTEK
ditujukan untuk mengembangkan potensi dirinya.
4. Literasi ditinjau sebagai kontruksi sosial yang tidak netral. Hal ini
berkenaan dengan kemampuan individu dalam memaha,i kenyataan
ideologis bahwa teks dan narasi yang ada tidak bersifat netral. Sebab,
dimunkinkan teks dan narasi tersbut diperuntukan untuk kepentingan,
tujuan, dan maksud tertentu yang tidak selalu positif tetapi juga negatif.
Berwal dari sini diharapkan individu akan semakin selektif dalam memilih
dan memilah informasi yang ditemuinya.
5. Literasi sebagai multiliterasi. Mengandung arti keterampilan individu
dalam menggunakan berbagai cara untuk memahami dan menyalurkan ide

23
dan gagasan serta informasi dengan menggunakan beragam sarana yang
ada seperti; bahasa verbal, visual, audio, tulisan, multimedia dst. 40
Selaras dengan apa yang telah dikemukakan diatas, Islam merupakan
agama yang begitu memperhatikan ilmu pengetahuan. Banyak bidang ilmu
pendidikan yang berkembang dengan pesat berkat kntribusi pemikiran tokoh-
tokoh muslim. Ilmu kedokteran berkembang dari pemikiran Ibnu Sina, begitu
juga dengan ilmu pendidikan yang berkembang dengan pesat karena jasa dari
Hassan Al-Banna. Perkembanga ilmu pengetahuan meruapakan hasil
peradaban islam yang memberikan sumbangsihnya terhadap ilmu sehingga
pemahaman (literete)terhadap nilai-nilai islam yang baik dapat dijadikan
sebagai petunjuk bagi umat dalam menjalankan aktivitasnya. Al-Qur’an
sebagai Mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW merupakan
sumber bagi segala sumber ilmu menjadi pendorong bagi perkembangan ilmu
pengetahuan (sains).41
Sejalan dengan hal tersebut Gerakan Literasi kemudian di inisiasi oleh
Kemendikbud dengan di selenggarakannya berbagai macam program Gerakan
Literasi Nasional (GLN) melalui program Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan
Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat. Gerakan ini merupakan
upaya untuk mengharmonikan semua potensi serta memberikan kesempatan
bagi keikutsertaan publik dalam menumbuhkan, mengembangkan, dan
membudayakan literasi di Indonesia. Dilaksanakan secara masif, baik dalam
lingkup keluarga, sekolah maupun masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.
b. Tujuan Gerakan Literasi
Tujuan umum dari Gerakan Literasi adalah untuk
menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari
keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang
hayat sebagai upaya peningkatan kualitas hidup.dengan diselenggaraknnya
Gerakan Literasi yang berjalan secara masif dan sistematis di seluruh wilayah
Indonesia diharapakan akan mampu mendorong pertumbuhan intelektualitas
masyarakat di dalam merespon perubahan yang begitu dinamis. Akses
pendidikan atau ilmu pengetahuan dapat diperoleh siapapun, kapanpun dan
40
Sarwiji Suwandi, Pendidikan Literat: Membangun Budaya Belajar, Profesionalisme Pendidik, dan Budaya
Kewirausahaan untuk Mewujudkan Marwah Bangsa (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2019), h 9-15
41
Miharjo Fuad Jaya, Literasi Islam dan Literasi Sains Sebagai Petunjuk Penjamin Mutu Kualitas Manusia
Indonesia di Era Globalisasi, (Malang: Prosding Seminar Nasional II, 2016), h 1015

24
dimanapun tanpa ada seseorang yang memonopoli pengetahuan sehingga
akan lahirlah masyarakat yamg berdaya.
c. Prinsip Gerakan Literasi
Gerakan Literasi diselenggarakan dengan berpatokan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Berkesinambungan
Sebagai suatu gerakan, literasi musti diselenggarakan secara terus-menerus
dan berkesinambungan, tidak terpaku pada pergantian pemerintahan.
Literasi musti menjadi program wajib pemerintah yang selalu
menginformasikan kepada seluruh elemen masyarakat, pemimpin, tokoh
masyarakat, tokoh agama, cendikia, remaja, dan warga masyarakat.
sehingga budaya literasi dapat terbentuk secara harmoni diantara keluarga,
sekolah, dan masyarakat
2. Terintegrasi
Penyelenggaraan Gerakan Literasi musti terintegrasi dengan program yang
diselenggarakan oleh instansi terkait, termasuk non pemerintahan. Dengan
demikian literasi menjadi program yang saling memiliki dan menguatkan
dengan program lainnya.
3. Melibatkan Semua Pemangku Kepentingan
Sebagai suatu gerakan, Literasi musti memberikan kesempatan dan
keterlibatan bagi semua pihak yang terkait, baik itu secara individual
maupun kelompok. Literasi musti menjadi milik bersama, menyenangkan,
dan mudah untuk dipahami dan dilaksanakan baik itu di lingkungan
keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.42
d. Strategi Gerakan Literasi Taman Baca Masyarakat
Agar TBM mampu menjadi salah satu motor penggerak dalam
pengembangan budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Pricipal”s
Guide to Literacy Instruction, menyebutkan bebrapa strategi yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan budaya literasi diantaranya:
1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
Lingkungan fisik merupakan dasar pertama yang dapat dilihat dan
dirasakan warga sekitar. Oleh karenanya, lingkungan fisik perlu terlihat
ramah dan kondusif untuk digunakan sebagai tempat pembelajaran.
42
Atmazaki, Panduan Gerakan Literasi Nasional, (Jakarta: Kemendikbud, 2017), h 5-6

25
Tempat yang digunakan untuk mendukung pengembangan budaya literasi
seyogyanya memberikan apresiasi kepada peserta dengan memajang di
suluruh area tempat pembelajaran. Salain itu juga, karya-karya peserta
dapat digilir secara berkala untuk memberikan kesempatan bagi semua
peserta yang terlibat.peserta juga dapat mengakses buku dan bahan bacaan
di semua titik pembelajaran sehingga akan memberikan kesan positif bagi
peserta tentang komitmen pengembangan budaya literasi.
2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi yang literat
Lingkungan sosial dan afektif ditumbuhkan melalui modelm komunikasi
dan interaksi seluruh komponen terkait. Hal ini dapat dikembangkan
dengan pemberian pengakuan atas pencapaian peserta sepanjang
penyelenggaraan kegiatan. Pemberian penghargaan dapat diberikan ketiak
momentum tertentu untuk menghargai kemajuan peserta pada setiap aspek.
Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, melainkan juga pada sikap
dan daya upaya dari peserta. Dengan begitu, setiap peserta mempunyai
kesempatan memperoleh penghargaan. Selain itu, literasi diharapkan dapat
memberikan warna di sepanjang penyelenggaraan program. Hal ini dapat
diwujudkan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng,
karnaval buku tokoh, dan seterusnya. Fasilitator seyogyanya berperan aktif
dalam menggerakn literasi, antara lain dengan membangun budaya
kolaboratif diantara pihak-pihak terkait. Dengan demikian, setiap orang
dapat berperan aktif sesuai dengan keahlian masing-masing.
3) Mengupayakan tempat pembelajaran sebagai lingkungan yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif bertalian dengan lingkungan
akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan
literasi di masyarakat. tempat pembelajaran sebaiknya memberikan alokasi
waktu yang cukup untuk digunakan pembelajaran literasi. Salah satunya
dengan membiasakan membaca selama 15 menit. Untuk menunjang
fasiltator, perlu diberikan pelatihan untuk peningkatan pemahaman tentang
program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaanya.43
Untuk mewujudkan gerakan literasi dengan skala nasional, baik itu
diranah sekolah, keluarga, atauapun masyarakat, dibutuhkan strategi yang
43
Wiedarwati Pangesti, dkk. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, (Jakarta: Kemendikbud, 2016),h 12-13

26
komprehensif terencana. Ada lima komponen dasar strategi yang dapat
diaplikasikan pada konteks gerakan literasi, yakni sebagai berikut
1. Penguatan kapasitas fasilitator . fasilitator literasi berperan sebagai garda
terdepan gerakan litrerasi yang bertugas membantu dan mendorong
masyarakat dalam upaya menumbuhkembangkan budaya literasi pada
ekosistem pendidikan. Pada ranah keluarga, fasilitator literasi erdiri atas
orang tua, dan anggota keluarga lainnya. Di ranah sekolah, fasilitator
terdiri atas kepala sekolah, jajaran guru, dan komponen lainnya. Pada
tatataran masyarakat, fasilitator terdiri atas pegiat literasi dan fasilitator
yang berada di perpustakaan publik atau taman baca masyarakat.
fasilitator memgang peranan yang sangat strategis, oleh karenanya
penguatan kompetensi fasilitator menjadi salah satu upaya yang dilakukan.
2. Peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu. Hal ini menjadi
syarat mutlak ketika gerakan literasi dijalankan. Hingga saat ini bahan
bacaan yang tersedia sebagai sumber belajar bermutu masih dirasakan
kurang mengingat keterbatasan yang ada. Akan tetapi di era sekarang,
pengembangan bahan bacaan literasi yang berbentuk digital dapat menjadi
pilihan alternatif. Sumber belajar yang melimpah dan beragam akan
memberikan keleluasaan bagi pelaku literasi untuk mengakses,
memanfaatkan, dan menumbuhkembangkan kegiatan literasi
3. Perluasan akses terhadap sumber belajar dan cakupan peserta belajar.
Selain sumber belajar, keberhasilan kegiatan literasi jga musti didukung
dengan dimudahkannya akses sumber belajar tersebut. Agara masyarakat
dapat menjangkaunya dengan mudah, diperlukan sarana dan prasarana
penunnjang, seperti layanan taman bacaan dan pojok bacaan di tempat
umum. Kemudahan akses terhadap sumber belajar berdampak pada
perluasan cakupan peserta belajar. Semakin banyak dan mudahnya sumber
pembelajaran literasi yang tersedia, semakin meningkat pula ketertarikan
masyarakat untuk melibatkan diri dalam kegiatan literasi.
4. Peningkatan keterlibatan publik. Kesuksesan gerakan literasi
membutuhkan keterilbatan dan partisipasi aktif dari semua pihak.
Pelaksanaan gerakan literasi di semua lini pendidikan dengan melibatkan
semua pemangku kebijakan. pada lingkup luar kemendikbud, pihak-pihak
yang terlibat yakni perguruan tinggi, perpusnas, Ikapi, lembaga donor, dan

27
lainnya. Gerakan literasi juga memerlukan sumbangsih dari masyarakat
umum, seperti lembaga masyarakat di bidang pendidikan, taman baca
masyarakat, perpustakaan masyarakat, dan para tokoh masyarakat yang
ada. Selain itu juga, dunia industri juga memiliki keterlibatan dalam
gerakan literasi ini melalui penyaluran tanggunjawab sosial perusahaan
(corporate social responsbility) keberhasilan dapat diraih apabila semua
pihak berperan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki
5. Penguatan tata kelola. Mekanisme pengelolaan di ranah sekolah, keluarga,
dan masyarakat menjadi salah satu startegi yang berperan dalam
kesuksesan gerakan literasi. Penguatan tat kelola dilakukan oleh pegiat
literasi dari berbagai elemen merupakan bentuk nyata dan ksesriusan
semua pihak untuk mewujudkan gerakan literasi ini. Dimkasudkan untuki
sinergitas para pemangku kebijakan, pendanaan, dan penyelenggara di
tingkat lapangan dapat terjamin. Untuk itu diperlukan keselarasan akan
fungsi masing-masing.44
3. Taman Baca Masyarakat
a. Pengertian Taman Baca Masyarakat
Taman baca masyarakat isalah salah satu wahan yang digunakan dan
ditujukan pada bidang pendidikan yang berada pada wilayah jangkauan
masyarakat dan dikelola secara swadaya. Mengutip dari kemendikbud taman
baca masyarakat selanjutnya disingkat menjadi TBM merupakan tempat
sekaligus layanan keberaksaraan/literasi masyarakat yang bertujuan untuk
menumbuh kembangkan dan meningkatkan minat baca serta literasi
masyarakat dengan mendayagunakan seluruh potensi sumber daya manusia
dan sumber daya alam dengan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat. 45
Definisi taman baca masyarakat sering juga disamakan dengan
perpustakaan komunitas dan lain yang berada di tengah-tengah masyarakat
sebagai wujud perhatian dari penyelenggara dalam mejembatani kebutuhan
masyarakat akan kebutuhan informasi dalam rangka mencerdaskan kehidupan
berbangsa dan membangun generasi yang berdaya melalui gerakan membaca.

44
Atmazaki dkk, Panduan Gerakan Literasi Nasional, (Jakarta: Kemendikbud, 2017), h 18-19
45
Samto, Pedoman Pelaksanaan Bantuan Pemerintah Penyelenggaraan Taman Baca Masyarakat (TBM),
(Jakarta: Kemendikbud, 2020), h 3

28
Senada dengan hal tersebut, berdasarkan UU No 3 tahun 2007 pasal 1 yang
berbunyi “perpustakaan adalah institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan
atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang bakuu guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi, dan
rekreasi para pemustaka” selanjutnya dalam pasal 2 berbunyi “perpustakaan
diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi,
keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran dan kemitraan.46
TBM dimaknai sebagai institusi dari gerakan minat membaca, jika
diselarasakan menurut pandangan islam memiliki peran yang sangat strategis,
indikasinya adalah perintah Allah yang pertama kali turun kepada Nabi
Muhammad SAW yakni ‘iqra’ (bacalah!). dalam tataran inilah TBM memiliki
peran penting dalam menciptakan ekosistem yang mendukung dalam rangka
untuk mendorong dan memberdayakan agar tumbuh dan meningkat minat
pada kegitatan membaca, sehingga nantinya akan terbentuk masyarakat yang
memiliki budaya membaca (reading society).47 Selanjutnya TBM memiliki
tanggungjawab, wewenang, dan hak masyarakat dalam membangunya,
mengelola dan menumbuhkembangkannya. Dalam Muhsin mengutip Sutarno
NS (2003), dalam hal ini perlu dikembangkannya partisipasi masyarakat
dalam bentuk rasa untuk memiliki, ikut bertanggungjawab, dan ikut serta
memlihara.

b. Bentuk Kegiatan Taman Baca Masyarakat


1. Pengembangan Minat Baca
Pengembangan merupakan bentuk usaha dalam rangka meningkatkan
kemampuan melalui pendidikan atau pelatihan. Pengembangan yakni
proses, cara, atau upaya peningkatan mutu. Minat adalah sumber dorongan
seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan ketika kebebasan
memilih tersedia48. Sedangkan membaca merupakan suatu kegiatan yang
ditujukan sebagai inputan informasi. Masukan informasi yang diperoleh
46
Undang Undang Nomor 3 Tahun 2007 Pasal 1-2.
47
Muhsin, Taman Baca Masyarakat (TBM) Sebagai Bagian Terpusat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
(Yogyakarta: Prosding Seminar Nasional, 2019), h 755-756.
48
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1989), h115.

29
dari membaca memiliki muatan positif dalam memberikan rangsangan
perkembangan pengetahuan dalam menjawab setiap persoalan kehidupan
yang datang silih berganti sehingga pembelajar dapat memahami dan
memberikan solusi atas permasalahan hidupnya49
2. Pendampingan Bimbingan Belajar
Pendampingan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam bentuk
pembinaan, pengajaran, pengarahan pada individu atau kelompok yang
mengarah pada penguasaan, pengendalian, dan pengontrolan50.
Pendampingan belajar selayaknya dilaksanakan tidak hanya diruang
sekolah akan tetapi juga musti dilakukan dirumah. Pada masa kanak-kanak
adalah masa dimana proses perekaman infomasi melalui kegiatan
pendampingan belajar sangat menentukan perekmbangan budi dan daya
yang dimilikinya dalam proses penguatan karakternya.
3. Mendongeng
Mendongeng merupakan bentuk dari sebuah seni bertutur cerita yang
dapat digunakan sebagai metode untuk menyebarkan nilai-nilai kepada
anak tanpa adanya menggurui pada mereka. Mendongeng dan dongeng
adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain, dongeng diartikan
dengan cerita bertutur atau dituliskan yang bersifat hiburan dan umumnya
tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan. Sedangkan mendngeng adalah
sebuah seni yang dituturkan diwariskan para pendahulu yang digunakan
sebagai media dalam sejarah dan peristiwa-peristiwa kepada generasi ke
generasi secara turun-temurun 51.
4. Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan suatu hasil dari budaya masyarakat
yang berkembang dan dimainkan anak-anak dengan segala kekayaan dan
kearifan local. Didalam permainan tradisional seluruh elemen kemanusian
anak ditumbuhkembangkan disini. Permainan tradisional ditujukan
menjadi wahana atau media ekspresi. Keterlibatan dalampermainan
tradisional akan mengasah, menajamkan, mengembangkan, melahirkan

49
Noviar Masjidi, Agar Anak Suka Membaca: Sebuah Panduan Bagi Orang Tua (Yogyakarta: Media Insani,
2007), h 43.
50
Ahmad Abthoki, Peran Ibu Dalam Pendampingan Belajar Anak Melalui Prinsip Individual Learning-Centered,
Jurnal Kesetaraan Gender (PSG) Universitas Negeri Maulana Ibrahim Malang V.4, No. 2 (2009), h 170.
51
Andi Yudha Asfandiyar, Cara Pintar Mendongeng (Bandung: MIzan.2007), h 2.

30
kepekaan rasa, membangun kesadaran social, serta membuka jalan menuju
jati dirinya52
c. Tujuan Taman Baca Masyarakat
Taman baca masyarakat didirikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan literasi yang diperuntukan untuk mendapatkan informasi,
pengetahuan, keterampilan dan lainnya. Ada beberapa poin yang dapat
dijadikan landasan tujuan dari taman baca masyarakat sebagai berikut:
1. Ditujukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat, sehingga pada
gilirannya masyarakat tidak tertinggal informasi pengetahuan dan
terciptanya masyarakat yang literat
2. Merupakan sarana yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar dalam
upaya meningkatkan kreativitas dan ketrampilan dari masyarakat.
3. Digunakan untuk meningkatkan keaksaraan dan berperan dalam
mengurangi masyarakat buta aksara sehingga masyarakat dapat melek
akan aksara.53
Jika meruntut apa yang sudah disebutkan diatas, maka bisa disimpulkan
bahwa tujuan dari ataman baca masyarakat adalah ditujukan untuk
meningkatkan minat baca dari masyarakat sehingga masyarakat dapat
mengakses informasi sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya.
Selanjutnya keberdayaan masyarakat dapat terus ditumbuhkan melalui
gerakan literasi yang kemudian diharapkan akan menjadikan masyarakat
gemar budaya membaca. Dalam hal ini taman baca masyarakat adalah salah
satu motor penggerak yang berperan penting dalam upaya mencerdaskan
masyarakat.
d. Fungsi Taman Baca Masyarakat
Taman baca masyarakat memiliki fungsi sebagai bentuk media informasi
yang dapat dimanfaatkan masyarakat baik yang berhubungan langsung dengan
pendidikan ataupun tidak. Fungsi yang tertanam pada taman baca masyarakat
dapat di indentifikasi seperti :
1. Sumber belajar

52
Tuti Andriani, Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Jurnal Sosial Budaya, Vol,
9, No. 1, Januari-Juli 2012, h 132.
53
Muhsin Kalida, Strategi Networking TBM, (Jakarta: Cakruk Publishing, 2012), h 14

31
Taman baca masyarakat menyedikan bahan bacaan terutama pada buku
adalah sumber belajar yang dapat digunakan untuk mendukung
pembelajaran sepanjang hayat , seperti hal nya dengan menyediakan buku
pengetahuan untuk membuka cakrawala wawasan, juga dapat digunakan
sebagai bahan mengasah ketrampilan praktis yang dapat
diimplementasikan dari membaca, misalnya saja praktik memasak,
budidaya, pertanian, dan digital marketing.
2. Sebagai sumber infotmasi
Taman baca masyarakat dengan peran menyediakan bahan bacaan
berupa, buku, koran, majalah, komik, atau jaringan internet yang dapat
dipergunakan oleh masyarakat untuk mendpatkan berbagai informasi yang
dibutuhkan
3. Sebagai tempat rekreasi dan edukasi
Dengan buku-buku non fiksi yang tersidia diantara koleksi yang dimiliki
TBM dapat memberikan hiburan edukatif dan menyenangkan. Lebih dari
itu, TBM dengan koleksi bahan bacaan yang tersedia diharapakan dapat
menumbuhkan kedewasaan masyarakat dalam berprilaku, bersosial, dan
berpendidikan.54
Berdasarkan keterangan singkat diatas, taman baca masyarakat
selanjutnya disingkat menjadi TBM memiliki peranan yang sangat strategis
sebagai wahana bagi masyarakat sekitar dalam mengenyam pendidikan non
formal sebagai upaya bersama menjadikan budaya membaca masyarakat
dengan berbagai bentuk kegiatan yang dikemas secara menarik dan tentunya
edukatif. Kemudian keberdayaan dari masyarakat akan dapat terus
ditumbuhkan seiring dengan semakin literatnya masyarakat dalam menangkap
dan mengakses informasi yang dibutuhkan.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel Penelitian Terdahulu 1.1
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 Yunus Winoto Studi Tentang Persamaan Adapun
dan Sukaesih Pemberdayaan penelitian ini perbedaannya yaitu

54
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat Kemnterian Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Teknis Bantuan Sarana Bagi
TBM dan Prosedur Pengajuan Bantuan, (Jakarta: Kemendikbud, 2016), h 6

32
Masyarakat dengan penelitian terletak pada objek
Melalui yang akan dan subjek
Penyelenggaran dilakukan oleh penelitiannya.
Perpustakaan Desa peneliti adalah
dan taman baca sama-sama
masyaarakat meneliti tentang
pemberdayaan
masyarakat melalui
penyelenggaraan
perputakaan desa
dan taman baca
masyarakat dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif.
2 Mutia Watul Upaya Taman Persamaan dalam Adapun
Wardah Bacaan Masyarakat penelitian ini perbedaannya yaitu
(TBM) At.Rasyid dengan penelitian terletak pada objek
Dalam penulis terletak dan subjek
Pemberdayaan pada proses penelitiannya.
Masyarakat pemberdayaan
Berbasis Literasi masyarakat melalui
taman baca
masyarakat
3 Yunus Winoto Bacaan Masyarakat Persamaan dalam Adapun
dan Tine (Pemberdayaan penelitian ini perbedaannya yaitu
Silvana Masyarakat dengan penelitian terletak pada objek
Rachmawati (Community penulis terletak dan subjek
Empoworment) pada kegiatan penelitiannya.
Melalui pemberdayaan
Penyelenggaraan masyarakat yang
Taman TBM) diselenggrakan
oleh taman bacaan

33
masyarakat
4 Hutri Agustino Pemberdayaan Persamaan Adapun
Masyaarakat penelitan ini perbedaannya yaitu
Berbasis Gerakan dengan penelitian terletak pada objek
Literasi di Taman penulis terletak dan subjek
Baca Masyarakat pada bentuk penelitiannya.
Pondok Sinau kegiatan
Lentera Anak dilaksanakannya
Nusantara pemberdayaan
masyarakat dengan
melalui gerakan
literasi di taman
baca masyarakat

C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir mengutip dari pendapat Sugiyono merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dan berkaitan dengan faktor-faktor
yang di identifikasi sebagai maslalah yang di nilai urgen. Kerangka berfikir yang baik
akan berusaha menjelaskan secara rinci berkaitan denga teoritis hubungan dengan apa
yang akan diteliti. Hubungan tersebut di rumuskan dala bentuk kerangka berfikir. 55
Setalah melihat kembali hasil uraian pendahuluan yang sudah dijabarkan diatas pada
latar belakang, rumusan masalah, fokus penelitian, dan melihat kajian teori yang ada,
dan konsep yang relevan, maka dapt di sederhanakan dalam bentuk kerangka berfikir
seperti dapat dilihat pada gambar berikut:

Pemberdayaan Masyarakat
di TBM Rumah Belajar
Ilalang

Gerakan Literasi

55 Sasaran:
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Banung: Alfabeta,
2010), h 91 Fasilitator Anak-anak dan Masyarakat
sekitar
34

Mandiri dan Berdaya


Bagan diatas menunujukan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti
berfokus pada pemberdayaan masyarakat di taman baca masyarakat Rumah Belajar
Ilalang dengan melalui program gerakan literasi. Di dalam pelaksanaan program
tersebut dipandu oleh fasilitator yang menjadi relawan literasi di TBM RBI. Sasaran
yang menjadi fokus dari program adalah anak-anak dan masyarakat sekitar. Dengan
program gerakan literasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan analisis sejauh mana
tingkat keberhasilannya hingga pada akhirnya dapat menjadi tolak ukur menuju
kegemaran membaca dan keberdayaan/kemandirian dari masyarakat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif, untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya sesuai
dengan keadaan yang ada. Jika meruntut pendapat dari Baglon dan Taylor,

35
penelitian deskriptif kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan dari orang-orang
atau fenomena yang dapat di amati.56penelitian ini dilaksanakan untuk
membangun pengetahuan melalui penemuan dan pemahaman berdasar pada
metode penyelidikan suatu fenomena sosial dan masalah manusia. dalam
penelitian kualitatif, peneliti merancang suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata, laporan rinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami. 57
sedangkan pada tempat penelitiannya, maka penelitian ini termasuk tergolong
ke dalam penelitian field research (penelitian lapangan), yakni peneliti melakukan
penelitian secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data dan informasi dari
narasumber.58 Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan informasi langsung dari
pendiri Rumah Belajar Ilalang, fasilitator, rangers, masyarakat lingkungan, dan
kelompok anak-anak yang turut meramaikan tempat pemebalajaran sepanjang
hayat yang diperuntukan juga bagi warga masyarakat sekitar.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif lebih memfokuskan bahwa kenyataan itu
berdimensi jamak, interaktif, dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang
diterjemahkan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif digunakan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial yang ada dari sudut pandang partisipan.
Partisipan adalah orang-orang yang diwawancarai, diobservasi, diminta
memberikan data, pendapat, pemikiran, dan pandangannya.
Penelitian kualitatif berusaha untuk mengkaji pandanga partisipan dengan
berbagai macam cara yang bersifat interaktif seperti halnya observasi langsung,
observasi partsipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, dan teknik-
teknik pelengkap. Penelitian kualitatif memiliki dua maksud utama yakni untuk
memberikan gambaran dan mengungkap (to describe and explore) serta
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).59

56
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), h 3.
57
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kualitatif dan Kuantitatif) Cet. Ke-1, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009), h 11.
58
Iwan Hernawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Methode) Cet. Ke-!
(Kuningan: Hidayatul Qur’an Kuningan, 2019), h 100
59
Sendu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, Cet. Ket-1 (Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
2015), h 11-12

36
B. Setting penelitian
1. Tempat Penelitian
pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Taman Baca Masyarakat
(TBM) Rumah Belajar Ilalang, Kecapi, Tahunan, Jepara. Peneliti mengambil
lokasi ini dengan pertimbangan bahwa letak lokasi tempat tinggal peneliti dengan
tempat penelitian cukup dekat jangkaunnya., selain itu juga peneliti memiliki
ketertarikan pada sepak terjang, kegiatan dan semua yang ada di TBM Rumah
Belajar Ilalang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni sampai dengan
bulan Juli 2022.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam kegiatan penelitian, seperti:
1. Pendiri Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang
2. Fasilator dan Ranger Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang
3. Warga masyarakat lingkungan Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Belajar
Ilalang
4. Kelompok anak-anak di Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang
D. Sumber Data
Mengutip pendapat Silalahi (2010:218), data ialah hasil dari pengamatan dan
pengukuran secara empiris yang mengungkap fakta tentang corak dan karakteristik
dari suatu fenomena tertentu.60 Data-data yang digunakan sebagai acuan dalam
penelitian ini diambil dari berbagai sumber, yakni sumber primer dan sekunder. Data
yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Data pimer merupakan data yang diperoleh dari informan melalui hasil
wawancara.61 Data yang telah diperoleh kemudian diolah kembali berdasarkan
kaidah yang berlaku. Data primer atau data langsung dari lapangan ialah data yang
diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran

60
Adi Kusumastuti dan Ahmad Mustamil, Metode Penelitian Kualitatif, (Semarang: Lembaga Pendidikan
Sukarno Pressindo, 2019), h 29
61
Sujerweni Wiratana, Metodologi Penelitian, Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami, (Yogyakarta: Pustaka
Baru Press, 2014), h 73

37
atau alat pengambilan data langsung dari subjek sebagai sumber informasi. 62
Dalam penelitian ini peneliti mengawali dengan memfokuskan pada subjek.
Pada sumber data primer ini peneliti memperoleh dari pendiri Taman Baca
Masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ialalng, fasilitator, Rangers, dan masyarakat
lingkungan yang berpartisipasi. Selain itu juga peneliti mewawancarai kelompok
anak dan pemuda yang terlibat di TBM Rumah Belajar Ilalang, Tahunan, Jepara.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder
merupakan informasi yang dibuat oleh orang lain dan masih dapat digunakan oleh
peneliti untuk penelitian ini. Contoh data sekunder misalnya jurnal, buku catatan,
media online, dan majalah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
sumber data yang dapat digunakan untuk melengkapi data yang dikumpulkan
yang berasal dari jurnal dan buku yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti
amati.
E. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarakan berbagai jenis data yang dibutuhkan, dan tersedianya sumber
data yang dapat dimungkinkan pencarian informasi dilapangan, maka peneliti disini
menentukan teknik pengumpulan data yang tepat yang disesuaikan dengan kondisi,
waktu, dan biaya yang akan digunakan serta pertimbangan lainnya yang bakal
mempengaruhi efektifitas penelitian. Penelitian ini menghimpun data melalui
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Fokus pengamatan dilakukan terhadap
tiga pilar utama, yakni space (ruang dan tempat), actor (pelaku), dan activity
(kegiatan). Selama penelitian dilaksanakan, peneliti berupaya menempatakan diri
sebagai human instrumen yang memberikan alokasi waktu yang banyak di lapangan.63
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data, antara lain sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dengan melalui pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang sedang diteliti (Usman dan Purnomo, 2004).
Sedangkan jika menurut Sukmadinata (2005) mengemukakan bahwa observasi
(obsevation) atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara yang digunakan untuk

62
Muhammad Saekan, Metode Penelitian Kualitatif (Kudus: Nora Media Enterprise, 2010), h 309
63
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, (Surakarta: Lppm
Univetbantara, 2014), h 121

38
mengumpulkan data dengan melalui pengamatan tehadap kegiatan yang tengah
berlangsung.64 Kegiatan tersebut dapat berkenaan dengan cara fasilator
memberikan pengajaran pada masyarakat, kelompok anak-anak yang belajar,
volunteer yang bertugas menjaga piket TBM, dan sebagainya. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kegiatan
pemberdayaan dengan melaui gerakan literasi yanga ada di Taman Baca
Masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang, Kecapi, Tahunan, Jepara.
2. Wawancara
Wawancara terhadap responden sebagai sumber data dan informasi dilakukan
bertujuan untuk menggali infromasi tentang fokus penelitian yang sedang diteliti.
Menurut Bogdan dan Biken (1982) wawancara adalah percakapan yang bertujuan,
umumnya dilakukan anatara dua orang dapat juga lebih yang arahkan oleh
seorang dengan maksud untuk memperoleh keterangn informasi yang ingin
didapatkan.65
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur, langsung
maupun tidak langsung. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendaptkan
informasi yang tidak memungkin untuk diamati atau tidak dapat diperoleh dengan
alat lainnya.66 Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara diatas
dengan menanyakan pertanyaan yang telah dipersiapkan, selanjutnya diperdalam
sessuai dengan apa yang infroman informasikan untuk menggali keterangan lebih
lanjut. Dalam penelitian ini peneliti akan melakuka wawancara dengan pendiri
Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang, fasiltator dan masyarakat
lingkungan serta kelompok anak-anak dan pemuda yang berpartisipasi aktif di
TBM Rumah Belajar Ilalang, Kecapi, Tahunan, Jepara.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, agenda,
dan lainya.67 Dokumen yang digunakan dalam memperoleh data-data prihal
pemberdayaan masyarakat islam melalui gerakan literasi adalah dari berita, surat

64
Hardani dkk, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Cet Ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020), h 123-
124
65
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, Konsep dan Aplikasi Dalam Ilmu Sosial, Keagamaan,
dan Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h 119
66
Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Pertama (Yogyakarta: LP2M UPN Veteran, 2020), h 59
67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h 231

39
kabar elektronik, media sosial, dan gambar yang berada di lokasi. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data yang telah berupa dokumen.
Pada teknik dokumentasi peneliti menggunakan proses ini untuk mendapatkan
data tentang jejak pemberdayaan masyarakat islam, kemudian nantinya bakal
dijadikan sebagai alat uji keabsahan data pendukung untuk proses penelitian.
Dokumentasi yang dipergunakan untuk penelitian ini meliputi rekaman suara,
gambar, foto, poster, dan buku kunjungan.
F. Pengujian Keabsahan Data
Di dalam metodologi penelitian kualitatif, ada beberapa ketentuan yang
berhubungan dengan pengujian keabsahan data, yaitu sebagai berikut :68
1. Keabsahan Konstruk (construct validity)
Pengujian keabsahan data pada tahap ini dicapai dengan pengumpulan data
yang valid. salah satu caranya adalah dengan melakukan triangulasi, yakni Teknik
pemerikasaan keabsahan data dengan melalui pemanfaatan yang lain di luar data
tersebut yang diperuntukan untuk pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap
data yang ditemukan. Menurut Patton, ada beberapa macam untuk sampai pada
keabsahan, yakni sebagai berikut :
a. Triangulasi data
Menggunakan bermacam-macam data seperti halnya hasil wawancara,
dokumen, arsip hasil observasi, atau dengan melakukan wawancara dengan
lebih dari satu subjek yang diperkirakan memiliki sudut pandang yang
berbeda.
b. Triangulasi pengamat
Adanya pengamat diluar peneliti yang ikut andil dalam pemeriksaan hasil data
yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini, pembimbing berperan sebagai
pengamat yang memberikan masukan terhadap hasil data yang telah
dikumpulkan.
c. Triangulasi teori
Penggunaan berbagai teori yang berbeda untuk memastikan bahwa data yang
telah dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Dengan proses tersebut data yang
dihasilkan akan semakin beragam karena penggunan dasar teori yang berbeda-
beda.

68
Beni Ahmad, Pedoman Aplikatif Metode Penlitian dalam Penyusunan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis, dan
Disertasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2017) h 174-175

40
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai macam metode yang dipakai meneliti suatu hal. Seperti
metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi
pada saat wawancara dilangsungkan.
2. Keabsahan Internal (internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang bertumpu pada seberapa jauh
kesimpulan hasil penelitian memberikan gambaran keadaan yang susungguhnya.
Kebasahan ini didapatkan dari proses analisis dan interpretasi yang benar.
Aktivitas dalam proses penelitian kualitatif akan selalu berubah dan akan
memberikan pengaruh dari penelitian tersebut. Meski telah dilakukan pengujian
kebasahan intenal, selalu ada peluang munculnya kesimpulan lain yang berbeda.
3. Keabsahan Eksternal (eksternal validity)
Keabsahan eksternal bertumpu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat
diseragamkan pada kasus ini. Meski dalam penelitian kualitatif memiliki sifat
dimana tidak ada sebuah hasil kesimpulan yang benar-benar pasti, dapat diberikan
pengertian memiliki keabsahan eksternal terhadap kasus lain selama kasus
tersebut memiliki konteks yang sama.
4. Keajegan (reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang bertumpu pada seberapa jauh penelitian
selanjutnya akan memberikan hasil yang sama apabila penelitian serupa dilakukan
kembali.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan proses mencari dan Menyusun secara sistematis yang
didapatkan dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengelola data ke dalam kategori, menjelaskan dalam bentuk unit-unit, melakukan
sintesa, Menyusun ke dalam pola, memilih mana yang terpenting dan yang akan
didalami, dan membuat kesimpulan sehingga memudahkan dalam mempelajarinya. 69
Dalam menganalisis salama pencarian data di lapangan. Peneliti mengadopsi model
analisi data dari Miles dan Haberman. Miles dan Haberman mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berjalan secara
69
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2018), h 131

41
terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 70 Aktivitas dalam
menganisis data, yakni data collection, data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification. Penjelasan Langkah-langkahnya sebagai berikut
1. Pengumpulan data (data collection)
Kegiatan yang paling banyak dalam penelitian adalah proses pengumpulan
data. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan dengan melalui
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau penggabungan dari
ketiganya (triangulasi).71 Pada proses awal peneliti melakukan pengamatan secara
umum terhadap gambaran situasi objek yang sedang diteliti, semua yang dilihat
dan didengar direkam semua. Dengan begitu peneliti akan mendapatkan data yang
beragam dan bervariasi.
2. Reduksi data (data reduction)
Data yang didapatkan dari lapangan yang berjumlah cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara seksama. Pada dasarnya semakin lama peneliti berada di
lapangan maka jumlah data yang diperoleh akan semakin beragam, kompleks, dan
rumit. Untuk itu diperlukan segera analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
data berarti menghimpun, memilih, dan memilah man yang poko, menitikberatkan
pada hal-hal yang terpenting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang sudah direduksi akan memberikan bentuk gambaran yang lebih detail, dan
memberi kemudahan bagi peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, dan
mecarinya bila dibutuhkan. 72
3. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya ialah menyajikan data. Dalam
penelitian kualitatif, penyajuan data dilakukan dengan bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan seterusnya. Yang umum ditjumpai
dalam penyajian data penelitian kualitatif adalah dengan bentuk teks yang bersifat
naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memberi kemudahan untuk
memahami apa yang sedang terjadi, merencanakan Langkah kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan
peyajian data, selain menggunakan teks naratif, dapat juga dalam bentuk, grafik,
matrik, jejaring kerja, dan chart73
70
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif 133
71
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif 134
72
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif 135
73
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif 137

42
4. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ke empat dalam analisis data kualitatif menggunakan model Miles
dan Haberman adalah dengan melalui penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dibuat masih bersifat sementara, dan akan mengalami
perubahan seiring ditemukannya bukti-bukti penunjang yang menunjang pada
tahap pengumpulan data selanjutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan yang telah
ditemukan diawal ditunjang dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat
peneliti Kembali ke lapangan dalam rangka mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dihasilkan merupakan kesimpulan yang kredibel 74. Berdasarkan
verifikasi data ini peneliti dapat melakukan penarikan kesimpulan akhir dari
penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat islam melalui Gerakan literasi di
taman baca masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang Desa Kecapi, Tahunan,
Jepara

Pengumpulan
Data

Pemaparan
Data

74
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif 141
Reduksi Data 43
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Taman Baca Masyarakat Rumah Belajar Ilalang


Profil obyek penelitian ini berisi tentang gambaran secara umum obyek penelitian
yang penulis teliti daiantaranya sebagai beriku:
1. Sejarah Berdirinya Taman Baca Masyarakat Rumah Belajar Ilalang
Rumah Belajar Ilalang berdiri sejak April 2011 yang di inisiasi oleh
Muhammad Hasan atau akrab disapa dengan Den Hasan. berawal dari
keinginannya untuk menjadikan hari minggu menjadi hari produktif bagi anak

44
sekolah, dia akhirnya memberanikan diri memutuskan untuk mendirikan Rumah
Belajar Ilalang. Sebuah tempat yang memberikan ruang mendekatkan anak pada
lingkungan dan budaya yang telah ditinggalkan nenk moyang kita bukan terletak
pada sinetron televisi ataupun game online. 75

Setelah delapan tahun kemudian RBI mendapat sorotan dari berbagai


pihak diantaanya Disdikpora, Perpusda, prodi PG PAUD unisnu, Kantor Pajak
Jepara, dan Kemdikbud. Ide awalnya dari semangat Indonesia mengajar. Tahun
2011 Den Hasan bermaksud mengikuti seleksi pengajar muda, namun kerena
keterbatasan tidak memiliki ijasah S1 maka niat itu diurungkan. Namun dari sana
membuat Den Hasan ingin mengabdi untuk kampungnya sendiri memberi
sumbangsih nyata pada dunia pendidikan sesuai dengan kapasitasnya. Dari sebuah
keinginan Den Hasan mengumpulkan anak – anak untuk diajak berkegiatan
kemudian di sambut oleh beberapa temannya. Berawal dari 30 buku anak yang
dimilikinya Den hasan keliling mencari tempat berkumpulnya anak – anak di
desanya.
Kemudian anak – anak diajak belajar di rumahnya setiap hari jumat siang
dan minggu pagi. Rumah Belajar Ilalang juga tidak terlepas dari peran Kelompok
Belajar Qoryah Toyibah salatiga, Yayasan Kampung Halaman dan Yayasan
1001buku Jakarta. Dari ketiga lembaga itulah den hasan banyak belajar cara
mengelola sebuah komunitas.
Den Hasan mengawali RBI dengan menyediakan ruang dirumahnya sendiri
untuk digunakan berkegiatan. Anak-anak yang datang di RBI sebagian besar
mereka yang tinggal disekitar lingkungan RBI yang ada Desa Kecapi mulai dari
anak usia TK sampai SD kelas VI datang berduyun-duyun. umumnya mereka
berlatarbelakang dari keluarga yang kurang mampu. Mereka berkumpul di RBI
untuk membaca buku bersama-sama. yang mendasarinya karena di daerah Kecapi
belum tersedia perpustakaan yanh dapat diakses secara terbuka oleh publik. jadi
ketika Den Hasan membuak RBI yang ditujukan untuk masyarakat sekitar, itu
menjadi sebuah angin segar dan asa bagi masyarakat dalam mendapatkan akses
informasi.
kegiatan di RBI ini pada awalnya dilakukan seminggu dua kali pada hari jumat
dan minggu. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah pengunjung

75
Data diperoleh dari arsip Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 14 Oktober 2022

45
yang datang. Dari yang hanya membaca buku bersama setiap minggu,
berkembang menjadi belajar bersama di hari apapun jika mereka mengalami
kendala dan kesulitan pada pelajaran di sekolah.
Den Hasan dan relawan RBI berusaha menanamkan budaya gemar membaca
kepada anak-anak sekitar ini pada awalnya dilakukan dengan membacakan
dongeng kepada mereka. kegiatan di hari minggu dimulai pukul 09:00 pagi selalu
dibuka dengan dibacakannya dongeng oleh Den Hasan, baru setelah itu mereka
akan diberikan kesempatan untuk membaca buku-buku anak yang telah
disediakan oleh RBI. buku-buku tersebut merupakan hasil sumbangan dari para
donatur yang ada.
2. Visi, Misi, dan Slogan
a. Visi
Menciptakan ruang tumbuh organik bagi anak di kawasan pedesaan
masyarakat
b. Misi
1. menanamkan kepedualian anak terhadap lingkungan dan manusia dan
sekitarnya
2. menanamkan kecintaan terhadap kearifan kebudayaan lokal
3. menumbuhkan wawasan kebangsaan dan rasa cinta terhadap Indonesia
4. mentradisikan membaca dan menulis
c. Slogan
“semua orang adalah guru alam raya sekolahku”76
3. Tujuan Lahirnya Rumah Belajar Ilalang
Rumah Belajar Ilalang sendiri lahir dari keresahan yang melanda dikala
melihat fenomena sosial yang terjadi di lingkunagnnya, atas dasar tersebut Rumah
Belajar Ilalng berusaha memberikan jalan mengajak masyarakat sekitar khususnya
dan anak anak di Jepara agar gemar membaca. Seiring berjalannya waktu sanggar
Rumah belajar ilalang tidak hanya menjadi tempat pinjam buku. tetapi Sanggar
Rumah Belajar Ilalang menjadi ruang bagi siapapun yang ingin belajar dan
berbagi ilmu yang selaras dengan slogan RBI yakni semua orang adalah guru
alam raya sekolahku.
Menurut Den Hasan dalam mengartikan tujuan lahirnya Rumah Belajar
Ilalang mengambil makna filosofis berakar dari kata ‘belajar. Belajar adalah
76
Data diperoleh dari arsip Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 14 Oktober 2022

46
tindakan atau cara orang untuk mengetahui sesuatu hal yang baru atau yang
pernah diketahui, akan tetapi sudah terlupakan. lalu dimanakah kita harus belajar?
apakah harus belajar dari sekolah? apakah harus dikamar atau ditempat yang
hening? apakah belajar itu harus ada pembimbing atau seorang guru? apakah
belajar itu harus membayar? banyak sekali pertanyaan jika ingin memaknai kata
belajar. belajar bisa dari mana saja, kapan saja dan dengan apa saja, yang
terpenting disini belajar itu tidak musti harus membayar. kita bisa belajar secara
merdeka, kita bisa belajar di alam bebas, kita bisa belajar dari hewan, tumbuhan,
teman-teman atau bahkan dari benda-benda mati sekalipun.
Pada intinya kita bisa memetik atau mengambil suatu pengetahuan dan
manfaat dari apa yang kita kerjakan. seperti yang terus dikerjakan oleh Rumah
belajar Ilalang. belajar bisa dari apa saja dan dimana saja, di RBI adik-adik bisa
belajar dari buku, teman-teman, kakak-kakak relawan, alam semesta dan dari
apapun itu pasti mengandung pembelajaran bagi kehidupan. di RBI semua bisa
belajar secara merdeka dan tanpa harus membayarnya. disini selalu berbagi
pengetahuan dengan ketulusan. kata Den Hasan77
4. Personalia
Istilah personalia merujuk pada arti personel atau kepegawaian dapat diartikan
dengan keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi. seperti
halnya Taman Baca Masyarakat Rumah Belajar Ilalang, namun dalam hal ini
TBM RBI lebih akrab menyebut dengan sebutan ranger/relawan. personalia di
TBM RBI meliputi
Co Founder

Founder

Direktur

Koordinator koordinator koordinator koordinaror


Dolanan kasusastraan event publikasi

77
Wawancara dengan Den Hasan selaku Founder Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 16 Oktober 2022,
wawancara, transkip.

47
Tabel 4.1 Struktur Personalia

5. Susunan Pengurus
Co founder : Kang Ali Burhan
: Kang Waluya
Founder : Mas Den Hasan
Direktur : Mbak Hanik
Kordinator Publikasi : Mas Fatih
Koordinator Event : Mas Habibur
Koordinator Kasusastraan : Mas Hadi
Koordinator Dolanan : Mas Ali Masud
Koordinator Literaksi : Mas Agung
6. Koleksi Buku
Koleksi merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk mendapatkan akses
informasi literasi. selain itu dengan adanya koleksi yang beragam dapat digunakan
sebagai daya tarik tersendiri untuk menarik perhatian pengunjung membaca
koleksi buku yang tersedia. Begitupun dengan Perpustakaan yang ada di Rumah
Belajar Ilalang. RBI memiliki 2 area perpustakaan. Perpustakaan tersebut
menyimpan koleksi buku hampir ribuan yang terdiri dari berbagai genre buku
diantaranya seperti Kasusastraan, Agama, Sosial Politik, Kebudayaan, cerita anak,
novel remaja hingga dewasa, komik, cerita berbahasa inggris, cerita bergambar,
majalah anak-anak, dan buku-buku lainnya yang menunjang gerekan literasi.
Semua perpustakaan yang diperutukan secara penuh bagi pengunjung yang
datang . pengelolaan perpustakan dilakukan dengan sederhana dipilah-pilih
menurut gente yang sama kemudian dikelompokkan menurut segmentasi usia
pembaca. buku sosial politik, kasusastraan, agama, dan kebudayaan ditempat di
perpustakaan kedua, sedangkan koleksi buku genre fiksi dan anak-anak berada di
perpustakaan utama.
Koleksi buku yang ada kini juga telah dipublikasikan dalam situs website
resmi dari Rumah Belajar Ilalang. Terobosan ini diambil bertujuan untuk
mengarsipkan koleksi buku yang ada dan jangkauan pembaca yang lebih luas.
Melalui kanal resminya RBI dapat diakses secara terbuka oleh semua kalangan,
jadi kapanpun dan dimanapun pembaca dapat membaca koleksi buku dari RBI.78
7. Sarana dan Prasarana
78
Data diperoleh dari arsip Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 14 Oktober 2022

48
a. Sarana
Berikut ini beberapa sarana yang terdapat di Rumah Belajar Ilalang:

Tabel 4.2 Sarana

No Nama Barang Jumlah

1 Rak Buku Kayu 4

2 Etalase 1

3 Meja 1

4 Papan Tulis 1

5 Dispanser 1

6 Gitar 1

7 Drum Band 1

8 Gamelan 1

9 Printer 1

10 Sound system 1

11 Kamera 1

12 Tripod 1

b. Prasarana
Adapun prasarana yang terdapat di Rumah Belajar Ilalang diantaranya sebagai
berikut:

Tabel 4.3 Parasarana

No Nama Jumlah

1 Perpustakaan 2

2 Mushola 1

49
3 Rumah Relawan 1

4 Ruang Karya 1

5 Ruang Ekspresi 1

6 Gubuk Bemain 3

7 Kamar Mandi 2

Taman Baca Masyarakat Rumah Belajar Ilalang memiliki beberapa


area yang diperuntukan sebagai fasilitas penunjang kegiatan diantaranya
seperti panggung pentas yang diperuntukan sebagai tempat pentas seni,
workshop, ruang pertemuan, perpustakaan dan sebagai pusat kegiatan TBM
RBI. berikutnya terdapat rumah yang sudah dialihfungsikan sebagai
perpustakaan dengan koleksi buku yang disesuaikan dengan segementasi
genre buku remaja hingga dewasa juga sebagai tempat transit/istirahat
relawan. selanjutnya terdapat tempat yang digunakan sebagai ruang ekspresi
hasil karya dari pengunjung dan relawan TBM RBI persis di depan bangunan
utama. 79

B. Deskripsi Data Penelitian


Dari hasil penelitian yang terfokus pada aspek gerakan literasi yang dilakukan
oleh Rumah Belajar Ilalang menjadi tema besar penelitian ini. Pada pelaksanaanya
Taman Baca Masyarakat Rumah Belajar Ilalang menyelengarakan program dan
kegiatan yang digunakan untuk melakukan proses pemberdayaan masyarakat melalui
gerakan literasi di lingkungan dan ekosistem sekitar Taman Baca Masyarakat Rumah
Belajar Ilalang, diantaranya sebagai berikut:
1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi di TBM RBI
Sebagai salah satu komunitas sosial yang ada di Jepara, Taman Baca
Masyarakat Rumah Belajar Ilalang memiliki progrma-program yang dilaksanakan
rutin dalam proses melakukan pemberdayaan masyarakat. program kegiatan yang
dilaksanakan tentunya diselarasakan dengan bidang yang ditekuni yakni menyoal
gerakan literasi.

79
Data diperoleh dari hasil dokumentasi di Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 14 Oktober 2022

50
a. Magang Pegiat Literasi
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi sebagai
instansi Pemerintahan yang diamanahkan menggerakan roda pendidikan dan
literasi pada tataran nasional terus melakukan upaya dalam rangka meningkat
kualitas sumber daya manusia masyarakat Indonesia yang dituangkan dalam
bidang literasi secara lebih kongkrit. salah satu langkah nyatanya adalah
dengan diselenggarakannya program Magang Pegiat Literasi yang diprakarsai
oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK).
kegiatan ini dimaksudkan dalam rangka sebagai penguatan dan
peningkatan kapasitas relawan pegiat literasi di selurug Indonesia, selain itu
juga sebagai sarana proses pembentukan karakter relawan yang terfokus pada
isu peningkatan gerakan literasi yang ada di Indonesia. Dengan begitu para
Pegiat Literasi dapat memberikan andil yang lebih bermanfaat lagi sesuai
dengan kapasitas yang dimiliki, tentunya akan selalui dielaborasi dengam
tantangan dan kebutuhan yang terus berkembang.
kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 13-27 Agustus 2021
tersebar di masing-masing wilayah yang berbeda. kegiatan tersebut dibuka
secara serentak melalui Zoom Meeting oleh Direktur PMPK, Dr. Santo. Beliau
memberikan penjelasan kegiatan magang Pegiat Literasi tahun 2021
dimaksudkan untuk meningkatkan dan menguatkan mutu keaksaraan fi
Indonesia dengan melakukan pendampingan kepada para Pegiat Literasi yang
terpilih. “kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pegiat literasi
di Indonesia agar dapat mengembangkan pengetahuan secara individual pegiat
literasi maupun memaksimalkan potensi dari masing-masing TBM yang
dikelola berdasarkan karkteristik lokalnya” papar Dr. Santo dalam sambuatan
pembukaannya.
Sementara itu Sub. Koordinator Fungsi Keaksaraan, Dr. Untung
menambahkan bahwa kegiatan magang literasi ini merupakan wadah yang
diperuntukan sebagai pengembangan pengalaman bagi pegiat literasi yang
harapannya dapat diaplikasikan di wilayahnya masing-masing setelah kegiatan
berakhir. “karena pada dasarnya kegiatan ini merupakan upaya pembangunan
dan penguatan karakter TBM, maka saya berharap para pegiat literasi yang
didampingi selama kegiatan nanti dapat menysusun rencana tindak lanjut
dalam mengaplikasikan materi yang didapatkan ke TBM masing-masing.

51
karena peserta magang literasi memiliki tanggungjawab sebagai agen
perubahan dalam meningkatkan mutu keliterasian di tengah masyarakat”
Tuturnya.
Pada pelaksanannya, magang pegiat literasi dilaksanakan intensif
selama lima hari secara daring dan luring selama lima hari di TBM. dalam
kegiatan tersebut para peserta diberikan pembekalan materi mulai dari
kebijakan, pengelolaan, dan literasi. berikut beberapa materi yang berhasil
dihimpun dari pemaparan materi pada acara Magang Pegiat Literasi; kebijakan
dan program pengembangan budaya baca/literasi di daerah, pengelolaan
pengetahuan TBM, membangun sikap dan semangat kerelawanan, konsep dan
praktik pengembangan kecakapan literasi masyarakat enam literasi dasar,
strategi berjejaring-penguatan jaringan kelembagaan TBM, kepemimpinan
yang efektif di TBM, ragam dan praktik baik pengelolaan TBM, peran dan
fungsi TBM dalam gerakan literasi masyarakat, dan membangun kemandirian
di TBM. Magang Pegiat Literasi berjalan dengan baik di lokasi TBM yang
ditunjuk oleh PMPK seperti yang disampaikan oleh salah satu peserta yang
meberikan kesan dan pesannya dalam kegiatan ini.
Rumah Belajar Ilalang sendiri menjadi salah satu TBM yang terpilih
menjadi penyelenggara kegiatan Magang Pegiat Literasi yang diselenggrakan
oleh Kemendikbud. berikut adalah 10 TBM yang berkesempatan menjadi
tuan rumah lokasi Magang Pegiat Literasi.
1. Rumah Belajar Ilalang, Kab, Jepara, Jawa Tengah.
2. TBM Lingkaran, Kab. Deli Serdang Sumatera Utara
3. TBM Riau Berkarya, Kab. Pelaluan, Riau
4. Rumah Dunia, Serang, Banten.
5. Rumah Belajar Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat
6. Rumah Asa Yogya, Yogyakarta, DIY Yogyakarta.
7. TBM Sakila Kerti, Tegal, Jawa Tengah
8. Baloy Aksara, Tarakan, Kalimantan Utara.
9. SKB Jeneponto, Kab. Jeneponto, Sulawesi Selatan dan
10. TBM Relasi Community Sabu Raijua, Kab. Sabu Raijua, Nusa
Tenggara Timur.

52
Kegiatan Magang Literasi ini adalah salah satu program tahunan
dengan skala nasional yang diselenggarakan oleh kemendikbud bekerjasama
dengan Rumah Belajar Ilalang dan TBM lainnya di Indonesia. dari sini
program-program gerakan literasi terus dipupuk oleh TBM RBI dan relawan
yang ada sebagai upaya peningkatan dan penguatan kapasitas sumber daya
manusia lokal. TBM RBI berusaha menjadi wadah tempat tumbuh dan
berkembang masyarakat yang konsen pada penggarapan tema-tema literasi
dan kekayaan kebudayaan lokal serta nasional. 80

b. Idharohan Literasi
Idharohan Literasi merupakan program yang diselenggarakan sebulan
sekali, yang biasanya bertepatan pada minggu terakhir bulan. ditujukan dalam
rangka menjalin silaturahmi dan penguatan jejaring taman baca yang ada di
daerah jepara. kegiatan ini di iniasi oleh RBI sebagai sarana wadah bagi TBM
yang ada di jepara yang tergabung dalam Forum Taman Baca Kabupaten
Jepara untuk bertukar ude dan gagasan dalam satu forum yang
diselenggarakan.
Seperti idharohan literasi yang dilaksanakn di Rumah Belajar Kartini
Desa Ketileng, Welahan Jepara. dalam kesempatan ini topik dan isu yang
diangkat adalah penguatan kembali FTBM pasca Pandemi, para pegiat literasi
berdiskusi membicarakan soal bagaimana FTBM di Jepara bisa bangkit
kembali menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi pasca pandemi. kerena
selama pandemi kegiatan Idharohan literasi hanya diselenggarakan secara
daring, hal ini tentu begitu menyulitkan para pegiat literasi untuk bisa lebih
berekspresi karena terbatasnya pertemuan secara fisik.
Peserta yang tergabung dalam Idharohan Literasi adalah para pegiat
dan sukarelawan dari FTBM yang ada di Jepara, pada tahun ini Rumah Belajar
Ilalang Berkesempatan dan diamanahkan menjadi pemimpin perkumpulan
tersebut. para pegiat dan sukarelawan disana berasal dari berbagai kalangan
yang beragam mulai dari guru, dosen, mahasiswa, hingga pekerja yang
bersedia menjadi fasiltator dalam gerakan literasi di Jepara.
Rumah Belajar Ilalang melalui kegiatan Idharohan Literasi selalu
berusaha memberikan respon dan warna baru terkait dengan tema literasi.

80
Data diperoleh dari arsip Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 14 Oktober 2022

53
pembaharuan dan inovasi terus dikembangkan dalam rangka memberikan
sumbangsih nyata kepada masyarakat yang dituangkan dalam program
Gerakan Literasi dengan memfokuskan diri pada segementasi usia anak
hingga remaja.
c. Permainan Anak Tradisional
Bermain bagi seorang anak adalah prosesi pembelajaran. bermain yang
dilakukan akan melahirkan rasa senang dan kepuasan bagi seorang anak.
bermain juga dapat digunakan sebagi sarana pengembangan kemampuan
bersosial sehingga anak diharapkan akan mampu mengeksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar dengan
menyenangkan. Jenis Permanian secara umum dapat digolongkan menjadi dua
jenis yakni permaina modern dan permainan tradisional. fenomena yang saat
ini sedang terjadi pada permainan modern telah melahirkan suatu pandangan
pentingnya mengangkat kembali dan merawat jenis permainan tradisional
kepada anak-anak.
Permainan anak tradisional merupakan kegiatan bermaina yang
dilakukan oleh anak-anak yang berasal dari kearifan lokal setempat.
permainan tradisional dapat dilakukan dengan sendiri atapun berkelompok
dengan tata cara yang sudah disesuaikan dengan jenis permainan yang
dimainkan oleh anak-anak. dengan permainan tradisional, anak-anak sejak
dinio dikenalkan dengan berbagai macam pembelajaran yang didaptakan dari
proses bermain yang dilakukan, muali dari bagaiamana melatih kekompakan,
tanggungjawab, kedisiplinan dan ketangkasan.
Berangkat dari sana, Rumah Belajar Ilalang menjadikan permainan
anak tradisional sebagai salah satu program kegiatan yang ada. menurut Den
Hasan selaku penggagas Rumah Belajar Ilalang, “permainan anak tradisional
memiliki nilai-nilai luhur dan pesan moral. Permainan tradisional tidak hanya
mengurangi stres, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kejujuran
sikap, tanggung jawab, keanggunan bersikap, dorongan berprestasi, dan taat
aturan. Permainan tradisional adalah aset penting bagi budaya Indonesia,
banyak hal yang bisa di tarik dari permaianan tradisional, dikaitkan dengan
pendidikan dan sosial, permainan tradisional dikaitkan dengan matematika,

54
fisika dan olahraga, permainan tradisional itu tidak perlu biaya mahal dan
dimanapun tempatnya bisa” pungkas Den Hasan. 81
Melalui permainan anak tradisional inilah Rumah Belajar Ilalang
memberikan daya tarik bagi anak-anak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada. dengan muatan permainan tradisional dapat memberikan
pembelajaran sederhana dan menyenangkan. Anak-anak dapat belajar sambil
bermain yang tentunya sesuai dengan slogan Rumah Belajar Ilalang bahwa
“semua orang adalah guru alam raya sekolahku”. Slogan tersebut merupakan
dasar bagi RBI bahwa kita dapat belajar dari manapun dan kapanpun tanpa
adanya batasan. Bahkan melaui permainan sekalipun, disini anak-anak
diajarkan untuk memiliki jiwa sosial, kepekaan, tanggungjawab, dan
kecerdasan kognitif maupun motorik.
RBI memiliki agenda tahunan tersendiri yang secara khusus pada
bidang dolanan anak. Di beri nama Olimpiade Dolanan Anak atau disingkat
menjadi ODOLAN. dalam kegiatan tersebut berbagai permainan tradisional
zaman dulu diperlombakan sesuai dengan cabang masing-masing permainan
yang sudah dikategorikan. seperti halnya dakonan, gobak sodor, dam-daman,
egrang, dan lain-lainnya. kegiatan yang berlangsung selama sepekan ini diikuti
oleh ratusan anak setiap tahunnya. ODOLAN lahir bertujuan untuk
memberikan pilihan permainan sebagai upaya mengurangi kecenderungan
anak dalam bermain game online, selain menyelenggarakan berbagai
perlombaan permainan tradisional, ODOLAN juga tetap menyediakan raung
baca bagi anak-anak. semangat dan antusiasme mereka sangat tinggi. 82
d. Dongeng
Dongeng adalah cerita tutur dari rakyat yang dianggap tidak benar-
benar terjadi secara nyata dalam kehidupan. dongeng diceritakan dalam rangka
sebagai sarana hiburan, meskipun tak sedikit juga dongeng yang berasal dari
cerita nyata berdasarkan tutur masyarakat. Umumnya berisikan tentang pesan
moral yang mengandung pelajaran.
Dongeng atau Mendongeng merupakan salah satu bentuk tradisi lisan
yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan alat perekam peristiwa-

81
Wawancara dengan Den Hasan selaku Founder Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 16 Oktober 2022,
wawancara, transkip.
82
Data diperoleh dari sumber arsip Rumah Belajar Ilalang 14 Oktober 2022.

55
peristiwa yang terjadi dikehidupan, sudah ada sejak masa lampau. tradisi ini
sempat mengalami perkembangan yang begitu pesat digunakan sebagai media
bagi para orang tua menghantarkan tidur anak-anaknya.
Dongeng tidak hanya terbatas pada cerita yang berpusat pada
kehidupan manusia, tapi juga banyak dongeng yang mengangkat cerita dari
binatang dan alam dengan dimodifikasi ceritanya sesuai dengan kebutuhan.
seperti halnya yang dilakukan oleh Den Hasan. Dia juga seorang Pendongeng
yang dibesarkan oleh Rumsh Belajar Ilalang. Media dongeng yang biasa
dibawa berasal dari penokohan hewan-hewan yang ada dilingkungan sekitar
karena menyesuaikan dengan cerita yang diangkat dengan mengangkat
kekhasan lokal.
Rumah Belajar Ilalang memfasilitasi penuh para sukarelawan bahkan
anak-anak yang datang untuk menjadi pendongeng. melalui dongeng biasanya
pesan-pesan disampaikan secara menarik dan menyenangkan yang diambil
dari cerita-cerita rakyat atau disebut dengan Folklor. Anak-anak diajarkan
pengajaran sosial melalui media dongeng. tak jarang juga sebagian dari
mereka berani untuk tampil menceritakan kisah-kisah yang pernah mereka
lihat atau dengarkan.83
e. Rabu Rindu
Rabu Rindu merupakan salah satu program Rumah Belajar Ilalng yang
Bekerjasama dengan Sekolah Warga Kandang Kadang Troso Jepara. Kegiatan
ini diselenggarakan setiap awal bulan di minggu pertama, sesuai dengan nama
kegiatan ini “Rabu Rindu” diadakan setiap hari Rabu di minggu pertama
setiap bulannya. kegiatan ini sendiri telah memasuki edisi yang ke-14 dengan
partisipan dari berbagai kalangan yang hadir.
kegiatan ini ditujukan bagi mereka yang menggandrungi kasusastraan
yang dipersempit lagi pada puisi dan frasa. Rabu Rindu adalah wadah yang
memberikan sebuah terobosan baru dengan tema-tema kasusastraan yang
diangkat kepermukaan untuk kemudian dikaji dan didiskusikan bersama. pada
setiap kesempatan Rabu Rindu selalu dihadiri wajah baru yang mengisi ruang
kosong ini, dengan berbagai latarbelakang yang dibawa.

83
Wawancara dengan Den Hasan selaku Founder Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 16 Oktober 2022,
wawancara, transkip.

56
Rabu Rindu diselenggrakan secara sederhana disetiap pertemuannya,
dibuka dengan pengantar tema yang sudah dibuat kemudian diselingi dengan
penampilan pembacaan puisi dari peserta yang datang. Mayoritas peserta yang
datang adalah mereka yang baru mengenal dunia Kasusastraan, sehingga Rabu
Rindu adalah wadah bagi mereka dalam mengasah literasi tentang
kasusastraan dan praktik langsung dengan pembacaan puisi yang sudah dibuat
oleh masing-masing peserta sebagai sarana penguatan mental dan karakter.
karena para partispan secara mandiri membuat tulisan mereka kemudian
dibacakan menurut versi mereka selanjutnya peserta lain dapat memberikan
apresiasi dan kritik terhadap karya yang sudah dibuat.
Rabu Rindu adalah sebuah kegiatan yang diharapkan dapat
memberikan gagasan dan ruang baru untuk berliterasi terkhusus pada tema-
tema kasusastraan yang dibuat oleh fasilitator. dengan begitu opsi pilihan
dalam penguatan pengetahuan dan ketrampilan dapat terjawabkan dengan
tentunya disesuaikan dengan jangkauan peminat yang ada, kebanyakan di isi
oleh kalangan pemuda yang ingin menambah literasi atau hanya ingin sekedar
bertemu dan ngopi. 84
f. Ruang Ekspresi
Ruang ekspresi yang dibuat oleh Rumah Belajar Ilalang untuk
mewadahi bakat dan minat anak-anak dalam berkreasi dan berekspresi yang
diwujudkan dalam berbagai bentuk ketrampilan. untuk saat ini RBI sedang
memiliki konsentrasi pada pengenalan budaya jawa seperti permaninan alat
musik tradisional. Biasanya dilakukakn setiap hari minggu setelah kegiatan
membaca bersama. Sejak dini anak-anak yang belajar bersama di RBI
dikenalkan dengan kesenian daerah.
Anak-anak didikan dari RBI tak jarang juga mendapatkan undangan
untuk tampil mengisi acara dari pihak luar. Seperti halnya dengan acara yang
dibuat oleh salah satu cafe yang ada di Jepara mendatangkan anak-anak
didikan dari RBI untuk menampilkan nembang macopat dan karawitan.
Melihat ini tentu sedikit lain dari yang lainnya, umumnya cafe dibuka dengan
pengisi acara dari band-band masa kini, justru di isi dengan penampilan
hiburan tradisional, menurut pemiliknya menuturkan bahwa mereka sengaja

84
Wawancara dengan Mas Ohadi selaku relawan Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 18 Oktober 2022,
wawancara, transkip.

57
menampilkan tembang macopat dan karawitan dari adik-adik RBI agar analk-
anak di sekitar lingkungan cafenya juga mengenal kebudayaan asli jawa.
dalam acara pembukaan ini mereka menampilkan beberapa tembang
yang sudah dipilih antara lain, gajah-gajah, jangkrik, genggong, lumbung tani,
dan dandang gulo Penampilan ini sudah mereka siapkan sejak jauh-jauh hari
nelalui bimbingan seorang relawan yang memiliki keahlian dibidang alat
musik tradisional daerah. Acara ini dihadiri oleh warga sekitar mulai dari
anak-anak, remaja, hingga dewasa. mereka begitu antusias menyaksikan
pertunjukan yang ditampilkan oleh adik-adik didikan dari RBI.
Ruang Ekspresi juga diwujudkan tidak hanya dalam bentuk
pertunjukan, ada juga yang diekspresikan dalm bentyuk seni mewarnai kain
yang berasal dari pewarnaan alami. Mbak Hanik salah satu relawan dari RBI
merupakan aktor yang ada didalamnya. prsesi pembuatan warna kain
dilakukan di lingkunagn RBI. berawal dari hobi hingga kini telah
mendatangkan rezeki. ini merupakan hasil produk yang sudah dijual belikan
secara luas. Melalui Ruang Ekspresi Mbak Hanik bisa menuangkan ide dan
kreasinya. bahan-bahan yang diambil dari alam, karena menurutnya “alam
sudah menyediakan apa yang kita butuhkan, tergantung bagaimana cara kita
memanfaatkannya dengan bijak”. tutur Mbak Hanik. 85

g. Minggu Membaca
Minggu membaca adalah salah satu kegiatan rutin yang
diselenggarakan secara rutin oleh Rumah Belajar Ilalang. kegiatan ini biasanya
dilaksanakan di dalam dan luar ruangan, jika cuaca memungkinkan maka
adik-adik RBI akan dibawa keluar ke sekitar persawahan dibantaran sungai
Wiso desa Kccapi. Minggu membaca kali ini bertema belajar dari alam. RBI
mengajak adik-adik untuk bermain, belajar dan berkespresi di luar ruangan
berbaur langsung dengan alam.
Berjalan bersisihan dengan adik-adik RBI menyusuri pematang sawah
sambil menyanyikan lagu penyemangat RBI membuat minggu membaca
terasa begitu mengasyikan. berikut liriknya
na..na..na..na
syalalalalalalaa

85
Wawancara dengan Mbak Hanik selaku Relawan Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 19 Oktober 2022,
wawancara, transkip.

58
hai kawan marililah nyanyikan
lagu kebersamaan
hilangkan segala perbedaan
dalam persahabatan
na..na..na..na
syalalalalalala
hai kawan marilah satukan
genggam jangan lepaskan
bersama memahami semua
belajar dari alam
kita satu dalam kebersamaan
tetap satu dalam keharmonisan
rumah ini rumah kita semua
rumah belajar ilalang86

Hamparan sawah yang disekat oleh pematang sawah berujung pada


bibir sungai. terletak tidak jauh dari RBI, sungai yng terbilang aman untuk
dijadikan tempat belajar dan bermain. disinilah adik-adik bersama kakak-
kakak relawan berkegiatan dimunggu membaca kali ini. Mereka berkegiatan
dibantaran sungai Wiso. Ada yang menggambar, menulis puisi, menulis
cerpen, atau sekedar bermain air disekitaran bantaran sungai. Sungguh belajar
kali ini begitu menyenangkan dengan balutan tawa riang dari adik-adik RBI ,
kegiatan tersebut tak terlepas dari pengawasan kakak-kakak relawan RBI.
Hasil Karya dari adik-adik RBI kemudian diarsipkan dan dipublikasikan.
Pelajaran yang dapat dipetik dari minggu membaca kali ini bahwa
“belajar tidak selalu dari sekolah, belajar bisa dari mana saja, alam raya adalah
sekolahku yang sesungguhnya. Dari alam kita mengadah, memintal, dan
meyulam pengetahuan agar terus bermanfaat. jaga dan lestarikan alam demi
mimpi di masa depan”. tutur Den Hasan
2. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi di TBM RBI
Dari berbagai program kegiatan yang telah diselenggarakan oleh Taman Baca
masyarakat Rumah Belajar Ilalang selama hampir satu dekade ini banyak hal yang
sudah ditorehkan. pada ruang lingkup pemberdayaan masyarakat melalui gerakan
86
Data diperoleh dari arsip Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 14 Oktober 2022

59
literasi yang diprakarsai oleh RBI di Desa Kecapi. Berangkat dari keresahan
melihat fenomena yang terjadi dan keterbatasan yang ada RBI banyak melahirkan
program kegiatan pemberdayaan masyarakat yang selaras dengan tema gerakan
literasi.
Jika melihat kembali makna dari pemberdayaan maka dapat diartikan sebagai
transfer kuasa/kekuatan dam artian pemberian atau peningkatan kekuasaan pada
masyarakat rentan. pemberdayaan ditempuh melalui program kegiatan yang dapat
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, akses sumber daya yang dibutuhkan
dalam rangka meningkatkan keberdayaan dari masyarakat. Sedangkan jika
dikaitkan dengan tema gerakan literasi. Maka gerakan literasi dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Dimana masalah yang dijumpai meliputi Keterlambatan dalam menerima atau
menyikapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melahirkan kegagapan
masyarakat dalam meresponnya, keengganan untuk menerima pandangan baru
seringkali juga terjadi, hingga miminmya daya saing dari indivdu ataupun
kelompok untuk bersaing pada ruang lingkup yang lebih luas lagi.
Seperti halnya dengan program kegiatan yang sudah dipaparkan diatas, Rumah
Belajar Ilalang melalukan pemberdayaan dengan menggunakan gerakan literasi
sebagai metodenya. program kegiatan yang dilakukan oleh RBI selalu
mengupayakan adanya penguatan dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia melalui gerakan literasi masyarakat. Berangkat dari hal tersebut akan
terjadi adanya peningkatan kapasitas, pengetahuan, keterampilan dan akses
terhadap sumber daya yang dibutuhkan.
Peningkatan tersebut dirasakan betul oleh masyarakat sekitar, seperti yang
dituturkan oleh salah satu tokoh masyarakat sekitar RBI “setelah Rumah Ilalang
berdiri disini, saya dan warga sekitar merasa sangat terbantu. karena anak-anak
disini dapat pelajaran tambahan selain dari sekolah. biasanya anak-anak disini
selalu datang di RBI ngeributin mas-mas dan mbak-mbak dengan rengekan
mereka meminta untuk diajak bermain dan belajar. anak-anak disini akhirnya
tidak keluyuran tidak jelas, mereka setelah sepulang sekolah dapat belajar lagi”
pungkasnya. 87
Meskipun banyak dari masyarakat yang belum mengerti maksud istilah dari
literasi. Den Hasan selalu memberikan pemaham dengan bahasa kelokalan yang
87
Wawancara dengan Pak Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 19 Oktober 2022, wawancara, transkip.

60
ada. “sederhananya literasi baginya adalah keinginan dan kemampuan dari
masyarakat untuk mau dan biisa membaca-menulis secara lebih dalam lagi. tidak
hanya membaca tulisan secara konsonan, akan tetapi juga membaca ruang ide,
gagasan, fenomena, dan masalah yang terjadi di tengah masyarakat hingga pada
akhirnya dapat dilakukan pemecahan masalah yang dihadapi secara tepat sasaran.
pada dasarnya kemampuan literasi yang musti dimiliki menjadi aspek mendasar
atribut pengetahuan dari seseorang atau kelompok. Karena dengan melalui literasi
kita dapar memandangi dunia ini lebih luas lagi, mengagumi setiap keindahan
yang sudah disuguhkan pencipta hingga menjadi manusia yang sadfar akan posisi
dan tugasnya sebagai khalifajh di muka bumi ini” tutup Den Hasan. Diantara hasil
yang dapat dilihat dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui gerakan
literasi yang diselenggarakan oleh taman baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang
sebagai berikut:
a. Peningkatan Kapasitas Pengetahuan
Rumah Belajar Pengetahuan rtelah memberikan sumbangsih nyata
dalam bentuk hasil peningkatan pengetahuan dari anak-anak, relawan, dan
masyarakat sekitar. Terdapat berbagai program dan kegiatan peningkatan
pengetahuan, hampir semua kegiatan berorientasi pada peningkatan
pengetahuan hal ini didasarkan pada konstrasi Rumah Belajar Ilalang sebagai
kelompok komunitas bergerak pada dunia literasi. Berangkat dari hal tersebut
RBI kemudian menyelaraskan dengan segementasi peserta dan kebutuhan dari
masyarakat tentang jenis pengetahuan apa yang bisa diberikan.
Salah satunya ialah program taman baca dengan tema “minggu
membaca” yang dilaksanakan setiap minggunya sebagai salah satu kegiatan
rutin dari RBI melalui buku-buku bacaan yang ada. Melalui kegiatan ini
bacaan yng disediakan tidak hanya sekedar dibaca secara verbal, akan tetapi
juga diaplikasikan secara langsung diruang nyata. proses pembelajaran yang
dilakukan sambil bermain. bermain tapi tidak main-main. Tentu memberikan
kesan tersendiri bagi adik-adik RBI dalam memberikan rangsangan untuk
terus mengasah dan meningkatkan pengetahuan mereka. Hal tersebut selaras
dengan fungsi dari TBM sebagai sarana tempat rekreasi, edukasi, dan hiburan
bagi masyarakat.
Slogan yang selalu digaungkan oleh RBI “semua orang adalah guru,
alam raya sekolahku” tercipta dari sebuah keadaan dimana setiap orang

61
berhak menjadi pembelajar dari siapa saja, dan berhak mengajarkan ilmu
kepada siapa saja, dan alam adalah sekolah yang sebenarnya. belajar tidak
diidentikan harus melalui ruang sekolah. sekolah hanya bertugas
menjembatani dan mentransfer ilmu dri serorang guru ke murid. Dari Ssana
TBM RBI berusaha mengisi ruang kosong tersebut dan menyelarasakannya
dengan kebutuihan yang ada. belajar sambil bermain. pada muaranya adalah
terciptanya peningkatan pengetahuan dari masyarakat.
Program taman baca RBI membuka ruang belajar dan bermain
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca dari masyarakat
yang terkelompok mulai dari anak-anak hingga remaja disekitar lingkungan
RBI. Ruang baca yang tersedia bebas untuk diakses siapa saja yang
berkunjung, siaapa yang datang bebas memilih buku-buku yang disenanginya
untuk dibaca ditempat ataupun dipinjam dibawa pulang. Peraturan dibuat
dengan sedehana dengan berasaskan dengan kepercayaan. setiap peminjam
bisa meminjam beberapa buku dengan batas pengembalian satu minggu
ataupun bisa lebih. menurut Den Hasan “bahwa tidak ada orang yang akan
berniat mencuri buku, kalaupun ada malah RBI dengan senang hati bukunya
jika dicuri untuk pengetahuan wkwk” ucapnya. 88
Pogram kegiatan selanjutnya adalah Rabu rindu. disini peserta rabu
rindu mendapatkan pengetahuan baru dalam bidang kasusatraan yang
dilaksanakan sebulan sekali pada minggu pertama awal bulan. Melalui
program ini peserta dapat mengetahui dasar-dasar samapi keaplikasi
kasusastraan yang sedang berkembang dari klasik, kontemporer, hingga
populer diajarkan disini. segemntasi usia dalam program ini rata-rata di isi
oleh kaum pemuda yang menggemari sastra.
b. Peningkatan Ketrampilan
Selanjutnya hasil dari pemberdayaan yang ada ialah dalam bentuk
peningkatan ketrampilan yang didapatkan memalui serangkain program
kegiatan yang telah dibuat oleh Rumah Belajar Ilalang. RBI memiliki wadah
tersendiri dalam menampung mminat bakat dari adik-adik, relawan, dan
masyarakat sekitar. Pada dasarnya ketrampilan tidak terlepaskan dari
pengetahuan, keduanya saling terkait satu sama lain. Dengan adanya

88
Wawancara dengan Den Hasan selaku Founder Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 19 Oktober 2022,
wawancara, transkip.

62
peningkatan pengetahuan maka secara langsung daya kreativitas dan
ketrampilan dapat dirangsang.
RBI sebagai kelompok komunitas yang bergerak dalam dunia literasi.
mewadahi minat bakat peserta dalam program ruang ekspresi. ruang ekspresi
merupakan program yang ditujukan sebagai sarana peningkatan ketrampilan.
Bidang yang sedang diajarkan disini mayoritas mengajrkan ktrampilan dalam
berseni. Seni jika dijabarkan lebih lanjut mencakup semua bidang ketrampilan
seperti halnya, menulis, melukis dan mewarnai, menari, teatrikal, musik, dan
kerajinan.
Giat menulis selalu ditekankan disini, pada setiap kegiatan rutin
minguan adik-adik RBI ditugaskan untuk menuliskan apa yang telah diajrakan
oleh kakak-kakak relawan. Selama kegiatan berlangsung adik-adik diberikan
rangsangan untuk berani menuliskan ide gagasannya dalam bentuk tulisan.
Biasanya mereka menuliskan cerita pendek dan pusisnya. lain lagi dengan
program kegiatan bulan kemarin yakni perempuan menulis perempuan, adalah
program yang bekerjasama dengan dewan kesenian daerah Jepara. Dalam
kegiatan ini setiap peserta menuliskan catatn-catatn kecilnya dalam bentuk
tulisan Essay dengan mengambil tema perempuan jepara hari ini. rata-rata
yang mengikuti kegiatan ini berasal dari kalangan remaja bahkan sampai ibu-
ibu rumah tangga.
Adik-adik RBI juga dibekali dengan ketrampilan seni panggung,
seperti menari, pentas puisi, dan penampilan musik tradisonal. sebagai wadah
ruang ekspresi, RBI bersama-sama dengan kakak-kakak relawan saling belajar
mengajarkan ketrampilan seni. mereka berlatih rutin, dalam kesempatan
tertentu tak jarang mereka mendapatkan peran panggung untuk menampilkan
hasil dari latihannya. pada acara event tertentu adik-adik binaan dari RBI
menampilkan kebolehannya dalam menari, menyanyi, mewarnai, dan
karawitan pada acara rutin setiap tahunnya sebagai tolak ukur dan ruang yang
digunakan sebagai ajang berekspresi yang lebih luas lagi jangkaunya.
Dongeng juga menjadi salah satu bidang yang menjadi garapan RBI.
Den Hasan selaku Founder adalah seorang yang spesialis dibidangnya.
Beberapa adik-adik RBI seringkali diikutsertakan perlombaan-perlombaan
mendongeng anak. Cerita dongeng yang diangkat mengangkat cerita-cerita
rakyat, hikayat, ataupun legenda dari salah satu daerah yang ada di jepara.

63
Adik-adik diajarkan ketrampilan mendongeng yang baik sesuai dengan dasar-
dasar penilaian seorang pendongeng mulai dari intonasi, ekspresi, improvisasi,
dan gerak pendongeng bercerita
Beberapa tahun terakhir, RBI semakin aktif berkegiatan. Pada
momentum hari anak, RBI mengajak anak-anak di Jepara untuk bermain
bersama. Selain itu, dilakukan pula kampanye anak yang memuat empat poin
penting untuk kesejahteraan anak. Kegiatan mereka mengangkat tema besar
'Bergembira, Bermain dan Belajar Bersama'. Tak hanya mengajak anak-anak,
para orang tua juga terlibat dalam kegiatan kali ini. Sebuah peringatan dengan
langkah nyata, menyasar masyarakat secara langsung dan bukan sekedar
seminar semata. RBI juga menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait
yang mendukung program ini. Mereka melakukan aksi dongeng ke 468 lokasi
sebagai bagian menyemarakkan Hari Jadi ke 468 Kabupaten Jepara tahun
2017. Semua itu dituntaskan dalam 21 hari89
c. Jejaring Sosial
Dinamika jaringan masyarakat pada era saat ini semakin kompleks
terlihat, mulai dari lintas dimensi hubungan budaya, sosial, ekonomi, politik,
agama dan lainnya merupakan fenomena yang terjadi di era modern saat ini.
arus perubahan pada era kehidupan sekarang begitu beragam bentuk cara
melakukan hubungan sosial dalam kehidupan. mulai dari membentuk jaringan,
berinteraksi, beradaptasi dengan dinamika perubahan yang terjadi. jaringan
sosial merupakan salah satu cara yang digunakan dalam rangka memperluas
peluang bersaing di era saat ini. Dalam berhubungan individu dengan individu,
individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok. Dengan
jalan demikian proses sosial menjadi sebuah ikatan yang saling terkait
memberikan energi, potensi, dan peluang untuk semakin berkembang.90
RBI sendiri adalah salah satu kelompok komunitas sudah memiliki
jejaring sosial yang cukup luas. Lintasan jejaring sosial dari RBI berasal dari
lokal daerah sampai nasional. Melalui hal tersebut berbagai hal kemudahan
akses semua eskosistem yang membentuk RBI menjadi saling terhubung dan
mudah dijangkau. Banyak dari adik-adik ataupun kakak-kakak relawan RBI
yang kini dapat menikmati buahnya. sebut saja kak Fatih, ia adalah salah satu

89
Data diperoleh dari arsip Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 15 Oktober 2022
90
Ruddy Agusyanto, Jaringan Sosial Dalam Organisasi (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h 11.

64
relawan yang sudah bergabung dengan RBI sejak bangku sekolah SMA
hingga saat ini. Melalui jaringan yang dimiliki oleh RBI kak Fatih dapat
mnegembangkan lebih luas lagi minat dan bakatnya pada dunia fotografi. kini
ia berada di salah satu yayasan yang di Jakarta sedang magang fotografi.
Sudah hampir satu dekade RBI mendampingi anak – anak dan remaja
setidaknya dari beberapa bisa terlihat mulai ada yang menjadi 13 orang mentor
tari, 7 yang memiliki usaha di bidang video grafis, 3 penulis, 3 pendongeng, 5
pengrajin handicraft dan puluhan yang masih berkegiatan di RBI menjadi
anak-anak yang aktif di sekolahannya masing-masing.
Testimoni lainnya dari Kak Hanik yang kini sedang merintis usaha
pada dunia tekstil. kak Hanik menekuni kain sudah sejak lama, ia terfokus
pada kain etnik tenun yang dikombinasikan dengan pewarnaan alami dari
alam. Ciri khas dari produknya terbuat langsung handmade. berawal dari
sekedar iseng-iseng dan hobi, kini justru mendatangkan rejeki tersendiri. Hal
tersebut tidak terlepas dari peran RBI yang memfasilitasi kak Hanik dalam
menuangkan ide dan kreasi hingga menjadi karya produk yang bisa
dikomersilkan.
Rumah Belajar Ilalang kini telah bertransformasi menjadi Yayasan
Rumah Ilalang (YRII) yang didirikan pada bulan Juni 2014 hingga saat ini
telah menerapkan sejumlah proyek yang berorientasi literasi dengan mitra-
mitra YRII. Bermula dengan sekolah-sekolah pilot YRII di Bali, kini program
literasi yang dikembangkan oleh YRII mulai dari program membaca YRII,
program pengembangan buku dan program pengembangan perpustakaan telah
tersebar di beberapa provinsi di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua dan
Papua Barat.91

3. Kendala Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi di


TBM RBI
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat Taman Baca Rumah Belajar
Ilalang sebagai penyelenggara program kegiatan yang bernafasakan
pemberdayaan dalam lingkup gerakan literasi seringkali menemui kendala yang
dihadapi di lapangan. Diantara kendala yang dijumpai sebagai berikut:
a. Kultur Lokal
91
Data diperoleh dari arsip Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 15 Oktober 2022

65
Kultur lokal merupakan semua ide, aktivitas dan hasil kerja aktivitas
yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di wilayah tertentu. Kondisi
karakter lokal setempat menjadi kendala bagi Rumah Belajar Ilalang dalam hal
pemberdayaan masyarakat. Adanya berbagai macam karakter yang beragam
datang silih berganti di RBI sehingga diperlukan adanya pemberian
pemahaman kepada masyarakat.
pada suatu kesempatan RBI dihadapkan dengan kondisi masyarakat
lokal yang menganggap aktivitas pemberdayaan RBI sebagai suatu hal
dianggap nyeleneh bahkan aneh karena diluar dari kebiasaan masyarakat
setempat. RBI memberikan pemahaman dan pengertian dengan sebuah
terobosan baru yang membicarakan gerakan literasi di lokal masyarkat Desa
Kecapi. berdirinya RBI diluar dari kebiasaan, kerana masyarakat lebih
mengenal pendidikan hanya diruang sekolah atau formal. Bahwa sebenarnya
pendidikan ada yang berasal dari kelompok informal, Adalah RBI yang
membawa perubahan dan pilihan baru bagi masyarakat yang ingin mengakses
pendidikan dengan mudah juga gratis tentunya.
Lambat laun pengaruh yang dibuat oleh RBI semakin besar,
masyarakat kini mengartikan RBI sebagai sebuah kelompok yang bisa
memberikan sumbangsih materil pada masyarakat. terdapat beberapa
kelompok masyarakat yang menganggap RBI sebagai komunitas berprofit
karena seringkali berkerjasama dengan berbagi lembaga yang berasal dari luar
termasuk pemerintahan. Pengertian yang dilakukan oleh RBI dalam hal ini
diwakili oleh Den Hasan dengan memberikan pengertian kepada masyarakat,
berdialog dengan mereka, menyaring keluh kasah tersebut menjadi sebuah
gagasan yang bisa memberikan perubahan meskipun itu kecil. 92
b. Dana
Kendala terbesar dari kelompok komunitas yang berkecimpung di
dunia sosial sudah barang tentu selalu menyoal dana. Kelompok yang berdiri
secara mandiri tanpa adanya dukungan konkrit dari pihak-pihak terkait selalu
menghadapi persoalan ini. kebanyakan kebingungan harus mencari dana dari
mana dan dengan cara apa bisa mendapatkannya. oleh karenanya dana yang

92
Wawancara dengan Den Hasan selaku Founder Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 19 Oktober 2022,
wawancara, transkip.

66
kurang seringkali menjadi kendala terbesar bagi RBI untuk terus menjalankan
program kegiatan yang sudah dikomitmenkan bersama.
Meski begitu Den Hasan dan relawan lainnya selalu mengupayakan
program kegiatan dapat berjalan dengan semestinya meskipun dalam kondisi
keterbatasan. program kegiatan yang dibuat oleh RBI cukup banyak meyedot
anggaran. Untuk kegiatan rutin yang dijalankan masih bisa diakali dengan
kolektifan barengan relawan lainnya. akan tetapi untuk kegiatan yang
berorientasi event tahunan bahkan nasional, RBI harus memutar otak agar
dapat menutup kebutuhan anggaran yang dibutuhkan saat event berlangsung.
Menurut penuturan dari Den Hasan urusan dana selalu menjadi
kendala terbesar baginya dan RBI untuk terus istiqomah melakukan program
yang sudah diprogramkan, dari keterbatasan tersebut para relawan dapat lahir
ide kreatif dalam mencari dana supaya kegiatan dapat tetap terlaksana dengan
baik.
c. Sarana dan Prasarana
Kendala yang dihapai berikutnya adalah menyoal sarana dan prasarana
yang ada di Rumah Belajar Ilalang. misalnya saja soal sarana yang ada di RBI,
hingga kini belum memiliki kantor sendiri yang bisa dipakai untu mengurusu
masalah kearsipan. komputer dan printer yang sudah rusak membuat RBI
harus mentak kebutuhan administrasinya dari luar. hal tersebut akhirnya
membuat kefektifan dan efisiensi manajemen organisasi menjadi terhambat.
Masih belum lengkapnya koleksi buku yang ada juga membuat RBI
sedikit terlambat menyesuaikan dengan kebutuhan bahan bacaan yang
dibutuhkan oleh anak-anak dan masyarakat. karena koleksi buku seringkali
menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang ingin datang ke RBI untuk
berkunjung membaca. Donasi buku sering di dapat, akan tetapi juga seringkali
tidak sesuai dengan peminat baca yang ada. mayoritas para pendonasi buku
tidak memilah lagi hasil buku donasi yang diperoleh. donasi buku yang
didapatkan hanya diberikan begitu saja, pada akhirnya buku yang didapat
kurang mendapatkan tanggapan baik dari pengunjung RBI.
Terbatasnya ruang ekspresi di RBI. Ruang Ekspresi yang ada terbuat
dari bahan-bahan alakadarnya, hanya ada atap asebes dan lain dari semen.
membuat kondisi tersebut dirasa kurang jika ingin memaksimalkan ekspresi
dari para warga RBI untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Bangunan semi

67
permanen tersebut kurang layak jika dihapakan dengan peralihan musim
sekarang yang memasuki curah hujan tinggi. 93
d. Relawan
Kendala yang dihadapi terkahir dan mungkin dirasa terpenting adalah
relawan yang sering berganti – ganti menjadikan kegiatan sedikit terhambat
karena harus meyesuaikan kembali. Relaan yang ada harus beradaptasi dengan
program kegiatan dari RBI yang cuku cukup banyak diantaranya seperti akses
baca, Kegiatan ketrampilan, dan pengembangan diri. Secara umum RBI
memiliki kegiatan Reguler setiap minggu pagi (minggu membaca) dan Jumat
Siang (Jumat Akrab) dalam kegiatan regular tersebut anak –anak dan remaja
dapat memilih kegiatan yang mereka senangi seperti menari, mendongeng,
kreasi, bikin film dan menulis serta kegiatan lainnya. Kemudian untuk
mempresentasikan dan mengintegrasikan dengan kegiatan regular RBI
mempunyai kegiatan tahunan yang bernama Olimpiade Dolanan Anak. Pada
kegiatan terebut anak-anak menunjukan hasil dari selama berkegiatan di RBI.
Dari delapan tahun RBI mendampingi anak – anak dan remaja
setidaknya dari beberapa bisa terlihat mulai ada yang menjadi 13 orang
mentor tari, 7 yang memiliki usaha di bidang video grafis, 3 penulis, 3
pendongeng, 5 pengrajin handicraft dan puluhan yang masih berkegiatan di
RBI menjadi anak-anak yang aktif di sekolahannya masing-masing.
Harapan Rumah Belajar Ilalang tidak hanya menjadi komunitas namun
kedepan menjadi sebuah lembaga yang siap untuk lebih luas mendampingi
anak-anak dan remaja. Komitmen Den Hasan 100% itu terlihat dari sebelum
menikah sampai hari ini memiliki istri dan satu anak. Waktunya lebih banyak
dicurahkan untuk mengurusi Rumah Belajar Ilalang dan anak-anak.
Regenerasi adalah keniscayaan. Anak-anak yang dulu berkegiatan di RBI
sekarang sudah tumbuh menjadi remaja. Dari sana mereka pelan-pelan juga
menjadi mentor bagi adik-adiknya. Akan tetapi kembali lagi kendala yang
mendasar adalah jika mereka sudah meliliki kesibukan lebih seperti ada yang
melanjutkan kuliah atau bekerja ke luar kota RBI akhirnya hanya sebagai
tempat singgah untuk sementara. 94

93
Data diperoleh dari hasil dokumentasi di Rumah Belajar Ilalang pada tanggal 14 Oktober 2022
94
Wawancara dengan Den Hasan selaku Founder Rumah Belajar Ilalang, Pada tanggal 19 Oktober 2022,
wawancara, transkip

68
Meskipun banyak kendala yang seringkali dijumpai RBI dilapangan, Den
Hasan dan relawan yang ada berkomitmen penuh untuk terus membarsamai anak-
anak dalam setiap proses pembelajaran yang mampu untuk diberikan. Nyala
semangat selalu terkobar ketika melihat tawa riang dari anak-anak seketika
melupakan keterbatasan yang ada menjadi sebuah spirit baru untuk terus
berkembang dan lebih bermanfaat lagi.
C. Analisis Data Penelitian
1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi Taman Baca
Masyarakat Rumah Belajar Ilalang
Pemberdayaan merupakan proses sosial yang berjalan panjang dan
berkelanjutan, prosesi terebut melibatkan semua aspek kehidupan dalam
mewujudkan masyarakat yang berdaya dan mandiri. Keberdayaan telah melekat
dikaruniakan oleh Tuhan, hanya saja perlu cara dan proses untuk mengaktifkan
dan memaksimalkan karunia tersebut. Pemberdayaan masyarakat ialah proses dari
pembangunan yang menjadikan masyarakat berinisiatif untuk memulai proses
kegiatan sosial dalam memperbaiki situasi dan kondisi dirinya baik itu sebagai
individu atau kelompok. Pemberdayaan masyarakat hanya dapat tercipta jika
masyarakat itu sendiri ikut serta berpartisipasi didalam setiap proses yang ingin
dicapai.95
Taman Baca Masyarakat sendiri merupakan perpustakaan yang dikelola oleh
masyarakat secara mandiri dengan menyediakan bahan bacaan dan kegiatan
penghimpunan, pengelolaan, dan penyebarluasan informasi yang dibutuhkan.
Selaras dengan kerangka teori diatas. TBM adalah salah satu kelompok sosial
yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat. pembelajaran diberikan secara
sukarela dengan menggunakan prinsi-prinsip kerelawanan dan kesukarelaan.
Semua sumber informasi yang didapatkan dikelola berdasarkan sistem tertentu
dan diperuntukan untuk kegiatan belajar diantaranya seperti diskusi, bedah buku,
pelatihan menulis, mendongeng dan kegiatan serupa yang ditujukan bagi
masyarakat.
Melalui gerakan literasi Rumah Belajar Ilalang adalah kelompok komunitas
menyelenggarakan kampanye, edukasi, dan praktik pemberdayaan kepada
masyarakat. Program kegiatan yang dibuat oleh RBI selaras dengan cita-cita awal
didirikannya RBI sebagai sarana bagi masyarakat dalam menunjang praktik-
95
Maryani Dedeh, Pemberdayaan Masyarakat, (Sleman: Deepublish Publisher, 2019), H 1-8.

69
praktik literasi. Adapun program kegiatan pemberdayaan melalui gerakan literasi
yang diselenggrakan oleh RBI sebagai berikut:
1. Magang Pegiat Literasi
Program nasional Magang Literasi yang diselenggarakan oleh
Kemendikbud bekerjasama dengan TBM yang terpilih termasuk Rumah
Belajar Ilalang adalah bentuk respon menghadapi tantangan perubahan. pada
forum tahunan ini, ditujukan bagi setiap pegiat literasi terkhusus bagi pegiat
TBM yang tersebar di Indonesia. Magang Literasi termasuk bagian dari
program gerakan literasi yang dicanangkan oleh pemerintah dalam hal ini
diselenggrakan oleh Kemendikbud bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.
Pemberdayaan masyarakat berbasis gerakan literasi menyasar pada
kelompok komunitas yang berekecimpung pada dunia pendidikan. Penguatan
literasi kemasyarakatan dibangun dari kalangan akar rumput dengan
menghimpun para pegiat literasi untuk dibekali pengetahuan dan ketrampilan
dasar sampai lanjut tentang praktik-praktik literasi yang dapat diaplikasikan
didaerah asal pasca magang.
Pendidikan adalah dasar bagi keberdayaan suatu masyarakat. Hal itu
tak luput juga bagi RBI sebagai penyelenggara kegiatan ini, RBI mewakili
salah satu TBM yang ada di Jepara dan Jawa Tengah belajar banyak. Kegiatan
penguatan kapasitas pegiat literasi dengan melibatkan kelompok komunitas
baca atau taman baca masyarakat yang dinilai unggul dan produktif. melalui
kegiatan magang tersebut diharapakan nantinya peserta yang terlibat dapat
mengaplikasikan secara nyata dalam dinamika pengelolaan gerakan literasi
saling berbagi pengalaman dengan pegiat literasi lainnya.
Magang Literasi ialah program kegiatan yang bertujuan untuk
menguatkan kapasitas para pegiat literasi yang diselenggarakan secara
sistematis, yang dalam praktiknya dilakukan secara terpadu untuk memberikan
pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan respon dengan mangharmonikan
teori dengan praktik dibawah arahan narasumber yang berpengalaman dalam
mengelola TBM dan mengelola kegiatan literasi yang kreatif, inovatif, dan
edukatif pada masyarakat.
2. Idharohan Literasi
Literasi yang dapat dimaknai sebagai bentuk kecakapan hidup kini
semakin disadari pentingnya diterapkan dalam setiap aspek kehidupan

70
bermasyarakat. Literasi menjadi rangkaian penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan menciptakan bentuk masyarakat pembelajar sepanjang hayat,
masyarakat yang mampu mencari solusi permasalahan hidupnya, dan pada
akhirnya melahirkan masyarakat yang berdaya dan mandiri. Dalam bentuk
lain, tingkat literasi masyarakat juga berpengaruh dengan kebahagiaan dari
masyarakat itu sendiri.
Melalui Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Jepara yang
diprakarsai oleh Rumah Belajar Ilalang kemudian hadir sebagai wadah
berhimpun dan mengorganisir bagi para pengelola taman baca masyarakat,
pegiat literasi, kelompok komunitas, dan masyarakat untuk bergsntengan
tangan bersama mendedikasikan diri mengembangkan dan meningkatkan
gerakan literasi di daerah. Forum ini adalah bagian dari rel yang dibangun
utuk melintasi jalur literasi yang kemudian menjafi jalan menjadikan
masyarakat yang berdaya, mandiri, sejahtera, dan bahagia.
Forum, ini menjadi wadah literasi yang independen, berkelanjutan,
serta dapat beradaptasi dengan dinamika kehidupan yang terjadi dengan
memgang prinsip demokratis, adaptif, kreatif, dan inovatif. Idharohan literasi
memadukan aspek-aspek kelokalan yang ada dengan informasi dan teknologi
yang sedang berkembang sebagai bagian integral merespon tantangan. para
pegiat literasi berkumpul mendiskusiakn dan berbagi pengalaman tentang
bagaiamana strategi, inovasi, kreasi dan kontribusi aktif bagi masyarakat.
Idharohan literasi adalah bagian dari gerakan literasi nasional yang
dikampanyaekan pada level daerah. Rumah Belajar Ilalang menjadi salah satu
penggagas diinisiasinya forum ini karena melihat realitas yang terjadi.
Semakin masifnya gerakan literasi di daerah, semakin tumbuh suburnya taman
baca masyarakat yang berdiri, dan semakin besarnya perhatian dari
masyarakat. Dengan jalan seperti ini, kemudian menjadi sarana berbagi
pengetahuan dan pengelaman yang nantinya akan dikembalikan ke
kelompok/TBM masing-masing.
3. Rabu Rindu
Rabu Rindu pertama kali terselenggara karena sebuah keresahan salah
satu relawan RBI yang melihat tentang bagaimana realitas bisa mampu
dituangkan dalam bentuk puisi. Melalui puisi ini kemudian dikembangkan role
model kegiatan rabu rindu. perencanaan awal dilakukan atas dasar diatas,

71
sesederhana itu kemudian menjadi letupan semangat memberanikan diri
membuka kegiatan dan membagikannya secara umum. pada mulanya tidak
ada targeting secara pasti tentang kegiatan ini akan sampai pada titik mana,
kegiatan ini lahir dan berjalan mengalir dengan jalan trial and error disetiap
pertemuannya.
Hingga hari ini rabu rindu sedikit demi sedikit telah menemukan
bentuk yang diharapkan. Berjalan secara inklusif bagi kalangan manapun
untuk bisa berpartisipasi. Tidak ada pakem yang pasti tentang sistematika arah
dan tujuan dari kegiatan ini. Karena kegiatan ini terletup dari minat dan rasa
yang sama. berbagai kelompok komunitast terjalin perlahan menaruh minat
yang sama. membicarakan dan mendiskusiakan seputar kasusastraan.
Teori dan praktik dikemnbangkan disini, menurut kebutuhan dan topik
terkini yang sedang terjadi. Rabu rindu bersama komunitas-komunitas yang
ada dijepara akhirnya bisa berkumpul duduk bersama menikmati suguhan
puisi yang disajikan oleh para peserta. Rumah Belajar Ilalang melihat ini
seegai sebuah potensi dan berkah tersendiri, bahkan kasusustraan ternyata
memiliki peminatnya sendiri. Dari latarbelakang tersebut akhirnya kegiatan ini
dibuat secara reguler setiap bulannya.
Pemberdayaan melalui gerakan literasi akhirnya tidak berjalan secara
stagnan dan membosankan. Dari Rabu rindu yang membawa muatan literasi
pada bidang kasusastraan kini menjadi terobosan baru dalam merespon
dinamika literasi yang terjadi. berusaha mengangkat partisipan menjadi
seorang tokoh sastrawan yang lahir dari rahim lokal di masa depan.
4. Dongeng
Dongeng atau mendongeng merupakan hal yang identik bagi Rumah
Belajar Ilalang. melalui dongeng RBI juga akhirnya dikenal luas oleh
masyarakat. Dongeng seringkali menjadi media alternatif pembelajaran bagi
adik-adik yang ada di RBI. Relung jiwa adik-adik terpantik ketika
mendengarkan dongeng yang dipertontonkan oleh Den Hasan. Kemanapun
RBI pergi selalu identitas pertama kali yang diingat oleh masyarakat adalah
menyoal dongengnya.
Hal tersebut diatas dapat peneliti kaitkan dengan bagaiaman dan
mengepa harus dengan dongeng? ternyata jawabanya dapat peneliti peroleh
setelah sering mengikuti kegiatan mendongeng yang diselenggrakan oleh RBI.

72
Seringkali RBI diundang oleh berbagai kelompok dan instasi terkait untuk
berikan pembelajaran dalam bentuk dongeng.
Dongeng yang diangkat seringkali mengangkat soal ekologi. melalui
hal tersebut anak-anak dikenalkan sejak dini tentang ekologi yang ada
dilingkunganya. menurut pandangan peneliti, pemberdayaan tidak hanya soal
fisik, soal pembangunan, soal yang dramatis emosional, penggaran yang besar
tapi soal bagaimana sudut pandang ini dirubah menjadi susuatu yang dimulai
dari hal kecil dan menyenangkan. dongeng tidak lahir dari ambisi materil,
dongeng lahir dari perwujudan kebahgian anak-anak yang dilewatkan melalui
tutur cerita sehari-hari yang dikemas dengan mengasyikan.
5. Permainan Anak Tradisonal
Permainan Anak Tradisonal menurut hemat peneliti adalah wujud
sejari dari manusia dalam hal ini anak-anak sebagai sarana melintasi dimensi
sosial melalui bermain tapi tidak main-main. Anak-anak mendapatkan
pembelajaran nyata melalui permainan, aspek-aspek sosial pertama terbentuk
dan dimatngkan disini. Pengenalan akan permain anak tradisonal juga menjadi
sarana untuk terus membudayakan hal-hal yang berakar dari masyarakat
dengan tetap tidak meninggalkan aspek-aspek dinamika perkembangan zaman
Berbagai permainan disediakan, Anak-anak bisa memainkannya
sesuka hati dengan pendampingan kakak-kakak relawan RBI. Dari sini juga
memberikan gambaran sudut pandang lain dalam tema pokok kajian praktik
pemberdayaan yang terjadi di tengah masyarakat. Bahwa sesungguhnya
pemberdayaan/keberdayaan itu lahir dari masyarakat itu sendiri bukan dengan
hal-hal yang memusingkan dengan berbagai aturan, pakem, dan prosedular
yang baku. Akan tetapi membentuk pola sendiri menurut kehendak mereka.
Esensi dari keberdayaan adalah masyarkat itu sendiri, bukan karena pemberian
dari orang lain. prosesi saling belajar mengajar terjadi dari berbagai arah, tidak
berhenti pada satu arah saja.
6. Minggu Membaca
Minggu Membaca, Dua subjek yang berbeda dipadu padankan. minggu
adalah hari/waktu dan membaca adalah kegiatan. Menggabungkan dua elemen
yang berbeda menjadi bentuk ruang yang bisa digunakan sebagai sarana.
Dalam hal ini gerakan literasi yang menjadi isu sentral oleh peneliti kaji.

73
Pendekatan ini diambil tentunya melihat fakta yang ada dilapangan, dan RBI
berusaha mengisinya menjadi kemasan yang edukatif menarik.
Keberadaan Minggu Membaca adalah ruang belajar yang terbuka bagi
masyarakat. Segitiga pembelajaran disaktifkan disini dengan belajar dimuali
dari keluarga, masyarakat hingga alama raya ini. Hal tersebut tentunya selaras
dengan slogan dari RBI semua orang adalah guru, alam raya sekolahku
menjadi kekuatan dan spirit tersendiri dalam mewujudkan masyarakat
pembelajar sepanjang hayat.
Pemberdyaan tercipta disetiap sudut dan ruang, keberdayaan dari
masyarakat semakin dikuatkan. Anak-anak sebagai segemn umumr yang
mendominasi dalam program ini, diharapakn nanti bisa memberikan daya
tawar dan saling mengajarkan dimanapun mereka berada tidak terkecuali
diruang keluarga. Membaca adalah dasar pertama kali yang hatrus dimiliki
oleh sesorang manakala dihapkan dangan fenomena dan permasalah yang
terjadi. Melaluinya kemudian Minggu Membaca merepresentasikan sejauh
mana minat masyarakat akan literasi membaca di ekosistem RBI.

7. Ruang Ekspresi
Dalam mewujudkan dunia ide menjadi dunia realitas diperlukan alat
atau wadah yang digunakan menghimpun ide tersebut dan memprodukuksinya
menjadi sebuah realitas nyata yang dapat dinikmati oleh orang lain. Ruang
ekspresi berusaha menjawab dua dimensi yang berbeda itu, membangunkan
jembatan antar keduanya supaya setaip dari kita dapat menyaksikan dan
memetik pengetahuan darinya. Sementara ide terjebak sendiri, dibutuhkan
pantikan untuk merangsang ide tersebut kedalam pagelaran ruang ekspresi.
Rumah Belajar Ilalang meleburkan dua dimensi itu, meyediakan
wahan bagi adik-adik RBI untuk menyalurkan ide gagasannya secara nyata.
Ada banyak potensi yang lahir dari sini. Semuanya berbicara tentang hasil tapi
melupakan esensi dari proses yang dilakoni dalam rentang waktu panjang,
Mengira hasil adalah titik final yang musti dicapai untuk kemudian
dipamerkan. Pada tataran ini RBI memposisikan diri sebagai fasilitator potensi
minat dan bakat yang ada. Sedikit memberikan rangsangan dan dorongan,
selebihnya adalah kehendak merdeka dari adik-adik.

74
Menurut hemat peneliti sendiri, kegiatan ini adalah serupa ajang bagi
adik-adik dalam membangun ekosistem diri, sosial, dan lingkungan yang
harmoni. Menjadikan setiap proses yang telah dilalui sebagai arsip kehidupan
untuk kemudian dalam waktu yang berbeda dilahirkan dan disaksikan bersama
hasil proses yang telah dilalui bersama. RBI menyadari bahwa hakikatnya
setiap individu itu unik. Berangkat dari hal tersebut, adik-adik diarahkan
energinya kearah minat dan bakatnya secara positif karena mereka lahir dari
kertas yang putih kosong. Pembentuk dirinya adalah rangakain panjang dari
jalinan hidupnya.
2. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi Taman Baca
Masyarakat Rumah Belajar Ilalang.
Pada gilirannya pemberdayaan musti mempertanggungjawabkan apa yang
telah ditorehkannya. Berbicara pada ruang praktik nyata dilapangan,
Pemberdayaan diuji kebasahan sebagai landasan teori yang diciptakan oleh
akademisi. Pemberdayaan secara sederhana diartikan sebagai proses sosial yang
didalamnya memuat tentang bagaimana masyarakat mampu untuk berdiri diatas
kakinya sendiri atas prakarsa dari dalam ataupun luar. hal ini merujuk pada
konsepsi dasar dari pemberdayaan yang menitikberatkan pada peran aktif dari
masyarakat itu sendiri sebagai entitas yang dinamis.
Hasil selalu berjalalan beriringan dengan proses yang telah dikerjakan.
Pemberdayan masyarakat melalui gerakan literasi taman baca masyarakat di
Rumah belajar Ilalang di Desa Kecapi menemui apa yang telah diharapkan.
Melalui program-program yang telah diselenggarakan, RBI memupuk tumbuhnya
gerakan literasi dalam rangka menjadikan masyarakat sebagai pembelajar
sepanjang hayat. adapun hasil yang dapat dilihat dapat peniliti uraikan secara
sederhana sebagai berikut:
a. Peningkatan Kapasitas Pengetahuan
Pada dasarnya Rumah Belajar Ilalang merupakan kelompok sosial
yang lahr merespon fenomena yang berkenbang di masyarakat. Terkait
demgan Gerakan Literasi yang berusaha dibumikan kedalam setiap sendi-
sendi kehidupan bermasyarakat. giat literasi itu diwujudkan oleh RBI dengan
program-program yang telah terselenggara. Salah satu indikator keberhasilan
dari praktik pemberdayaan adalah tercapainya peningkatan kapasitas
pengetahuan masyarakat.

75
Peningkatan kapastas pengetahuan masyarakat merupakan cerminan
dari keberhasilan RBI membuka ruang belajar yang dikerjakan secara inklusif.
Dengan jalan tersebut diharapkan setiap orang bisa mengkases pengetahuan
secara terbuka tanpa sekat tembok pemisah yang selama ini dibangun tinggi.
Karena pada hakikatnya pendidikan adalah hak dan kewajiban bersama yang
musti terus dirawat sepanjang hayat.
Pemberdayaan tidak terlepas dari peran serta semua pihak yang
menaruh perhatian pada bidang pendidikan terkhususnya. Masyarakat
didorong aktif meningkatkan kapasitas pengetahuan yang dimilikimya sebagai
wujud implementasi pemberdayaan melalui praktik-praktik literasi yang
dibangun. Rumah Belajar Ilalang dengan relawan yang tergabung bersama
masyarakat membentuk dan memprakarsai kebutuhan peningkatan literasi
secara mandiri. berkolaborasi dengan semua pihak yang mmiliki cita-cita dan
rasa yang sama mewujudkan ruang belajar yang dapat diakses secara terbuka.

b. Peningkatan Ketrampilan
Selanjutnya adalah terkait dengan Peningkatan ketrampilan dari
masyarakat. pada dasarnya ketrampilan dengan pengetahuan merupakan
bagian integral yang tidak bisa dipisahkan kerana terkait satu sama lain.
Terbentuknya ketrampilan juga atas andil dari pengetahuan yang telah
didapatkan. Ketrampilan tersebut dimanifestasikan secara mandiri, aktif, dan
inovatif dengan berbagai program yang digagas bersama. Dalam hal ini adik-
adik RBI sebagi kelompok yang sering berinteraksi dibimbing kerah
peningkatan ketrampilan yang dimiliki.
Peningkatan ketrampilan tersebut terintegrasi dengan program-
program RBI. pada ekosistem pemberdayaa yang telah terbentuk, RBI
memposisikan dirinya sebagai fasilitator dari masyarakat. Dalam artian RBI
bertugas sebagai pelayan sosial masyarakat menjadi penjembatan kebutuhan
peningkatan ketrampilan dengan menyediakan piranti-piranti pendukung
jalannya program seperti yang telah dikemukakan diatas.
Jika ditelaah menurut landasan teori pemberdayaan, kelompok
masyarakat dan eksosistem yang mengelilingi RBI menjalin hubungan erat

76
dalam bentuk pertukaran pengalaman, yang selanjutnya digunakan sebagai
sarana informasi penunjang penguatan kapasitas diri. Ketrampilan secara
sederhana dipandang dalam wujud praktk-praktik kecil menuju perubahan ke
arah yang lebih baik lagi.
c. Jejaring Sosial
Jejaring Sosial selayang pandang yang peneliti amati dari Rumah
Belajar Ilalang telah dibentuk sejak lama. RBI sendiri kini sudah memasuki
usia hampir satu dekade. Tentu itu bukan waktu yang singkat bagi suatu
kelompok sosial yang dikelolala secara swadaya bisa bertahan melewati
berbagai dinamika sosial yang berkembang. Secara Historis RBI sendiri telah
malang melintang dipentas literasi, dari kelompok kecil yang ada di Desa, kini
dapat berbicara lebih dari level daerah hingga nasional. Hal tersebut tercermin
dari kegiatan-kegiatan yang berhasil diselenggrakan oleh RBI.
Sebagai kelompok sosial, RBI bertransformasi dari sebuah taman baca
masyarakat ditingkatan lokal sendiri menuju kelompok komunitas yang aktif
diberbagai program wilayah hingga nasional. dampak yang terjadi adalah
jejaring sosial dari RBI yang kian meluas. Ini kemudian dipergunakan sebagai
akses mempermudah jalannya program kegiaatan yang ingin diselenggrakan.
Bagi pihak-pihak terkait yang berkecimpung di RBI, ini menjadi sebuah
keuntungan sendiri telah bergabung bersama. Berangkat dari sini secara
perlahan RBI dapat berbicara lebih banyak lagi merespon kebutuhan
masyarakat dalam dunia literasi.
Jejaring sosial ini merupakan modal bersama. Pemberdayaan
masyarakat tidak mungkin bisa dijalankan secara terus menerus dan
berkelanjutan tanpa adanya pihak lain yang membantu memberikan dukungan.
Hal tersebut tercermin dari sejauh mana jejaring sosial yang terbentuk.
Menurut hemat peneliti sejauh pengamatan selama ini, RBI banyak
memberikan manfaat lebih kepada adik-adik, kakak-kakak relawan, dan
masyarakat dengan membukakan peta jalan menuju tahap selanjutnya dalam
pengembangan diri.
3. Kendala Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi
Taman Baca Masyarakat Rumah Belajar Ilalang.
Secara keseluruhan kendala yang dihadapi oleh Rumah Belajar Ilanag dapat
peneliti kelompokkan menjadi beberapa poin, diantaranya sebagai berikut:

77
a. Kultur Lokal
Kondisi kultur lokal setempat menjadi pembuka yang peneliti temui
melalui observasi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Rumah Belajar
Ilalang sendiri terbentuk merespon keadaan sekitar melihat bahwa terdapat
ruang kosong yang belum terisi. RBI kemdian hadir mengisi ruang kosong
tersebut dengan memberikan penawaran ide dan gagasan baru kepada
masyarakat lokal setempat. RBI pertama kali mendefinisikan diri sebagai
taman baca masyarakat. tentu ini menjadi sebuah hal baru bagi masyarakat
kala itu sehingga banyak terjadi kesalahpahaman bahkan ketersinggungan.
Letupan-letupan konflik kecil seringkali terjadi, RBI dalam hal ini
sebagai kelompok sosial yang baru lahir memberikan pengertian dan
pemahaman bagi masyarakat terkait dengan program kegiatan yang
diselenggarakannya secara terus menerus. Penyadaran berlangsung sedikit
demi sedikit merespon keadaan yang sedang terjadi. penguatan kapasitas
internal menjadi metode yang diterapkan menghadapi kultur lokal setempat.

b. Dana
Rumah Belajar Ilalang seringkali terbentur dengan permasalahan
pendanaan karena minimnya dana organisasi yang bisa dihimpun untuk
mejalankan program kegiatan yang telah disusun. Hal ini tentu tidak
mengherankan bagi kelompok sosial yang berkecimpung di sektor informal.
Kegiatan oprasional akhirnya dijalankan menurut kemampuan finansial yang
ada, dan seringkali berjalan dengan tertatih-tatih tidak sesuai dengan rencana
awal yang sudah disepakati bersama.
Rumah Belajar Ilalang dan relawan menutup kekurangan yang ada
secara kolektif. Siapa yang memiliki kemampuan finansial lebih bahu
membahu kolektifan yang dilakukan dengan dasar kesamaan rasa dan cita-cita
bersama. Pendanaan sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai sumber, namun
itu tidaklah mudah karena harus memenuhi serangkain prosedur yang panjang.
Dari hal tersebut RBI sering mandeg, bukan karena tidak adanya usaha
mencari peluang jaringan, tapi karena minimnya perhatian oleh pihak-pihak
terkait yang memiliki modal berlebih. Langkah yang diambil adalah dengan
memutar otak memanfaatkan segala potensi yang dimiliki misalnya saja

78
subsidi silang yang sering dilakukan dalam menutup anggaran suatu kegiatan
tertentu.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana menjadi kendala nyata yang bisa dilihat secara
jelas karena berkaitan dengan ruang materil. Apalagi hari ini kita berada pada
era teknologi dan informasi yang bergerak begitu dinamis melampaui
bayangan kita semua. tentu hal tersebut juga musti didukung dengan adanya
sarana penunjang yang memadai. Akan tetapi fakta dilapangan melihat kondisi
RBI saat ini kiranya musti berbenah memperbaharuinya menjadi lebih baik
lagi.
Beberapa kali peneliti berkunjung ke RBI melakukan observasi,
peneliti menemukan berbagai kekurang dari segi sarana dan prasarana disana
sini. kendala tersebut tentunya juga akan mempengaruhi jalannya kegiatan.
apalagi seperti saat ini yang jatuh di musim penghujan, maka praktis kegiatan
akan terhambat. pada gilirannya yang paling berdampak adalah bagi adik-adik
yang ingin belajar di RBI. Untuk menutupi kekurangan tersebut RBI
kemudian memutar dengan jalan kolektifan sesama relawan dan pegiat literasi
lainnya membangun sarana dan parasarana yang ada misalnya saja seperti
ruang ekspresi yang kemarin baru berdiri.
d. Relawan
Relawan adalah bagian utama yang ada di ekosistem Rumah Belajar
Ilalang. banyak terjadi kebuntuan disini karena keterlibatan dari relawan yang
sering berhenti ditengah jalan. Berbagai alasan kemudian muncul, ada yang
sebagain dari relawan sudah bekerja dan melanjutkan pendidikan lagi diluar
kota. Relawan yang datang silih berganti juga kerapkali menjadi kendala
tersendiri bagi RBI karena musti menyesuakan dan beradaptasi kembali
dengan program yang sudah berjalan.
Kesibukan relawan masing-masing menjadi penghalang dalam
mengefisensikan waktu perencanaan sampai pada praktik dari program. Dari
sana prinsip-prinsip yang sudah disepakati akhirnya runtuh karena musti
menyesuaikan dengan keadaan dan keterlibatan aktif dari para relawan. Dalam
proses pemberdayaan masyarakar melalui gerakan literaso oleh RBI terhambat
karena kehadiran dan kesibukan dari relawan. Hal tersebut merupakan
konsekuensi logis yang harus diterima oleh kelompok yang bergulat didunia

79
informal apapun, tak terkecuali dalam hal ini Rumah Belajar Ilalang sebagai
kelompok sosial yang bergerak didunia sosial kemasyarakatan dan literasi.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah diilakukan oleh peneliti, dapat diketahui
bahwa kesimpulan yang bisa didapatkan dari pemberdayaan masyarakat melalui
gerakan literasi yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Ilalang adalah sebagai
berikut:
1. Program kegiatan pemberdayaan yang diselenggarakan oleh taman baca
masyarakat Rumah Belajar Ilalang melalui gerakan literasi adalah; magang pegiat
literasi, idharohan literasi, rabu rindu, permainan anak tradisonal, dongeng,
minggu membaca, dan ruang ekspresi.
2. Hasil yang program kegiatan pemberdayaan yang diselenggarakan oleh taman
baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang melalui gerakan literasi adalah;
peningkatan kapasitas pengetahuan, peningkatan ketrampilan, dan jejaring sosial.

80
3. Kendala yang ditemukan pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang
diselenggarakan oleh taman baca masyarakat Rumah Belajar Ilalang melalui
gerakan literasi adalah; kultur lokal, dana, sarana dan prasarana, dan relawan.
B. Saran
1. Program pemberdayaan masyarakat melalui gerakan literasi yang diusung oleh
Rumah Belajar Ilalang sebagai taman baca masyarakat telah bergerak kearah yang
baik. hanya saja diperlukan adanya penguatan internalisasi tubuh dari RBI agar
tanggap menghadapi segala situasi dan kebutuhan dari masyarakat.
2. peningkatan dalam segi penyebarluasan informasi musti digiatkan agar cakupan
masyarakat yang menerima manfaat hadirnya Rumah Belajar Ilalang dapat
memberikan kebermanfaatnya secara makasimal.
3. Rumah Belajar Ilalang sebagai representasi tingkat literasi masyarakat dalam
sekala lokal musti memberikan rangsangan lebih dalam pemberdayaan masyarakat
melalui gerakan literasi yang kini sedang diusahakan bersama. Masyarakat
menaruh perhatian banyak kepada RBI, hal ini perlu disambut dengan program
kegiatan yang dapat mereka terima tentunya dengan perbaikan-perbaikan yang
diselarasakan pada dinamika sosial terkini.

C. Penutup
Setelah rangkain penelitian panjang yang peneliti laksanakan di Rumah
Belajar Ilalang, peneliti mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman nyata
tentang bagaimana makna pemberdayaan masyarakat itu sebagai ruang hidup
menghidupkan. Bahwa pemberdayaan masyarakat tidak selalu bicara tentang
kemewahan teori yyang diciptakan oleh akademisi, akan tetapi lebih dari itu
pemberdayaan adalah nafas itu sendiri yang memberikan asa bagi siapapun yang ingin
mendedikasikan dirinya diruang sosial kemasyarakatan. Terimakasihh tak terkira
peneliti ucapkan kepada siapapun terkhusus pada Rumah Belajar Ilalang yang telah
memberi banyak pengajaran dan membantu proses peneliti menyusun penelitian
sederhana ini. Rahayu Sagung Dumadi.

81
DAFTAR PUSTAKA

82

Anda mungkin juga menyukai