Anda di halaman 1dari 8

Capacity Building Process

Oleh : Agus
Mahasiswa Megister Sosiologi Pascasarjana Unsri

Tugas UAS MK Pengembangan Kapasitas.


Dosen Pengampu : Dr. Yunindyawati. M.Si.

PETA JALAN MK PENGEMBANGAN KAPASITAS

1. Memahami Teori dan Konsep Pengembangan Kapasitas.


Kemiskinan merupakan persoalan klasik yang telah ada sejak dulu, dan hingga saat ini
belum ada suatu rumusan atau formula yang tepat dalam menanggulangi persoalan
kemiskinan, dan tidak ada konsep tunggal tentang kemiskinan, sehingga strategi
penanggulangannya pun masih dan terus dikembangkan (Suharto, 2005:138). Kemiskinan
menyebabkan masyarakat dalam kondisi tidak berdaya (secara ekonomi dan politik), oleh
sebab itu dibutuhkan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin
tersebut, supaya berdaya. Berdaya disini adalah kemampuan individu didalam masyarakat
dan kemampuan membangun keberdayaan dalam masyarakat, gunanya untuk bertahan
(survive). Dan konsep pemberdayaan adalah salah satu jalan yang dapat ditempuh.
Pemberdayaan memiliki pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan
pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community based development). Sedangkan
memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah bentuk upaya
memampukan dan memandirikan masyarakat (Mardikanto dan Soebiato 2019 : 40).
Istilah pemberdayaan masyarakat diterjemahkan kedalam kata empowerment, dan
menurut A.H. Dharmawan empowerment is process of having enough energy enabling
people to expand their capabilities, to have greater bargaining power, to make their own
decision, and to more easily access to a source of better living. Pemberdayaan menunjuk
kepada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, terhadap akses kepada
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan kemampuan
ekonomi, serta mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan. Walaupun dalam
pemberdayaan masyarakat bertumpu pada community based development, tetapi community

1
empowerment berbeda dengan community development. Community empowerment adalah
sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumber daya local yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara
ekonomi, ekologi dan sosial. Sedangkan community development adalah sebagai alat untuk
menjadikan masyarakat semakin komplek dan kuat, ini merupakan suatu perubahan sosial
dimana masyarakat menjadi semakin komplek, institusi local tumbuh, collective power-nya
meningkat serta terjadi perubahan secara kualitatif pada organisasinya (Mardikanto dan
Soebiato 2019 : 45).
Ada dua upaya yang dapat dilakukan dalam memberdayakan masyarakat, Pertama, yaitu
menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling),
memberikan pengetahuan bahwa masyarakat memiliki potensi yang dapat berkembang dan
masyarakat bisa berdaya, ada kemampuan dalam diri (given) untuk berdaya. Kedua,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering), empowering
adalah bentuk langkah nyata dan positif, empowering dapat dilakukan kepada individu atau
lembaga sosial masyarakat, empowering individu semisal ialah memberikan pengetahuan
baru atau meningkatkan tentang apa yang ingin individu tersebut ketahui (Rohmad,
2016:117). Jika dalam suatu masyarakat ada individu ingin mengali potensi diri tentang
pertanian maka proses empowering adalah memberi pengetahuan tentang pertanian, alat-alat
pertanian, modal untuk bertani, melibatkan individu tersebut dari awal sampai akhir proses
empowering. Atau empowering dalam lembaga sosial masyarakat, yaitu peningkatan
kapasitas terhadap lembaga sosial tersebut, semisal empowering terhadap koperasi unit desa,
maka kita melakukan penguatan pengetahuan tentang manajemen koperasi, akses modal dan
akses jaringan kepasar. Memberdayakan mengandung arti juga sebagai melindungi, disini
dipahami sebagai bentuk perlindungan terhadap kondisi masyarakat tidak berdaya atau
powerless (Soetomo, 2018:146), jangan sampai yang lemah justru menjadi tambah lemah,
akibat adanya persaingan dan kondisi konflik, selain itu juga tidak membuat masyarakat
ketergantungan dan tidak memiliki inisiatif karena adanya kemudahan yang telah diberikan,
oleh karena itu melindungi adalah bentuk yang diperlukan.
Pemberdayaan sebagai suatu penguatan kapasitas, kapasitas maksudnya adalah
kemampuan (individu, dan kelembagaan) untuk menunjukan/memerankan fungsinya secara
efektif, efisien dan keberlanjutan (Lestari dan Wicaksono, 2019:78). Kapasitas bentuknya
dinamis karena berproses/berkelanjutan, dan tujuan utama dalam penguatan kapasitas adalah
penguatan sumberdaya manusia, sehingga mampu mengelola kelembagaan dan membangun

2
jejaring (Alam dan Prawitno, 2015:95). Ada dua Penguatan kapasitas yang dapat dilakukan
pertama, penguatan kapasitas individu adalah segala upaya untuk memperbaiki dan
mengembangkan mutu karakteristik pribadi agar lebih efektif dan efisien, baik didalam
entitasnya maupun dalam lingkup global. Kedua, penguatan kapasitas entitas atau
kelembagaan yang lebih menekankan kepada pengembangan mutu entitas atau organisasi,
mengembangkan atau membangun visi, misi serta budaya organisasi yang lebih modern
dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen, agar mampu bertindak dan bersaing.
Mengembangkan kompetensi sumberdaya manusianya dan menerapkan akuntabilitas
terhadap sumber finance. Dan didalam penguatan kelembagaan juga menbangun penguatan
kapasitas jejaring, dimana pada era keterbukaan informasi, tekonologi serta pasar, ini juga
sangat penting, dengan kapasitas jejaring ini kita bisa mengembangkan diri. Tidak terkukung
dalam kondisi yang statis. Dan dapat mengembangkan serta meningkatkan produktifitas serta
menyebarkannya (marketable) (Mardikanto dan Soebiato 2019 : 69-71).

2. Metode Pengembangan Kapasitas.


Selain itu ada metode partisipatif yang dapat dilakukan dalam proses Penguatan Kapasitas
dalam masyarakat, antara laian ialah ;
1. Metode RRA (rapid rural appraisal)
RRA merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat, yang dalam praktik
kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit
melibatkan masyarakat setempat. Sebagai teknik penilaian, RRA tujuannya adalah
pertama, mereview/telaah data sekunder, termasuk peta wilayah atau pengamatan
lapangan secara ringkas, kedua, observasi lapangan secara langsung, ketiga,
wawancara dengan informan kunci dan lokakarya, keempat, pemetaan dan pembuatan
diagram, kelima, studi kasus, sejarah local dan biografi, keenam, kecenderungan-
kecenderungan, ketujuh, pembuatan kuisioner yang singkat, kedelapan, pembuatan
laporan lapangan secara cepat. Selain itu prinsip RRA adalah efektivitas dan efisien,
menghindari bias, triangulasi sumber informasi, belajar dari dan bersama masyarakat,
belajar cepat melalui eksplorasi, cross check dan tidak terpaku pada bakuan yang
telah disipakan.
2. Metode PRA (participatory rapid appraisal)
Metode ini merupakan penyempurnaan dari metode RRA, atau kegiatan penilaian
secara langsung, dan banyak melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari berbagai
macam stakeholders, dan pihak luas hanya sebagai fasilitator, dan PRA biasanya

3
dilakukan pada awal kegiatan. Teknik penilainnya hampir sama dengan RRA
pertama, pemetaan wilayah dan keadaan sosial budaya masyarakat, menganalisa
keadaan, mengakomodir masalah dan rincian sulosi dari setiap masalah yang ada.
3. Metode FGD (focus group discussion)
Metode ini pada awalnya merupakan sebagai Teknik wawancara pada penelitian
kualitatif yang berupa in depth interview kepada sekelompok informan secara terfokus
tapi saat ini FGD banyak juga diterapkan dalam kegiatan perencanaan dan kegiatan
evaluasi program. Sebagai metode pengumpulan data metode ini merupan bentuk
interaksi individu-individu sekitar 10 sd 30 orang yang tidak saling kenal dan dipandu
oleh seorang host dimana yang didiskusikan diarahkan ke pemahaman dan
pengalaman tentang suatu program atau kegiatan yang diikuti. Dan host/moderator
memegang pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan, seperti pertanyaan pembuka,
pertanyaan pengantar, pertanyaan transisi, pertanyaan kunci dan pertanyaan penutup.
Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya telah difokuskan kedalam program apa yang telah
disepakati.
4. Metode PLA (participatori learning and action)
PLA merupakan metode pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari proses belajar
atau lebih tepatnya bekerja sambil belajar, bentuknya dapat melalui ceramah, diskusi,
dll. Tentang suatu topik seperti persemaian, pengolahan lahan, perlindungan dari
hama tanaman, dll, yang langsung diikuti dengan aksi atau kegiatan lapangan.
Sehingga seorang fasilitator dapat dengan cepat mengajarkan dan masyarakat
penerima manfaat dapat langsung menerapkan secara langsung/praktek apa yang telah
dipelajari. Sebagai proses belajar ini tentu saja sangat efektif dan berguna karena
belajar teori dan praktek yang dilakukan hamper bersamaan.
5. Metode SL (sekolah lapang/farmer field school)
Metode ini merupakan kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat, guna membahas masalah apa yang sedang dihadapi petani, berdiskusi,
atau sharing pengalaman tentang alternatif apa yang dapat dijadikan solusi dalam
suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Dan kegiatan ini
difasilitasi oleh fasilitator atau narasumber yang kompeten untuk dapat menengahi
persoalan yang sedang dihadapi oleh kelompok penerima manfaat.
6. Pelatihan Pertisipatif.
Metode ini adalah sebagai proses pendidikan, kegiatan pemberdayaan masyarakat
banyak sekali dilakukan melalui pelaksanaan pelatihan-pelatihan. Dan pelatihan ini

4
bersifat partisipatif dan bersifat non formal, tidak terikat atau incidental sehingga
harus terencana sebelumnya. (Mardikanto dan Soebiato 2019 : 199).

URGENSI ASPEK-ASPEK PENTING DALAM PENGEMBANGAN KAPASITAS.


1. Pengembangan Kapasitas Sebagai Proses Belajar Masyarakat (Aspek Pendidikan
Partisipatif).
Sebagai proses, pengembangan kapasitas adalah rangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk memberikan/mendampingi suatu masyarakat, mengenalkan potensi-potensi
sumberdaya lokal, meningkatkan potensi pengetahuan ataupun memberikan kekuatan agar
mampu dimanfaatkan untuk kepentingan individu atau masyarakat tersebut. Dengan
demikian masyarakatlah yang menjadi actor utama (subjek) dalam pengembangan kapasitas
masyarakat, masyarakat berpartisipasi aktif dalam menentukan program apa yang akan
diwujudkan, mulai dari merencanakan, melakukan, mengevaluasi, dan merasakan hasil dari
suatu program, sehingga terjadi suatu perubahan dari awalnya miskin menjadi sejahterah.
Orang-orang luar seperti pemerintah dan stakeholder hanya sebagai pendamping dan
pendukung terhadap apa yang ingin dicapai oleh suatu masyarakat dalam memberdayakan
dirinya tersebut.
Pengembangan kapasitas yang berangkat dari partisipasi masyarakat biasanya
memiliki potensi keberhasilan yang tinggi dibandingkan suatu program yang dirancang oleh
pemerintah maupun stakeholder, karena masyarakat sendiri tahu akan kebutuhannya dan
potensi dirinya, serta budaya yang mereka jalankan, sehingga ketepatan sasaran dalam
program itu tinggi.
Walaupun bisa saja pemerintah dan stakeholder yang berkepentingan bertindak
melakukan pemaksaan terhadap suatu perubahan, tetapi biasanya tindakan yang dipaksakan,
dan disertai ancaman tidak akan berlangsung lama, jika suatu paksaan dan ancaman tersebut
melemah maka masyarakat juga akan meninggalkan, begitu juga jika menerapkan suatu
perubahan dengan bujukan maka ini akan membuat masyarakat semakin tergantung dan
berpotensi menjadi beban, jika kebutuhan terus dipasok maka masyarakat akan mengikuti
jika kebutuhan disetop masyarakat akan menstop juga kegiatannya dan kembali
kegiatannya/kebiasaan lama, sebaiknya dilakukan pendekatan yang bersifat Pendidikan,
dimana masyarakat belajar bersama dalam mengenali potensi dirinya, mengenali potensi
sumberdaya serta membangun manajeman dan jejaring. Dalam proses belajar inilah individu
atau masyarakat dapat menumbuhkan kesadarannya, dan mau ikut berubah menjadi lebih
baik.

5
Selain itu pemerintah maupun stakeholder dapat berperan sebagai pendamping,
mengenalkan suatu inovasi jika masyarakat yang dalam program pemberdayaannya
mengalami kesulitan, inovasi sangat dibutuhkan terutama dalam era teknologi, dalam
menerepkan suatu inovasi pendamping harus benar-benar memberikan pengetahuan yang
lengkap, tentang tujuan, kegunaan, dan manfaat luas dari suatu inovasi, dan tidak bertentang
dengan sosial budaya masyarakat tersebut, sehingga terjadi penolakan.

2. Pengembangan Kapasitas sebagai Proses Perubahan Sosial (Aspek Ekonomi dan


Politik).
Muara dari peroses pengembangan kapasitas masyarakat adalah adanya perubahan
sosial secara mandasar, karena proses ini bukan bersifat individu, melainkan adalah adanya
Gerakan sosial, dimana gerakan sosial ini menuju keperubahan sosial yang luas, yang
mencangkup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi, dalam jangka panjang dapat
memberikan manfaat yang benar-benar nyata dalam kedidupan masyarakat.
Pada prinsipnya masyarakat harus mampu beradaptasi disetiap proses kehidupannya,
perubahan sosial adalah hal yang pasti terjadi dan berlangsung, baik itu secara lambat
(evolusi) maupun secara cepat (revolusi), bukan perubahan sosial yang ditakuti tapi
bagaimana keadaan masyarakat ketika menghadapi perubahan sosial itu, masyarakat harus
benar-benar mempersiapan diri dengan baik agar dapat menyesuaikan diri pada proses
perubahan kehidupan yang sedang berlangsung.
Setidaknya ada dua proses perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat,
pertama, individu-individu yang terlibat dalam kegiatan pengembangan kapasitas akan
mampu merubah dirinya, menjadi individu yang menyadari dan menjadi pelaku perubahan
sosial (actor perubahan) berdampak posistif bagi individu tersebut, kedua, proses perubahan
sosial itu sendiri akan menjadi magnet bagi individu-individu lainnya dalam masyarakat agar
mau cepat merespon kondisi kehidupannya, dan ikut terlibat mengembangkan diri dalam
proses perubahan sosial tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses
perubahan sosial itu suatu hal yang pasti, dan masyarakat harus siap dan mempersiapan diri
terhadap proses perubahan sosial tersebut.

6
MODEL PENGEMBANGAN KAPASITAS DALAM BENTUK BAGAN ALIR

AKSI/
Pemerintah dan
Perubahan Stakeholder
Sosial

Legitimasi, Sponsor,
Daya Saing Ekonomi dan Policy, Link.
Politik

Pengembangan Program, Metode,


Kapasitas Model, Tujuan,

Individu Atau Entitas

Intervensi/Penyadaran

Individu/Masyarakat
Marjinal

7
Sumber Referensi.

Alam, Andi Samsu dan Ashar Prawitno. (2015). Pengembangan Kapasitas Organisasi dalam
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Bone. Dalam Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 8, Nomor 2, Juli 2015
(93-104) ISSN 1979-5645.
Lestari, Asih Widi dan Dhika Bagus Wicaksono (2019). Pengembangan Kapasitas
Kelembagaan (Capacity Building) Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Pegawai
(Studi Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kppn Kudus). Dalam Jurnal
REFORMASI Volume 9 Nomor 1 (2019). ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-
6864 (Online)
Mardikanto, Toto dan Poerwoko Soebianto. 2019 .Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
Rohmad, Zaini. (2016). Sosiologi Pembangunan. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Suharto, Edi (2021). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Stategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama,
Soetomo. (2018). Masalah Sosial, Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai