Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN

MASYARAKAT
Roy Mahendra

PENDAHULUAN
Pengembangan masyarakat seharusnya berfokus pada usaha pemberdayaan masyarakat pada
suatu komunitas sehingga mereka memiliki kemampuan dan kesetaraan dengan stakeholder
lain.  Pemberdaayaan masyarakat bisa diartikan menjadikan masyarakat sebagai subjek
pembangunan yang selaras dengan konsep people centered development. Pemberdayaan ini
bisa terjadi pada tingkatan individu, keluarga, kelompok social maupun komunitas. Tanpa
adanya pemberdayaan, masyarakat kelas bawah atau kelompok yang lemah akan terus
tersisihkan dan tertindas tanpa tahu kapan dan bagaimana mereka bisa keluar dari kondisi
mereka yang memprihatinkan. 

Dalam pemberdayaan masyarakat, dituntut pula partisipasi masyarakat dalam keseluruhan


proses pembangunan mulai perencanaan sampai implementasi di lingkungan mereka tinggal.
Keterlibatan masyarakat baik secara fisik, material, maupun finansial diharapkan akan
meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki proses dan hasil pembangunan yang
dilakukan pada masyarakat tersebut.

KERANGKA PEMIKIRAN
Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai tampak ke permukaan sekitar decade 1970-an,
dan terus berkembang sepanjang decade 1980-an hingga 1990-an (akhir abad ke-20). Konsep
pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa sedarah dengan aliran-aliran yang
muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran post-modernisme. Aliran ini
menitik beratkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi jargon-jargon antisistem,
antistruktur, dan antideterminisme yang diaplikasikan pada kekuasaan. Munculnya konsep
pemberdayaan merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran tata masyarakat dan
tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu Negara (Pranarka dan Vidhandika, 1996).

Pemberdayaan diartikan memberikan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan


keterampilan (distribution of resources) kepada warga untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam memenuhi
kehidupan komunitasnya (Jim Ife, 1995). Sedangkan Deepa Narayan (2002) mengartikan
pemberdayaan sebagai perluasan aset-aset dan kemampuan masyarakat yang tak berdaya
(miskin) dalam menegosiasikan, mempengaruhi, mengontrol serta mengendalikan
tanggungjawab lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

Berdasarkan penelitian kepustakaan, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan.


Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses yang memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun
asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi
(Oakley & Marsden, 1984). Kecenderungan tersebut dapat disebut kecenderungan primer dari
makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.
Terkait dengan pembagian kewenangan atau kekuasaan ini terdapat dua perspektif, yaitu :
1) Zero sum perspective, artinya perspektif yang menganggap bahwa pemberian sebagian
kewenangan/ kekuasaan kepada pihak lain (pihak yang lemah) maka akan mengurangi
kewenangan/kekuasaan pemberi kuasa.
2) Positif sum perspective yaitu perspektif yang menganggap bahwa pemberian daya kepada
pihak lain malah dapat meningkatkan dayanya sendiri.

Hal ini perlu dicermati terkait dengan pengembangan masyarakat khususnya jika
pemberdayaan masyarakat berhubungan dengan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan
mereka memiliki perspective zero sum. Sering kali mengalirnya daya untuk mengalih-
fungsikan si miskin yang semula menjadi objek menjadi subjek pembangunan ini tidak
terwujud dengan baik karena hambatan perspektif ini. 

Partisipasi Komunitas
Proses partisipasi meliputi perubahan relasi subjek-objek yang ada antara pemerintah dan
institusi lainnya dengan komunitas menjadi relasi yang lebih dialogis (subjek-objek). Proses
partisipasi mengubah cara pandang  para praktisi pembangunan dengan mentransformasikan
kepentingan kelas mereka dan melibatkan komunitas dalam proses partisipasi (rahmena,
1992). Partisipasi merupakan proses yang bertingkat dan membutuhkan komitmen jangka
panjang dari berbagai stakeholder untuk mendukung proses tersebut. Diperlukan membangun
pemahaman dan kompleksitas relasi kekuasaan dan visi yang lebih dinamis tentang
komunitas.

Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh
cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses dimana mereka dapat
menegaskan control secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan:
1) Warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh
orang lain dan dikontrol orang lain
2) Partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka
sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka
merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar (Nasdian, 2014).
Pada dasarnya orang-orang akan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas apabila kondisi-
kondisinya kondusif untuk melakukan kegiatan tersebut (Nasdian, 2014). Kondisi-kondisi
tersebut adalah seperti berikut ini:
1) Warga komunitas akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isu-isu atau
aktivitas tertentu. Untuk menentukan isu atau tindakan mana yang penting, warga
komunitaslah yang menentukan dan bukan orang luar. Biasanya isu-isu yang menyentuh
kebutuhan mereka yang menjadi prioritas komunitas.
2) Warga komunitas berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa tindakannya akan
membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok dan
komunitas. Contohnya adalah kegiatan ekonomi yang segera memberikan hasil yang nyata.
3) Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Jenis partisipasi yang harus
dihargai tidak hanya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan formal, tetapi juga kegiatan-
kegiatan pendukung lainnya.
4) Orang yang dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya. Ini
berarti bahwa isu-isu seperti ketersediaan transportasi, keamanan, waktu dan lokasi aktivitas
serta lingkungan tempat aktivitas terjadi merupakan sesuatu hal yang penting dan perlu
dipertimbangkan oleh proses yang didasarkan pada komunitas.
5) Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjatuhkan. Sebagai contoh
prosedur pertemuan dan teknik-teknik pengambil keputusan seringkali menyingkirkan orang-
orang tertentu.
Dengan adanya partisipasi maka akan terbentuk kerja kolektif yang tentunya membentuk
suatu kekuatan baru. Penyatuan potensi-potensi individu yang terpisah di masyarakat ini bisa
membentuk potensi yan besar untuk dikembangkan menuju kemandirian suatu komunitas.  

Pemberdayaan dan Partisipasi


Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses
pembangunan belakangan ini di berbagai Negara. Kemiskinan yang terus melanda dan
menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses
restrukturisasi, agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukkan
perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana proses
percepatan pembangunan manusia. Karena itu, perlu ditekankan peningkatan tentang
pentingnya pendekatan alternative berupa pendekatan pembangunan yang diawali oleh proses
pemberdayaan masyarakat local (Craig dan Mayo, 1995).

Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka
meningkatkan ekonomi, social, dan transformasi budaya. Proses ini, pada akhirnya, akan
dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat. Cara yang terbaik untuk
mengatasi masalah pembangunan adalah membiarkan semangat wiraswasta tumbuh dalam
kehidupan masyarakat yang berarti berani mengambil risiko, berani bersaing, menumbuhkan
semangat untuk menemukan hal-hal baru (inovasi) melalui partisipasi masyarakat. 

Pemberdayaan masyarakat harus digali berdasarkan potensi yang dimiliki oleh komunitas
tersebut. Usaha pemberdayaan bisa dimulai dari dukungan pihak luar dengan memfasilitasi
berupa pelatihan, diskusi,pemberian teknologi, bantuan pemasaran, pendampingan usaha dll.
Jika berhasil dikembangkan potensi tersebut kearah yang produktif dan menghasilakn maka
usaha tersebut bisa menciptakan kemandirian untuk komunitas. Tentu saja usaha ini perlu
partisipasi dan dukungan dari anggota komunitas sebagaimana bisa digambarkan pada bagan
di bawah ini.

ANALISIS
Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan Cianjur 
Keberadaan Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan Cianjur (Badan Hukum No.
1230/BH-DK/XIII.7/BID.KOP/2011) tidak dapat dipisahkan dari peran program
pemberdayaan petani sehat yang telah dilakukan oleh Pertanian Sehat Indonesia unit jejaring
Dompet Dhuafa. Program pemberdayaan petani sehat untuk klaster Cianjur diawali pada
bulan Juni 2009 melalui proses Survey Kelayakan Wilayah (SKW), sosialisasi program, dan
pembentukan kelompok serta pendampingan petani. Melalui proses penguatan SDM Petani,
Kelembagaan, Pembiayaan dan penguatan teknologi pertanian tepat guna serta pembentukkan
jaringan kerja petani, eksistensi koperasi dan gapoktan, kelompok dan mitra petani Al-
Ikhwan terus dipupuk dan dikembangkan.

Setelah melalui proses pendampingan intensif kurang lebih dua tahun, maka keberadaan
program kemudian dimandirikan pada tahun 2011 dalam bentuk badan hukum koperasi
dengan pengelolaan program dilanjutkan oleh para kader dan pengurus gapoktan. Koperasi
sebagai institusi ekonomi rakyat dengan watak sosial menjadi instrumen legal formal dalam
pengembangan program yang telah berjalan dan membuka diri untuk bekerjasama dengan
pihak luar.

Dengan dukungan berbagai pihak seperti Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Cianjur serta
instansi lainnya Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan terus menjemput mimpi bersama,
melanjutkan dan mengembangkan program pertanian dan pemberdayaan masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah. Maka komitmen koperasi Al-Ikhwan adalah
menjadi organisasi ekonomi umat yang berwatak sosial dan beranggotakan para petani yang
merupakan susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan
prinsip syariah menuju terciptanya kesejahteraan dan keberkahan umat.

Latar Belakang Pendirian Koperasi


Cianjur dikenal sebagai salah satu wilayah lumbung padi jawabarat penghasil beras
berkewalitas bagus, dari sisi rasa dan nama yang cukup populer beas cianjur walaupun jenis
yang dimaksudkan adalah pandanwangi, namun sekarang hampir semua jenis varietas padi
apapun biasa disebut beas cianjur asal di tanam di cianjur karena memiliki rasa yang khas.

Desa Sukaraharja adalah wilayah yang luas lahannya didominasi oleh pesawahan (279,7
ha/m2) atau sekitar 66,7% dari luas wilayahnya yang mencapai 419,15 ha/ m2, Dibanding
dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Cibeber sebagai salah satu wilayah unggulan
penghasil beras cianjur, namun demikian para petani lokal disana tak bisa menikmati semua
itu. Gambaran petani yang identik dengan kemiskinan, terbelakang akan teknologi tepat guna
dan bukan propesi yang menjanjikan bagi para generasinya seolah melekat kuat. Hal ini
terbukti dengan jumlah warga yang mendapat konpensasi dari pemerintah seperti RASKIN
yang mencapai 16 Ton/sekali pengiriman, BLT dll cukup dominan, belum ditambah dengan
tarap pendidikan yang rata-rata lulusan SD dan wilayah ini beberapa waktu kebelakang
pernah menjadi salah satu desa tertinggal (DT).

Dikarenakan keterbatasan kepemilikan lahan menjadikan petani desa ini hanya berprofesi
sebagai buruh tani/penyewa/maro lahan, ditambah ketersediaan pengairan/irigasi yang tidak
memadai menyebabkan lahan sawah mereka hanya bisa ditanami dua kali/tahun jadi ketika
musim kemarau datang lahan sawah mereka dibiarkan tak ditanami, ditambah biaya usaha
tani yang terlalu tinggi dikarenakan berbagai kendala jarak yang lumayan jauh dari
kecamatan sehingga menyebabkan mereka terlilit utang dari rentenir seperti pijaman yarnen
(1 kg pupuk dibayar 1.5 -2 kg padi) yang menyebabkan mereka semakin terjepit. Belum lagi
ditambah dengan sepak terjang para tengkulak yang hanya modal dengkul dan beberapa
diantaranya para rentenir tadi,
Berawal dari permasalahan serta kondisi para petani yang memprihatinkan tersebut, warga
Desa Sukaraharja melakukan musyawarah desa pada tanggal 24 April 2009 dengan diinisiasi
oleh Dompet Dhuafa. Akhirnya disepakatilah dibentuk Gapoktan Al-Ikhwan. Usaha bersama
ini berkomitmen untuk meminimalisir permasalahan diatas dan sebuah upaya peningkatan
kapasitas dan kemandirian masyarakat tani setempat

Kegiatan Utama Koperasi


Sebagai koperasi dengan basis wilayah potensinya adalah pertanian, maka fokus kegiatan
koperasi gapoktan meliputi:
1) Pengadaan saprotan (pupuk, benih, dll) untuk kebutuhan para anggotanya dengan harga
terjangkau .2) Jual beli gabah sebagai salah satu usaha bersama yang membantu petani dari
sisi pembayaran dan penyeimbang harga pasar.
3) Pengelolaan usaha jasa listrik on line
4) Produksi dan penjualan pupuk organik
5) Melakukan pengelolaan jasa alsintan traktor dan penggilingan padi
6) Jasa pengadaan gaplek jahe untuk perusahaan Bandrek dan Bajigur
7) Pengembangan usaha emping melinjo.
8) Usaha perkreditan syariah untuk kebutuhan peralatan dapur anggota.

Jumlah Anggota dan Dana yang Dikelola


Jumlah Anggota Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan adalah 159 petani dengan mengelola dana
sebesar Rp. 345.588.900, 00. Dan jumlah tersebut (baik jumlah anggota maupun dana yang
dikelola) terus berkembang hingga sekarang.

Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan Cianjur Sebagai Contoh Pemberdayaan Masyarakat.


Program pemberdayaan masyarakat di desa Sukaraharja kabupaten Cianjur akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang sudah dimiliki oleh
masyarakat. Oleh karena itu, pemetaan potensi masyarakat di sekitar desa Sukaraharja dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat perlu didata untuk dicarikan
solusinya. Hasil pengamatan lapangan memperlihatkan masyarakat di desa Sukaharja Cianjur
memiliki potensi sekaligus permasalahan di bidang pertanian. Potensi dan permasalahan
tersebut menjadi modal dasar dan titik pangkal untuk memulai proses pemberdayaan
masyarakat itu sendiri. 

Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat di desa sukaharja Cianjur dapat diwujudkan


diantaranya dengan penyediaan pinjaman biaya tanam, penggilingan padi, tempat
penampungan panen. Namun dengan berjalannya waktu, usaha yang telah dikembangkan
melalui Gapoktan dan koperasi Al-Ikhwan berkembang pesat dengan merambah usaha-usaha
lainnya. 

Pemberdayaan pada aspek sosial-budaya masyarakat lokal dicapai dengan memberdayakan


kemampuan masyarakat untuk mengenali jati dirinya melalui pengamatan dan temuan di
lapangan dengan mengidentifikasi fenomena dan kejadian yang terjadi di sekitar komunitas.
Dengan data pengamatan yang didapatkan, dapat dirumuskan pengembangan jenis apa yang
cocok dan dapat berjalan secara berkesinambungan untuk masyarakat komunitas setempat.

Pada awalnya, pemberdayaan masyarakat bisa didampingi dan didukung oleh pihak luar
(Dompet Dhuafa). Namun seiring dengan berjalannya waktu dan penguasan pengetahuan,
teknik dan manajemen usaha, komunitas dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya
sendiri secara mandiri.

Pemberdayaan dalam bidang ekonomi merupakan pemberdayaan yang secara langsung


paling cepat dirasakan hasilnya oleh masyarakat lokal. Karena hasilnya dapat dirasakan oleh
sebagian besar anggota masyarakat, partisipasi anggota komunitas menjadi semakin besar.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat memiliki makna mengembangkan,
memandirikan, atau menswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala sektor kehidupan. Dalam implementasinya di
lapangan, konsep tersebut menampakan dua kecenderungan. Pertama, pemberdayaan
menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan
atau kemampuan (power) kepada masyarakat agar lebih berdaya. Proses ini sering disebut
sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua adalah kecenderungan
sekunder yang menekan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi masyarakat
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.

KESIMPULAN
Pemberdayaan masyarakat haruslah digali dari dalam komunitas untuk mencari potensi yang
akan dikembangkan atau dari masalah-masalah yang ada untuk bisa dicarikan solusi
penyelesaiannya. Pemberdayaan masyarakat harus didukung oleh anggota komunitas/
masyarakat yang dibuktikan dengan partisipasi anggota masyarakat secara aktiv untuk
mengembangkan komunitasnya. Pengembangan masyarakat bisa diinisiasi pihak luar atau
bisa juga datang dari dalam komunitas tersebut.  

DAFTAR PUSTAKA
Hikmati, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama
Press (hal.1-48).
Ife, Jim. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision,
Analysis, and Practice. Longman. Australia.
Nasdian, Fredian Tony. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Kerjasama Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Oakley, Peter & David Marsden. 1984. Approach to Participation in Rural Development.
Geneva: ILO.
Prijono, Onny S. dan Pranarka, A.M.W. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: CSIS (hal.44-70).
Widiyanto. 2012. “Keterwakilan Publik” dalam Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif:
Studi Kasus Empat Wilayah. Jakarta: Majalah Prisma LP3ES.
gapoktanalikhwan.wordpress.com diakses tanggal 25 Maret 2015
pertaniansehat.com diakses tanggal 25 Maret 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang masalah.


Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan perhatian semua
pihak secara bersama dan terkoordinasi. Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang
sangat terpuruk sehingga berdampak negatif  terhadap masyarakat, baik dari segi pendidikan,
pendapatan , maupun dalam hal daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. 
Begitupun kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang
biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup.  Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
            Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan tersebut, pemerintah
pada tanggal 31 April 2007  meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat(PNPM) Mandiri dikota Palu  Sulawesi tengah dan di Aceh Utara mulai
dilaksanakan pada bulan juli 2008. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali upaya
penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan
partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat
ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek upaya
penanggulangan kemiskinan. Diharapkan melalui Program PNPM Mandiri dapat terjadi
harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi, serta berbagai proses dan prosedur
pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Di Kecamatan Dewantara khususnya Desa Pulo Rungkom tingkat kemiskinan juga
semakin meningkat. Hal ini dilihat dari bertambahnya angkatan kerja namun kesempatan
kerja tidak tersedia sehingga menciptakan semakin banyaknya angka pengangguran yang
selanjutnya menambah angka kemiskinan. Di Desa Pulo Rungkom banyak sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi angka pengangguran sekaligus mengurangi
angka kemiskinan, namun semuanya itu terkendala oleh faktor modal yang tidak dimiliki
oleh masyarakat ekonomi lemah yang berada di desa ini.
            Pelaksanaan kegiatan yang dikelola Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) PNPM
Mandiri Kabupaten Aceh Utara Propinsi Aceh yang terdiri dari 27 kecamatan di seluruh
Aceh Utara.
Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba untuk mengetahui lebih jelas lagi seberapa
besar pengaruh jumlah pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah dana yang
disalurkan. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Proses
Penyaluran Dana PNPM Mandiri di Desa Pulo Rungkom dan Sejauhmana Kegiatan
PNPM Mandiri Berjalan”.

1.2  Indentifikasi masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis mengindentifikasi beberapa
permasalahan yang timbul yaitu:
1.      Bagaimana proses  penyaluran dana PNPM Mandiri di Desa Pulo Rungkom.
2.      Apa kendala dalam penyaluran dana PNPM Mandiri di Desa Pulo Rungkom.
           
1.3  Tujuan penelitian.
Berdasarkan beberapa masalah yang telah di indentifikasi di atas, maka tujuan dari
penelitian adalah:
1.      Untuk mengetahui Proses Penyaluran dana PNPM mandiri di Desa Pulo Rungkom.
2.      Untuk mengetahui kendala-kendala dalam proses penyaluran dana PNPM Mandiri di
Desa Pulo Rungkom.

1.4  Metode Penelitian.


Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menguraikan data yang diperoleh di lapangan
secara keseluruhan sehingga menggambarkan permasalahan yang dibahas.  Dalam
mendapatkan data yang dibutuhkan penulis menggunakan beberapa metode yaitu:
1.      Telaah perpustakaan (Library Review), yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan secara
teoritis yang berhubungan dengan penelitian.
2.      Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke
objek penelitian.
a.       Pengamatan (Observasi) yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek
penelitian.
b.      Mengadakan wawancara (Interview), yaitu Tanya jawab yang dilakukan dengan pihak
yang terkait dengan judul penelitian.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1    PNPM Mandiri
2.1.1  Pengertian PNPM Mandiri
           Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan
masyarakat yang mandiri dan madani dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
           Menurut sumber pedum PNPM Mandiri menyatakan, “Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.  Pemberdayaan masyarakat memerlukan
keterlibatan dari perangkat pemerintah serta berbagai phak untuk memberikan kesempatan
dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai”.

            Menurut Widjanarko (2005:15) mendefinisikan “pemberdayaan masyarakat adalah


upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memecahkan suatu
masalah dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, baik secara kelompok maupun
individu”.
            Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM) merupakan
salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah
perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya proses Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998. PNPM Mandiri
sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden RI pada 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi
Tengah.
            Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini
memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan.
Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal,
pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada
masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp750 juta
sampai Rp3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk.
            Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam
setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan
keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di
desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.

2.1.2   Tujuan PNPM Mandiri


a.       Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
b.      Tujuan Khusus
1)      Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,kelompok
perempuan, komunitas adat terpencil, da kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan
sering terpnggirkan dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2)      Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif,dan
akuntabel.
3)      Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,
4)      program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).
5)      Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk
mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
6)      Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah
daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
7) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai        dengan potensi sosial
dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
8)      Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, informasi dan komunikasi
dalam pemberdayaan masyarakat.

2.1.3        Strategi PNPM Mandiri


Startegi PNPM Mandiri yang  terdiri atas:
a.    Strategi Dasar
1)      Menginsentifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat.
2)      Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama
mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat.
3)      Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan sektoral,pembangunan
kewilayahan, dan pembangunan partisipatif.

b.      Strategi Operasional


1)      Mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat,pemerintah
pusat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya secara sinergis.
2)      Menguatkan peran pemerintah kota/kabupaten sebagai pengelola  program program
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya;
3)      Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya,   mengakar, dan akuntabel.
4)      Mengoptimalkan peran sektor dalam pelayanan dan kegiatan  pembangunan secara
terpadu di tingkat komunitas.
5)      Meningkatkan kemampuan pembelajaran di masyarakat dalam memahami
kebutuhan dan potensinya serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
6)   Menerapkan konsep pembangunan partisipatif secara konsisten. 

2.1.4        Prinsip PNPM Mandiri


PNPM-Mandiri menekankan prinsip-prinsip dasar berikut ini:

a.       Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri     senantiasa


bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
b.      Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara
mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara
swakelola.
c.       Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan
kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan
kapasitasnya.
d.      Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan
masyarakat yang kurang beruntung.
e.            Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan
keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.
f.        Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai.
g.       Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah
dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.
h.       Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap
segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat
dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal,
maupun administratif.
i.         Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara
optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
j.    Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan  kemiskinan
didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam
penanggulangan kemiskinan.
k.      Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini   tapi juga di masa
depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
l.          Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri
harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat
dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

2.1.5        Pendekatan PNPM Mandiri


             Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis
masyarakat dengan:
a.         Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program.
b.      Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama
pembangunan pada tingkat lokal.
c.       Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan
partisipatif.
d.      Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan
karakteristik sosial, budaya dan geografis.
e.       Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan
keberlanjutan. Penjelasan lebih lanjut tentang pendekatan pemberdayaan masyarakat ini dapat
dilihat pada lampiran

2.1.6        Sasaran PNPM Mandiri


            Setiap kebijakan program serta kegiatan pasti mempunyai sasaran tersendiri tidak
terkecuali dengan program PNPM Mandiri.  Dalam hal ini PNPM sendiri memiliki beberapa
sasaran, menurut Widjinarko (2007:2) sasaran dari pelaksanaan PNPM Mandiri yaitu:
a.       Terbangunnya Lembaga Kepimpinan Masyarakat(BKM) yang aspiratif, representatif,
dan akuntabel utuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian
masyarakat.
b.      Tersedianya Program Jangka Menengah (PJM) sebagai wadah untuk mewujudkan
ssenergi berbagai program penanggulangan keiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan
aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan  pemukiman
yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan.
c.       Meningkatnya akses terhadap pelayanan kebutuhan  dasar bagi warga miskin alam
rangka meningkatkan dan pencapaian sasaran.  

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Penyaluran Anggaran Dari PNPM mandiri ke Desa Pulo Rungkom
            Proses Penyaluran anggaran PNPM mandiri ke setiap desa berbeda-beda, namun
tujuannya sama. Ini semua tergantung dari tingkat daerah tersebut membutuhkan atau tidak,
tidak semua daerah yang mengajukan akan direalisasikan akan tetapi daerah yang paling
memiliki potensi yang akan di realisaasikan.
            Di daerah Pulo Rungkom, untuk setiap tahunnya lebih memprioritaskan ke bidang
pertanian dan infrastruktur, misalnya: pembenahan saluran irigasi, pembuatan bendungan,
pembuatan pintu air, pembuatan jembatan penghubung.

            Untuk tahun 2011 ini, Desa Pulo Rungkom, mengajukan beberapa program, seperti di
table 01,

3.2 Kendala Dalam Penyaluran Anggaran PNPM mandiri

Dalam pelaksanaan PNPM mandiri di Desa Pulo Rungkom tidak banyak mengalami
kendala yang berarti, ini mungkin karena pertisipasi masyarakat sudah lebih aktif. Kendala-
kendala yang timbul diantaranya:
1.      Kurang fasilitator dalam penyelenggaraan PNPM mandiri, sehingga masyarakat masih
kurang memahami mekanisme dari penyelenggaraan PNPM itu sendiri.
2.      Bukan yang diprioritaskan yang di realisasikan.( kurang sesuai dengan kebutuhan daearah)

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Proses Penyaluran anggaran PNPM mandiri ke setiap desa berbeda-beda, namun
tujuannya sama. Ini semua tergantung dari tingkat daerah tersebut membutuhkan atau tidak,
tidak semua daerah yang mengajukan akan direalisasikan akan tetapi daerah yang paling
memiliki potensi yang akan di realisaasikan.
. Kendala-kendala yang timbul diantaranya:
Kurang fasilitator dalam penyelenggaraan PNPM mandiri, sehingga masyarakat masih
kurang memahami mekanisme dari penyelenggaraan PNPM itu sendiri.
Bukan yang diprioritaskan yang di realisasikan.( kurang sesuai dengan kebutuhan daearah)

4.2 Saran
Dalam pelaksanaan PNPM mandiri harus lebih ditekankan kepada daerah yang memang
memerlukan. Ini untuk mendukung proses peninhkatan kualitas dari pelayanan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.pnpm-perdesaan.or.id
2. http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI
BIDANG KESEHATAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus dilakukan terutama dalam perubahan


paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma sehat. Paradigma sakit
merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan
rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat,
menekan pada pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan
kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan
tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma
dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan.
Dengan peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat
menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai
dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.

Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah sesuai dengan
Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan
kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah
bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan.

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan


unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan
merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari
strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.

1.2         Rumusan Masalah

Apakah  yang dimaksud dengan konsep pemberdayaan masyarakat ?

1.3         Tujuan

1.3.1   Tujuan Umum


Makalah  ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam  membandingkan antara teori dan
praktek konsep pemberdayaan masyarakat, serta untuk mengetahui informasi-informasi
mengenai konsep pemberdayaan masyarakat.

1.3.2   Tujuan Khusus

 Memahami pengertian konsep pemberdayaan masyarakat


 Mengetahui ciri-ciri pemberdayaan masyarakat
 Mengetahui jenis-jenis pemberdayaan masyarakat

1.4              Manfaat

1.4.1        Bagi Penulis

Terpenuhinya tugas keperawatan komunitas III yang berupa makalah konsep pemberdayaan
masyarakat

1.4.2        Bagi Institusi

Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan.

1.4.3        Bagi Pembaca

Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, ciri, tujuan dari konsep pemberdayaan
masyarakat.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi
dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).

Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian


community development (pembangunan masyarakat) dan community-based development 
(pembangunan yang bertumpu pada masyarakat) dan tahap selanjutnya muncul istilah
pembangunan yang digerakkan masyarakat (Sukandarrumidi, 2007). Menurut Cornell
Empowerment Group Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sengaja yang
berkelanjutan, berpusat pada masyarakat lokal, dan melibatkan prinsip saling menghormati,
refleksi kritis, kepedulian, dan partisipasi kelompok dan melalui proses tersebut orang-orang
yang kurang memiliki bagian yang setara akan sumber daya berharga memperoleh akses yang
lebih besar dan memiliki kendali akan sumber daya tersebut  (Perkin dan Zimmerman, 1995).

Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan masyarakat atau


community development (CD) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau  komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya yang
disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan
mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga
pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan
sosial.

Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan


masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan
keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan
(Wahyudin, 2012).

Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan


mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.

Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial
(termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang
lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat
sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh,
sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di wilayah
pedesaan.

Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan selalu


dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya,
pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi
(2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan
pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan dengan
pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada
tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan
konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).

UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya
berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya
kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain.

2.2.       Ciri Pemberdayaan Masyarakat

Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam pemberdayaan masyarakat apabila
kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat,
meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan
yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-
macam, antara lain sebagai berikut :

1. Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)

Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun pemukiman elite atau
pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi adanya pimpinan atau tokoh
masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat bersifat format (camat, lurah, ketua
RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan
pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.

2. Organisasi masyarakat (community organization)

Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal


maupun informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim, koperasi-koperasi dan
sebagainya.

3. Pendanaan masyarakat (Community Fund)

Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas dapat digaris
bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak
lama(tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)

4. Material masyarakat (community material)

Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.

5. Pengetahuan masyarakat (community knowledge)

Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.

6. Teknologi masyarakat (community technology)

Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau
arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca. Untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

2.3.       Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007). Batasan
pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara
bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan  bagi individu,


kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara memelihra
dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan
pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan
merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang
dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar.
Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi
kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan
hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak
merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain
kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu
tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin
juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi
tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang
mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung
tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik
seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.

 Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :

1. Mereka mampu mengenali masalah  kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi


masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.
Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan,
perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan
gangguan kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan mengenali
potensi-potensi masyarakat setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan
dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai
macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.

2.4.       Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan masyarakat dari


dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari
luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan :

 
1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.

Di dalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program
– program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi
sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi geografis.

Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan oleh
kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam yang
ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya
alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya manusia yang memadai, maka
komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang
melimpah tersebut.

2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.

Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya
gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam
gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan
pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.

3. Menggali kontribusi masyarakat.

Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat agar dapat
berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan
bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk
tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk
menunjang usaha kesehatan.

4. Menjalin kemitraan

Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga
swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang
disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah
sangat penting peranannya.

5. Desentralisasi

Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan kesempatan kepada


masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu,
segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni
masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan
masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya adalah :

1. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program


pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih,
maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat,
pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan pemerintah
daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan
air bersih tersebut.
2. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam
masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan
kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk
kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk
memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan
berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

2.5.       Peran Petugas Kesehatan

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :

1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program


pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan
kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan
melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

2.6.       Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat

1. Input

Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.

2. Proses

Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang


dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan.

3. Output

Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah
masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang kesehatan, jumlah
anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan
meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.

4. Outcome

Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka


kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi kesehatan.
2.7.       Sasaran

1. Individu berpengaruh
2. Keluarga dan perpuluhan keluarga
3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja
4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus.

2.8              Jenis Pemberdayaan Masyarakat

2.8.1    Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu  merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan
posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun 1982. Saat ini telah
populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program
prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai
daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat
pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh
mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi buruk
anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut
kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika posyandu kembali diprogramkan secara
menyeluruh.

Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:

1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet besi
5. Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.

Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu
diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.

2.8.2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)

Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam 
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta kesehatan
anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan  imunisasi, penyuluhan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader
dan mayarakat.

Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu kesenjangan
geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial budaya.
Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis,
sementara kontak setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi
kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan
dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif
pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD
diharapkan mamou mengurangi kesenjangan ekonomi.

2.8.3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)

Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan
sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (penyakit
rakyat/penyakit endemik)

Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang
ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan menyediakan
obat bebas dan obat khusus untuk keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :

1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya


2. POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
5. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa pondok
pesantren.

2.8.4. Dana Sehat

Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam


implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai berikut :

1. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan
telah mencakup 12.366 sekolah.
2. Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan
pada 96 kabupaten.
3. Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota
4. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
5. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dilaksanakan
pada 11 kabupaten/kota.
6. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota
dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.

Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi anggota
masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek, dan
asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKBM setempat. Oleh
karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua
penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.

2.8.5  Lembaga Swadaya Masyarakat

Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun sampai
sekarang yang  tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM.
Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya
seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi kesehatan, organisasi
swadaya internasional.

Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut

1. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan.


2. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kemasyarakatan.
3. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemampuan
sendiri.
4. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
5. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam
bidang kesehatan.

2.8.6. Upaya Kesehatan Tradisional

Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta
masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan
kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama
dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk
menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit
yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk
memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.

2.8.7. Pos Gizi (Pos Timbangan)

Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan
pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat
menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama
mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin,
anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu
nifas terutama yang menderita kurang gizi.

Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak
masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan tambahan terus
dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke puskesmas (dirujuk)

2.8.8. Pos KB Desa (RW)

Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara rasional
hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa
peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos
KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat
kecamatan.
2.8.9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos
ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti
diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.

2.8.10.  Saka Bhakti Husada (SBH)

SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan dibidnag kesehatan
bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada
masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak, penggalang berusia 14-15
tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni
Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.

2.8.11.  Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)

Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama
dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan
kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.

2.8.12.  Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)

Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan terutama
dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.

2.8.13.  Karang Taruna Husada

Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar
perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.
Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu
mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya
termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan
kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi
karang taruna ini snagat besar.

2.8.14.  Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan


langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayanan kesehatan di
wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas dna
puskesmas pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis pelayanan
dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera di atas.
2.9.       Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM

2.9.1. Wujud peran serta masyarakat

Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.
Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sumber daya manusia

Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat. Wujud insan yang
menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut :

1. Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan


2. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi,
cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak, dan lain-lain
3. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya: kader posyandu,
kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter
kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.
4. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat

Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau kelompok
kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang kesehatan. Beberapa contohnya
adalah sebagai berikut :

1. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk kegiatan
kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, yaitu :

1.)           Pos pelayanan terpadu (posyandu)

2.)           Pos obat desa (POD)

3.)           Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)

4.)           Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)

5.)           Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD (P2M-PKMD)

6.)           Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan PKMD (PLp-PKMD)


sering disebut dengan desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)

7.)           Suka Bakti Husada (SBH)

8.)           Tanaman obat keluarga (TOGA)

9.)           Bina keluarga balita (BKB)

10.)       Pondok bersalin desa (Polindes)

11.)       Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Lansia)


12.)       Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB)

13.)       Keluarga mandiri

14.)       Upaya kesehatan masjid

1. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang kesehatan.


Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka beragam
sesuai dengan peminatnya
2. Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan seperti rumah sakit,
rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan, dokter praktik, klinik
24 jam, dan sebagainya

BAB 3

PENUTUP

3.1.       Kesimpulan

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan


unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan
merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari
strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Riskiadi, Laode. 2012. Makalah Pemberdayaan Masyarakat.  http://kesmas-


ode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html  diakses tanggal 31
Oktober 2013 pukul 20 : 00 wib
Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. http://doktergigi-
semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-masyarakat-bidang-kesehatan.html Diakses
tanggal 31 Oktober 2013 pukul 20 : 00 wib

Suriatman, SKM. 2005. Konsep Pemberdayaan Manyarakat.


http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-
konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/ Diakses
tanggal 31 Oktober 2013 pukul 20 : 00 wib

Wahyudi, Bambang. 2012. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan Konsep


Dalam Upaya Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat Promkes, 2005).
http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-
konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/ diakses
tanggal 31 Oktober 2013 pukul 20: 00 wib

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

            Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan perkataan lain
bahwa masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku dalam
pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri, serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut,
departemen kesehatan RI memiliki visi dan misi.
Visi Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat. Visi ini menggambarkan suatu kondisi dimana masyarakat Indonesia
menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi
permasalahn kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung
hidup sehat. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi Departemen
Kesehatan adalah membuat rakyat sehat.
Artinya Depkes harus mampu menjadi penggerak dan fasilitator
pembangunan kesehatan yang dilaksanakn oleh pemerintah bersama masyarakat
termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat, baik fisik, social, maupun mental /
jiwanya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan PKMD..?
2. Apa saja yang jadi landasan dari PKMD..?
3. Apa latar belakang dari kegiatan PKMD..?
4. Apa Tujuan PKMD..?
5. Apa yang jadi Ciri dari sebuah Kegiatan PKMD itu..?
6. Bagaimana Prinsip PKMD itu..?
7. Apa saja kegiatan dan program PKMD itu..?
8. Apa saja yang harus dipersiapkan PKMD.?

3. Tujuan
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan PKMD itu.
- Mengetahui kegiatan apa saja yang ada di PKMD itu.
- Mengetahui apa tujuan dari PKMD itu.
- mengetahui apa saja yang harus diterpakan pada masyarakat dalam
pembangunan PKMD itu.

BAB II
PEMBAHASAN

1.                  Definisi PKMD

   Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian


kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam
bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan,
agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
   PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan
melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-
kegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di
Pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif
di dalam ikut membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha
kesehatan di Desanya (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976).
   PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem
pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu
atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang
tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif
setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-
program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas program sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa
Timur).

2. Pokok- pokok Pikiran dari PKMD


Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD
tersebut diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
  Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan
operasional terpadu (comprehensive operational approach) yang meliputi
pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar
program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan multi displiner
(multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational approach), dsb.
   Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan edukatif,
hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen
maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan nasional ini.

  Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap
dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka kemungkinan-
kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui pemerataan akan
peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih nyata
  Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan
diluar gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “ di dalam
memacu secara edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat
dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan
prakarsa masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah
secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan desa
khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat
kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang
bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk kegiatan
PKMD.

3. Latar Belakang Kegiatan


Suatu pendekatan yang diharapkan dapat mengatasi latar belakang
permasalahan terhadap :
  meraja lelanya penyakit-penyakit menular yang banyak menimpa rakyat kecil di
pedusunan
  keadaan under-nurishment yang menyangkut terutama bayi dan balita maupun
ibu-ibu dalam masa reproduktif
  keadaan sanitasi lingkungan jelek ditambah ekses dari perumbuhan industrialisasi
  pertambahan penduduk secara alamiah yang masih tinggi
  tingkat pendapat perkapita yang rendah.
Perbaikan tingkat kesehatan rakyat dengan skala prioritas program kesehatan
antara lain :
  pemulihan kesehatan
  pembinaan hidup sehat
  pemberantasan penyakit menular
  farmasi
  pengembangan infrastruktur
  penelitian kesehatan
  training

Kebijaksanaan-kebijaksanaan pelayanan ditik beratkan kepada :


  perencanaan kesehatan yang lebih baik, kerena sebelumnya masih berupa
meraba-raba sebab belum ada data-data yang akurat.
  Melihat kenyataan keterbatasan-keterbatasan dana dan fasiitas maupun atas
dasar efektifitas dan efisiensi
  Daerah sasaran diprioritaskan pada daerah-daerah pedusunan (yang kemudian
lahir konsep PKMD), daerah transmigrasi dan daerah pengembangan /
pembanguanan lainnya
  Kebijaksanaan pelayanan ditetapkan atas dasar skala prioritas program dengan
pertimbangan adanya keterbatasan-keterbatasan diatas.
  Usaha-usaha preventif maupun promotif lebih ditingkatkan dengan
memperhatikan pola keseimbangannya berdasarkan situasionalny dan
kondisioningnya.
1.                  Tujuan PKMD

  Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.

  Tujuan khusus
a. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b. mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara
aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
c. menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,
terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
d. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
o   angka kesakitan menurun
o   angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
o   angka kelahiran menurun
o   menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita

5. Ciri-Ciri PKMD
1.                  Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan dilaksanakan
melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong yang
menggali dan menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat

2.                  Setiap keputusan dalam rangka pelaksanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat
sendiri melalui musyawarah mufakat

3.                  Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari masyarakat
setempat dan dipilih oleh masyarakat sendiri. Tenaga tersebut dipersiapkan terlebih
dahulu sehingga pengetahuan sikap dan ketrampilannya sesuai dengan kegiatan
yang akan dilakukan
4.                  Bantuan dan dukungan pemerintah yang bersifat lintas program dan lintas sektoral
baik dalam bentuk latihan maupun bahan-bahan atau peralatan selalu disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat dan tidak sampai menimbulkan ketergantungan

5.                  Dari berbagai kegiatan masyarakat tersebut minimal ada satu kegiatan yang
merupakan salah satu unsur dari unsur “Primary Health Care”

6. Prinsip-Prinsip PKMD
            Adapun prinsip-prinsip dari PKMD itu sendiri adalah :
1.                  Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan
kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas
pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan
lainnya yang secara tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.

1.                  Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik :

a. antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lain yang


bersangkutan
b. antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut dengan
masyarakat
1.                  Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya
sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor-sektor yang bersangkutan

2.                  PKMD merupakan upaya swadaya masyarakat yang pembinaannya oleh


Puskesmas

3.                  Operasionalisasinya oleh pos-pos kesehatan yang didirikan dan dilaksanakan oleh
tenaga masyarakat sendiri (kader kesehatan yang dilatih dan dibina oleh puskesmas

4.                  Tugas-tugas Puskesmas dapat didelegasikan kepada pos-pos kesehatan antara


lain :

o   penyuluhan kesehatan


o   mengawasi adanya penyakit menular dan segera melaporkan ke
Puskesmas
o   upaya dalam perbaikan sanitasi lingkungan umpamanya jamban, kebersihan
halaman, pembuangan limbah, dll.
o   Pengobatan ringan dalam rangka P3K sebelum dirujuk ke Puskesmas.
o   Upaya perbaikan gizi keluarga umpamanya penimbangan balita, kurang
gizi, dll.
o    Diskusi-diskusi dengan ibu hamil melalui arisan / PKK.

Pembinaan yang dilakukan PKMD antara lain :


1.                  Pembinaan peran serta masyrakat dalam kesehatan, baik secara individu,
kelompok atau masyarakat luas

2.                  Dalam pembinaan PKMD menggunakan pendekatan lintas sektor dan lintas
program

3.                  Pelayanan langsung dapat diberi oleh petugas kesehatan apabila masyarakat tidak
mampu melaksanakannya

4.                  Type penyelenggaraan disesuaikan dengan budaya dan kemampuan masyarakat

5.            Ruang Lingkup PKMD

Tujuan PKMD adalah meningkatkan status kesehatan dalam rangka


meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian status
kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama lingkungan dan faktor perilaku
masyarakat oleh karenanya kegiatan PKMD tidak terbatas dalam bidang pelayanan
kesehatan saja, akan tetapi menyangkut juga kegiatan diluar kesehatan yang
berkaitan dengan peningkatan status kesehatan dan perbaikan mutu hidup
masyarakat.
Misalnya : Kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan pinjam untuk
meningkatkan pendapatan, atau usaha bersama untuk meningkatkan taraf
pendidikan masyarakat dengan bekerja sambil belajar, dan sebagainya.
Pengembangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan tetapi
juga meliputi masyarakat daerah perkotaan yanga berpenghasilan rendah.
Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu
(posyandu) 5 program, yaitu :
  KIA,
  KB,
  Gizi,
  Imunisasi dan
  Penanggulangan Diare

6.            Wadah Kegiatan PKMD

PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa, sedang wadah


partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD(Lembaga
Kesehatan Masyarakat Desa), maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD
adalah LKMD juga.
Pembinaan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan
bagian dari Tim Pembina LKMD.

7.            Lima Program PKMD dalam PUSKESMAS

Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran, dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan cara membina
masyarakat untuk berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5
program prioritas, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.

8.            Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD


Langkah pemetaan PKMD
1). Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang
dilakukan masyarakat minimal mencakup salah satu dari 8 unsur Primary Health
Care sebagai berikut:
1.            Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
perlindungannya
2.            Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi
3.            Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai
4.            Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5.            Imunisasi untuk penyakit yang utama
6.            Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat
7.            Pengobatan penyakit umum dan luka-luka
8.            Penyediaan obat esensial
2). Pengembangan dan pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut :
1.            Berpedoman pada GBHN
2.            Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor melalui pendekatan
edukatif
3.            Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur,Bupati,atau Camat.
4.            Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan
5.            Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif anata
instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa.
6.            Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kesehatan berfungsi
sebagai dinamisator.
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan PKMD antara lain
adalah :
  masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang kesehatan
dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah.
  masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan sumber daya
yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya
untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan mereka.
  sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu
agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
mereka.
  harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh
dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat.
  harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik
antara para pembina maupun antara pembina dengan masyarakat, sehingga muncul
arus pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.

1. Persiapan bagi pelaksana


Persiapan bagi pelaksana dari masyarakat sangat penting artinya. persiapan
yang dimaksud dapat dilakukan melalui :
                 1. pelatihan kader
                 2. kunjungan kerja
                 3. studi perbandingan

   2. Pengadaan Fasilitas
Kelestarian PKMD akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari swadaya
masyarakat melalui potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat yang dapat
digali dan dimanfaatkan. Bila masyarakat tidak memilikinya barulah para
penyelenggara pembinaan PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Dengan ketentuan tidak menimbulkan
ketergantungan bagi masyarakat.

7.            Model / Proto Type PKMD


 Ada beberapa Proto type PKMD di Indonesia antara lain :
  Proto Type Srikandi
Disini petugas puskesmas merintis PKMD dengan menyusupkan strateginya lewat
non kesehtan. Mereka berkeyakinan bahwa dengan keberhasilan sektor ekonomi di
desa, maka kemudian mudah menyelenggarakan usaha-usaha PKMD. Keberhasilan
PKMD dirintis lewat keberhasilan ekonomi desa terlebih dahulu. Kebutuhan
masyarakat desa tidak dipaksakan oleh dokter Puskesmas berdasarkan
keinginannya (Needs) melainkan benar-benar berdasarkan kebutuhan (Demands)
masyarakat. Segala usaha yang dipelopiri pUskesmas tetap mempergunakan
lembaga pedesaan yang ada secara terpadu
  Proto Type Kelompok
Disini pembinaan masyarakat desa tidak diintegrasikan dengan pembangunan
masyarakatdesa secara keseluruhan sebagaimana prototype Srikandi, melainkan
dikhususkan secara tersendiri dengan wadah tersendiri pula, yaitu melalui suatu
Dana Sehat yang berdiri sendiri . mereka mengorganisir kader kesehatan desa yang
sangat menonjol. Sekalipun tidak diintegrasikan didalam LSD, namun pembinaan
organisasi dan adminstrasi saderhana oleh Pak Lurahnya. Yang sangat patut dicatat
adalah peranan para kader kesehatan desanya yang sangat menonjol dan
berdedikasi.
  Proto Type Karangsalam
PKMD disini sudah merupakan bagian dari pembangunan masyarakat desa yang
intervensinya secara lebih teratur dilakukan dari puskesmas setempat. Kegiatan-
kegiatan yang menonjol masih berupa dana sehat, pengembangan promotor
kesehatan desa, penyuluhan kesehatan maupunpendidikan gizi melalui arisan-
arisan ibi-ibu. Pengetrapan teknologi pedesaan setempat dikerjakan melalui sistem
dapur sekam maupun pembuatan gas metan dari kotoran (Digeseter). Sehingga
melalaui cara-cara ini orang-orang kesehatan berhasil merubah cara-cara tradisional
kearah yang lebih maju yang dijalankan serentak dengan usaha-usaha kesehatan.
  Proto Type Kerten
Merupakan prototype untuk suatu daerah perkotaan yang memiliki keistimewaan
juga. Tekanannya juga pada dana sehat dengan sistem uang pangkal sebagai
modal pertama yang selanjutnya dioperasionalkan dengan sistem simpan pinjam.
Setelah dananya kuat dipergunakan untuk dana sehat yang meliputi :
- dana pengobatan orang sakit
- perbaikan kampung
- kegiatan pinjaman jangka panjang, yaitu : 8 minggu untuk keperluan ; modal
dagang, perbaikan rumah, pemeliharaan ternak.
Unit sasaran hanya satu RT dengan sistem administrasi sederhana tapi tetap rapi.
Satu-satunya hambatan adalah bahwa kader kesehatan yang pernah dicoba
permulaan dengan 12 orang, ternyata hanya 2 orang yang tertarik dengan tugas-
tugas sosial ini..
  Proto Type Karanganyar
Dalam penyelenggaraan PKMD ini puskesmas pemerintah bertindak sebagai
pendorong dan pembimbing. Suatu dana sehat diadakan dengan disertai
pembentukan promotor kesehatan desa, akan tetapi sayang tidak diintegrasikan
dengan pembangunan masyarakat desa. Tidak ada pungutan uang pangakal atau
tidak ada usaha bagi suatu koperasi simpan pinjam. Pelaksanaannya agak kaku
karena mungkin terikat kepada suatu protokol “Reseach Proyect”. Ini disiapkan
melalui suatu perencanaan dari suatu badan konsultant yang terlalu teoritis.
Ditetapkan bahwa iuran perkapita atas saran konsultant ditentukan Rp. 40 untuk
dapat mencukupi suatu permulaan kegiatan. Dalam keadaan ini masyarakat banyak
yang tidak bersedia. Terlalu banyak intervensi oleh unsur-unsur pemerintah antara
lain seperti kader Promokesa ditunjuk oleh Lurah atau camat bukan dipilih oleh
masyarakat setempat, semuanya merupakan hal-hal yang kurang bisa memperoleh
dukungan masyarakat setempat..
  Proto Type Subah
Hampir sama dengan bentuk Kranganyar, dimana unsur-insur menonjol yaitu tidak
diintegrasikannya PKMD itu dengan Pembangunan Masyarakat Desa, maupun
terlalu dibimbing secara ketat oleh Puskesmas Pemerintah setempat dalam
menjalankan programnya sendiri. Kasarnya, akhirnya terdapat suatu dana sehat
tanpa Promokesa
  Proto Type Dampit Malang
Masyarakat melakukan kegiatan sesuai dengan program yang diprioritaskan, sebagi
hasil dari pada perencanaan staf Puskesmas dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Tokoh-tokoh masyarakat memang sebelumnya dibina dahulu oleh puskesmas dan
kemudian dijadikan “ PION” untuk memungkinkan sistem yang dilemparkan oleh
atas dapat berhasil persis dengan skenario.
  Proto Type Mojokerto
Kegiatan kesehatan disini telah diintegrasikan dalam wilayah kegiatan
pembangunan yaitu LSD. Mirip dengan bentuk Srikandi. Disini unsur-unsur Pamong
Praja dan LSD-nya digerakkan untuk menangani. Suatu kemajuan yang menonjol
bahwa Desa memiliki suatu anggaran untuk bidang kesehatan yang dimasukkan
kedalam semacam APBD Desa, setelah mampu menyalurkan/menjual hasil produksi
tanaman dari Desa. Keberhasilan Proto Type yang demikian majunya sampai
mampu berfikir menyelenggarakan semacam APBD Desa, disebabkan karena
Puskesmas Mojosari sebagai pembina, telah ikut berpengalaman lama dibawah
berbagai dokter. Memang daerah ini merupakan daerah “Fielf Practice and
Demonstration Area” (FPDA) yang berada langsung dibawah Dinas Kesehatan
Propinsi dan banyak memperoleh perhatian Depkes untuk menunjukkan
Keberhasilan Depkes. Karena juga berlakunya semacam Reward System bagi
dokter-dokter pimpinan puskesmas Mojosari untuk berhasil dapat menduduki
jabatan-jabatan penting.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
  Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat
dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah
atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun
bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
  Suatu pendekatan yang diharpkan dapat mengatasi latar belakang permasalahan
terhadap :
o   meraja lelanya penyakit-penyakit menular yang banyak menimpa rakyat
kecil di pedusunan
o   keadaan under-nurishment yang menyangkut terutama bayi dan balita
maupun ibu-ibu dalam masa reproduktif
  Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
  Tujuan khusus
a. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b. mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara
aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
c. menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,
terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
d. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
o   angka kesakitan menurun
o   angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
o   angka kelahiran menurun
o   menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
  Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan
dilaksanakan melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong
yang menggali dan menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat.
  Pembinaan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan
bagian dari Tim Pembina LKMD.
  5 program prioritas, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.

2. Saran
PKMD merupakan suatu wadah organisasi kesehatan untuk masyarakat dan untuk
kepentingan bersama. Maka dari itu pelayanan serta program dari PKMD harus lebih
dimaximalkan lagi. Serta penetahuan masyarakat dengan PKMD harus lebih
ditingkatkan lagi mengingat PKMD ini juga untuk masyarakat, partisipasi dan peran
aktif masyarakat sangat diperlukan .

DAFTAR PUSTAKA
1.            Ali,Zaidin (2000) Pengantar  Pelayanan Keperawatn di PUSKESMAS : seri 6
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Depok.
2.            Depkes RI (1987) Peran serta Masyarakat , Pusat Pendidikan dan latihan
Pegawai,Jakarta.
3.            Effendi , Nasrul (1998) Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat, ed 2 , EGC Jakarta.
4.                  Riyadi Slamet (1982) Ilmu Kesehatan Masyarakat : Dasar- Dasar dan Sejarah
Perkembangannya, Ed.Revisi,, Usaha Nasional, Surabaya.
Diposkan oleh Kapevi Hatake di 10:10 PM

Anda mungkin juga menyukai