MASYARAKAT
Roy Mahendra
PENDAHULUAN
Pengembangan masyarakat seharusnya berfokus pada usaha pemberdayaan masyarakat pada
suatu komunitas sehingga mereka memiliki kemampuan dan kesetaraan dengan stakeholder
lain. Pemberdaayaan masyarakat bisa diartikan menjadikan masyarakat sebagai subjek
pembangunan yang selaras dengan konsep people centered development. Pemberdayaan ini
bisa terjadi pada tingkatan individu, keluarga, kelompok social maupun komunitas. Tanpa
adanya pemberdayaan, masyarakat kelas bawah atau kelompok yang lemah akan terus
tersisihkan dan tertindas tanpa tahu kapan dan bagaimana mereka bisa keluar dari kondisi
mereka yang memprihatinkan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai tampak ke permukaan sekitar decade 1970-an,
dan terus berkembang sepanjang decade 1980-an hingga 1990-an (akhir abad ke-20). Konsep
pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa sedarah dengan aliran-aliran yang
muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran post-modernisme. Aliran ini
menitik beratkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi jargon-jargon antisistem,
antistruktur, dan antideterminisme yang diaplikasikan pada kekuasaan. Munculnya konsep
pemberdayaan merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran tata masyarakat dan
tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu Negara (Pranarka dan Vidhandika, 1996).
Hal ini perlu dicermati terkait dengan pengembangan masyarakat khususnya jika
pemberdayaan masyarakat berhubungan dengan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan
mereka memiliki perspective zero sum. Sering kali mengalirnya daya untuk mengalih-
fungsikan si miskin yang semula menjadi objek menjadi subjek pembangunan ini tidak
terwujud dengan baik karena hambatan perspektif ini.
Partisipasi Komunitas
Proses partisipasi meliputi perubahan relasi subjek-objek yang ada antara pemerintah dan
institusi lainnya dengan komunitas menjadi relasi yang lebih dialogis (subjek-objek). Proses
partisipasi mengubah cara pandang para praktisi pembangunan dengan mentransformasikan
kepentingan kelas mereka dan melibatkan komunitas dalam proses partisipasi (rahmena,
1992). Partisipasi merupakan proses yang bertingkat dan membutuhkan komitmen jangka
panjang dari berbagai stakeholder untuk mendukung proses tersebut. Diperlukan membangun
pemahaman dan kompleksitas relasi kekuasaan dan visi yang lebih dinamis tentang
komunitas.
Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh
cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses dimana mereka dapat
menegaskan control secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan:
1) Warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh
orang lain dan dikontrol orang lain
2) Partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka
sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka
merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar (Nasdian, 2014).
Pada dasarnya orang-orang akan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas apabila kondisi-
kondisinya kondusif untuk melakukan kegiatan tersebut (Nasdian, 2014). Kondisi-kondisi
tersebut adalah seperti berikut ini:
1) Warga komunitas akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isu-isu atau
aktivitas tertentu. Untuk menentukan isu atau tindakan mana yang penting, warga
komunitaslah yang menentukan dan bukan orang luar. Biasanya isu-isu yang menyentuh
kebutuhan mereka yang menjadi prioritas komunitas.
2) Warga komunitas berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa tindakannya akan
membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok dan
komunitas. Contohnya adalah kegiatan ekonomi yang segera memberikan hasil yang nyata.
3) Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Jenis partisipasi yang harus
dihargai tidak hanya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan formal, tetapi juga kegiatan-
kegiatan pendukung lainnya.
4) Orang yang dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya. Ini
berarti bahwa isu-isu seperti ketersediaan transportasi, keamanan, waktu dan lokasi aktivitas
serta lingkungan tempat aktivitas terjadi merupakan sesuatu hal yang penting dan perlu
dipertimbangkan oleh proses yang didasarkan pada komunitas.
5) Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjatuhkan. Sebagai contoh
prosedur pertemuan dan teknik-teknik pengambil keputusan seringkali menyingkirkan orang-
orang tertentu.
Dengan adanya partisipasi maka akan terbentuk kerja kolektif yang tentunya membentuk
suatu kekuatan baru. Penyatuan potensi-potensi individu yang terpisah di masyarakat ini bisa
membentuk potensi yan besar untuk dikembangkan menuju kemandirian suatu komunitas.
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka
meningkatkan ekonomi, social, dan transformasi budaya. Proses ini, pada akhirnya, akan
dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat. Cara yang terbaik untuk
mengatasi masalah pembangunan adalah membiarkan semangat wiraswasta tumbuh dalam
kehidupan masyarakat yang berarti berani mengambil risiko, berani bersaing, menumbuhkan
semangat untuk menemukan hal-hal baru (inovasi) melalui partisipasi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat harus digali berdasarkan potensi yang dimiliki oleh komunitas
tersebut. Usaha pemberdayaan bisa dimulai dari dukungan pihak luar dengan memfasilitasi
berupa pelatihan, diskusi,pemberian teknologi, bantuan pemasaran, pendampingan usaha dll.
Jika berhasil dikembangkan potensi tersebut kearah yang produktif dan menghasilakn maka
usaha tersebut bisa menciptakan kemandirian untuk komunitas. Tentu saja usaha ini perlu
partisipasi dan dukungan dari anggota komunitas sebagaimana bisa digambarkan pada bagan
di bawah ini.
ANALISIS
Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan Cianjur
Keberadaan Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan Cianjur (Badan Hukum No.
1230/BH-DK/XIII.7/BID.KOP/2011) tidak dapat dipisahkan dari peran program
pemberdayaan petani sehat yang telah dilakukan oleh Pertanian Sehat Indonesia unit jejaring
Dompet Dhuafa. Program pemberdayaan petani sehat untuk klaster Cianjur diawali pada
bulan Juni 2009 melalui proses Survey Kelayakan Wilayah (SKW), sosialisasi program, dan
pembentukan kelompok serta pendampingan petani. Melalui proses penguatan SDM Petani,
Kelembagaan, Pembiayaan dan penguatan teknologi pertanian tepat guna serta pembentukkan
jaringan kerja petani, eksistensi koperasi dan gapoktan, kelompok dan mitra petani Al-
Ikhwan terus dipupuk dan dikembangkan.
Setelah melalui proses pendampingan intensif kurang lebih dua tahun, maka keberadaan
program kemudian dimandirikan pada tahun 2011 dalam bentuk badan hukum koperasi
dengan pengelolaan program dilanjutkan oleh para kader dan pengurus gapoktan. Koperasi
sebagai institusi ekonomi rakyat dengan watak sosial menjadi instrumen legal formal dalam
pengembangan program yang telah berjalan dan membuka diri untuk bekerjasama dengan
pihak luar.
Dengan dukungan berbagai pihak seperti Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Cianjur serta
instansi lainnya Koperasi Gapoktan Al-Ikhwan terus menjemput mimpi bersama,
melanjutkan dan mengembangkan program pertanian dan pemberdayaan masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah. Maka komitmen koperasi Al-Ikhwan adalah
menjadi organisasi ekonomi umat yang berwatak sosial dan beranggotakan para petani yang
merupakan susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan
prinsip syariah menuju terciptanya kesejahteraan dan keberkahan umat.
Desa Sukaraharja adalah wilayah yang luas lahannya didominasi oleh pesawahan (279,7
ha/m2) atau sekitar 66,7% dari luas wilayahnya yang mencapai 419,15 ha/ m2, Dibanding
dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Cibeber sebagai salah satu wilayah unggulan
penghasil beras cianjur, namun demikian para petani lokal disana tak bisa menikmati semua
itu. Gambaran petani yang identik dengan kemiskinan, terbelakang akan teknologi tepat guna
dan bukan propesi yang menjanjikan bagi para generasinya seolah melekat kuat. Hal ini
terbukti dengan jumlah warga yang mendapat konpensasi dari pemerintah seperti RASKIN
yang mencapai 16 Ton/sekali pengiriman, BLT dll cukup dominan, belum ditambah dengan
tarap pendidikan yang rata-rata lulusan SD dan wilayah ini beberapa waktu kebelakang
pernah menjadi salah satu desa tertinggal (DT).
Dikarenakan keterbatasan kepemilikan lahan menjadikan petani desa ini hanya berprofesi
sebagai buruh tani/penyewa/maro lahan, ditambah ketersediaan pengairan/irigasi yang tidak
memadai menyebabkan lahan sawah mereka hanya bisa ditanami dua kali/tahun jadi ketika
musim kemarau datang lahan sawah mereka dibiarkan tak ditanami, ditambah biaya usaha
tani yang terlalu tinggi dikarenakan berbagai kendala jarak yang lumayan jauh dari
kecamatan sehingga menyebabkan mereka terlilit utang dari rentenir seperti pijaman yarnen
(1 kg pupuk dibayar 1.5 -2 kg padi) yang menyebabkan mereka semakin terjepit. Belum lagi
ditambah dengan sepak terjang para tengkulak yang hanya modal dengkul dan beberapa
diantaranya para rentenir tadi,
Berawal dari permasalahan serta kondisi para petani yang memprihatinkan tersebut, warga
Desa Sukaraharja melakukan musyawarah desa pada tanggal 24 April 2009 dengan diinisiasi
oleh Dompet Dhuafa. Akhirnya disepakatilah dibentuk Gapoktan Al-Ikhwan. Usaha bersama
ini berkomitmen untuk meminimalisir permasalahan diatas dan sebuah upaya peningkatan
kapasitas dan kemandirian masyarakat tani setempat
Pada awalnya, pemberdayaan masyarakat bisa didampingi dan didukung oleh pihak luar
(Dompet Dhuafa). Namun seiring dengan berjalannya waktu dan penguasan pengetahuan,
teknik dan manajemen usaha, komunitas dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya
sendiri secara mandiri.
KESIMPULAN
Pemberdayaan masyarakat haruslah digali dari dalam komunitas untuk mencari potensi yang
akan dikembangkan atau dari masalah-masalah yang ada untuk bisa dicarikan solusi
penyelesaiannya. Pemberdayaan masyarakat harus didukung oleh anggota komunitas/
masyarakat yang dibuktikan dengan partisipasi anggota masyarakat secara aktiv untuk
mengembangkan komunitasnya. Pengembangan masyarakat bisa diinisiasi pihak luar atau
bisa juga datang dari dalam komunitas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmati, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama
Press (hal.1-48).
Ife, Jim. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision,
Analysis, and Practice. Longman. Australia.
Nasdian, Fredian Tony. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Kerjasama Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Oakley, Peter & David Marsden. 1984. Approach to Participation in Rural Development.
Geneva: ILO.
Prijono, Onny S. dan Pranarka, A.M.W. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: CSIS (hal.44-70).
Widiyanto. 2012. “Keterwakilan Publik” dalam Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif:
Studi Kasus Empat Wilayah. Jakarta: Majalah Prisma LP3ES.
gapoktanalikhwan.wordpress.com diakses tanggal 25 Maret 2015
pertaniansehat.com diakses tanggal 25 Maret 2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Proses Penyaluran Anggaran Dari PNPM mandiri ke Desa Pulo Rungkom
Proses Penyaluran anggaran PNPM mandiri ke setiap desa berbeda-beda, namun
tujuannya sama. Ini semua tergantung dari tingkat daerah tersebut membutuhkan atau tidak,
tidak semua daerah yang mengajukan akan direalisasikan akan tetapi daerah yang paling
memiliki potensi yang akan di realisaasikan.
Di daerah Pulo Rungkom, untuk setiap tahunnya lebih memprioritaskan ke bidang
pertanian dan infrastruktur, misalnya: pembenahan saluran irigasi, pembuatan bendungan,
pembuatan pintu air, pembuatan jembatan penghubung.
Untuk tahun 2011 ini, Desa Pulo Rungkom, mengajukan beberapa program, seperti di
table 01,
Dalam pelaksanaan PNPM mandiri di Desa Pulo Rungkom tidak banyak mengalami
kendala yang berarti, ini mungkin karena pertisipasi masyarakat sudah lebih aktif. Kendala-
kendala yang timbul diantaranya:
1. Kurang fasilitator dalam penyelenggaraan PNPM mandiri, sehingga masyarakat masih
kurang memahami mekanisme dari penyelenggaraan PNPM itu sendiri.
2. Bukan yang diprioritaskan yang di realisasikan.( kurang sesuai dengan kebutuhan daearah)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Proses Penyaluran anggaran PNPM mandiri ke setiap desa berbeda-beda, namun
tujuannya sama. Ini semua tergantung dari tingkat daerah tersebut membutuhkan atau tidak,
tidak semua daerah yang mengajukan akan direalisasikan akan tetapi daerah yang paling
memiliki potensi yang akan di realisaasikan.
. Kendala-kendala yang timbul diantaranya:
Kurang fasilitator dalam penyelenggaraan PNPM mandiri, sehingga masyarakat masih
kurang memahami mekanisme dari penyelenggaraan PNPM itu sendiri.
Bukan yang diprioritaskan yang di realisasikan.( kurang sesuai dengan kebutuhan daearah)
4.2 Saran
Dalam pelaksanaan PNPM mandiri harus lebih ditekankan kepada daerah yang memang
memerlukan. Ini untuk mendukung proses peninhkatan kualitas dari pelayanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.pnpm-perdesaan.or.id
2. http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI
BIDANG KESEHATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah sesuai dengan
Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan
kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah
bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.
1.3 Tujuan
Terpenuhinya tugas keperawatan komunitas III yang berupa makalah konsep pemberdayaan
masyarakat
Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, ciri, tujuan dari konsep pemberdayaan
masyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi
dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial
(termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang
lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat
sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh,
sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di wilayah
pedesaan.
Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan dengan
pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada
tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan
konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya
berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya
kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain.
Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam pemberdayaan masyarakat apabila
kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat,
meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan
yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-
macam, antara lain sebagai berikut :
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun pemukiman elite atau
pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi adanya pimpinan atau tokoh
masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat bersifat format (camat, lurah, ketua
RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan
pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas dapat digaris
bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak
lama(tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau
arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca. Untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.
1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.
Di dalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program
– program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi
sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan oleh
kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam yang
ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya
alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya manusia yang memadai, maka
komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang
melimpah tersebut.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya
gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam
gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan
pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat agar dapat
berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan
bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk
tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk
menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga
swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang
disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah
sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi
1. Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
2. Proses
3. Output
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah
masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang kesehatan, jumlah
anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan
meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
4. Outcome
1. Individu berpengaruh
2. Keluarga dan perpuluhan keluarga
3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja
4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus.
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan
posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun 1982. Saat ini telah
populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program
prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai
daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat
pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh
mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi buruk
anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut
kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika posyandu kembali diprogramkan secara
menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet besi
5. Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu
diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta kesehatan
anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader
dan mayarakat.
Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu kesenjangan
geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial budaya.
Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis,
sementara kontak setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi
kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan
dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif
pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD
diharapkan mamou mengurangi kesenjangan ekonomi.
2.8.3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan
sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (penyakit
rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang
ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan menyediakan
obat bebas dan obat khusus untuk keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
1. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan
telah mencakup 12.366 sekolah.
2. Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan
pada 96 kabupaten.
3. Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota
4. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
5. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dilaksanakan
pada 11 kabupaten/kota.
6. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota
dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi anggota
masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek, dan
asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKBM setempat. Oleh
karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua
penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun sampai
sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM.
Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya
seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi kesehatan, organisasi
swadaya internasional.
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta
masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan
kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama
dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk
menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit
yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk
memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan
pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat
menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama
mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin,
anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu
nifas terutama yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak
masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan tambahan terus
dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke puskesmas (dirujuk)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara rasional
hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa
peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos
KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat
kecamatan.
2.8.9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos
ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti
diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan dibidnag kesehatan
bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada
masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak, penggalang berusia 14-15
tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni
Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama
dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan
kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan terutama
dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar
perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.
Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu
mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya
termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan
kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi
karang taruna ini snagat besar.
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.
Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat. Wujud insan yang
menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut :
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau kelompok
kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang kesehatan. Beberapa contohnya
adalah sebagai berikut :
1. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk kegiatan
kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, yaitu :
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan PKMD..?
2. Apa saja yang jadi landasan dari PKMD..?
3. Apa latar belakang dari kegiatan PKMD..?
4. Apa Tujuan PKMD..?
5. Apa yang jadi Ciri dari sebuah Kegiatan PKMD itu..?
6. Bagaimana Prinsip PKMD itu..?
7. Apa saja kegiatan dan program PKMD itu..?
8. Apa saja yang harus dipersiapkan PKMD.?
3. Tujuan
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan PKMD itu.
- Mengetahui kegiatan apa saja yang ada di PKMD itu.
- Mengetahui apa tujuan dari PKMD itu.
- mengetahui apa saja yang harus diterpakan pada masyarakat dalam
pembangunan PKMD itu.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap
dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka kemungkinan-
kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui pemerataan akan
peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih nyata
Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan
diluar gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “ di dalam
memacu secara edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat
dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan
prakarsa masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah
secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan desa
khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat
kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang
bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk kegiatan
PKMD.
Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
Tujuan khusus
a. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b. mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara
aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
c. menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,
terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
d. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
o angka kesakitan menurun
o angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
o angka kelahiran menurun
o menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
5. Ciri-Ciri PKMD
1. Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan dilaksanakan
melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong yang
menggali dan menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat
2. Setiap keputusan dalam rangka pelaksanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat
sendiri melalui musyawarah mufakat
3. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari masyarakat
setempat dan dipilih oleh masyarakat sendiri. Tenaga tersebut dipersiapkan terlebih
dahulu sehingga pengetahuan sikap dan ketrampilannya sesuai dengan kegiatan
yang akan dilakukan
4. Bantuan dan dukungan pemerintah yang bersifat lintas program dan lintas sektoral
baik dalam bentuk latihan maupun bahan-bahan atau peralatan selalu disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat dan tidak sampai menimbulkan ketergantungan
5. Dari berbagai kegiatan masyarakat tersebut minimal ada satu kegiatan yang
merupakan salah satu unsur dari unsur “Primary Health Care”
6. Prinsip-Prinsip PKMD
Adapun prinsip-prinsip dari PKMD itu sendiri adalah :
1. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan
kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas
pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan
lainnya yang secara tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.
3. Operasionalisasinya oleh pos-pos kesehatan yang didirikan dan dilaksanakan oleh
tenaga masyarakat sendiri (kader kesehatan yang dilatih dan dibina oleh puskesmas
2. Dalam pembinaan PKMD menggunakan pendekatan lintas sektor dan lintas
program
3. Pelayanan langsung dapat diberi oleh petugas kesehatan apabila masyarakat tidak
mampu melaksanakannya
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran, dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan cara membina
masyarakat untuk berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5
program prioritas, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.
2. Pengadaan Fasilitas
Kelestarian PKMD akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari swadaya
masyarakat melalui potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat yang dapat
digali dan dimanfaatkan. Bila masyarakat tidak memilikinya barulah para
penyelenggara pembinaan PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Dengan ketentuan tidak menimbulkan
ketergantungan bagi masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat
dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah
atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun
bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
Suatu pendekatan yang diharpkan dapat mengatasi latar belakang permasalahan
terhadap :
o meraja lelanya penyakit-penyakit menular yang banyak menimpa rakyat
kecil di pedusunan
o keadaan under-nurishment yang menyangkut terutama bayi dan balita
maupun ibu-ibu dalam masa reproduktif
Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
Tujuan khusus
a. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b. mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara
aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
c. menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,
terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
d. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
o angka kesakitan menurun
o angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
o angka kelahiran menurun
o menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan
dilaksanakan melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong
yang menggali dan menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat.
Pembinaan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan
bagian dari Tim Pembina LKMD.
5 program prioritas, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.
2. Saran
PKMD merupakan suatu wadah organisasi kesehatan untuk masyarakat dan untuk
kepentingan bersama. Maka dari itu pelayanan serta program dari PKMD harus lebih
dimaximalkan lagi. Serta penetahuan masyarakat dengan PKMD harus lebih
ditingkatkan lagi mengingat PKMD ini juga untuk masyarakat, partisipasi dan peran
aktif masyarakat sangat diperlukan .
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali,Zaidin (2000) Pengantar Pelayanan Keperawatn di PUSKESMAS : seri 6
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Depok.
2. Depkes RI (1987) Peran serta Masyarakat , Pusat Pendidikan dan latihan
Pegawai,Jakarta.
3. Effendi , Nasrul (1998) Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat, ed 2 , EGC Jakarta.
4. Riyadi Slamet (1982) Ilmu Kesehatan Masyarakat : Dasar- Dasar dan Sejarah
Perkembangannya, Ed.Revisi,, Usaha Nasional, Surabaya.
Diposkan oleh Kapevi Hatake di 10:10 PM