Anda di halaman 1dari 5

Pengembangan Kapasitas SDM Dan Sumberdaya Desa Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Desa yang sebenarnya sebagai pemilik dan subjek pembangunan itu sendiri. Dan disinilah, aspek
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan menjadi kunci utama. Skema program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sering dikategorikan sebagai model pembangunan
alternatif yang muncul sebagai reaksi terhadap kegagalan model pembangunan pro pertumbuhan
ekonomi dalam mengatasi problem kemiskinan, memerhatikan kelestarian lingkungan serta
memecahkan aneka problem sosial yang dihadapi masyarakat . Menurut Trijono , model
pembangunan pro-pertumbuhan dianggap telah menghasilkan banyak pelanggaran terhadap hak-
hak asasi manusia serta memunculkan berbagai bentuk ketimpangan baik ketimpangan antara
pemerintah pusat dengan daerah, ketimpangan dalam memperoleh sumber pendapatan maupun
ketimpangan dalam memperoleh keadilan.

Berangkat dari telaah konsep Desa membangun, model Desa membangun dapat dianggap sebagai
model pembangunan alternatif dimana model pembangunan ini menekankan pentingnya
pembangunan berbasis masyarakat , berparadigma bottom up dan lokalitas. Pendekatan yang
dipakai adalah pembangunan tingkat lokal, menyatu dengan budaya lokal, bukan memaksakan suatu
model pembangunan dari luar serta sangat menyertakan partisipasi orang-orang lokal. Konsep
pemberdayaan mencakup pengertian pembangunan masyarakat dan pembangunan yang bertumpu
pada masyarakat . Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial.

Zubaedi , terdiri 4 konsep yang mencerminkan paradigma baru dalam pembangunan. Dalam konteks
pembangunan, Adisasmita menjelaskan bahwa pemberdayaan merupakan suatu upaya dalam
peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku pembangunan di daerah, termasuk aparatur,
organisasi sosial kemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat di dunia usaha serta anggota
masyarakat itu sendiri. Kader Pemberdayaan Masyarakat, pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemadirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pemberdayaan masyarakat memiliki makna yang berarti penyelenggaraan pemerintah dan


pelaksana pembangunan di Desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat melalui penerapan kebijakan, program dan aktivitas yang sesuai dengan masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat (Soemantri, 2011). Adi (2013) menjelaskan bahwa ada 5 (lima)
tahapan utama dalam proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yaitu:

a) Menghadirkan kembali pada pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall
depowering/empowering experiences);

b) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan (discus reason for
depowerment/empowerment);

c) Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project);

d) Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (Identy useful power
bases);

e) Mengembangkan rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop and implement action


plans).
Kapasitas tersebut, lebih lanjut menurut Rospiani , mencakup daya tamping, daya serap ruang atau
fasilitas yang tersedia, dan kemampuan dengan melibatkan manusia, institusi dan sistem. Ada tiga
indikator yang dapat mempengaruhi kapasitas SDM yaitu pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Pada dasarnya, pengembangan kapasitas memiliki makna yang berarti proses membangun kapasitas
individu, kelompok atau organisasi. Capacity building diartikan sebagai upaya untuk memperkuat
pengembangan, keterampilan, potensi dan bakat serta penguasaan kompetensi-kompetensi
sehingga individu, kelompok, organisasi dapat bertahan dan mampu mengatasi tantangan
perubahan yang terjadi secara cepat dan tak terduga.

Pengembangan kapasitas yang efektif juga meningkatkan kinerja organisasi, sektor, dan sistem.
Bantuan teknis tidak mungkin diterjemahkan ke dalam kinerja yang lebih kuat kecuali jika individu
dan organisasi memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk melaksanakan mandat mereka.
Organisasi juga membutuhkan sistem dan sumber daya keuangan, teknis, dan operasional yang kuat
untuk meneruskannya ke masa depan. Peningkatan kapasitas individu penting untuk menggunakan
prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa yang berorientasi pada tujuan, mengarahkan diri sendiri,
berdasarkan pengalaman, relevan, praktis dan kolaboratif.

Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pelatihan, pembinaan, pendampingan, dan pembelajaran
sebaya. Desa yang memadai, memperjelas peran dan tanggung jawab, mempromosikan keterlibatan
pemangku kepentingan dan memajukan teknik untuk mengukur kemajuan atau kinerja menuju
tujuan. Terakhir yaitu dimensi tingkatan sistem yang terfokus pada kerangka kerja yang
berhubungan dengan peraturan, kebijakan dan kondisi dasar dalam mendukung pencapaian
kebijakan. Organisasi yang bekerja dengan dan menggunakan sumber daya dari konteks yang lebih
luas ini telah menunjukkan kinerja yang lebih baik dan memiliki peluang lebih besar untuk
menciptakan dampak yang lebih besar daripada organisasi yang bekerja secara terpisah atau
memilih untuk membuat struktur paralel.

Artinya, peningkatan kapasitas oraganisatoris lembaga tingkat Desa harus diarahkan untuk mampu
menjalin kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapaat mensejahterakan masyarakat
Desanya. Ada beberapa faktor penghambat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu
berupa, ketersediaan dan keterbaruan peralatan yang sering terabaikan, peningkatan teknologi
tepat guna masih minim, dan pengendalian terhadap faktor-faktor yang diluar kendali seperti faktor
iklim atau cuaca yang masih belum optimal.

Pengembangan Partisipasi Dalam Membangun Ekonomi dan Budaya Desa

Apa Itu Partisipasi?

Kata partisipasi berasal dari Bahasa inggris yaitu dari kata"Participation" yang berarti suatu kegiatan
untuk membangkitkan perasaan dan diikutsertakan dalam kegiatan suatu organisasi. Pada tingkat
paling dasar, partisipasi berarti orang yang terlibat dalam keputusan yang memengaruhi kehidupan
mereka. Melalui partisipasi, orang dapat mengidentifikasi peluang dan strategi untuk bertindak, dan
membangun solidaritas untuk melakukan perubahan. Lebih lanjut, partisipasi penting sebagai nilai
inti dalam masyarakat terbuka dan demokratis, dan semakin diakui sebagai 'hak' secara global.
Selain itu, kepraktisan sering kali berarti bahwa perwakilan dari suatu kelompok tertentu akan
berpartisipasi daripada setiap individu yang terlibat secara langsung, yang menimbulkan risiko
bahwa beberapa kepentingan tidak akan diwakili atau proses akan dikooptasi oleh elit atau oleh
kelompok-kelompok tertentu. Partisipasi bukanlah konsep baru. Partisipasi merupakan langkah dari
strategi global, aspatial, top-down yang mendominasi inisiatif pengembangan awal ke metodologi
yang lebih sensitif secara lokal . Oleh karena itu, konsep ini sangat bervariasi dan kompleks karena
posisi teoretis yang berbeda. Dominasi pendekatan top-down terhadap pembangunan sebagian
besar merupakan hasil dari teori modernisasi yang dominan pada 1960-an . Teori modernisasi
menduga bahwa bagi negara-negara berkembang untuk berkembang, mereka membutuhkan
pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalan yang sudah ditempuh oleh negara-negara barat.

Kegiatan partisipatif masyarakat terbagi dalam tiga kategori utama, meskipun jelas ada banyak
tumpang tindih di antara mereka (Slamet, 2003) . Ketiga jenis partsipasi ini adalah sebagai berikut:

a. Partisipasi Sosial

Kegiatan kolektif yang melibatkan individu, termasuk terlibat dalam organisasi sukarela formal
(misalnya menjadi sukarelawan untuk toko amal atau menjadi wali), kelompok masyarakat informal
atau akar rumput (misalnya asosiasi penyewa dan penghuni atau klub olahraga), dan bantuan timbal
balik formal dan informal dan swadaya (misalnya kelompok dukungan sebaya atau kelompok
berkebun komunitas).

b. Partisipasi Publik

Pelibatan individu dengan berbagai struktur dan lembaga demokrasi, termasuk memilih,
menghubungi perwakilan politik, berkampanye dan melobi, dan ikut serta dalam konsultasi dan
demonstrasi.

c. Partisipasi Individu

Tindakan dan pilihan individu orang-orang yang mencerminkan jenis masyarakat yang ingin mereka
jalani, termasuk membeli perdagangan yang adil atau produk hijau, memboikot produk dari negara-
negara tertentu, mendaur ulang, menandatangani petisi, memberikan untuk amal dan gerakan
membantu informal (seperti mengunjungi tetangga tua).

Jika dihubungkan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, partisipasi merupakan


keterlibatan aktif masyarakat. Konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan mulai dikenalkan
oleh pemerintah sejak awal 1980-an melalui istilah pemberdayaan masyarakat. Untuk mensukseskan
gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut, pemerintah membentuk beberapa lembaga
kemasyarakatan seperti PKK, LKMD, dan karang taruna sebagai wadah dalam mendorong komunitas
local untuk berpartisipasi dan menjunjung solidaritas bersama.

Konsep Partisipasi dalam Pembangunan Desa Menurut Para Ahli

Berbicara partisipasi artinya keikutsertaan kita dalam melaksanakan kegiatan menuju perubahan.
Ada beberapa definisi terkait dengan dengan partisipasi. Yuwono (2011) menyatakan ada beberapa
pengertian tentang partisipasi yaitu:

a) Partisipasi berarti apa yang dijalankan adalah bagian dari usaha bersama yang dilakukan secara
bersama-sama dengan masyarakat luas untuk membangun masa depan bersama.

b) Partisipasi dapat diartikan juga sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama diantara semua
warga negara yang beragam kepercayaan yang berbeda-beda dan budaya beraneka ragam,
partisipasi juga sebagai dasar hak dan kewajiban untuk memberikan sumbangan demi mencapai
cita-cita masa depan bangsa.
c) Partisipasi tidak hanya mengambil bagian dalam pelaksanaan, dan perencanaan pembangunan.
Partisipasi berarti memberikan sumbangan dalam pembangunan nila-nilai manusia dan cita-cita
mengenai keadilan social tetap dijunjung tinggi.

d) Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong kea rah pembangunan yang serasi dengan
martabat manusia. Keadilan sosial dan Nasional serta memelihara alam sebagai lingkungan hidup
manusia untuk generasi penerus bangsa.

Macfarlane mendefinisikan partisipasi masyarakat sebagai upaya kolektif untuk meningkatkan dan
melakukan kontrol atas sumber daya yang ada. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana
pemangku kepentingan mempengaruhi dan berbagi kendali atas inisiatif pembangunan pedesaan,
dan keputusan serta sumber daya yang berdampak pada mereka. Dalam konteks pembangunan
pedesaan, partisipasi masyarakat melibatkan proses aktif dimana penerima manfaat mempengaruhi
arah dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan daripada sekadar menerima bagian dari
manfaat proyek. Artinya masyarakat terlibat langsung dan juga merasakan langsung dampak dari
pembangunan. Supriady , partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan ikut serta
masyarakat yang efektif dan menumbuhkan kesepian dari partisipasi masyarakat.

Sedangkan menurut Isbandi , partisipasi dalam menerima hasil pembangunan merupakan


keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di
masyarakat. Ini juga dilihat sebagai keterlibatan langsung masyarakat yang terkena dampak dalam
sistem tata kelola.

Partisipasi dipandang sebagai filosofi operasi yang menempatkan masyarakat Desa yang terkena
dampak di jantung kegiatan kemanusiaan dan pembangunan sebagai aktor sosial dengan wawasan,
kompetensi, energi, dan ide-ide mereka sendiri. Arnstein misalnya, berpendapat bahwa istilah
partisipasi telah digunakan untuk membangun kapasitas lokal dan kemandirian, tetapi juga untuk
membenarkan perluasan kontrol negara.

Pentingnya Partisipasi Masyarakat Dalam Desa Membangun

Partisipasi dalam pembangunan pedesaan sekarang umumnya dianggap sebagai hal yang baik
bahkan vital. Meningkatnya minat dalam bentuk-bentuk pembangunan pedesaan yang partisipatif
dapat dilihat dalam konteks pergeseran model pembangunan yang lebih luas dari pendekatan
eksogen ke endogen. Desa dilihat semata-mata sebagai lokasi kekuatan ekonomi yang digerakkan
secara eksternal dimainkan dengan tanpa pertimbangan potensi pengembangan masyarakat adat .
Namun, selama tahun 1980-an, baik penelitian akademis dan asumsi yang mendasari kebijakan
pembangunan mulai bergeser ketika sumber daya manusia dan budaya daerah menjadi dilihat
sebagai faktor yang diabaikan dalam memahami geografi pembangunan ekonomi di daerah
pedesaan, khususnya di Eropa.

Akibatnya, paradigma pembangunan top-down yang dominan telah digantikan dengan perspektif
yang lebih bottom-up yang berfokus pada wilayah, keragaman dan optimalisasi sumber daya lokal .
Pendekatan teritorial adalah pendekatan yang berupaya meningkatkan kekuatan tertentu dari
lokalitas pedesaan dengan mengembangkan potensi aktor lokal - individu, bisnis, komunitas dan
organisasi sukarela -dan aset budaya dan alamnya. Partisipasi adalah karakterisitik utama dari
pengembangan dari dalam Desa seperti itu, baik dalam hal apa yang ingin dicapai dan bagaimana itu
dicapai. Langkah-langkah dan program-program pembangunan yang diambil kemudian lebih
mungkin untuk menjawab kebutuhan lokal dan untuk lebih beradaptasi dengan keadaan lokal, dan
sumber daya eksternal yang diterapkan dapat lebih melengkapi dan membantu memobilisasi
sumber daya lokal.
Cara ini merupakan satu-satunya cara yang pasti untuk mengatasi ketergantungan atau marginalitas
mereka. Dalam hal ini, sebagaimana dijelaskan oleh Kearney, Boyle dan Walsh, pembangunan bukan
hanya masalah menjalankan proyek, atau mencapai tujuan yang ditentukan dalam istilah ekonomi
yang sempit. Pembangunan juga merupakan proses, yang berarti penciptaan produk sosial seperti
kepemimpinan lokal yang ditingkatkan, budaya perusahaan dan tindakan inovatif, atau peningkatan
kapasitas orang untuk bertindak bersama secara sengaja dan efektif sehingga dapat mengatasi
ancaman dan peluang yang mereka hadapi.

Peningkatan kualitas tersebut dilakukan secara bersama-sama dan berkelanjutan berdasarkan pada
potensi dan kemampuan Pembangunan Desa mempunyai peranan yang amat penting dalam konteks
pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar di wilayah Indonesia. Dalam proses
menuju pembangunan Desa, peran pemerintah Desa sangat berpengaruh dalam menciptakan iklim
yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat di pedesaan. Partisipasi masyarakat
Desa dapat diwujudkan dalam pemanfaatan dana Desa yang ada di masyarakat untuk mendukung
dan meningkatkan kegiatan pembangunan di Desa tersebut. Konsep pengembangan kawasan klaster
merupakan konsep yang memfokuskan keterkaitan dan ketergantungan antara pelaku dalam
jaringan kerja produksi sampai jasa pelayanan, dan inovasi pengembangannya.

Penerapan konsep klaster pada kawasan yang berhasil memiliki karakteristik spesialisasi, jaringan
lokal, akses permodalan yang baik, adanya lembaga atau institusi penelitian dan pengembangan
serta pendidikan dan pelatihan, memiliki SDM yang berkualitas, dapat mengikuti perkembangan
teknologi dan adanya inovasi yang tinggi . Untuk terus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, salah satunya adalah kesadaran kuat masyarakat itu sendiri dalam mendukung
pembangunan Desa yang merupakan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Selain itu, SDM yang
mumpuni pula menjadi faktor pendukung bagi masyarakat menjadi lebih aktif dalam program yang
dilaksanakan oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai