Anda di halaman 1dari 11

Modul Sosiologi : Pemberdayaan Komunitas dan Kearifan Lokal

Kelas 12

1. Konsep Pemberdayaan Komunitas


1.1. Pengertian Komunitas
Dalam bahasa Inggris, community diterjemahkan sebagai masyarakat setempat yang memiliki
cakupan wilayah yang sama. Komunitas juga diartikan sebagai individu atau orang-orang yang
mempunyai kesamaan karakteristik seperti kesamaan geografi, kultur, ras, agama, atau keadaan
sosial ekonomi yang setara. Definisi lainnya sebagai suatu unit atau kesatuan sosial yang
terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (commnuties of
common interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teritorial.
Berdasarkan definisi tersebut, komunitas lokal banyak macamnya. Komunitas lokal dapat
disebut sebagai masyarakat setempat yang bermukim di suatu daerah tertentu. Pengertian lainnya,
komunitas lokal adalah Sekelompok orang yang saling peduli, karena terdapat kesamaan
kepentingan (interest) dan nilai yang dianut (value).
Adapun elemen dasar yang membentuk sebuah komunitas adalah adanya interaksi yang
intensif di antara anggotanya, dibandingkan dengan orang-orang di luar batas wilayah. Sebuah
komunitas tentunya ada faktor yang membentuknya, diantaranya hubungan timbal balik dalam
local community, kepemimpinana formalm dan informal atau local readers. Menurut Santoso
(2009), terdapat beberapa faktor pembentuk terjadinya komunitas, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya suatu interaksi yang lebih besar di antara anggota yang bertempat tinggal di satu
daerah dengan batas-batas tertentu.
2. Adanya normal sosial manusia di dalam masyarakat, di antaranya kebudayaan masyarakat
sebagai suatu ketergantungan yang normatif, norma kemasyarakatan yang historis,
perbedaan sosial budaya antara lembaga kemasyarakatan dan organisasi masyarakat.
3. Adanya ketergantungan antara kebudayaan dan masyarakat yang bersifat normatif. Demikian
jaga norma yang ada dalam masyarakat akan memberikan batas-batas pada kelakuan
anggotanya dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi kelompok untuk menyumbangkan
sikap kebersamaannya di mana mereka berada.
1.2. Ciri – Ciri komunitas
Adapun ciri-ciri komunitas adalah sebagai berikut.
1. Adanya kesatuan hidup yang teratur, artinya masyarakat yang memiliki kesatuan hidup
yang teratur dan tetap akan lebih cenderung memiliki hubungan sosial.
2. Bersifat teritorial, artinya komunitas sosial dapat dilihat dari tempat asal anggotanya, dimana
juga dapat disebut sebagai masyarakat setempat karena memiliki kesamaan tempat tinggal.
3. Sifatnya ada dan nyata, artinya komunitas sosial itu ada dan dapat dijumpai di kehidupan
nyata dan harus dapat dikenali oleh pihak lain.
4. Adanya hubungan timbal balik, artinya harus ada hubungan timbal balik dalam komunitas
tersebut yang saling menguntungkan.
5. Faktor yang sama, artinya anggota komunitas biasanya memiliki faktor yang sama antara
satu salam lain, seperti rasa senasib, kepentingan yang sama atau ideologi yang sama.
1.3. Jenis Komunitas
Adapun jenis-jenis komunitas adalah sebagai berikut.
• Komunitas minat, yaitu komunitas yang terbentuk dari adanya kesamaan keinginan atau
minat atau ketertarikan pada setiap anggota dari komunitas tersebut.
• Komunitas lokasi, yaitu komunitas yang terbentuk dari adanya kesamaan lokasi tempat
tinggal dan beraktivitas. Dimana setiap para anggotanya sudah saling mengenal satu
dengan lainnya.
• Komunitas religius, yaitu komunitas yang terbentk dari adanya kesamaan kehidupan
bersama yang didasari atas motif sebuah keagamaan.
• Komunitas komunitas, yaitu komunitas yang terbentuk dari adanya kesamaan kepentingan
guna mencapai tujuan bersama.
Selain jenis komunitas, terdapat jenis komunitas lainnya yaitu:
• Tradisional, terbentuk dari persamaan adat/suku bangsa, mata pencaharian khas daerah
• Modern, disatukan berdasarkan kesamaan minat, profesi ataupun hobi
• Kesamaan kondisi, jenis ini Tidak menyatakan diri sebagai komunitas tetapi secara alamiah
terbentuk karena berkumpul dan memiliki nasib yang sama.

1.4. Pengertian Pemberdayaan


Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yaitu kemampuan atau kekuatan. Secara Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pemberdayaan adalah proses, cara, perbuatan membuat berdaya, yaitu
kemampuan untuk melakukan sesuatu. Pemberdayaan merupakan suatu proses pribadi dan sosial
dalam rangka pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreativitas dan kebebasan bertindak.
Dari beberapa pengertian, dapat dikatakan pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata (Ahmad,
2013).
1.5. Pemberdayaan Komunitas
Secara konseptual, yaitu upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Pengertian lainnya bahwa
pemberdayaan komunitas adalah rangkaian tindakan untuk
mengubah suatu kelompok sosial menjadi berdaya ataupun
membuat komunitas itu berdaya dengan yang tidak produktif menjadi produktif. Secara sederhana,
bahwa dengan kata memberdayakan artinya proses memampukan dan memandirikan masyarakat.
Dengan adanya pemberdayaan komunitas ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia, misalnya dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, pembukaan
lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan, sehingga kesenjangan sosial dapat diminimalkan.
Menurut Wilkinsion, pada hakikatnya pemberdayaan komunitas adalah upaya atau perubahan
(kemajuan) yang sengaja dilakukan atau dikembangkan oleh para anggota sebuah komunitas itu
sendiri, dimana mereka merumuskan masalah, menyusun rencana, serat menentukan arah
perubahan menurut keyakinan dan persepsi mereka sendiri dan perubahan itu diyakini sebagai
perubahan.
2. Dasar Terbentuk Pemberdayaan Komunitas
Perlu didasari munculnya ketidakberdayaan komunitas karena tidak memiliki kekuatan
(powerless), serta terjadinya ketimpangan. Dengan mengetahui faktor atau akar permasalahan
sosial, maka dapat dilanjutkan dengan kegiatan merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
program pemberdayaan masyarakat secara efektif. Jim Ife (1977:60-62) mengidentifikasi beberapa
jenis kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk memberdayakan mereka, yaitu
(bisa dibaca di halaman 91):
1. Kekuatan atas pilihan pribadi
2. Kekuatan dalam menentukan pilihannya sendiri
3. Kebebasan berekspresi
4. Kekuatan kelembagaan
5. Kekuatan sumber daya ekonomi
6. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi.

Faktor lain yang menyebabkan ketidakberdayaan komunitas di luar faktor ketiadaan daya
(powerless) adalah ketimpangan, yang meliputi ketimpangan struktural, ketimpangan kelompok,
ketimpangan personal.
Dengannya, kegiatan merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program pemberdayaan
masyarakat akan berjalan efektif jika sebelumnya sudah dilakukan investigasi terhadap faktor-
faktor yang menjadi akar permasalahan sosial. Dalam konteks ini, perlu diklarifikasi apakah akar
penyebab ketidakberdayaan berkaitan dengan faktor kelangkaan sumber daya (powerless) atau
faktor ketimpangan, atau kombinasi antara keduanya.
Oleh karena itu, adanya pemberdayaan komunitas ini diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia, misalnya dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan,
pembukaan lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan, sehingga ketimpangan sosial dapat
diminimalkan.
2.1. Tujuan pemberdayaan komunitas

Pemberdayaan komunitas bertujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang
mereka lakukan serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan
daya/kemampuan yang dimiliki. Selain itu pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
meningkatakan standar hidup masyarakat dan peningkatan kebebasan setiap orang.
2.2. Prinsip-prinsip dasar pemberdayaan komunitas
Prinsip dasar pemberdayaan komunitas meliputi:
a. Pemberdayaan memerlukan break-even dalam setiap kegiatan yang dikelolanya meskipun
berbeda dengan organisasi bisnis, di mana dalam pemberdayaan komunitas keuntungan yang
diperoleh didistribusikan kembali dalam bentuk program atau kegiatan pembangunan lainnya.
b. Pemberdayaan selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun
pelaksanaan yang dilakukan
c. Dalam melaksanakan program pemberdayaan, kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak
bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik
d. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber daya
e. Kegiatan pemberdayaan harus dapat berfungsi sebagai penghubung antara kepentingan
pemerintah yang bersifat makro dengan mikro
2.3. Ruang lingkup pemberdayaan komunitas
Hal ini mencakup berbagai program pemberdayaan yang meliputi bidang berikut.
a) Pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan di bidang ini ditunjukkan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam bidang ekonomi sehingga mereka dapat berfungsi sebagai
penanggung dampak negatif pertumbuhan, pemikul beban pembangunan, dan penderita
kerusakan lingkungan. pemberdayaan ini sering dilakukan di Indonesia contohnya UMKM
pelatihan kerajinan agar perekonomian bangkit
b) Pemberdayaan politik, pemberdayaan ini ditunjukkan untuk meningkatkan bargaining position,
di mana semua dapat berkontribusi terhadap pemerintah. melalui bagian yang tersebut,
masyarakat mendapatkan apa yang menjadi haknya baik dalam bentuk jasa barang layanan dan
kepedulian tanpa merugikan orang lain. hal ini dilakukan supaya semua orang tahu akan politik
dan tahu bagaimana sistem demokrasi yang baik.
c) Pemberdayaan sosial budaya, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia. Contohnya sanggar seni festival kebudayaan yang bisa memperkenalkan budaya
Indonesia
d) Pemberdayaan lingkungan, ini dianggap sebagai program perawatan dan pelestarian lingkungan.
contohnya menggunakan minyak jelantah untuk diolah menjadi sabun.
2.4. Tahapan pemberdayaan komunitas
Selain tahapan diatas, terdapat tahapan pemberdayaan komunitas lainnya yaitu
2.5. Aktor pemberdayaan komunitas

2.6. Manfaat pemberdayaan komunitas


Adanya pemberdayaan komunitas ini mampu :
- Memunculkan potensi yang dimiliki masing-masing individu pada komunitas tersebut
- Berkontribusinya bagi kehidupan masyarakat melalui pemberian pengetahuan manajemen,
mutu, teknik, keterampilan, dan metodologi bagi masyarakat
- Memunculkan kemampuan kreatif dan inovatif dalam masyarakat
- Meningkatnya output dan kinerja
3. Strategi Pemberdayaan Komunitas Dengan Nilai Kearifan Lokal
Kata strategi berasal dari kata strategos dalam Yunani, yaitu stratus (tentara) + ego (pemimpin).
Adapun definisi lainnya yaitu alat untuk mencapai tujuan.
3.1. Strategi pembedayaan komunitas
Menurut Eliot terdapat tiga strategi pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan
komunitas atau masyarakat, antara lain sebagai berikut.
- Pendekatan kesejahteraan (the walfare approach), yaitu membantu memberikan bantuan kepada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya mereka yang terkena musibah bencana alam.
- Pendekatan pembangunan (the development approach), memusatkan perhatian pada
pembangunan untuk meningkatkan kemandirian, kemampuan, dan keswadayaan masyarakat.
- Pendekatan pemberdayaan (the empowerment approach), melihat kemiskinan sebagai akibat
proses politik dan berusaha memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi
ketidakberdayaannya.

3.2. Nilai Kearifan Lokal


Secara kata, kearifan dan lokal. Kearifan dipahami sebagai seseorang dalam menggunakan akal
pikirannya dalam bertindak atau bersikap. Lokal menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan
sistem nilai yang terbatas pula. Secara terminologi, Sebagai pandangan hidup dan pengetahuan
lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang
dikomunikasikan dari generasi ke generasi. Adapun menurut ahli,
Phongpit dan Natsuwan “Sebagai pengetahuan yang berdasrkan pengalaman
masyarakat turun temurun antar generasi”
Robert Sibarani “Kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang
berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan
kehidupan masyarakat. “
S. Swarsi “ Kebijaksanaan manusia yang bersandar pad filosofi nilai-nilai,
etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara
tradisional”
Kearifan lokal memiliki beberapa istilah, diantaranya local wisdom, local knowledge, dan local genius.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan yaitu Gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat
bijaksana, bernilai, tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya secara turun-temurun.

Tradisi
Rewang

Tradisi rewang alias gotong royong jika ada salah satu warga yang melaksanakan pernikahan di
Jawa Tengah. Nah, tradisi rewang ini dilakukan secara bersama-sama dan bersifat sukarela.
Tujuannya agar saling memudahkan dan peduli terhadap satu sama lain.

Sifat kearifan lokal


- Kearifan lokal sendiri bersifat dinamis, dalam artian mampu beradaptasi dengan perkembangan
zaman, perubahan lingkungan, serta mobilitas masyarakat.
- Kearifan lokal juga bersifat lintas budaya, artinya kearifan lokal tidak hanya berlaku pada
budaya dan etnis tertentu saja melainkan dapat dikatakan sebagai lintas budaya dan lintas etnik
sehingga mampu memunculkan budaya nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap budaya lokal
di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan
lain-lain.

Fungsi kearifan lokal


Menurut Sirtha, kearifan lokal memiliki berbagai fungsi dan makna sebagai berikut
• Untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam,
• Untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup
konsep kanda Pat rate,
• Untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan,
• Sebagai petuah kepercayaan sastra dan pantangan
• Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat serta upacara daur pertanian
• Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara ngaben dan penyucian roh leluhur
• Bermakna politik misalnya dalam upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.
Dimensi Kearifan Lokal
1) Dimensi Pengetahuan Lokal
Kearifan lokal dilihat sebagai kemampuan masyarakat setempat untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya. Pengetahuan lokal warga ini menjadi manfaat bagi kehidupan
mereka. Misalnya dalam mengelola hasil pertanian dan menghadapi musim pancaroba, ada
kearifan lokal dari masyarakat kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, Jawa Barat. Mereka
terkenal memiliki kearifan lokal yaitu leuit. Apa itu leuit? Leuit adalah lumbung padi yang
digunakan untuk menyimpan hasil panen mereka.
2) Dimensi Nilai Lokal
Pada dimensi pengetahuan lokal, kearifan lokal dipandang sebagai kemampuan masyarakat
setempat untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada dimensi nilai
lokal, kearifan lokal dipandang tingkah laku yang ditaati dan disepakati bersama oleh
seluruh masyarakat setempat.
3) Dimensi Keterampilan Lokal
Berkaitan dengan kemampuan masyarakat setempat untuk bertahan hidup dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Contohnya masih pada masyarakat Kasepuhan Ciptagelar dengan
sistem lumbung padinya atau leuit nih. Kemampuan masyarakat dalam menciptakan,
mengelola, dan menjalankan leuit hingga sekarang, membuat mereka tetap bisa bertahan
hidup dan memiliki cadangan pangan apabila musim tidak menentu maupun jika ada krisis
pangan.
4) Dimensi Sumber Daya Lokal
Hal ini berhubungan sama kemampuan masyarakat setempat untuk memanfaatkan sumber
daya alam dan manusia sesuai kebutuhannya demi tercipta keseimbangan. Jadi, dimensi ini
fokus pada peran manusianya dalam mengelola alam maupun hubungan antarwarga.
Contohnya provinsi Riau yang kaya akan minyak kelapa sawit, yang dimanfaatkan masyarakat
sebagai sumber penghasilan dan menggerakkan ekonomi mereka.
5) Dimensi Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal
Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan dalam menentukan keputusan suatu perkara atau
memberikan kebijakan sosial lainnya. Konteks dari keputusan lokal ini, misalnya terjadi situasi
dimana dibutuhkan keputusan maupun menentukan hukum adat. Keputusannya ditetapkan
oleh lingkungan sosial atau masyarakatnya itu sendiri.
6) Dimensi Solidaritas Kelompok Lokal
Dimensi solidaritas kelompok lokal yang bisa menyatukan masyarakat setempat dalam
menjaga kekompakan, kebersamaan, serta rasa senasib sepenanggungan sebagai makhluk
sosial.
Bentuk kearifan Lokal
Berwujud Nyata (Tnigble) Tidak Berwujud Nyata (Intanigble)
- Tekstual , contohnya sistem nilai, tata - Kearifan lokal yang tidak berwujud adalah
cara, dan aturan yang dituangkan petuah yang disampaikan secara verbal dan
dalam bentuk catatan tertulis seni suara nyanyian, pantun, dan cerita yang
sarat nilai ajaran tradisional
- Benda cagar budaya, benda
tradisional hasil karya masyarakat.
- Bangunan/Arsitektual, yang terdapat
dalam arsitektur rumah adat suku-
suku di Indonesia.

3.3. Strategi pemberdayaan melalui nilai-nilai kearifan lokal

Indonesia memiliki keberagaman budaya, suku bangsa, bahasa, agama, dan sebagainya. Dalam
keragaman budaya salah satunya mencakup hubungan kearifan lokal di dalam masyarakat. Nilai-
nilai kearifan lokal di Indonesia memang berbeda-beda setiap daerahnya. Namun dipersatukan oleh
semboyan Bhineka Tunggal Ika. Masuknya globalisasi ke Indonesia menjadikan perbedaan nilai dan
norma yang ada semakin besar. Karena keterbatasan, masyarakat tidak mampu membentengi diri
mereka untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal.
Meski begitu, globalisasi memiliki dampak pada masyarakat. Dampak positif globalisasi terhadap
upaya pemberdayaan komunitas lokal, yaitu meningkatkan teknologi modern dalam masyarakat.
Adapun dampak negatif globalisasi terhadap upaya pemberdayaan komunitas lokal, yaitu
melemahkan daya saing masyarakat lokal dengan masyarakat luar negeri. Sekarang mulai terlihat
dengan pudarnya nilai-nilai kearifan lokal. Untuk itu, diperlukan strategi melalui nilai kearifan lokal,
diantaranya:
- Dengan memperkuat nilai-nilai dan norma-norma leluhur dari nenek moyang yang ada di
masyarakat agar terjaga utuh kearifan lokal;
- Mempertahankan budaya yang ada di masyarakat dengan bertindak secara rasional sebagai
akibat dari arus globalisasi;
- Menyaring budaya dari luar (globalisasi) dengan menilai baik buruknya pengaruh dalam bidang
teknologi dan komunikasi, transportasi, pengembangan media massa, perubahan gaya hidup,
pendidikan, budaya, politik, agama, hukum dll.
Adapun Menurut Sunyoto Usman ada beberapa strategi yang bisa diterapkan dalam pemberdayaan
komunitas yaitu
- Menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensi komunitas masyarakat
berkembang.
- Dalam rangka memperkuat potensi atau daya yang dimiliki komunitas masyarakat upaya yang
dilakukan adalah memberi pendidikan, kesehatan, dan kesempatan dalam memperoleh sumber
kemajuan ekonomi baik modal, teknologi, informasi, tenaga kerja dan pasar
- Memberdayakan bisa berarti melindungi dalam hal ini bukan berarti mengisolasi, Tetapi lebih
kepada mencegah terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah dan mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, terdapat 5 hal pemberdayaan masyarakat yang harus
diperhatikan. (Buka buku halaman : 100 )

3.4. Memaksimalkan potensi kearifan lokal dalam pemberdayaan komunitas


Berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk tetap melestarikannya:
1. Menjaga keautentikan berbagai kearifan lokal yaitu kearifan lokal yang masih asli pada suku-
suku pedalaman seperti suku Baduy, Suku Anak Dalam, dan suku Dayak. Caranya dengan
memberi mereka ruang untuk hidup dengan nilai-nilai lokal yang mereka anut dan dipercayai.

2. Menjaga eksistensi budaya lokal, dengan cara memperluas fungsi dari kehidupan lokal tersebut
agar bisa memenuhi fungsi-fungsi di luar urusan tradisional tanpa menghilangkan fungsi aslinya.
Contohnya pergelaran Barong Rangda Bali sebagai mitos adat sekaligus pertunjukan atraksi
pariwisata.

3. Dalam sektor pertanian, bahwa ini dijadikan sebagai karakter masyarakat setempat dalam
bertani. Misalnya gotong royong pertanian yang tidak merusak alam. Contohnya konsep
Pranata mangsa atau ketentuan musim dari Jawa Subak dari Bali yaitu kaidah konservasi tanah
dan air.
4. Dalam penanggulangan kemiskinan berbagai kearifan lokal, seperti kerja keras, gotong royong,
dan penghormatan terhadap orang lain dapat diintegrasikan dengan berbagai kebijakan dalam
program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah maupun internasional.
Misalnya mendirikan lumbung desa di kecamatan-kecamatan.
5. Dengan sektor ekonomi kearifan lokal dapat mendorong terbentuknya ekonomi rakyat yang
berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Misalnya UMKM dan UKM, dalam sektor pertanian
peternakan dan berbagai kerajinan makanan.
6. Dalam pedoman hidup adapun yang harus diperhatikan yaitu dalam segi kemanusiaan dan
memiliki kemampuan memilih yang baik.
7.
4. Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Komunitas
4.1. Pengertian partisipasi
Partisipasi merupakan hal yang berkaitan erat dengan pemberdayaan komunitas atau masyarakat.
Apa itu partisipasi? Secara bahasa, “Participation” : the act of taking part in an acitivity or event, yang
artinya tindakan berupa ikut serta dalam suatu kegiatan atau acara. Menurut Adisimata, partisipasi
sebagai keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan.
Sementara itu, menurut Eugen Erickson bahwa partisipasi terdiri dari dua sisi, yaitu
- Partisipasi secara internal, adanya rasa memiliki terhadap komunitas.
- Partisipasi secara eksternal, bagaimana individu melibatkan diri dengan komunitas luar

Dari beberapa definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa, Partisipasi merupakan suatu alat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menimbulkan terjadinya perubahan sosial yang akan
memberdayakan mereka dalam masyarakat.
Namun, mengapa partisipasi bersifat penting? Menurut Moeljarto, terdapat beberapa alasan
terkait hal tersebut, diantaranya:
1. Masyarakat adalah fokus utama dan tujuan akhir dalam pembangunan
2. Menimbulkan rasa harga diri dan meningkatkan harkat dan martabat
3. Menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan
dan kondisi daerah yang tanpa keberedaanya tidak akan terungkap
4. Memperluas zona penerimaan proyek pembangunan
5. Menyediakan lingkungan yang kondusif
6. Sebagai pencerminaan hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka
sendiri
7. Cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat

Partisipasi komunitas dalam pemberdayaan ini dijadikan penentu keberhasilan pemberdayaan . Oleh
karena itu diharapkan ada partisipasi penuh dari masyarakat sehingga terbentuk masyarakat yang
beradya dan mandiri, serta tidak bergantung kepada orang lain.

4.2. Tahapan dalam partisipasi


Menurut Ericson, bentuk partisipasi komunitas dalam pembangunan terdiri dari 3 tahap:

a. Partisipasi pada tahap perencanaan (Idea planning stage).


Masyarakat ikut berpartisipasi atau berperan dalam memberikan usulan, saran, dan kritik
dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan. Mereka terlibat dalam perencanaan dan
strategi dalam penyusunan kepanitiaan dan anggaran.
b. Partisipasi pada tahap pelaksanaan (implementation stage)
Masyarakat terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek mereka menyumbang ide, gagasan,
tenaga, uang atau materi lainnya sebagai wujud partisipasi.
c. Partisipasi pada tahap pemanfaatan (utilization stage)
Keterlibatan Masyarakat terdapat dalam pemanfaatan sebuah proyek yang telah
selesai dikerjakan. Partisipasi dalam tahap ini berupa tenaga atau uang untuk
memelihara dan mengelola proyek yang telah dibangun tersebut.
4.3. Faktor yang memengaruhi partisipasi
Menurut Holil Soelaiman, ada beberapa faktor atau unsur yang memengaruhi partisipasi masyarakat,
antara lain:
a. Kepercayaan diri suatu masyarakat,
b. solidaritas dan integritas sosial
c. tanggung jawab dan komitmen masyarakat,
d. musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan,
e. organisasi dengan keputusan yang rasional dan demi efisiensi usaha,
f. prakarsa perseorangan atau masyarakat yang diterima dan diakui sebagai milik masyarakat,
g. kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan, dan kepentingan
umum masyarakat,
h. kemauan dan kemampuan mengubah serta memperbaiki keadaan dan membangun atas
kekuatan sendiri,
i. kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang
bersangkutan dan tidak ditunggangi oleh kepentingan lain
4.4. Bentuk dan jenis partisipasi masyarakat
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan komunitas masyarakat dapat
dijelaskan sebagai berikut
1. Partisipasi uang, yaitu partisipasi dalam bentuk uang yang berguna untuk memperlancar
usaha bagi masyarakat yang membutuhkan
2. Partisipasi harta benda, yaitu bentuk partisipasi dengan menyumbangkan berbagai alat-alat
kerja untuk membantu masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan
3. Partisipasi tenaga, yaitu bentuk partisipasi berupa tenaga untuk melaksanakan usaha-usaha
yang dapat menunjang keberhasilan atau program pemberdayaan
4. Partisipasi sosial yaitu partisipasi yang diberikan oleh masyarakat sebagai bentuk rasa
kekeluargaan atau Perhatian untuk memotivasi masyarakat lain agar ikut berpartisipasi
5. Partisipasi pemikiran, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan gagasan atau ide
membangun yang dapat digunakan untuk pelaksanaan program
6. Partisipasi keterampilan yaitu bentuk partisipasi berupa pemberian dorongan keterampilan
kepada orang yang membutuhkan agar hidupnya lebih sejahtera
7. Partisipasi representative yaitu partisipasi berupa pemberian kepercayaan kepada wakilnya
yang duduk dalam kepanitiaan kegiatan pemberdayaan
8. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan yaitu masyarakat ikut terlibat dalam forum
atau diskusi yang terkait dengan pengambilan keputusan

4.5. Indikator keberhasilan partisipasi dalam pemberdayaan


Untuk mengetahui bentuk partisipasi yang dilakukan berhasil dengan melihat indikator keberhasilan.
Indikator bisa dilihat pada buku halaman 127
5. Aktivitas Pemberdayaan Komunitas
Silahkan bukunya dibaca dari halaman 127 - 132

Anda mungkin juga menyukai