Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

OBJEK DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN HUKUM

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahMetodologi Penelitian Hukum)

Dosen Pengampu : Dr. H. Miftahul Huda, S.HI.,MH.

Disusun Oleh :

Achmad Najwa’and (18210066)

Ahkmad Nur Izza (200201110027)

Athoillah Azizul Hamidi (200201110033)

Hudzaifah Nst (200201110041)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman terang benderang.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Miftahul Huda,
S.HI.,MH.selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum. Kami
juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami mengerjakan makalah ini dengan segala kemampuan kami, namun kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan
maupun dalam segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik serta saran dari semua pihak
kami terima, agar untuk kedepannya kami bisa menjadi lebih baik. Semoga makalah
yang kami buat ini dapat memberikan informasi yang sebaik mungkin dan dapat
bermanfaat kepada yang membaca makalah ini. Atas perhatian dan kesempatan yang
telah diberikan untuk membuat makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Malang, Senin, 13 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...i


DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1. Latar Belakang..........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................................1
3. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
1. Objek Penelitian Hukum..........................................................................................3
2. Ruang Lingkup Penelitian Hukum...........................................................................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
1. Kesimpulan.............................................................................................................14
2. Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
1

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang
melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah itu. Penelitian
Hukum adalah proses analisa yang meliputi metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari gejala hukum
tertentu, kemudian mengusahakan pemecahan atas masalah yang timbul.
Sehingga dibutuhkan suatu metode penelitian yang tepat. Metode ini
membantu proses penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji
serta tujuan penelitian yang akan dicapai.
Penelitian hukum akan melakukan kegiatan pencarian fakta secara
sistematis yaitu untuk menemukan apa hukum itu dan kemajuan ilmu
hukum. Dalam arti yang sempit, penelitian hukum dipahami terbatas pada
karya-karya yang berkontribusi pada kemajuan ilmu hukum (yang tidak
termasuk bahan-bahan seperti buku teks dan buku kasus, dll.).
Menurut Soerjono Soekanto, Penelitian adalah menganalisa dan
mengkontruksikan secara metodelogis yang artinya dilakukan dengan
metode dan cara tertentu secara sistematis (konsistendan melakukan
langkah-langkah tertentu) dan taat asas, artinya kegiatan ilmiah didasarkan
metode, sistematika dan pemikiran tertentu bertujuan mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum dengan cara menganalisa sehingga
mendapatkan gejala hukum sebagai “pegangan” yang kemudian dilakukan
pemeriksaan fakta hukum secara mendetail.
Berdasarkan penjelasan diatas dalam melakukan penelitian hukum
harus dilakukan secara hati-hati dan sempurna terhadap suatu
permasalahan hukum agar permasalahan itu dapat dipecahkan. Sehingga
perlu bagi kita semua dalam memahami objek dan Ruang lingkup yang ada
pada penelitian hukum.
2. Rumusan Masalah
2

a. Apa yang dimaksud dengan objek hukum ?


b. Apa yang dimaksud dengan ruang lingkup penelitian hukum ?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan objek penelitian hukum
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ruang lingkup penelitian
hukum
3

BAB II
PEMBAHASAN
1. Objek Penelitian Hukum
Obyek penelitian hukum dengan karakter keilmuan yang normatif
adalah norma hukum yang tersebar dalam peraturan hukum primer
(primary rules) dan peraturan hukum sekunder (secondary rules). Norma
sebagai obyek penelitian hukum menggambarkan perbedaan yang hakiki
dengan ilmu lainnya seperti ilmu pengetahuan alam yang menjadikan
obyek penelitiannya adalah gejala alam dari suatu benda bernyawa maupun
benda tak bernyawa. Berbeda pula dengan Ilmu Sosial yang obyek
penelitian adalah gejala sosial yang berupa sikap (attitude), perilaku
(behaviour) dan tindakan (action) manusia sebagai makhluk social. Oleh
karena obyek penelitiannya berbeda dengan ilmu lainnya, maka hal ini
akan menimbulkan perbedaan berikutnya terutama mengenai jenis data dan
tehnis analisisnya.
Berkenaan dengan jenis kebenarannya, sebagaimana diketahui
dalam kajian filsafat ilmu dikenal bahwa Ilmu-Ilmu Formal yang bersifat
eksakta, jenis kebenarannya bersifat ”koherensi” (ceteris paribus). Suatu
yang ajeg dari dahulu hingga sekarang atau kapan saja adalan sama;
misalnya 2 x 2 pasti selalu empat. Sedangkan ilmu pengetahuan sosial dan
ilmu pengetahuan alam sifat keberannya adalah “korespondensi” yakni
sesuatu itu benar bila bersesuaian (to corresponce) dengan fakta di
lapangan. Dapat dikatakan bahwa kebenaran ilmu eksakta, ilmu alam, ilmu
sosial kebenarannya bersifat obyektif. Berbeda dengan ilmu hukum,
kebenarannya bersifat inter-subyektif dan untuk menjadikan obyektif atau
minimal mendekati obyektif diperlukan proses “konsensus”. Dengan
begitu kebenaran ilmu hukum dapat dikatakan bersifat “konsensus” bukan
bersifat koherensi atau korespondensi.1

1
Lord Lloyd of Hampstead & MDA Freeman; 1985, “Introduction to Jurisprudence”; Steven & Son,
London, Halaman 13.
4

Dalam menelaah karakter kebenaran keilmuan hukum, dikenal


adanya dua jenis konsensus yakni konsensus horisontal diterapkan pada
tataran teoritis – akademis, ketika para ilmuan hukum mengkaji suatu
masalah hukum dan kajian itu akan dianggap benar jika telah mendapat
persetujuan (konsensus) teman sejawat. Konsensus vertikal diperlukan
pada pengkajian permasalahan hukum yang lebih berat dan serius yang
berkaitan dengan keadilan hukum. Konsensus vertikal diterapkan pada
tataran praktikal judisial, ketika lembaga judisial akan memutus suatu
perkara. Paling tidak diperlukan empat tingkatan konsensus agar suatu
putusan memenuhi rasa keadilan; atau dengan kata lain agar putusan itu
bersifat mendekati obyektif. Konsensus tingkat pertama terjadi di tingkat
pengadilan pertama, konsensus tingkat kedua terjadi di tingkat pengadilan
banding; konsensus ketiga terjadi pada tingkat pengadilan kasasi dan
konsensus keempat yang bersifat final terjadi pada tingkatan peninjauan
kembali. Apabila suatu perkara telah diputus melalui empat tingkatan
konsensus dengan proses yang jujur, maka perkara itu dalam ilmu hukum
disebut telah memperoleh kualifikasi “res judicata”artinya putusan itu telah
dianggap adil atau obyektif bagi semua pihak.2
Adapun penggunaan logika berpikir dalam ilmu hukum tidak
terpaku melulu pada logika yang dikenal dengan logika “syllogisme” dari
Aristoteles. Logika ini dibangun atas tiga komponen yakni premis mayor,
premis minor dan konklusi. Contoh; premis mayor : “Setiap manusia pasti
mati”; premis minor: “Si Polan adalah manusia”; jadi konklusinya “Si
Polan pasti mati”. Dalam ilmu hukum dikenal pola logika “deontik” yakni
logika yang bersifat pragmatis yang menekankan pada kegunaan atau
kemanfaatan. Logika “deontik” menolak cara bekerjanya logika
“syllogisme” artinya tidak semua permasalahan hukum dapat dipecahkan
dengan cara berpikir yang silogistis. Ketidak tepatan bangunan
“syllogisme” dapat dilihat dalam contoh berikut. Premis mayor; “Setiap
orang yang melakukan pembunuhan dihukum dengan hukuman pidana”;
premis minor: “Si Polan membunuh si Badu”; konklusi; “Si Polanharus
2
Hans Kelsen; 1991, “General Theory Of Norms”, Clarendon Press, Oxford, Halaman 96.
5

dijatuhi hukuman pidana”. Betulkah konklusi itu ditinjau dari teori hukum
pidana.3 Si Polan meskipun dia membunuh si Badu tidaklah selalu perlu
dihukum pidana. Tergantung kondisi si Polan, dalam arti kalau dia pejabat
eksekusi pidana mati, atau kalau dia dalam keadaan membela diri, atau
kalau dia dalam keadaan sakit jiwa, tentunya dia tidak dapat dihukum
pidana karena membunuh. Tentang karakteristik keilmuan hukum akan
diuraikan lebih lanjut dalam Bab berikutnya karena hal itu mempunyai
nilai penting dalam upaya memahami karakteristik Metodelogi Penelitian
Hukum.
Dalam pengembanan keilmuan, nampak bahwa tentang “norma”
tetap dikembangkan oleh disiplin ilmu hukum terutama oleh aliran
positivisma modern baik aliran teori hukum murni (pure theory of law) dari
H. Kelsen, maupun aliran hukum analitis (analytical jurisprudence) dari
Hart dan J Raz. Sementara tentang tingkah laku manusia yang berkaitan
dengan penerapan norma dipelajari dan dikembangkan oleh disiplin ilmu
sosial beraspek hukum yang kemudian dikenal sebagai sosiologi hukum.
Sosiologi hukum yang dimaksud disini adalah sosiologi hukum yang
bertumpu pada aliran realisme hukum dari Holmes dan “Sociological
Jurisprudence” dari Roscue Pound. Kendati perilaku orang dimasyarakat
dipelajari oleh ilmu sosial dalam hal ini sosiologi hukum, tidak perlu
kemudian ditafsirkan secara keliru dengan menggolongkan ilmu hukum
sebagai ilmu sosial. Dengan bersikap seperti itu ilmu hukum akan
kehilangan penalaran dan argumentasi hukumnya.
Namun seiring dengan perkembangan Teori Hukum seperti
ditegaskan oleh J J H Bruggink, bahwa disamping Teori Hukum
Kontemplatif/Normatif ada pula Teori Hukum Empirik;18 yang dapat
menjelaskan mengapa pola tingkah laku (pattern of behaviour) manusia itu
dapat menjadi penyebab tidak efektifnya penerapan norma. Dengan kata
lain derajat kesenjangan antara “Is”dan “Ought” tergantung dari derajat
kesesuaian antara tingkah laku masyarakat dengan apa yang dikehendaki

3
Jan Gijssels & Mark van Hoecke; 2000, “Apakah Teori Hukum Itu ?” terjemahan B Arief Sidharta,
Laboratorium Hukum Fakultas Hukm Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Hal. 6-11 dan 51-55.
6

oleh perintah norma hukum. Ini berarti ilmu hukum perlu minta bantuan
sosiologi hukum untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang menyebabkan
hukum kerap dilanggar.
Dengan demikian kesenjangan internal antar norma dijelaskan
melalui pendekatan normatif dengan perspektif internal, sementara
kesenjangan antara norma dengan perilaku faktual masyarakat dijelaskan
melalui pendekatan empiris dengan perspektif eksternal. Gejala tentang
norma dan gejala tentang perilaku terhadap norma dapat didekati dengan
dua perspektif yang berbeda yakni internal dan eksternal. Dalam
memperluas cakrawala wawasan ilmu hukum dua jenis pendekatan itu
sama pentingnya untuk digeluti.4
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa cara meneliti hukum
yang dalam kontek ini berupa metode penelitian hukum terdiri dua jenis
yakni :
1. Metode Penelitian Hukum Normatif yang meneliti hukum dari perspektif
internal dengan obyek penelitiannya adalah norma hukum.
2. Metode Penelitian Hukum Empiris yang meneliti hukum dari perspektif
eksternal dengan obyek penelitiannya adalah sikap dan perilaku sosial
terhadap hukum.

Metode Penelitian Hukum Empiris dipinjam dari ilmu sosiologi


hukum kerap diperlukan untuk menjelaskan apa yang oleh Kelsen disebut
“an Is”yakni suatu kenyataan faktual dari pola tingkah laku yang tidak
sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh norma (“an Ought”) dari suatu
aturan hukum.5 Disisi lain Penelitian Hukum Normatif berfungsi untuk
memberi argumentasi juridis ketika terjadi kekosongan, kekaburan dan
konflik norma. Lebih jauh ini berarti Penelitian Hukum Normatif berperan
untuk mempertahankan aspek kritis dari keilmuan hukumnya sebagai ilmu
normatif yang sui generis. Oleh karena itu landasan teoritis yang
dipergunakan adalah landasan teoritis yang terdapat dalam tataran Teori
Hukum Normatif/Kontemplatif, sementara Penelitian Hukum Empiris
menggunakan landasan teoritis yang terdapat dalam Teori Hukum Empiris
atau teori-teori yang terdapat dalam Sosiologi Hukum.6
4
Jujun Soeriasumantri; 1985, “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”, Sinar Harapan, Jakarta, Halaman
55-59.
5
H L A Hart; 1981, “The Concept of Law”, Clarendon Press, Oxford, Halaman 77.
6
Bernard Arief Sidharta; 2000, “Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum”; CV. Mandar Maju, Bandung,
Halaman 114.
7

1. Metode Penelitian Hukum Normatif


Menurut Philip M. Hadjon, penelitian hukum normatif adalah
penelitian yang ditujukan untuk menemukan dan merumuskan argumentasi
hukum melalui analisis terhadap pokok permasalahan. Pendapat lain
tentang penelitian hukum normatif yakni dari Roni Hanitijo Soemitro.
Menurut Roni Hanitijo, penelitian hukum normatif adalah penelitian yang
digunakan untuk mengkaji kaidah-kaidah dan asas-asas hukum.7
Sementara itu, Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji mengartikan
penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Ditinjau dari objek
kajiannya, penelitian hukum normatif terbagi menjadi 7 (tujuh) jenis:
1. Penelitian Asas Hukum
Penelitian asas hukum adalah penelitian hukum yang dikerjakan untuk
menemukan asas atau doktrin hukum positif yang berlaku. Dalam
penelitian ini, asas tersebut dipertanyakan asasnya dan darimana asas
hukum tersebut ditarik atau berasal dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya.
2. Penelitian Sistematika Hukum
Penelitian terhadap sistematika hukum dapat dilakukan terhadap
peraturan perundang-undangan. Menurut Amiruddin dan Asikin, fokus
penelitian ini bukan pada peraturan perundang-undangan dari sudut teknis
penyusunannya tetapi pengertian dasar dari sistem hukum yang ada di
dalam peraturan perundang-undangan yang diteliti.8
Oleh karena itu dapat dipahami penelitian terhadap sistematika hukum
adalah penelitian yang mengadakan identifikasi terhadap pengertian
pokok/dasar dalam hukum. Objeknya meliputi subjek hukum, hak dan
kewajiban, hubungan hukum, objek hukum atau peristiwa hukum dalam
peraturan perundang-undangan.
Dalam melakukan penelitian sistematika hukum, seorang peneliti
harus mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang menjadi fokus
penelitian.
Kemudian, ia mengklasifikasikannya berdasarkan kronologis dari
bagian yang diatur oleh aturan tersebut dan menganalisisnya dengan
pengertian dasar dari sistem hukum. Sistem hukum tersebut mencakup
subjek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan
objek hukum.
3. Penelitian Taraf Sinkronisasi Hukum
Pada penelitian ini, seorang peneliti hukum akan meneliti keserasian
hukum positif agar tak bertentangan dengan hierarki peraturan perundang-

7
Peter Mahmud Marzuki; 2007, “Penelitian Hukum”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Halaman.
35.
8
J J H Bruggink; 1996, “Rechts Reflectief”, Terjemahan Arief Sidharta dalam “Refleksi Tentang Hukum”,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Halaman. 168, 176, 186.
8

undangan. Fokus yang akan diteliti adalah sampai sejauh mana hukum
positif itu serasi satu sama lain.
Teori yang digunakan dalam pengkajian hukum dalam menguji
sinkronisasi peraturan perundang-undangan tersebut adalah stufenbau
theory dari Hans Kelsen. Teori ini menegaskan bahwa norma hukum itu
berjenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan.9
Ada norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi. Norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber, dan
berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi sampai seterusnya sampai pada
suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis
dan fiktif.
4. Penelitian Perbandingan Hukum
Peneliti saat melakukan penelitian ini dengan cara membandingkan
suatu sistem hukum atau lembaga hukum tertentu dengan sistem hukum
atau lembaga hukum tertentu lainnya. Tujuan dari perbandingan ini adalah
untuk menemukan unsur yang merupakan persamaan dan perbedaannya.
Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa penelitian ini dapat dilakukan
atas dasar keinginan antara lain:
a. Untuk menunjukkan perbedaan dan persamaan yang ada diantara
sistem hukum atau bidang-bidang hukum yang dipelajari.
b. Menjelaskan mengapa terjadi persamaan atau perbedaan yang
demikian itu, faktor apa yang menyebabkannya.
c. Memberikan penilaian terhadap masing-masing sistem yang
digunakan.
d. Memikirkan kemungkinan apa yang bisa ditarik sebagai kelanjutan
dari hasil studi perbandingan yang telah dilakukan.
e. Merumuskan kecenderungan yang umum pada perkembangan
hukum, termasuk di dalamnya irama dan keteraturan yang dapat
dilihat pada perkembangan hukum tersebut.
f. Salah satu segi yang penting dari perbandingan ini adalah
kemungkinan untuk menemukan asas-asas umum yang ddidapat
sebagai hasil dari pelacakan yang dilakkan dengan cara
membandingkan tersebut.10
5. Penelitian Terhadap Sejarah Hukum
Penelitian terhadap sejarah hukum adalah penelitian yang meneliti
perkembangan hukum positif dalam rentang kurun waktu tertentu. Menurut
Sri Mamudji, penelitian ini menganalisis peristiwa hukum secara
kronologis serta melihat hubungannya dengan gejala sosial yang ada.
6. Penelitian Inventarisasi Hukum Positif

9
Morris L Cohen & Kent C Olson; 1992, “Legal Research in A Nutshell”, St Paul Minn, West Publishing Co,
Halaman. 1.
10
Hans Kelsen; 1991, “General Theory Of Norms”, Clarendon Press, Oxford, Halaman 96.
9

Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan berbagai hukum positif


atau peraturan perundang-undangan yang tengah berlaku di suatu negara.
Menurut Wignosoebroto, kegiatan ini dilakukan dengan proses
mengidentifikasi yang kritis analitis dan logis sistematis.
7. Penelitian Penemuan Hukum in concreto
Penelitian hukum ini dilakukan untuk menguji apakah suatu postulat
normatif tertentu dapat atau tidak dapat dipakai untuk menyelesaikan
masalah hukum tertentu in concreto. Jadi penekannya terdapat pada
menemukan hukumnya in concreto bagi penyelesaian perkara tertentu.

2. Metode Penelitian Hukum Empiris


Hukum empiris merupakan hukum yang dianut oleh masyarakat.
Sebab, dalam hal ini secara nyata hukum yang ada benar-benar dijalani dan
dijadikan sebagai landasan oleh masyarakat. Dalam ilmu hukum jika dikaji
dari segi penelitian maka hukum dapat dikaji dari dua sisi yakni sisi
normatif dan sisi empirisnya.
Dalam penelitian dengan menggunakan metode hukum empiris
penelitian hukum dilakukan untuk melihat hukum dalam artian yang nyata
atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di
masyarakat. Secara umum, hukum empiris banyak dipakai sebagai bahan
kajian di masyarakat. Para penstudi hukum di indonesia banyak
menggunakan hukum empitis sebagai dasar dalam penelitian hukum yang
diambil. Sebab pengaruh sosial pada masyarakat terhadap pengaruh hukum
kaitannya cukup erat. Penelitian hukum empiris (empirical legal research).
Kata “empiris” bukan berarti harus menggunakan alat pengumpul data dan
teori-teori yang biasa dipergunakan di dalam metode penelitian ilmu-ilmu
sosial.11 Simak juga dampak konflik ambon 1999 , kelemahan sistem
parlementer dan sistem pemilu proporsional.
Dalam konteks ini lebih dimaksudkan kepada pengertian bahwa
“kebenarannya dapat dibuktikan pada alam kenyataan atau dapat dirasakan
oleh panca indera” atau bukan suatu fiksi bahkan metafisika atau gaib,
yang sejatinya berupa proses berfikir yang biasanya hanya dongeng
maupun pengalaman-pengalaman spiritual yang diberikan Tuhan tidak
kepada setiap manusia dan tidak harus melalui proses penalaran ilmiah
suatu hal tertentu dapat diterima kebenarannya. meskipun oleh para
ilmuwan kadang dikatakan tidak ilmiah atau an illogical phenomena.
Berikut 2 pengertian hukum empiris dalam kajian penelitian.
a. Pengertian Hukum Empiris sebagai Metodologi Penelitian Hukum
Penelitian hukum empiris dimaksudkan untuk mengajak para
peneliti tidak hanya memikirkan masalah-masalah hukum yang bersifat
normatif (law as written in book), bersifat teknis di dalam
mengoperasionalisasikan peraturan hukum seperti mesin yang

11
P M Ranuhandoko; 2013 “Terminologi Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, Halaman 363
10

memproduksi dan menghasilkan hasil tertentu dari sebuah proses


mekanis, dan tentunya hanya dan harus bersifat preskriptif saja,
meskipun hal ini adalah wajar, mengingat sejatinya sifat norma hukum
yang “ought to be” itu.
Cara pandang sebagaimana disebutkan tadi bergeser menuju
perubahan ke arah penyadaran bahwa hukum, faktanya dari perspektif
ilmu sosial tenyata lebih dari sekadar norma-norma hukum dan teknik
pengoperasian saja, melainkan juga sebuah gejala sosial dan berkaitan
dengan perilaku manusia ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat
yang unik dan memikat untuk diteliti tidak dari sifatnya yang
preskriptif, melainkan bersifat deskriptif sebagai bentuk metode
pemenangan pilkada , pengertian analisa politik , serta dampak positif
dan negatif pemilu.
Hukum empiris sendiri terkesan bertolak belakang dengan hukum
normatif atau doktrinal. Sebab, dalam penerapannya metodelogi
penelitian hukum empiris lebih menggunakan pendekatan sosial. Para
peneliti socio-legal menggunakan teori-teori sosial tertentu sebagai alat
bantu analisis tidak diarahkan untuk menjadi kajian ilmu sosiologi dan
ilmu sosial lainnya, melainkan diarahkan untuk kajian ilmu hukum.
socio-legal studies sangat diperlukan peranannya yaitu guna
meminta/memperoleh data-data saja, hal ini sangat beralasan
mengingat bahwa ilmu sosiologi misalnya, memiliki karakteristik yang
deskriptif dan kategoris.
Pemikiran empiris pada hakikatnya adalah penelitian yang melihat
keadaan secara nyata, hal ini berawal dari sebuah filsafat positivisme
yang melihat sesuatu adalah benar jika dapat dibuktikan nyata adanya
(positif). Pemikiran filsafat positivisme merupakan bentuk
perkembangan akal manusia, yang menurut Auguste Comte (1798-
1857) merupakan perkembangan ketiga dari perkembangan akal
manusia. Ia menyatakan bahwa perkembangan akal manusia
berkembang dalam tiga tahap pemikiran yakni tahap teologi, tahap
metafisik, serta tahapan riil atau positif.
b. Pengertian Hukum Empiris dalam Penelitian Hukum
Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum empiris
berupa perilaku hukum masyarakat. Pokok kajiannya adalah hukum
yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai
gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang
dalam hubungan hidup bermasyarakat. Sumber data penelitian hukum
empiris tidak bertolak pada hukum postif tertulis, melainkan hasil
observasi di lokasi penelitian.12
Penelitian hukum yang sosiologis memberikan arti penting pada
langkah-langkah observasi dan analisis yang bersifat empiris-

12
B Arief Sidharta; 2000, “Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum”; Mandar Maju, Bandung, Halaman 122.
11

kuantitatif, maka sering disebut socio-legal research. Metode yang


digunakan adalah pendekatan yang sekiranya bisa diterapkan di dalam
penelitian tersebut, yaitu :
a. Pendekatan yang bersifat normatif / legal research
b. Metode empiris / yuridis sosiologis
c. Menggunakan gabungan keduanya
Sumber data primer yang dapat digunakan dalam hukum empiris
adalah Data yang dapat dikelompokkan menjadi:
1. Tingkah laku manusia dengan ciri-cirinya yang khusus berupa Tingkah
laku verbal, dan Tingkah laku nyata
2. Hasil tingkah laku manusia dan ciri-cirinya yang khusus
3. Peninggalan 2 fisik dari Bahan-bahan tertulis
4. Data hasil simulasi
Berbeda dengan penelitian hukum normatif yang lebih dulu ada
ditengah-tengah keluarga besar disiplin hukum, socio-legal research
biasanya dikembangkan dalam suatu lembaga-lembaga independe
seperti di Indonesia misalnya: ELSAM dan HUMMA. Sedangkan di
Negara lain seperti Inggris misalnya lembaga tersebut juga ada yang
independen maupun berada di bawah naungan law school atau faculty
of law.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah batasan masalah atau subjek yang
ingin dikaji atau diteliti sebagaimana yang ada di dalam Skripsi, Tesis,
maupun Disertasi13 adapun gunan dari pembatasan masalah tersebut karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan juga data-data ,seorang peneliti harus bisa
menentukan tempat, apa saja yang harus diteliti, serta korelasi atau
hubungan masalah tersebut dengan masalah yang lain, jika ada
perbandingan tersebut masalah yang akan di identifikasi bisa
dikembangkan dan dijabarkan,14 adapun batasan meliputi adapun gunanya
adalah membatasi pembahasan dalam beberapa poin agar tidak melebar
pembahasannya yang membuat seseorang bingung karena tidak terfokus
pada satu pembahasan, dan mempermudah pembahasan dengan

13
Khairul Azan M.Kom M. Pd , Dr Nizamuddin, S. E. , M. Si , Oris Krianto Sulaiman, S. T. , M. Kom , Putri
Hana Pebriana, M. Pd , Dian Pratama, M. Sc , Mizan Abrory, M. Pd , Mesra Wati Ritonga, M. Pd , Ade
Silvana, M. Pd , Roinah, M. Pd , Asep Nuhdi S. Th I. , M. Pd , Titin Sumarni, Teknik Penulisan Karya Tulis
Ilmiah; Panduan Praktis Untuk Dosen, Guru Dan Mahasiswa (Cv. Dotplus Publisher, 2021).
14
Drs Ismail M.Pd and Drs Bambang Triyanto M.M, PENULISAN KARYA ILMIAH (SKRIPSI) : Suatu Pedoman
(Penerbit Lakeisha, 2020).
12

menemukan pembahasan teori yang akan dikaji serta cepat menyelesaikan


masalah yang dirumuskan.15

Di dalam buku yang lain fungsi dari pembatasan itu sebagai berikut :

1. Membantu mencari permasalahan yang dibahas.


2. Fokus pada satu persoalan.
3. Membatasi jangkauan proses yang dibahas.
4. Menghasilkan sebuah permasalahan yang bisa diselesaikan.
5. Gambaran apa saja yang akan dibatasi pada penelitian, percobaan atau
pemecahan masalah.

Yang semestinya diperhatikan di dalam batasan masalah adalah yang baik


adalah sebagai berikut :

1. Batasan masalah harus sesuai dengan kemampuan peneliti.


2. Sesuaikan batasan masalah dengan data dan fakta yang akan diperoleh di
lapangan.
3. Teliti batasan masalah yang ditentukan.
4. Batasan masalah yang diteliti memilik daya tarik bagi seorang peneliti.16

Cara merumuskan masalah

1. Dirumuskan dalam bentuk tanda tanya


Tujuan dibuat rumusan tanda tanya adalah menghasilkan jawaban yang
ingin diteliti sehingga semua orang tau jawaban yang kita rumuskan,
bila tidak dirumuskan dengan kata tanya peneliti tidak akan tahu
masalah apa yang ingin ditelitinya sehingga pembahasannya melebar
kemana-mana.
2. Spesifik dan operasional.
Permasalaha yang ingin dibahas harus lugas, tegas, spesifik dan
operasional untuk menghindari multi tafsir dan tidak terlalu panjang
3. Menunjukkan hubungan antara variabel.
15
Irawan Afrianto, “Psta 3-Tujuan, Manfaat Dan Ruang Lingkup Penelitian,” 2020.
16
Lailatus Sa’adah, Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis (LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah,
2021).
13

Seorang peneliti harus menunjukkan variabel tersebut persamaan dan


perbedaannya supaya bisa membedakan mana varibel yang bebas (yang
mempengaruhi) dan variabel terpisah (yang dipengaruhi).17

Di dalam refrensi yang lain cara merumuskan adalah sebagai berikut:


1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji
Seorang peneliti harus mencari peristiwa di sekitarnya yang patut dan
menarik diangkat, baik masalah sosial, kebudayaan, keagamaan, hal-
hal yang mistis, dan lain sebagainya.
2. Menegaskan dengan cara membuat defenisi operasional permasalahan
3. Dukung permasalahan dengan data sesuai lapangan secara rinci.
Setelah dapat permasalahan yang dicari dan sudah menegaskannya
maka kita mulai pencarian data apakah data yang kita dapatkan sesuai
dengan yang dilapangan dan rincikan setiap dari permasalahan yang
diangkat.
4. Deskripsikan pembahasan tersebut dengan menarik dan mudah untuk
dipahami dengan cara mengungkapkan harapan atau teori dan gambarkan
kondisi tersebut
Pendiskripsian tersebut kita tuangkan ke dalam tulisan yang kita dapat
dari hasil penelitian dilapangan gunakan harapan atau teori tersebut
untuk memahami data yang kita dapatkan sehingga bisa menarik
perhatian orang dengan kasus yang kita angkat.18

Contoh batasan masalah adalah pengaruh surat dispensasi surat


nikah bagi pasangan usia dini, fokus yang kita hadapi adalah tentang alasan
adanya surat nikah bagi pasangan usia dini, dan bagaimana jika tidak ada
surat dispenpasi nikah, dan apa akibatnya jika tidak mempunyai surat
dispensasi nikah, para peneliti bisa fokus pada masalah ini dan meneliti
tanpa harus melebar masalahnya ke masalah yang lain inilah gunanya
pembatasan masalah di dalam penelitian.

17
Prof Dr Bambang Sugeng M.M M. A., Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif (Eksplanatif)
(Deepublish, 2022).
18
Mila Sari et al., Metodologi Penelitian (Global Eksekutif Teknologi, 2022).
14

Contoh kedua adalah pengelolaan zakat di lembaga zakat di


Sumatera Utara peneliti harus fokus pada tempat penelitian, dan juga cara
pengolahan dan prosesnya bagaimana, kepada siapa saja disalurkan, maka
tidak boleh meneliti di tempat yang lain yang berbeda dengan yang
dirumuskan karena hasilnya pasti akan berbeda di setiap daerah baik dari
segi pengelolaannya dan pendistribusiannya.19

Ruang lingkup penelitian hukum terbagi menjadi tiga kategori


sebagai berikut :

1. Penelitian hukum normatif


Penelitian ini disebut juga dengan penelitian hukum doktriner sebab
fokus penelitian ini hanya kepada undang-undang yang tertulis,
penelitian dengan gaya yang seperti ini sangat erat dengan namanya
perpustakaan karena membutuhkan data-data yang bersifat sekunder,
aspek yang dijangkau oleh metode ini adalah aspek teori, filosofi,
perbandingan, struktur atau komposisi, konsistensi, penjelasan umum,
serta penjelesan pada setiap pasal yang ada di dalam undang-undang,
penelitian hukum normatif juga membahas tentang asas-asas,
sistematika, taraf singkronisasi, sejarah dan perbandingan hukum atau
yang disebut sebagai penelitian hukum dogmatik.20Adapun tujuannya
adalah :
a. mempelajari putusan hakim dan undang-undang dengan
tujuanmenemukan hukum.
b. menemukan konsistensi dan kepastian hukum.
c. melihat tujuan dan kebijakan hukum yang ada.
d. mempelajari lembaga-lembaga hukum.21
2. Penelitian hukum normatif- empiris

19
Dr Sri Wahyuni Hasibuan Pd M. et al., Metodologi Penelitian Bidang Muamalah, Ekonomi Dan Bisnis
(Media Sains Indonesia, 2021).
20
Dr Suyanto M.A.P SH , MH , M. Kn, Metode Penelitian Hukum Pengantar Penelitian Normatif, Empiris
dan Gabungan (UNIGRES PRESS, 2023).
21
Dr Dyah Ochtorina Susanti M.Hum S. H. and A’an Efendi M.H S. H., Penelitian Hukum: Legal Research
(Sinar Grafika, 2022).
15

Penelitian ini adalah gabungan pendekatan hukum normatif dengan


berbagai unsur-unsur yang ada di dalam empiris, adapun kategori dari
penelitian ini ada tiga :
a. Non judical case study
Pendekatan studi kasus hukum yang tidak mempunyai konfik
sehingga tidak berhubungan dengan pengadilan
b. Judical case study
Pendekatan study kasus hukum yang mempunyai konflik
sehingga melibatkan campur tangan dari pengadilan untuk
menyelesaikan kasus dan memberikan keputusan pada kasus
tersebut
c. Live case study
Penelitian ini melalui pendekatan suatu peristiwa hukum yang
pada prosesnya masih berlangsung maupun belum berakhir
3. Penelitian hukum empiris
Suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat
hukum dan meneliti cara kerjanya hukum di lingkungan masyarakat,
karena berhubungan dengan masyarakat penelitian ini disebut juga
sebagai penelitian sosiologis dan terjun kelapangan memperhatikan,
meneliti dan memahaminya 22
penelitian empiris mula-mula
mempersiapkan konseptual berupa hukum, dihubungkan dalam dunia
kenyataan guna mengungkap adanya suatu kesenjangan antara hukum
dan realita juga menginvertarisasi peraturan perundangan-undangan
yang berlaku positif, isu-isu hukum, fenomena hukum bahkan juga
dugaan sementara dan fakta hukum tidak luput dari penelitian empiris
ini.23

22
Muhammad Syahrum M.H S. T., Pengantar Metodologi Penelitian Hukum: Kajian Penelitian Normatif,
Empiris, Penulisan Proposal, Laporan Skripsi Dan Tesis (Cv. Dotplus Publisher, 2022).
23
Nurul Qamar and Farah Syah Rezah, Metode Penelitian Hukum: Doktrinal dan Non-Doktrinal (CV. Social
Politic Genius (SIGn), 2020).
16

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ruang lingkup penelitian adalah batasan masalah atau subjek yang
ingin dikaji atau diteliti sebagaimana yang ada di dalam Skripsi, Tesis, maupun
Disertasi Di dalam membuat rumusan ada beberapa cara yaitu sebagai berikut:
- Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji
17

Seorang peneliti harus mencari peristiwa di sekitarnya yang patut dan menarik
diangkat, baik masalah sosial, kebudayaan, keagamaan, hal-hal yang mistis, dan
lain sebagainya.
- Menegaskan dengan cara membuat defenisi operasional permasalahan
- Dukung permasalahan dengan data sesuai lapangan secara rinci.
Setelah dapat permasalahan yang dicari dan sudah menegaskannya maka kita
mulai pencarian data apakah data yang kita dapatkan sesuai dengan yang
dilapangan dan rincikan setiap dari permasalahan yang diangkat.
- Deskripsikan pembahasan tersebut dengan menarik dan mudah untuk dipahami
dengan cara mengungkapkan harapan atau teori dan gambarkan kondisi tersebut

Obyek penelitian hukum dengan karakter keilmuan yang normatif


adalah norma hukum yang tersebar dalam peraturan hukum primer (primary
rules) dan peraturan hukum sekunder (secondary rules). Norma sebagai obyek
penelitian hukum menggambarkan perbedaan yang hakiki dengan ilmu lainnya
seperti ilmu pengetahuan alam yang menjadikan obyek penelitiannya adalah
gejala alam dari suatu benda bernyawa maupun benda tak bernyawa.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa cara meneliti hukum yang
dalam kontek ini berupa metode penelitian hukum terdiri dua jenis yakni :
a. Metode Penelitian Hukum Normatif yang meneliti hukum dari
perspektif internal dengan obyek penelitiannya adalah norma hukum.
b. Metode Penelitian Hukum Empiris yang meneliti hukum dari perspektif
eksternal dengan obyek penelitiannya adalah sikap dan perilaku sosial
terhadap hukum.
Penelitian Hukum Normatif berperan untuk mempertahankan aspek
kritis dari keilmuan hukumnya sebagai ilmu normatif yang sui generis. Oleh
karena itu landasan teoritis yang dipergunakan adalah landasan teoritis yang
terdapat dalam tataran Teori Hukum Normatif/Kontemplatif, sementara
Penelitian Hukum Empiris menggunakan landasan teoritis yang terdapat dalam
Teori Hukum Empiris atau teori-teori yang terdapat dalam Sosiologi Hukum.
2. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga bisa memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
18

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan


makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Irawan. “Psta 3-Tujuan, Manfaat Dan Ruang Lingkup Penelitian,” 2020.
Bruggink, J J H; 1996, “Relfleksi Tentang Hukum”, Terjm Arief Sidharta, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Cohen, Morris L & Olson, Kent C ; 1992, “Legal Research in A Nutshell”, St Paul
Minn, West Publishing Co.
19

Gijssel, Jan & Hoecke, Van ; 2000, “Apakah Teori Hukum Itu?”, Terjm Arief
Sidharta, Lab FU Universitas Katholik Parahyangan, Bandung.
Hart, H L A; 1981, “The Concept of Law”, Clarendon Press, Oxford.
Kelsen, Han; 1991, “General Theory of Norm”, Clarendon Press, Oxford.
Marzuki, P Mahmud; 2008, “Pengantar Ilmu Hukum”, Prenada Media Group,
Jakarta.
M.A.P, Dr Suyanto, SH , MH , M. Kn. Metode Penelitian Hukum Pengantar
Penelitian Normatif, Empiris dan Gabungan. Unigres Press, 2023.
M.H, Muhammad Syahrum, S. T. Pengantar Metodologi Penelitian Hukum:
Kajian Penelitian Normatif, Empiris, Penulisan Proposal, Laporan Skripsi
Dan Tesis. Cv. Dotplus Publisher, 2022.
M.Hum, Dr Dyah Ochtorina Susanti, S. H., and A’an Efendi M.H S. H. Penelitian
Hukum: Legal Research. Sinar Grafika, 2022.
M.Kom, Khairul Azan, M. Pd , Dr Nizamuddin, S. E. , M. Si , Oris Krianto
Sulaiman, S. T. , M. Kom , Putri Hana Pebriana, M. Pd , Dian Pratama, M.
Sc , Mizan Abrory, M. Pd , Mesra Wati Ritonga, M. Pd , Ade Silvana, M.
Pd , Roinah, M. Pd , Asep Nuhdi S. Th I. , M. Pd , Titin Sumarni. Teknik
Penulisan Karya Tulis Ilmiah; Panduan Praktis Untuk Dosen, Guru Dan
Mahasiswa. Cv. Dotplus Publisher, 2021.
M.M, Prof Dr Bambang Sugeng, M. A. Fundamental Metodologi Penelitian
Kuantitatif (Eksplanatif). Deepublish, 2022.
M.Pd, Drs Ismail, and Drs Bambang Triyanto M.M. PENULISAN KARYA
ILMIAH (SKRIPSI) : Suatu Pedoman. Penerbit Lakeisha, 2020.
Pd, Dr Sri Wahyuni Hasibuan, M., Dr Abdurrahman Misno MEI, Ansri Jayanti
M.Si S. S., Muhammad Sholahuddin Ph.D, Ujang Syahrul Mubarrok MM
SS , SE , M. Si, Dr Abdul Wahab M.Si S. Si, Dr Tasrim M.Si SE, Saryanto
M.Pd S. Pd T., Siswadi Sululing CPA SE , M. Ak , Ak , CA , Asean, and
Baso Iping M.Hum S. E. Metodologi Penelitian Bidang Muamalah,
Ekonomi Dan Bisnis. Media Sains Indonesia, 2021.
Qamar, Nurul, and Farah Syah Rezah. Metode Penelitian Hukum: Doktrinal dan
Non-Doktrinal. CV. Social Politic Genius (SIGn), 2020.
Ranuhandoko, I P M; 2013, “Terminologi Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta.
Sa’adah, Lailatus. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. LPPM Universitas KH.
A. Wahab Hasbullah, 2021.
Sari, Mila, Tri Siswati, Arico Ayani Suparto, Jonata, Ida Fitriana Ambarsari, Nur
Azizah, Wahyuningsih Safitri, Nur Hasanah, Agusti, and EviGravitiani.
20

Metodologi Penelitian. Global Eksekutif Teknologi, 2022.

Anda mungkin juga menyukai