PENYIMPANGAN SEKSUAL
(Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Keluarga)
Oleh:
FAKULTAS SYARI’AH
MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Psikologi Keluaga yang berjudul “Penyimpangan Seksual” ini sesuai dengan
yang telah ditargetkan. Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya demi
menyiarkan agama islam kepada umatnya.
Penulis telah menyusun makalah ini dengan sepenuh hati untuk menyelesaikan tugas
yang telah diberikan. Selain ditujukan untuk memenuhi tugas, penulis juga menaruh harapan
dengan disusunnya makalah ini dapat memperluas wawasan keilmuan bagi penulis maupun
pembaca. Dengan banyaknya bimbingan dan arahan dari seluruh pihak yang telah
memberikan sumbangsihnya dalam penyusunan makalah ini, maka penulis menghaturkan
banyak terima kasih. Khususnya kepada Ibu Faridatus Suhadak selaku dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Keluarga.
Selain dari semua itu, segala sesuatu pasti memiliki kekurangan. Seperti juga halnya
makalah ini, penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan masih jauh dari sempurna karena kurangnya ilmu dan pengalaman kami. Oleh
karena itu kami mohon kritik dan saran agar kami dapat lebih mengembangkan tulisan kami
dalam penulisan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Penyimpangan Seksual...............................................................................................5
B. Bentuk-bentuk Penyimpangan Seksual.........................................................................................6
C. Sebab-sebab Penyimpangan Seksual.............................................................................................8
D. Penyimpangan Seksual sebagai Penghambat Keluarga Sakinah...................................................9
E. Terapi terhadap Penyimpangan Seksual......................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................................................11
B. Daftar Pustaka.............................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan adanya hawa nafsu.
Mereka mebutuhkan satu sama lain untuk menupahkan hasratnya guna terpenuhinya
hawa nafsu tersebut. Tapi tidak sedikit dari mereka yang menyalurkan hasratnya
kepada seseorang yang tidak seharusnya seperti perempuan dengan perempuan dan
laki-laki dengan laki-laki sehingga terjadinya penyimpanan social. Banyak
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
2
Suyatno, 2009. Penyimpangan Seksual. Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Diponegoro.
3
Fitri R Ghozally dan Juniarta Karim, Ensiklopedi Seks, (Jakarta: Restu Agung 2009 ) hal 80
c. Transvestiisme adalah kelainan seks dimana pelakunya akan mendapatkan
kepuasan seks jika dia mengenakan pakaian lawan jenisnya.
d. Transeksual adalah perasaan diri sendiri yang merasa bahwa kelamin dan
fisiknya berlawanan, sehingga tak jarang penderitaanya melakukan operasi
kelamin. Individu yang secara genetis dan anatomisnya adalah pria atau wanita,
tetapi mengekspresikan dirinya dengan pikiran dan perasaan dari jenis kelamin
yang berlawanan dan berusaha mengubah jenis kelaminnya secara legal melalui
pengobatan hormonal atau pembedahan.
e. Pedofilia adalah terdiri dari dua unsure kata yakni pais-paidos; anak dan phileo-
philos : mencinta, jadi pedofilia adalah orang dewaasa yang menyalurkan
kepuasaan sekanya pada anak berupa memperlihatkan alat kelamin, membelai
mencium, mendekap menimang anak dengan greng dan merasa melakukan
senggama.
f. Incest adalah hubungan seks yang dilakukan oleh mereka yang masih kerabat
dekat,hubungan semacam ini melanggar aturan sehingga untuk melangsungkan
pernikahanya tidak ada izin, kebiasaan ini umumnya terjadi pada masyarakat
awam golongan rendah.
g. Sadisme adalah seorang yang mendapatkan kepuasan seks dengan menyiksa
pasanganya secara fisik dan mental. Kelainan seks dimana pelakunya akan
mendapatkan kepuasan seks jika sebelum bersetubuh dia menyksa dulu
pasanganya sesadis mungkin, penyiksaan tersebut tidak hanya berupa tamparan,
tendangan, gigitan, atau pukulan namun bisa lebih dari itu termasuk kalimat-
kalimat kasar menjadi ciri khas dari sadisme.
h. Bestially adalah kelainan seks yang diderita seseorang dimana kepuasan seks
bisa dirasakan saat melakukan hubungan seks dengan binatang. Manusia yang
suka melakukan hubungan seksual dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi,
kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
i. Zoophilia adalah kelainan seks yang hamper sama dengan bestiality dimana
sipelakunya bisa mendapatkan kepuasan seks hanya dengan mengelus hewan atau
melihatnya sedang melakukan aktivitas seks.
j. Voyeurisme adalah kelainan seks dimana pelakunya akan mendapatkan
kepuasan seks jika dia melihat orang telanjang, pelakunya sering melakukan
aktivitas mengintip orang mandi atau sedang berganti pakaian.
k. Eksibisionisme adalah kelainan seks dimana pelakunya akan mendapatkan
kepuasan seks saat dia berhasil mempertontonkan alat genital miliknya pada siapa
saja. Para pelaku eksibisionisme biasanya gemar menunjukkan organ vitalnya di
depan umum. Mereka sangat menyukai ketika korbannya menjerit ketakutan
ketika melihat alat kelaminnya. Kebiasaan melakukan senggama di tempat-tempat
umum seperti tepi pantai, di pinggir jalan tol, atau di kamar kecil untuk umum
merupakan variasi lain dari gejala ini.
b) Faktor Eksternal: a. Keluarga Salah satu yang berperan yaitu orang tua,
ketidaktahuan orang tua maupun sikap menabukan pembicaraan seks dengan anak,
bahkan cenderung membuat jarak dengan anak tentang permasalahan seksual
mengakibatkan pengetahuan anak tentang seks berkurang. b. Penyebaran
rangkasangan seksual melalui media massa Di era globalisasi dimana percepatan
pertumbuhan teknologi serta mudahnya mendapat segala informasi yang dibutuhkan
membuat penyebaran informasi mengenai hal hal yang berbau seksualitas mudah
untuk didapatkan.
d. Pernah menjadi korban suatu individu yang pernah menjadi korban pelecehan seks
atau pemerkosaan cenderung subyek yang paling rentan dalam menjadi pelaku
aktivitas penyimpangan seksual, hal ini terjadi karena individu ini sudah merasa
terlanjur terlibat meskipun menjadi korban sehingga munculah sifat atau keinginan
jiwa untuk tetap melanjutkan kegiatan penyimpangan seksual tersebut.4
e. Alkohol serta Obat Obatan Faktor ini merupakan faktor eksternal yang paling
sering ditemui, minuman serta obat obatan kerap membuat seseorang terpengaruh dan
tak sadarkan diri, hal ini dapat membuat seseorang tersebut menjadi tak sadarkan diri
dan melakukan tindak penyimpangan seksual.
4
Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja, Jakarta,PT Raja Grafindo Persada, 2011, hal 188
D. Penyimpangan Seksual sebagai Penghambat Keluarga Sakinah
Munculnya istilah keluarga sakînah merupakan penjabaran dari QS al-Rûm ayat 2:
Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan bahwa tujuan diciptakannya seorang istri
adalah agar suami dapat membangun sebuh keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis,
bahagia lahir batin, hidup tenang, tenteram, damai, dan penuh dengan kasih sayang. Istilah
“sakinah” digunakan al-Qur'an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah ini
memiliki akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal. Jadi, mudah
dipahami memang jika istilah itu digunakan al-Qur'an untuk menyebut tempat berlabuhnya
setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan
subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah wa rahmah) di antara sesama anggotanya5
2) Kasih sayang
Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga sakinah dibangun di atas kasih sayang
yang mengedepankan aspek komunikasi dan musyawarah sebagai bentuk dari pola hubungan
5
Siti Chadijah, “Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam,” Rausyan Fikr: Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan
14, no. 1 (2018).
6
Ibid.,
demokratis yang menjadi sarana bagi terwujudnya komunikasi dialogis. Sehingga dengan
adanya komunikasi tersebut tercapailah ketenangan, kedamaian, dan ketentraman dalam
rumah tangga.7
Metode ini dapat digunakan untuk menciptakan respon yang sesuai dan dapat diterima
pelaku untuk memperbaiki timbulnya gejala perilaku transeksualitas. Landasan asasnya ialah
sesuatu lawan pembiasaan menekankan respon baru untuk melawan respon yang salah.
Tujuannya agar respon yang salah lambat laun terhapus dari kebiasaan. Pada metode ini, para
pelaku transeksual harus membiasakan diri dalam befikir, bertindak dan beraktifitas
sebagaimana manusia normal pada umumnya untuk mendapatkan kesembuhan secara
maksimal di dalam dirinya.
Mencontoh dan meniru telah terbukti dapat membiasakan orang yang mengalami
gangguan penyimpangan seksual yaitu dengan cara mengamati atau melihat seseorang yang
7
Ibid.,
dapat diteladani. Orang tua, guru dan teman dekat dapat dijadikan sebagai contoh dalam
menghilangkan kebiasaan perilaku transeksual.
Pada metode ini, pelaku akan diminta untuk bergaul dengan orang-orang baik dan
shaleh, kemudian pelaku diminta untuk mengamati dan mengikuti pola perilaku orang-orang
yang baik tersebut. Biasanya metode ini sangat cocok untuk diterapkan dilingkungan agamis
seperti pondok pesantren.
4. Pembiasaan positif
Terapi dengan pembiasaan pisotif adalah dengan cara membiasakan dari mulai
berbicara, bergerak bertingkahlaku maupun berfikir semuanya harus berfikir positif (positif
thinking). Ketika seseorang selalu berfikir positif, dia tidak akan mudah menyalahkan
siapapun di dalam kehidupannya.
Para pelaku transeksual, dari mulai menyadari bahwa dirinya mengalami kelainan seksual
pada saat itu juga harus bisa menyadari bahwa semuanya itu adalah menjadi bagian dari
kehendak Allah dan apa yang terjadi di dalam dirinya itu merupakan akibat dari pendidikan
yang salah pada masa-masa sebelumnya. Ketika diawali dengan berfikir positif, maka segala
tindakan yang dilakukan pun akan menjadi positif.8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terjadinya praktek penyimpangan seksual tentunya merupakan hambatan untuk
mencapai konsep keluarga sakinah. Eksistensinya yang bertentangan dengan unsur-unsur
pembentuk keluarga sakinah merupkana bukti bahwa penyimpangan seksual bertentangan
dengan keluarga sakinah
Adapun terapi bagi para pelaku penyimpangan seksual harus dipilih dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada, agar terapi tersebut menjadi pilihan yang
ideal untuk mengatasi penyimpangan seksual yang terjadi didalam suatu keluarga.
Peran dari keluarga pelaku penyimpangan seksual tentunya sangat vital untuk
menunjang kelancaran terapi tersebut.
8
Jaja Suteja, “Model Terapi Terhadap Perilaku Penyimpangan Transeksual dalam Tinjauan Islam dan Psikologi
Pendidikan,” Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial dan Ekonomi 4, no. 1 (2016).
B. Daftar Pustaka
Fitri R Ghozally dan Juniarta Karim, “Ensiklopedi Seks”. Jakarta: Restu Agung 2009
Chadijah, Siti. “Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam.” Rausyan Fikr: Jurnal Pemikiran Dan
Pencerahan 14, no. 1 (2018).
Suteja, Jaja. “Model Terapi Terhadap Perilaku Penyimpangan Transeksual dalam Tinjauan Islam dan
Psikologi Pendidikan.” Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial dan Ekonomi 4, no. 1 (2016).