Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYIMPANGAN SEKSUAL

DI SUSUN OLEH:

YUSTIN NIWA LEPIR (202106080084)

LINARTI TEURUPUN (20206080084)

JULIANA PUTRI HANDAYANI (202106080087)

UNIVERSITAS KADIRI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas
berkat rahmat, nikmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan, yang mana
Beliau telah membawa umatnya dari alam yang gelap gulita kepada alam yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyusun makalah yang berjudul “PENYIMPANGAN SEKSUAL“ kami


berharap makalah Konsep Dasar Keperawatan ini akan sangat berguna dalam menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran  Konsep Dasar Keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari akan segala kekurangan dan
kemampuan yang sangat terbatas dimiliki oleh kami, sehingga dalam penulisan, penyusunan
kalimat dan dalam mencari sumber buku serta internet masih kurang dan teramat sulit.
Namun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat diselesaikan
untuk memenuhi tugas yang  telah diberikan oleh dosen pembimbing dan berusaha untuk
menjadikan yang terbaik.

Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran saran
yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap semoga
makalah ini dapat memenuhi harapan kita semua.

Kediri,15 maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................3

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................3

BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Penyimpangan Seksual................................................4
2.2 Faktor Penyebab Penyimpangan Seksual......................................6
2.3 Macam-macam Penyimpangan Seksual........................................8
2.4 Dampak Penyimpangan Seksual...................................................12
2.5 Usaha pencegahan penyimpangan seksual……………………….14

BAB III Penutup


3.1 Simpulan........................................................................................18

Daftar Pustaka.......................................................................................19
Saran……………………………………………………………………19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.
Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman
sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Manusia itu diciptakan
Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik),
mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual)
bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi
perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak. Manusia walaupun
diciptakanNya sempurna namun ada keterbatasan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyimpangan seksual?
2. Apa saja faktor penyebab penyimpangan seksual?
3. Apa saja macam-macam penyimpangan seksual?
4. Apa saja dampak dari penyimpangan seksual?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian penyimpangan seksual
2. Untuk mengetahui faktor penyebab penyimpangan seksual
3. Untuk mengetahui macam-macam penyimpangan seksual
4. Untuk mengetahui dampak dari penyimpangan seksual

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEKSUAL PENGERTIAN PENYIMPANGAN


Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan
abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual
perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment). Penyimpangan seksual
(deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang
ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar. Penyimpangan seksual kadang
disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang
diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin
heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum
dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam
masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi, 2010)
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar. (Abdullah, 2008)Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan
nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal
sehat. (Farhan, 2002). Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual
atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di
luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan
partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.

B. FAKTOR PENYEBAB PENYIMPANGAN SEKSUAL


1. Masalah seksual remaja, dipengaruhi oleh:
a) Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
(libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

5
b) Penundaan usia perkawinan
Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan
usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang
tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16
tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial
yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk
perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana
seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku
yang lain seperti ciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat
menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-
larangan tersebut.
c) Tabu-larangan
Ditinjau dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai
seks tentunya disebabkan karena seks dianggap sebagai bersumber pada
dorongan-dorongan naluri di dalam “id”. Dorongan-dorongan naluri seksual
ini bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada dalam “super ego”,
sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam
bentuk tingkah laku terbuka. Karena remaja (dan juga banyak orang dewasa)
pada umumnya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sulit diajak
berdiskusi tentang seks, terutama sebelum ia bersenggama untuk yang
pertama kalinya. Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya
komunikasi, khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan menyebabkan
perilaku seksual yang tidak diharapkan.
d) Kurangnya informasi tentang seks
Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan
yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung
pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah
dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan
orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua-
anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain
yang tidak akurat, khususnya teman.

6
e) Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan
mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota
besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan
yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akhibat
berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita
makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2002).

2. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai
faktor yaitu:
a) Waktu /saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami
tentang apa yang akan dialaminya.
b) Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
c) Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan
untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik
sehingga hubungan akan makin mendalam.
d) Hubungan antar mereka makin romantis.
e) Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak
untuk memasuki masa remaja dengan baik.
f) Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian
terhadap anak kurang baik.
g) Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan
mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan
adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya yang
ekonomin lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntunan, mereka mencari
kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan
sesuatu.
h) Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain
sering menggunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-
tempat sepi.
i) Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ngin
menunjukkan penampilan diri yang salah untuk menunjukkan

7
kemantapannya, misal mereka ingin menunjkkan bahwa mereka sudah
mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksnya.
j) Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat
terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat.
k) Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya mana yang boleh
dan mana tidak boleh.
l) Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah
merasa matang secara fisik.
m) Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
n) Penerimaan aktifitas seksual pacarnya.
o) Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.
p) Terjadi peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar
hormon reproduksi/seksual (Soetjiningsih, 2007).

C. MACAM-MACAM PENYIMPANGAN SEKSUAL


Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak
khusus remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar
yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan identitas jenis

Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin
dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat
kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang
menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan
kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya:

a) Transeksualisme
Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan
transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis
kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks),
tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual dan
beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).
b) Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak

8
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-
kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak
saja.

c) Gangguan identitas jenis tidak khas


Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan
tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya
seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi
penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya
sendiri (pada pria).
2. Parafilia

Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan


perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan
yang mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang
dikhayalkannya. Dapat dilihat dari tiga kategori :

a) Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:


1) Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul
atau penderitaan lainnya
2) Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan penderitaan
psikologik atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada
pasangan seksnya.
3) Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat
kelaminnya kepada orang lain.
4) Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual.
5) Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang.
6) Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari
lawan jenisnya.
7) Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan hubungan seksual
melalui anus
8) Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada
genitilia partnernya

b) Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang

9
1) Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari hubungan
dengan anak-anak.
2) Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang
3) Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari
binatang
4) Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus
dengan mayat.
5) Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno
lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal.
6) Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan
jenis.
7) .Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi
dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya.
8) Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu
darah.
9) Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran, faeces dan
urine.
10) Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya
sendiri.

c) Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksual :


1) Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar
biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya.
2) Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki.
3) romiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan banyak
orang.
4) Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.

3. Disfungsi Psikoseksual

Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada


perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah
seksual.

a) Hambatan selera seksual

10
Sukar atau tidak bisa timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan
meresap.

b) Hambatan gairah seksual:


Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia).
c) Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau
mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons
gairah seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas).
d) Hambatan orgasme wanita
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi
gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
e) Hambatan orgasme pria
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi
setelah terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
f) Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena
tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas
seksual.
g) Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik
pada pria maupun wanita.
h) Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama.

4. Ganguan seksual pada remaja

Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini
atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hambatan
gairah seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan
seks seperti vaginismus.

Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen melainkan


bersifat situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan
kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa menghambat

11
dorongan seksual karena status yang belum membolehkan untuk melakukan
hubungan seksual.

D. DAMPAK DARI PENYIMPANGAN SEKSUAL


Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi
dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga
banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan
cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba
mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang
diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi
sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental
maupun fisikdalam masa pertumbuhannya (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-
Hak Reproduksi BKKBN, 2001).
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat
adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal
dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya
terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-
ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang
yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat
berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa
diantaranya tidak dapat disembuhkan (Dianawati, 2006).
Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya
berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan
seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini
dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma
akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan
AIDS.
Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling
banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti
homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan
AIDS (Junaedi, 2010).

1. Gonorea

12
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah
kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan
menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya.
Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
2. Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit ini sangat berbahaya.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari
seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya
penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum.
3. Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh
bangsa yunani, romawi, dan louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa,
disebabkan oleh virus harpes simpleks.
4. Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat
menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim, saluran indung telur, dan saluran
kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya
cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika
kencing.
5. Candida
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina
terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi
berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
6. Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan
luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan
kelamin.
7. Granuloma inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang
terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan
berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.
8. Lymphogranuloma venereum

13
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi
seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotik tidak dapat
menanggulanginya.
9. AIDS
AIDS adalah sebuah singkatan dari “Acquired Immuno Deficiency” Syndrome.
Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.
10. HIV
HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”, yaitu sejenis virus
yang menyebabkan AIDS.
11. ARC
ARC merupakan singkatan dari “AIDS Related Complex”, menyebabkan timbulnya
pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal paha dan daerah lainnya.
12. Scabies
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”. Serangga tersebut
dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat berkembangbiak secara cepat.
13. PID
Merupakan singkatan dari “Pelvis Inflammatory Disease”, yaitu suatu penyakit
infeksi sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea atau clamydia.
14. Trichomonas infection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan
menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan
rasa gatal dan panas pada vagina tersebut.
15. Venereal warts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada laki-
laki, virus ni menyerang bagian kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya
menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).

2.5 USAHA-USAHA PENCEGAHAN PENYIMPANGAN SEKSUAL


a)    Sikap dan pengertian orang tua
            Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal diperankan
oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang melakukan
masturbasi sangat penting. Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum

14
dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orang tua perlu
mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar
pada anak.
             Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan pemberian hukuman
hanya akan menyebabkan anak putus asa dan menghentikan usaha untuk mencontohnya.
Sedangkan pengawasan yang bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih
memusatkan perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap.
Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur, sederhana dan terus terang
kepada anaknya pada saat-saat yang tepat berhubungan dengan perubahan-perubahan
fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dan fenomena sexual secunder lainnya.
Secara khusus, biasanya anak melakukan masturbasi jika punya kesempatan melakukannya.
Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi,
hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau bisa, hilangkan
kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-tempat yang sunyi, sepi dan
menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan kesempatan menyepi sendiri.
Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan
menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat untuk pergi ke tempat
sunyi dan melakukan masturbasi.
            Selain itu, menciptakan suasana rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri
anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan
membaca buku-buku dan gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak berolah raga,
khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya. Atau
membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan keolahragaan.

b)      Pendidikan seks
            Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah pada kebiasaan
masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-
menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex
information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan
penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana dan informatif.
            Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan
dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya.
Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai
pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.

15
c) Pengobatan
            Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali
kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah
ada gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah
banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik
diri atau adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa,
perversi maupun psikosa.
1. Farmakoterapi
a Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak
terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah.
Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
b Pengobatan dengan neuroleptik
a. Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan
peroral.
b. Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan sexual lebih
dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25
mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan.
c Pengobatan dengan transquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan
kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis
besar dapat menghambat fungsi sexual secara menyeluruh. Pada umumnya
obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant untuk
pendekatan psikologik. 

2. Psikoterapi
            Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan yang
cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap yang penuh pengertian
terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan
semua masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi.
Pada penderita yang datang hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan,
tindakan yang diperlukan hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yag sebenarnya

16
dari masturbasi. Pada kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan
memungkinkan dilakukan semacam interview sex education.
Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita
3. Hypnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi kompulsif,
yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah
masturbasi.
4. Genital Mutilation (Sunnat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara medis.Pada
beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan
mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang, dilakukan mutilasi genital
dengan model yang beraneka macam.
5. Menikah
Bagi /adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah dianjurkan untuk
menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan
masturbasi

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar. Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-
fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar
hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan
partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.

B. SARAN
Sebagai seorang perawat sebaiknya kita mengetahui tentang penyimpangan-
penyimpangan seksual, agar dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika
menemukan masalah penyimpangan seksual dilapangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, 2012. Pengertian penyimpangan sexsual. Jakarta. Google Chrome

Blogger Wawan, 2012. Bentuk-bentuk penyimpangan seksual di masyarakat. Solo.


Google     Chrome ( Blogger.com ).

Blogger Doni Saputra, 2012. Makalah penyimpangan seksual di Indonesia. Jakarta. Google
Chrome ( Blogger.com ).

Vina Dwi Laning. 2009. Sosiologi. Untuk SMA/MA kelas X. Jakarta. Pusat perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Blogger Dwi Septia. 2012. Cara cepat untuk Mencegah Penyimpangan Seksual. Jakarta.
Google Chrome ( Blogger.com ).

19

Anda mungkin juga menyukai