Psikologi Abnormal
Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................1
C. Tinjauan teori......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Gangguan Seksual dan identitas gender.............................................................3
B. Contoh dari tindakan menyimpangan gangguan seksual dan identitas gender. .4
C. Dampak gangguan seksual dan identitas gender................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tinjauan teori
1
1. Gangguan seksual
Gangguan Seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara tidak sewajarnya.
Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan
obyek seks yang tidak wajar atau tujuan seksual yang tidak wajar.
Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Penyebab lainnya yang diduga dapat menyebabkan perilaku seks
menyimpang ialah penyalahgunaan obat dan alkohol. Obat-obatan tertentu
memungkinkan seseorang yang memiliki potensi perilaku seks
menyimpang melepaskan fantasi tanpa hambatan kesadaran.
2. Identitas gender
Gangguan identitas gender selalu dikaitkan dengan identitas gender dan
identitas seksual. Untuk itu terlebih dahulu mari kita pahami apa yang
dimaksud dengan dua istilah tersebut. Istilah identitas gender (gender
identity) merujuk kepada persepsi diri inidividu sebagai seorang pria atau
wanita. Menurut Fausiah mengatakan bahwa identitas gender adalah
keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang
yang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan perempuan.1
1
Rilla Sovitriana, Kajian gender dalam tinjauan psikologi, Ponorogo: Wais Inspirasi Indonesia, 2020.
Hal 14
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan berbicara dengan cara yang seolah-olah menunjukkan bahwa mereka
lebih memilih menjadi individu dengan jenis kelamin yang lain. ciri penting
dalam gangguan identitas gender adalah penderitaan yang persisiten dan kuat
tentang jenis kelamin seseorang yang telah ditentukan dan keinginan untuk
menjadi jenis kelamin lain atau desakan bahwa ia adalah jenis kelamin lain.2
Perilaku penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan tata cara
serta norma- norma agama. Penyimpangan seks dikuasai oleh kebutuhan-
kebutuhan neorotis dengan dorongan-dorongan non-seksualistas dari pada
kebutuhan erotis yang pada akhirnya menutun seseorang pada tingkah laku
menyimpang.
Penyimpangan seksual ini dapat merugikan orang lain dan orang
banyak. Menurut Kartono menjelaskan bahwa ketidakwajaran seksual “sexual
perversion” itu mencakup perilaku seksual ataufantasi-fantasi seksual yang
diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluarhubungan kelamin
heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau dengan partneryang
belum dewasa dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual
dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.3
2
Mohd Yasir Alimi, Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial Dari Wacana Bangsa Hingga Wacana
Agama Yogyakarta: LKIS, 2004, hlm. 654-657.
3
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987, hlm. 185
4
Perzinaan ini dilakukan untuk memperoleh tambahan kepuasan seks yang
tidak terpenuhi dan bila dilakukan akan menimbulkan kecemasan, rasa
bersalah yang terus membayangi sehingga timbul kesengsaraan dan
penderitaan batin bagi sipelakunya karena telah melanggar norma agama
dan norma social di masyarakat.
2. Laki-laki Pencinta Laki-laki (Homoseksual)
Homoseksual adalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan
jenis kelamin yang sama, pria suka sama pria. Definisi homoseksual tidak
hanya diberlakukan untuk laki-laki, sebenernya wanita yang hanya Suka
terhadap sesamanya juga termasuk dalam kategori Homoseksual, tetapi di
masyarakat umum istilah lesbianisme lebih dikenal untuk wanita yang
suka sama wanita. Padahal arti Homo sendiri berarti sama, sejenis atau
satu golongan.
3. Pencinta seks anak (Pedofilia erotica)
Berasal dari kata paido (anak) dan philein (mencintai). Orang dewasa yang
merasakan kepuasan seksual dengan mengadakan persetubuhan dengan
anak- anak. Biasanya dilakukan oleh orang yang mempunyai kelainan
mental. Pedofil membahayakan perkembangan seksualitas anak-anak.
Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan secara cermat lingkungan
pergaulan anaknya, istilahnya dia akan merasa aman secara psikis justru
dilingkungan anak-anak. Seorang yang pedofilia umumnya impoten atau
kurang paten dalam hubungan heteroseksual biasa.
4. Waria (Transvetisme)
Transvetisme adalah Seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi
secara psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan. Ia
akan berperilaku dan berpakaian seperti perempuan Untuk mendapatkan
kegairahan seksual. Seorang transvestit memakai pakaian wanita (cross-
dressing) sebagai pernyataan identifikasi dirinya wanita (fiminine
identification). Bangkitnya rangsangan seksual dan orgasme menandakan
kemenangan atas identifikasi feminim itu.
5
5. Pamer alat Vital (Ekshibionisme)
Kata ini berasal dari bahasa latin exhibere, yang berarti menunjukkan.
Adapun menurut istilahnya orang yang merasa puasa dengan
memamerkan organ tubuhnya sendiri kepada orang yang tidak dikenalnya
dengan tujuan untuk mendapatkan kegairahan seksual, tanpa upaya lanjut
untuk mengadakan aktivitas seksual dengan orang yang tidak dikenalnya
itu. Misalnya, pria memamerkan alat kelamin genitalnya dan wanita
memamerkan payudaranya. Kepuasan seksual didapat dari melihat reaksi
seperti : terperanjat, takut, kagum atau jijik yang berasal dari orang yang
menyaksikannya. Orgasme dicapai dengan melakukan masturbasi pada
waktu atau setelah kejadian itu. Penyebabnya antara lain pemalu, merasa
tidak aman, rendah diri dan sebagainya. Gejala ini lebih banyak terdapat
pada pria.4
1. Lesbian
Lesbi adalah label yang diberikan untuk menyebut homoseksual
perempuan atau perempuan yang memiliki hasrat seksual dan emosi
kepada perempuan lainnya. Lesbi adalah perempuan yang memiliki hasrat
seksual dan emosi kepada perempuan lain atau perempuan yang secara
sadar mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbi.
2. Gay
Gay adalah sebutan untuk pria yang memiliki homoseksualitas pria.
Pendapat yang selaras pun dikemukakan oleh Nevid, Rathus, dan Greene
menyatakan bahwa homoseksual adalah kecenderungan orientasi seksual
yang ditandai dengan minat erotis dan keinginan untuk membangun
hubungan romantis terhadap sesama jenis kelaminnya. VandenBos
menjelaskan homoseksual adalah dorongan seksual.
3. Biseksual
4
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Pers,
2002). Ed. Ketiga, 1355
6
Biseksual adalah orang yang tertarik kepada kedua jenis kelamin yaitu
baik laki-laki ataupun perempuan. Misalkan seorang remaja pada masa
perkembangannya terkadang mengalami fase kebingungan apakah dia
tertarik pada orang yang berlainan gender (heteroseksual) atau tertarik
pada orang yang memiliki gender yang sama (homoseksual) bahkan
beberapa mengalami ketertarikan pada semua gender (biseksual).5
Secara umum dampak gangguan seksual dan identitas gender sebagai berikut:6
1. Dampak kesehatan
Beberapa data dan menganggap bahwa seseorang yang memiliki
gangguan seksual dan identitas gender sangat berisiko terkena penyakit
menular seperti HIV dan dapat menularkan ke siapa saja dan oleh karena
itu sebaiknya mendapatkan prioritas di tempat-tempat pelayanan
kesehatan.
2. Dampak social
Sering mendapatkan stigma buruk oleh masyarakat serikat karena
dianggap tidak sesuai norma dan agama. Akan tetapi apabila seseorang
yang memiliki gangguan seksual dan identitas gender bisa menjaga sikap
dengan baik dan membina hubungan dengan orang-orang umum di sekitar
mereka. Sebaliknya apabila seseorang yang memiliki gangguan seksual
dan identitas gender kurang bisa menjaga sikap terlebih membuat
komunitas atau tempat berkumpul, masyarakat menjadi khawatir karena
takut akan mempengaruhi orang-orang di lingkungan tersebut terutama
anak-anak.
3. Dampak Pendidikan
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka,
2008), cet. Ke-1, ed. Ke-IV, 199
6
Ihsan Dacholfany & Khoirurrijal, Dampak Lgbt Dan Antisipasinya Di Masyarakat, Nizham, Vol. 05,
No. 01, 2016, Hal. 111
7
Dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang
menganggap dirinya gangguan seksual dan idendittas gender akan
menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa
normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Di sisi lain banyak
terjadi bullying ke siswa-siswa yang terduga gangguan seksual dan
identitas seksual, akan tetapi pihak guru sepertinya tidak berusaha untuk
menanganinya dan terkesan mendiamkan perbuatan buruk tersebut.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Rilla Sovitriana, Kajian gender dalam tinjauan psikologi, Ponorogo: Wais Inspirasi
Indonesia, 2020
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987
10