Anda di halaman 1dari 13

GANGGUAN SEKSUAL DAN IDENTITAS GENDER

Psikologi Abnormal

Disusun oleh :

1. Finos Martino ( 202169110083 )


2. Kiki Nur Ikhsan ( 202169110076 )

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan YME.  atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................1
C. Tinjauan teori......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Gangguan Seksual dan identitas gender.............................................................3
B. Contoh dari tindakan menyimpangan gangguan seksual dan identitas gender. .4
C. Dampak gangguan seksual dan identitas gender................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang


paling peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan
seksual . Hal ini dapat terjadi karena dalam perkembangan cenderung
memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya
hormon seksual dan organ-organ reproduksi. Keadaan ini menyebabkan
rentannya perilaku remaja yang mengarah kepada terpuaskannya dorongan
seksual. Orang-orang yangtidak dapat mengendalikannya, maka akan
terjerumus ke dalam penyimpangan seksual, misalnya pemerkosaan,
pornografi, dan hubungan bebas.
Ironisnya, selain gangguan seksual, gangguan identitas gender ternyata
juga kian meluas di kalangan masyarakat. Pada dasarnya, gangguan identitas
gender adalah pola tingkah laku yang berulang dan menetap dimana terjadi
pelanggaran norma norma sosial dan peraturan utama setempat, Gangguan
tingkah laku tersebut mencakup perusakan benda, pencurian, berbohong
berulang-ulang. pelanggaran serius terhadap peraturan, dan kekerasan
terhadap hewan atau orang lain. Etiologi gangguan tingkah laku meliputi
psikodinamika, faktor sosial, dinamika keluarga, pengelolaan jasmaniah yang
tidak wajar dan biologis.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ganggual seksual dan identitas gender?


2. Apa saja contoh dari tindakan menyimpangan gangguan seksual dan
identitas gender?
3. Bagaimana dampak dari adanya gangguan seksual dan identitas gender?

C. Tinjauan teori

1
1. Gangguan seksual
Gangguan Seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara tidak sewajarnya.
Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan
obyek seks yang tidak wajar atau tujuan seksual yang tidak wajar.
Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Penyebab lainnya yang diduga dapat menyebabkan perilaku seks
menyimpang ialah penyalahgunaan obat dan alkohol. Obat-obatan tertentu
memungkinkan seseorang yang memiliki potensi perilaku seks
menyimpang melepaskan fantasi tanpa hambatan kesadaran.
2. Identitas gender
Gangguan identitas gender selalu dikaitkan dengan identitas gender dan
identitas seksual. Untuk itu terlebih dahulu mari kita pahami apa yang
dimaksud dengan dua istilah tersebut. Istilah identitas gender (gender
identity) merujuk kepada persepsi diri inidividu sebagai seorang pria atau
wanita. Menurut Fausiah mengatakan bahwa identitas gender adalah
keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang
yang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan perempuan.1

1
Rilla Sovitriana, Kajian gender dalam tinjauan psikologi, Ponorogo: Wais Inspirasi Indonesia, 2020.
Hal 14

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gangguan Seksual dan identitas gender

Gangguan identitas gender selalu dikaitkan dengan identitas gender


dan identitas seksual. Fausiah mengatakan bahwa identitas gender adalah
keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang yang
berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan perempuan. Gender
sendiri memiliki arti yang berbeda dengan jenis kelamin (sex). Gender
merupakan intepretasi sosio-kultural, seperangkat peran yang telah di
konstruksi oleh masyarakat bagaimana menjadi laki-laki atau perempuan.
Sementara gangguan identitas gender atau yang lebih dikenal dengan
transeksual adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria
atau wanita dimana terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan
identitas gendernya. Jadi seseorang dengan gangguan identitas gender merasa
bahwa ia terperangkap dalam tubuh yang salah, ia merasa tidak sesuai dengan
jenis kelamin yang dimilikinya. Sehingga ada keinginan agar tubuhnya seperti
lawan jenisnya dengan melakukan operasi kelamin dan mengkonsumsi
hormon. Harry Benjamin mendefinisikan gangguan identitas gender sebagai
berikut :
“True transexual feel that they belong to the other sex, they want to be and
function of as members of the opposite sex, not only to appear as such. For
them, their organs, the primary (testes) as will as the secondary (penis and
other) as disgusting deformities that must be changed by the surgeon’s
knife… only because of the recent great advences in endocrinology and
surgical techniques has the picture changed."
Para peneliti dalam topik gangguan identitas gender telah melakukan
usaha yang besar untuk menemukan usia perkembangan ketika kondisi ini
pertama kali terdeteksi. Penetapan ketidakpuasan terhadap gender sulit
ditentukan karena adanya fakta bahwa banyak anak muda yang berperilaku

3
dan berbicara dengan cara yang seolah-olah menunjukkan bahwa mereka
lebih memilih menjadi individu dengan jenis kelamin yang lain. ciri penting
dalam gangguan identitas gender adalah penderitaan yang persisiten dan kuat
tentang jenis kelamin seseorang yang telah ditentukan dan keinginan untuk
menjadi jenis kelamin lain atau desakan bahwa ia adalah jenis kelamin lain.2
Perilaku penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan tata cara
serta norma- norma agama. Penyimpangan seks dikuasai oleh kebutuhan-
kebutuhan neorotis dengan dorongan-dorongan non-seksualistas dari pada
kebutuhan erotis yang pada akhirnya menutun seseorang pada tingkah laku
menyimpang.
Penyimpangan seksual ini dapat merugikan orang lain dan orang
banyak. Menurut Kartono menjelaskan bahwa ketidakwajaran seksual “sexual
perversion” itu mencakup perilaku seksual ataufantasi-fantasi seksual yang
diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluarhubungan kelamin
heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau dengan partneryang
belum dewasa dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual
dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.3

B. Contoh dari tindakan menyimpangan gangguan seksual dan identitas


gender

Gangguan sexsual dan identitas gender telah muncul lebih banyak


dalam kalangan masyarakat saat ini. Hal-hal ini perlu diwaspadai, serta perlu
dikenali beberapa contohnya. Yaitu:
1. Perzinaan
Hubungan seksual antara dua orang yang bukan merupakan suami-istri,
baik dilakukan oleh seorang perjaka dengan perawan atau orang-orang
yang sudah berumah tangga untuk memuaskan dorongan seksual sesaat.

2
Mohd Yasir Alimi, Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial Dari Wacana Bangsa Hingga Wacana
Agama Yogyakarta: LKIS, 2004, hlm. 654-657.
3
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987, hlm. 185

4
Perzinaan ini dilakukan untuk memperoleh tambahan kepuasan seks yang
tidak terpenuhi dan bila dilakukan akan menimbulkan kecemasan, rasa
bersalah yang terus membayangi sehingga timbul kesengsaraan dan
penderitaan batin bagi sipelakunya karena telah melanggar norma agama
dan norma social di masyarakat.
2. Laki-laki Pencinta Laki-laki (Homoseksual)
Homoseksual adalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan
jenis kelamin yang sama, pria suka sama pria. Definisi homoseksual tidak
hanya diberlakukan untuk laki-laki, sebenernya wanita yang hanya Suka
terhadap sesamanya juga termasuk dalam kategori Homoseksual, tetapi di
masyarakat umum istilah lesbianisme lebih dikenal untuk wanita yang
suka sama wanita. Padahal arti Homo sendiri berarti sama, sejenis atau
satu golongan.
3. Pencinta seks anak (Pedofilia erotica)
Berasal dari kata paido (anak) dan philein (mencintai). Orang dewasa yang
merasakan kepuasan seksual dengan mengadakan persetubuhan dengan
anak- anak. Biasanya dilakukan oleh orang yang mempunyai kelainan
mental. Pedofil membahayakan perkembangan seksualitas anak-anak.
Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan secara cermat lingkungan
pergaulan anaknya, istilahnya dia akan merasa aman secara psikis justru
dilingkungan anak-anak. Seorang yang pedofilia umumnya impoten atau
kurang paten dalam hubungan heteroseksual biasa.
4. Waria (Transvetisme)
Transvetisme adalah Seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi
secara psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan. Ia
akan berperilaku dan berpakaian seperti perempuan Untuk mendapatkan
kegairahan seksual. Seorang transvestit memakai pakaian wanita (cross-
dressing) sebagai pernyataan identifikasi dirinya wanita (fiminine
identification). Bangkitnya rangsangan seksual dan orgasme menandakan
kemenangan atas identifikasi feminim itu.

5
5. Pamer alat Vital (Ekshibionisme)
Kata ini berasal dari bahasa latin exhibere, yang berarti menunjukkan.
Adapun menurut istilahnya orang yang merasa puasa dengan
memamerkan organ tubuhnya sendiri kepada orang yang tidak dikenalnya
dengan tujuan untuk mendapatkan kegairahan seksual, tanpa upaya lanjut
untuk mengadakan aktivitas seksual dengan orang yang tidak dikenalnya
itu. Misalnya, pria memamerkan alat kelamin genitalnya dan wanita
memamerkan payudaranya. Kepuasan seksual didapat dari melihat reaksi
seperti : terperanjat, takut, kagum atau jijik yang berasal dari orang yang
menyaksikannya. Orgasme dicapai dengan melakukan masturbasi pada
waktu atau setelah kejadian itu. Penyebabnya antara lain pemalu, merasa
tidak aman, rendah diri dan sebagainya. Gejala ini lebih banyak terdapat
pada pria.4

Sedangkan untuk contoh gangguan identitas gender adalah:

1. Lesbian
Lesbi adalah label yang diberikan untuk menyebut homoseksual
perempuan atau perempuan yang memiliki hasrat seksual dan emosi
kepada perempuan lainnya. Lesbi adalah perempuan yang memiliki hasrat
seksual dan emosi kepada perempuan lain atau perempuan yang secara
sadar mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbi.
2. Gay
Gay adalah sebutan untuk pria yang memiliki homoseksualitas pria.
Pendapat yang selaras pun dikemukakan oleh Nevid, Rathus, dan Greene
menyatakan bahwa homoseksual adalah kecenderungan orientasi seksual
yang ditandai dengan minat erotis dan keinginan untuk membangun
hubungan romantis terhadap sesama jenis kelaminnya. VandenBos
menjelaskan homoseksual adalah dorongan seksual.
3. Biseksual
4
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Pers,
2002). Ed. Ketiga, 1355

6
Biseksual adalah orang yang tertarik kepada kedua jenis kelamin yaitu
baik laki-laki ataupun perempuan. Misalkan seorang remaja pada masa
perkembangannya terkadang mengalami fase kebingungan apakah dia
tertarik pada orang yang berlainan gender (heteroseksual) atau tertarik
pada orang yang memiliki gender yang sama (homoseksual) bahkan
beberapa mengalami ketertarikan pada semua gender (biseksual).5

C. Dampak gangguan seksual dan identitas gender

Secara umum dampak gangguan seksual dan identitas gender sebagai berikut:6
1. Dampak kesehatan
Beberapa data dan menganggap bahwa seseorang yang memiliki
gangguan seksual dan identitas gender sangat berisiko terkena penyakit
menular seperti HIV dan dapat menularkan ke siapa saja dan oleh karena
itu sebaiknya mendapatkan prioritas di tempat-tempat pelayanan
kesehatan.
2. Dampak social
Sering mendapatkan stigma buruk oleh masyarakat serikat karena
dianggap tidak sesuai norma dan agama. Akan tetapi apabila seseorang
yang memiliki gangguan seksual dan identitas gender bisa menjaga sikap
dengan baik dan membina hubungan dengan orang-orang umum di sekitar
mereka. Sebaliknya apabila seseorang yang memiliki gangguan seksual
dan identitas gender kurang bisa menjaga sikap terlebih membuat
komunitas atau tempat berkumpul, masyarakat menjadi khawatir karena
takut akan mempengaruhi orang-orang di lingkungan tersebut terutama
anak-anak.
3. Dampak Pendidikan

5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka,
2008), cet. Ke-1, ed. Ke-IV, 199
6
Ihsan Dacholfany & Khoirurrijal, Dampak Lgbt Dan Antisipasinya Di Masyarakat, Nizham, Vol. 05,
No. 01, 2016, Hal. 111

7
Dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang
menganggap dirinya gangguan seksual dan idendittas gender akan
menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa
normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Di sisi lain banyak
terjadi bullying ke siswa-siswa yang terduga gangguan seksual dan
identitas seksual, akan tetapi pihak guru sepertinya tidak berusaha untuk
menanganinya dan terkesan mendiamkan perbuatan buruk tersebut.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Identitas gender dan gangguan seksual seseorang adalah bagaimana


seseorang merasa bahwa ia merupakan seorang pria atau wanita, dimana
terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas gendernya.
Konsep tentang normal dan abnormal dipengaruhi oleh factor social budaya,
Gangguan sexsual dan identitas gender telah muncul lebih banyak
dalam kalangan masyarakat saat ini. Hal-hal ini perlu diwaspadai, serta perlu
dikenali beberapa contohnya yaitu perzinaan, laki-laki pecinta laki-laki,
pecinta seks anak, waria, pamer alat vital, sedangkan gangguan seksual itu
seperti lesbi, gay dan biseksual,.
Perilaku seksual dianggap normal apabila sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat dan dianggap abnormal apabila menyimpang dari
kebiasaan yang ada di masyarakat. Gangguan identitas gender bermula di
masa kanak-kanak hal itu dihubungkan dengan banyaknya perilaku lintas-
gender, seperti berpakaian seperti lawan jenisnya, lebih suka bermain dengan
teman-teman dari lawan jenis, dan melakukan permainan yang secara umum
dianggap sebagai permainan lawan jenisnya. Gangguan identitas gender pada
anak-anak biasanya teramati oleh orang tua ketika si anak berusia antara 2-4
tahun
B.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rilla Sovitriana, Kajian gender dalam tinjauan psikologi, Ponorogo: Wais Inspirasi
Indonesia, 2020

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT


Gramedia Pustaka, 2008

Ihsan Dacholfany & Khoirurrijal, Dampak Lgbt Dan Antisipasinya Di Masyarakat,


Nizham, Vol. 05, No. 01, 2016

Mohd Yasir Alimi, Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial Dari Wacana Bangsa


Hingga Wacana Agama Yogyakarta: LKIS, 200

Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987

10

Anda mungkin juga menyukai