Dosen pembimbing
Pak Aksa S.Pd., M.Pd
Disusun oleh:
Anisa Bachtiar 40200122047
Arinal Hidayat 40200122048
Hidayat nur Wahid 40200122050
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Seksualitas dalam masyarakat
modern" ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada matakuliah
Sosiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari, makalah
yang Kami tulis ini masih jauh dari katasempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar belakang.............................................................................................................4
B. Rumusann masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan penulisan.........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................7
A. Kesimpulan.................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada zaman modern saat ini semua informasi tidak tertutup oleh ruang dan waktu,
karena saat ini telah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
memudahkan individu melakukan segala aktivitas dalam segala bidang kehidupan.
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga mengakibatkan
adanya penyerapan budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
Salah satu bentuk penyerapan budaya asing yaitu seks bebas yang dipandang negatif bagi
budaya Indonesia namun kini dianggap sebagai trend bahkan ada yang menyebutkan
sebagai lifestyle (Rosiana, 2008, Pendidikan Seks Harus Diberikan Sejak Dini.
Hal ini didukung juga oleh data yang diperoleh dari internet yang menyebutkan
bahwa 1,5 juta aborsi dilakukan oleh para remaja (dari total data 2,4 juta per tahun), lebih
dari 500 video porno buatan remaja dibuat pada kurun waktu 2004-2007. Setiap hari, 2
video porno terbaru buatan remaja Indonesia tersebar lewat internet dan handphone,
angka hamil di luar nikah yang berujung pada pernikahan dini.
Menurut Fishbein & Ajzen (1975:288) intensi adalah kemauan atau niat untuk
melakukan suatu tindakan atau perilaku, sehingga kekuatan intensi dilihat dari besarnya
kemauan individu untuk melakukan perilaku tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Suksualitas dalam masyarakat modern
2. Aspek dan faktor-faktor seksualitas
3. Dampak Negatif seksualitas
4. Kompleksitas persoalan seksual dalam masyarakat modern
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui seksualitas dalam masyarakat modern
2. Untuk mengetahui aspek-aspek seksualitas
3. Untuk mengetahui dampak Negatif seksualitas
4. Untuk mengetahui kompleksitas persoalan seksual dalam masyarakat modern
4
BAB II
PEMBAHASAN
Seks: Merupakan penamaan fungsi biologis (alat kelamin dan fungsi reproduksi)
tanpa ada judgemental atau hubungannya dengan norma.Perbedaan badani atau biologis
perempuan danlaki-laki, yang sering disebut jenis kelami.
Seksual :Merupakan aktifitas seks yang juga melibatkan organ tubuh lain baik
fisik maupun non fisik.
Orientasi seksual Ketertarikan baik secara fisik, emosional, romantisme, dan atau
seksual pada jenis kelamin tertentu contoh orientasi seksual:
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi faktor
pendorong perilaku remaja disisi lain lingkungan sosial juga dapat membuat perubahan
perilaku perilaku seksual remaja, baik remaja dari rumah tangga migran maupun non
migran.
5
Sebanyak 5.07 persen remaja yang belum menikah pernah melakukan hubungan
seksual pranikah yang dilakukan baik oleh remaja dari rumah tangga migran maupun
non migran. Berdasarkan jenis kelamin, perilaku seksual pranikah lebih sering
dilakukan oleh anak perempuan dibandingkan laki-laki. Sedangkan usia pertama kali
melakukan hubungan seksual pranikah paling banyak dilakukan oleh remaja usia 18
tahun (35 persen), berbeda dengan persepsi mereka terhadap usia menikah
Orientasi seksual dan gender merupakan dua hal yang berbeda. Perempuan
yang maskulin belum tentu homoseksual, begitu pula sebaliknya, laki-laki yang
maskulin juga belum tentu heretoseksual. Gender maupun orientasi seksual memiliki
perdebatan mengenai sumber, atau asal usulnya, apakah itu bersifat bawaan (nature),
atau dibentuk oleh lingkungan (curture) masyarakat adalah kesatuan yang terikat oleh
nilai, norma, dan kepercayaan bersama. Kebebasan seseorang untuk mengekspresikan
orientasi seksualnya tidak bisa lepas dari kondisi nilai, norma, dan kepercayaan yang
berlaku di masyarakat tempat individu tersebut berada
6
Nilai dan norma yang berlaku di masyarakat luas menganggap heteroseksual
sebagai orientasi seksual yang normal, sedangkan homoseksual atau biseksual
dianggap sebagai orientasi seksual yang menyimpang.
5. Penanganan prostitusi
Usaha untuk mengatasi prostitusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: usaha yang
bersifat peventif serta tindakan yang bersifat represif dan kuratif. Usaha bersifat
preventif diwujudkan dalam kegiatan-kegiatann untuk mencegah terjadinya prostitusi.
Kegiatan yang berupa usaha preventif antara lain:
1) Penyempurnaan perundang-undangan mengenai larangan atau pengaturan
penyelenggaraan prostitusi.
2) Intensifikasi pemberian penddidikan keagamaan dan kerohanian, untuk
memperkuat keimanan terhadap nilai-nilai religius dan norma kesusilaan.
Aspek Biologis
Aspek-aspek ini memandang dari segi biologis, seperti pandangan anatomi
dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, dan
adanya hormonal, serta sistem saraf yang berhubungan dengan kebutuhan
seksual.
Aspek Psikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah
perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitas, serta memandang
gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
Aspek sosial budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di
masyarakat terhadap kebutuhan seksual.
Agama
Pandangan agama tertentu yang diajarkan dari orang tua atau sekitar,
ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang.
Contohnya seperti konsep tentang keperawatan, yang dapat diartikan
sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk Agam
tertentu.
Budaya, nilai, dan keyakinan
Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas
dapat memengaruhi individu.
TiapTiap budaya mempuyai norma-norma tertentu tentang identitas
dan perilaku seksual.
BudayaBudaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara
stimulasi seksual, dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual.
Peran dan hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
memengaruhi kualitas hubungan seksualnya.
Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi
rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksual.
Kebisaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
Tubuh, jiwa, dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama
untuk dapat mencapai kepuasan seksual.
TraumaTrauma, stres, atau penyakit dapat memengaruhi kemampuan
individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari
yang tentunya juga memengaruhi ekspresi seksualitasnya.
KebiasaanKebiasaan tidur, istirahat, asupan gizi, dan pandangan hidup
yang positif juga berkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan.
9
Proses Perkembangan
Proses perkembangan manusia juga memengaruhi aspek psikososial,
emosional dan biologis kehidupan yang selanjutnya akan memengaruhi
seksualitas individu.
Sejak lahir, gender, atau seks memengaruhi perilaku individu
sepanjang kehidupan seseorang.
Budaya Seks bebas lebih banyak menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan
martabat kaum remaja atau dewasa yang melakukannya. Dampak negatif tersebut adalah:
2. Prestasi menurun
Apabila seorang remaja sudah melakukan seks bebas, maka pikirannya akan selalu
tertuju pada hal negatif tersebut. Rasa ingin mengulanginya selalu ada, sehingga
tingkat kefokusannya dalam mengikuti proses belajar akan menurun. Malas belajar,
malas mengerjakan tugas dan lain sebagainya dapat menurunkan prestasi remaja
tersebut.
10
7. Terjangkit Penyakit
Mudah terjangkit penyakit HIV/AIDS serta penyakit-penyakit kelamin yang
mematikan, seperti peny VB herpes dan kanker mulut rahim. Jika hal tersebut terus
dilakukan, penyakit tersebut dapat menularkannya pada orang lain disekitarnya dan
cukup membahayakan.
11
Yang kini melumpuhkan aktifisme mahasiswa bukan semprotan gas air mata
Brimob, tapi semprotan parfum Paris. Daya juang mahasiswa sebagai pejuang hak
asasi manusia tidak lagi diuji di ruang interogasi markas Kodim atau Polres, tapi di
plaza, café, diskotek, atau kamar kos yang kerap menjadi tempat paling kondusif bagi
ekspresi seksualitas bebas bersama pasangannya.
Kita layak bertanya heran, kenapa justru di dunia pendidikan, potret moralitas
seksual menjadi begitu suram dan kusut?. Apa yang salah dengan pendidikan kita?.
Kita memang tidak dapat sepenuhnya menyalahkan sistem pendidikan, tapi refleksi
kritis terhadapnya kiranya akan lebih baik daripada secara apriori membiarkan
pendidikan berlepas tangan dari tanggung jawabnya untuk ikut serta mengawal
moralitas kamanusiaan agar tetap beradab.
12
13
2. Pergeseran Cara Pandang
Tampaknya, persepsi masyarakat terhadap seks telah banyak berubah. Dahulu,
dimensi prokreasi (seks sebagai sarana untuk melanjutkan keturunan) dipandang
sebagai fungsi utama seks, sehingga harus diwadahi dalam perkawinan. Kini, fungsi
rekreatiflah yang ditonjolkan sehingga untuk memperoleh kenikmatan seks seseorang
tidak harus menikah terlebih dahulu. Ia dapat mengakses kenikmatan seksual dengan
pacar atau menggunakan jasa para penjaja cinta. Bahkan seks tidak jarang dipandang
sebagai cara ampuh untuk membina relasi bisnis atau sekedar persahabatan.
Ambiguitas persepsi sosial terhadap dunia seks komersil juga tampak jelas. Di
satu sisi, prostitusi dipandang sebagai salah satu patologi sosial yang harus dicari
solusinya, tapi di sisi lain banyak lokalisasi yang justu dilindungi bahkan dijadikan
sebagai salah satu sumber pendapatan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Kenyataan ini tampak jelas terlebih lagi di daerah-daerah pariwisata yang menjadikan
seks sebagai komoditi yang layak jual dan menjanjikan.
Pandangan terhadap seks seperti ini menyebabkan seks tidak lagi harus
dikorelasikan dengan tanggung jawab. Bermain seks tidak berarti harus bertanggung
jawab sehingga seks bisa dilakukan dengan siapa saja: pacar, teman, relasi bisnis,
pelacur atau bahkan dengan orang yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya.
Banyaknya kasus-kasus aborsi, atau penyakit menular seksual adalah realitas ikutan
(dampak) dari sikap seperti ini.
14
Puncak absurditas perilaku seksual kaum jet set Jakarta tampak jelas dari
judul-judul tulisan yang ada dalam buku tersebut. Simak saja judul-judul berikut:
Service Dobel-Tripel VIP Sauna, Seks Bulan Madu Pajero Goyang, Chicken Nite
Private Party, Ladies Escort No Hand Service, Seks Sandwich Sashimi Girls, Blue
Nite Cowboy Stripper, “Tukar Kelamin” Party of The Year, dan seabrek judul lain
yang susah dipahami, bahkan oleh imajinasi seksual terliar laki-laki normal sekalipun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpula
Terjadinya seks bebas di kalangan remaja dikarenakan banyak faktor, yang
paling utama adalah pesatnya perkembangan jaman. Hal tersebut membuat pergaulan
menjadi bebas sehingga banyak remaja yang bergaul tanpa batasan dan etika. Dari
faktor-faktor penyebab seks bebas yang terurai diatas, dapat diketahui bahwa hal – hal
tersebut harus diperhatikan dan harus dihindarkan dari remaja. Mengetahui dari
dampak- dampak yang dihasilkan seks bebas, ternyata itu sangat mempengaruhi masa
depan remaja. Bayangkan apabila seorang remaja yang hamil akibat seks bebas itu
dengan terpaksa harus putus di bangku sekolah akibat ulahnya. Bilamana seorang
remaja ternyata terinfeksi oleh penyakit HIV, pastilah remaja itu harus diasingkan
agar tidak menularkan penyakit. Dari dampak- dampak diatas, dikethaui bahwa ada
baiknya remaja dari sedini mungkin sudah diberikan pemahaman yang benar
mengenai seks bebas. Perlu ada dan diingatkan terus untuk melakukan refleksi moral
agar kelak remaja tersebut mengerti mengenai seks bebas dan paham dengan risiko
yang ditanggung apabila melakukannya. Remaja harus berkembang menjadi dewasa
tanpa seks bebas dan narkoba.
15
B. Saran
Satu hal yang kiranya dapat dijadikan pijakan bahwa usaha untuk mencari solusi
dalam upaya mengembalikan moralitas seksual kepada martabat kemanusiaannya
haruslah menjadi usaha kolektif yang berangkat dari kesadaran semua pihak sehingga
tidak lagi terjadi paradoks dan ambiguitas dalam memandang problematika kehidupan
seksual dalam masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Muladi, L.I, (2009). Pendidikan Seks Untuk Anak: . Skripsi. (Tidak diterbitkan).
Surakarta: Fakultas Agama Islam UMS
Murdani, F.W. (2006). Kewajiban dan Hak Suami Istri. Jurnal Kajian Islam al
Insan. Vol 2. No. 2. Jakarta: Lembaga Kajian Islam al Insan
Pohan, M. Drs. (1990). Masalah Anak dan Anak Bermasalah. Jakarta: Era
Intermedia
Rimalower, L. And Caty, C. (2009). The mamas and the papas: the invisible
Diversity of families with same-sex parents in the United States. Journal Sex
Education. Vol. 9:1. Hal 17-32: California USA
Sita, H. (1998). Pola Komunikasi Pendidikan Seks Bagi Remaja. Jurnal Anima,
Indonesia. Vol. 19, No.3. Hal. 271-285.
17