Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATA KULIAH LANDASAN KEPENDIDIKAN

MORAL SEKSUAL, MORAL PERKAWINAN


DAN MORAL HIDUP
PADA SISWA MADRASAH ALIYAH

OLEH : KELOMPOK 2
DIRMAN NIM ; 22510122
ENDON NURCAHYATI NIM ; 22510113
DWI HARYONO NIM ; 22510124
DAFI DIASTUTIK NIM ; 22510125

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Moral Seksual, Moral perkawinan dan Moral
Hidup pada Siswa madrasah Aliyah" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Landasan Kependidikan yang memiliki capaian untuk mengembangkan
pengetahuan konseptual dan praktis tentang berbagai teori, nilai-nilai, dan hasil-hasil riset
yang terkait dengan kepemimpinan pendidikan, perencanaan dan pengembangan pendidikan
melalui riset yang berimplikasi pada kebutuhan aktual sistem pendidikan nasional sebagai
bentuk tanggungjawab dan nasionalisme pada negara dan bangsa. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang konsep moral seksual, moral perkawinan dan moral
hidup.

Makalah ilmiah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bekerja kelompok
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua anggota karena sudah sudah ikut berkontribusi didalam
pembuatan makalah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih Dr. Kamsidjo Budi Utomo, M.Pd. selaku dosen Mata
Kuliah Landasan Kependidikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala
masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar. Semoga bermanfaat.

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

1. Latar Belakang .................................................................................... 4


2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
3. Tujuan .................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 6

1. Moral Seksual ................................................................................... 6


2. Moral Perkawinan ................................................................................... 8
3. Moral hidup ................................................................................... 10
4. Moral pada siswa Madrasah Aliyah ........................................................... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 15

1. Kesimpulan ................................................................................................ 15
2. Sasan ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

3
MORAL SEKSUAL, MORAL PERKAWINAN DAN MORAL HIDUP

PADA SISWAMADRASAH ALIYAH

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada
masa ini, mereka mengalami perkembangan bentuk fisik yang sangat pesat. Salah
satunya adalah hasrat seksual yang tinggi. Di zaman semua serba digital, penggunaan
media interet menjadi sebuah keharusan bagi mereka. Maraknya aktivitas seksual baik
yang dilakukan secara riil maupun cyber yang melanda mereka, tentunya sudah
melanggar banyak etika dan moral.
Aktivitas riil sex maupun cybersex dilakukan antar pasangan baik resmi, tidak
resmi, bahkan para remaja yang berpacaran. Pergaulan remaja seperti ini, banyak
dipengaruhi oleh media informasi yang sangat mudah untuk diakses, baik informasi
yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, dengan budaya mereka yang
berbeda-beda. Beberapa kasus cybersex, seks bebas, pemerkosaan, perdagangan
manusia, perbudakan seksual, pemaksaan aborsi dan kasus lainnya, tentu sudah jauh
melanggaar etika, moral. Sex before maried, same sex couple yang biasa disebut
dengan perkawinan sesama jenis atau LGBT, merupakan gambaran dari situasi yang
jauh dari moral perkawinan, dimana perkawinan yang merupakan ikatan suci, menjadi
kurang makna kehidupan.
Keresahan dan keprihatinan masyarakat tentunya sering dirasakan, karena hal
ini sangat berdampak negatif. Dampak negatif bagi para remaja ini, tentunya perlu
kita perhatikan karena para remaja adalah generasi penerus bangsa yang nantinya
akan meneruskan estafet kepemimpinan di masa yang akan datang.
Dalam mempersiapakan generasi pemimpin ini, tentu sebuah lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal dan pendidikan dalam keluarga harus
memperhatikan pendidikan moral. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas
bagaimana moral seksual, moral perkawinan dan moral hidup para remaja siswa
madrasah aliyah.

4
2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan moral seksual?
2) Apa yang dimaksud dengan moral perkawinan?
3) Apa yang dimaksud dengan moral hidup?
4) Bagaimana moral siswa madrasah aliyah?

3. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan moral seksual.
2) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan moral perkawinan.
3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan moral hidup.
4) Untuk mengetahui bagaimana moral siswa madrasah aliyah

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Moral Seksual
Moralitas seksual merupakan ungkapan yang tepat terhadap dorongan,
keintiman, cinta dan penerusan keturunan, yang memegang peran sedemikian penting
dalam hubungan antarpribadi kita. Seiring dengan perkembangan zaman yang serba
digital, maka terdapat perubahan penting dalam nilai-niali keghidupan masyarakat.
Karena adanya era global dan komunikasi melaui internet of thing telah membuat
dunia terasa sempit hal itu telah membuat pergaulan menjadi lebih bebas. Dalam
pergaulan yang bebas itu timbul kecenderungan masyarakat, utamanya dikalangan
remaja, kaum muda, bahkan tidak jarang juga dikalangan orang dewasa, untuk
membebaskan diri dari aturan lama yang telah dianggap kolot, termasuk norma-norma
seksual.
Seks dan seksualitas yang dulu diyakini sesuatu yang suci dan luhur karenya
tabu untuk dibicarakan dan dipertontonkan di sembarang tempat dan waktu serta tidak
boleh sembarang orang. Bagaimanapun, nilai-nilai suci dan luhur ini perlu
dipertahankan. Dengan demikian ingin ditegaskan pentingnya pendidikan karakter
baik secara formal maupun secara non formal dan secara informal yang terkait dengan
bidang seks dan seksualitas, bila perlu dihidupkan kembali pendidikan seksual
a. Pengertian seks dan seksualitas
Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian
diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks
bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks”
secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective),
maupun kata kerja transitif (verb of transitive).
Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan
pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh
setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan
mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia.
Menurut Ali Akbar, bahwa nafsu syahwat ini telah ada sejak manusia lahir
dan dia mulai menghayati sewaktu dia menemukan kedua bibirnya dengan puting
buah dada ibunya, untuk menyusui karena lapar. Ia menikmati rasa senang yang
bukan rasa kenyang. Dan inilah rasa seks pertama yang dialami manusia.

6
Sigmund Freud (1905), mendasarkan diri pada impuls (dorongan) seksual di
belakang perilaku. Menurut Freud kepribadian sebagian besar dibentuk pada lima
tahun pertama dan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan selanjutnya di
kemudian hari. Freud membagi tahapan perkembangan psikoseksual menjadi lima
tahapan, yaitu oral, anal, phalic, latent dan genital. Fase Fase genital, fase ini
dimulai dengan pubertas. Pubertas mengisyaratkan kembali terbangunya tujuan
seksual bdan awal dari tahap genital.
Fase genital pada remaja diwujudkan melalui tiga hal, pertama melalui
rangsangan dari luar (rabaan, sentuhan) terhadap daerah-daerah erogen (bagian
tubuh yang dapat menimbulakan gairah seksual). Kedua, melalui ketegangan dari
dalam dan kebutuhan faali untuk nmenyalurkan sekresi seksual (sperma). Ketiga,
melalui kegairahan psikologik yang disebabkan oleh karena hal yang pertama dan
menyebabkan terjadinya dorongan untuk beronani (sarlito, 1997)
b. Cybersex
Cybersex merupakan kebiasaan buruk yang berdampak pada kondisi psikis
pelaku, seperti halnya ketika salah satu pelaku menyebarluaskan chat sex atau pun
foto dan video yang dilakukan korban. Cooper et all (2004) mendefenisikan
cybersex sebagai sebuah bagian dari Online Sexual Activity (OSA) dan juga dapat
didefenisikan sebagai individu yang menggunakan internet untuk mendapatkan
hal-hal yang menarik dalam aktifitas seksual. Hal serupa diungkapkan oleh
Carners, Delmonico dan Griffin (2001) bahwa cybersex adalah mengakses
pornografi di internet, terlibat dalam real-time yaitu percakapan tentang seksual
online dengan orang lain, dan mengakses multimedia software.
Perilaku Cybersex pada Generasi Milenial yang dilakukan oleh Christiany
Juditha. Dalam penelitian ini sebagian besar generasi milenial melakukan aktivitas
cybersex, dengan tujuannya kebanyakan karena ingin tahu atau sebagai hiburan
dan rekreasi juga karena kecanduan seks online dan senang melakukan aktivitas
seks dengan banyak orang. Aktivitas cybersex dilakukan dengan menjelajalah situs
porno, percakapan seks (sex chatting), mengunduh pornografi dan mengakses
multimedia/ software seks
c. Seksual pra nikah
Perilaku seksual pranikah adalah manifestasi dari adanya dorongan seksual
yang dapat diamati secara langsung melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap-
tahap perilaku seksual dari tahap yang paling ringan, hingga tahap yang paling

7
berat (Purnomowardani, 2000). Seksual pranikah adalah perilaku yang didorong
hasrat seksual, seperti berciuman, bercumbu, bersenggama yang bertujuan
mendapatkan kepuasan seksual (Puspa, 2010). Alasan individu mengambil
keputusan berhungan seksual pranikah yaitu ketidaksiapan individu untuk
membangun keluarga baru, ketidaksiapan secara ekonomi, dan pengalaman masa
lalu yang mengganggu (Puspa, 2010). Farisa (2013) mengemukakan seksual
pranikah adalah dorongan seksual yang menuntut kepuasan yang dilakukan oleh
pasangan lawan jenis.

2. Moral Perkawinan
a. Perkawinan dalam islam
Munafakat berarti paerkawinan atau pernikahan. Pernikahan berasal dari kata
dasar nikah. Kata nikah berasal dari bahasa Arab yang berarti (al-jam’u) atau
“bertemu, berkumpul”. Menurut istilah, nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga
melalui akad yang dilakukan menurut hukum syariat islam.
Dalam kompilasi hukum islam (KHI) dijelaskan bahwa perkawinan adalah
pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsqan ghalizhan untuk mentaati perintah
Allah Swt dan melaksanakannya merupakan ritual ibadah.

b. Tujuan perkawinan
Tujuan perkawinan menurut islam adalah untuk memenuhi hajat hidup
manusia (pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah
tangga yang bahagi, sesui dengan ketentuaan-ketentuan agama islam. Secara umum
tujuan pernikahan dalam islam diuraikan sebagai berikut;
1) Untuk memperoleh kebahagiaan ketenangan hidup (sakinah). Nikah adalah
merupakan salah satu cara supaya hidup menjadi bahagia dan tentram. Allah
SWT berfirman yang artinya;’ dan di antara tanda-tand kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya’(Ar-Rum;21)
2) Membina rasa cinta dan kasih sayang. Nikah merupakan salah satu cara untuk
membina kasih sayang antara suami istri dan anak.
3) Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang syah dan diridhai Allah SWT

8
4) Melaksanakan perintah Allah swt. Karena perintah Allah SWT akanmdicatat
sebagai ibadah. Allah SWT berfirman yang artinya;” Maka nikahilah
perempuan-perempuan yang kamu sukai”(An-Nisa:3)
5) Untuk memperolah keturunan yang sah, dimana Allah SWT berfirman yang
artinya “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia”(Al-
kahfi.46)
6) Mengikuti sunah Rasulullah SAW, mencela orang yang hidup membujang dan
beliau dalam hadist nya yang artinya ;”nikah itu adalah sunahku, barang siapa
yang tidak senang dengan sunaku, maka bukan golonganku (HR, Bukhari dan
Muslim)

c. Tanggungjawab perkawinan
Tanggungjawab perkawinan dapat didefinisikan sebagai kewajiban yang harus
dipenuhi oleh setiap pasangan yang telah menikah untuk saling mendukung,
melindungi, dan menghargai satu sama lain. Teori tanggungjawab perkawinan
dapat dipahami melalui beberapa prinsip berikut:
1. Komitmen: Pasangan yang telah menikah memiliki komitmen untuk saling
mendukung dan membangun hubungan yang sehat. Mereka harus siap untuk
menghadapi berbagai masalah dan konflik yang mungkin timbul dalam
kehidupan perkawinan dan berusaha untuk menyelesaikannya bersama-sama.
2. Keterbukaan: Pasangan yang telah menikah harus terbuka dan jujur satu sama
lain mengenai segala hal, termasuk kebutuhan, harapan, dan perasaan masing-
masing. Dengan keterbukaan ini, mereka dapat membangun kepercayaan satu
sama lain yang sangat penting dalam sebuah hubungan.
3. Komunikasi yang efektif: Pasangan yang telah menikah harus memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik satu sama lain. Mereka harus
mampu mendengarkan dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan jelas,
dan berbicara dengan penuh hormat dan kesopanan.
4. Keterampilan mengelola konflik: Pasangan yang telah menikah harus memiliki
keterampilan untuk mengelola konflik dan perbedaan pendapat dengan baik.
Mereka harus mampu mengidentifikasi masalah yang mendasar, mencari solusi
yang baik, dan bekerja sama untuk mencapai kesepakatan.
5. Keterlibatan dalam kehidupan rumah tangga: Pasangan yang telah menikah
harus terlibat secara aktif dalam kehidupan rumah tangga, termasuk mengambil

9
tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain dan membangun
hubungan yang harmonis. Mereka harus bekerja sama dalam mengelola
keuangan, tugas rumah tangga, dan keputusan yang berkaitan dengan keluarga.
6. Keberanian untuk tumbuh dan berubah: Pasangan yang telah menikah harus
terbuka untuk tumbuh dan berubah sebagai individu dan sebagai pasangan.
Mereka harus terbuka untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan, dan
berusaha untuk memperbaiki diri masing-masing demi kebaikan hubungan
mereka.

Dengan memahami prinsip-prinsip ini, pasangan dapat memenuhi


tanggungjawab perkawinan mereka dengan baik dan membangun hubungan yang
sehat dan bahagia.

3. Moral hidup

Teori tentang moral hidup dapat dikembangkan dari sudut pandang filosofi
moral, yang membahas tentang bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam
kehidupan sehari-hari. Moralitas bukan hanya tentang mematuhi aturan-aturan yang
sudah ditetapkan, tetapi juga melibatkan pertimbangan etis yang lebih dalam tentang
tindakan-tindakan yang dilakukan dan dampaknya terhadap diri sendiri, orang lain,
dan dunia sekitar. Moral hidup menekankan pentingnya prinsip-prinsip moral seperti
keadilan, kebenaran, kebaikan, dan tanggung jawab sosial. Seseorang yang mengikuti
moral hidup akan berusaha untuk bertindak dengan integritas dan konsistensi, serta
menghargai martabat dan hak asasi manusia. Selain itu, teori moral hidup juga
memperhatikan faktor-faktor seperti konsekuensi, motivasi, dan konteks sosial dari
tindakan moral. Sebagai contoh, tindakan yang mungkin dianggap moral dalam satu
situasi, dapat menjadi tidak moral di situasi yang berbeda.

Dalam teori moral hidup, moralitas dipandang sebagai suatu proses yang
berkelanjutan, di mana seseorang terus menerus mengevaluasi tindakan-tindakannya
dan berusaha untuk meningkatkan dirinya sendiri secara moral. Oleh karena itu, teori
moral hidup menekankan pentingnya pendidikan moral dan pengembangan kesadaran
moral yang lebih dalam. Secara keseluruhan, teori moral hidup dapat menjadi
panduan bagi seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak dengan etis, serta
mempromosikan kebaikan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

10
a. Makna Keidupan
Dilahirkan, itu bukan sebuah permintaan seseorang, sehingga kehidupan
merupakan karunaia yang patut disyukuri. Allah telh memberikan kehidupan bagi
umat manusia yang wajib kita rawat dan dipertahankan. Alah yang menghidupkan
dan mematikan, oleh karena itu tidak ada hak kita untuk mngambilnya.
Proses kehidupan dapat dijelaskan secara umum sebagai serangkaian
perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dari saat lahir atau timbulnya
keberadaannya, hingga akhir hayatnya atau kematian. Proses kehidupan meliputi
beberapa tahapan yang biasanya berbeda-beda pada setiap spesies makhluk hidup.
Namun, secara umum, proses kehidupan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan,
yaitu:
1. Pembentukan dan Pertumbuhan: Tahap ini dimulai saat terjadinya pembuahan,
di mana sel telur dan sel sperma bergabung membentuk zigot. Setelah itu,
zigot akan berkembang menjadi embrio dan kemudian menjadi janin pada
hewan mamalia. Pada tahap ini, makhluk hidup akan terus bertumbuh dan
berkembang.
2. Kelahiran: Tahap ini terjadi ketika makhluk hidup yang sudah berkembang
dalam rahim ibu, keluar ke dunia luar.
3. Pertumbuhan dan perkembangan: Tahap ini meliputi masa pertumbuhan dan
perkembangan dari makhluk hidup. Masa ini biasanya berlangsung dalam
waktu yang cukup lama dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti nutrisi,
lingkungan, dan faktor genetik.
4. Reproduksi: Tahap ini melibatkan kemampuan untuk menghasilkan keturunan
dan mempertahankan kelangsungan hidup spesies.
5. Menua dan Kematian: Tahap ini terjadi ketika makhluk hidup mulai menua
dan mengalami penurunan fungsi tubuh secara bertahap. Pada akhirnya,
makhluk

b. Hak hidup dalam asasi manusia


Hak untuk hidup adalah hak asasi yang paling mendasar bagi diri setiap
manusia. Sifat keberadaan hak ini tidak dapat ditawar lagi (non derogable rights).
Hak untuk hidup mungkin merupakan hak yang memiliki nilai paling mendasar

11
dari peradaban modern. Dalam analisis yang bersifat final, jika tidak ada hak
untuk hidup maka tidak akan ada pokok persoalan dalam hak asasi manusia
lainnya.
Hak untuk hidup merupakan hak pertama dan paling utama yang
diperhatikan dalam ajaran Islam. Hak ini dianggap sebagai hak yang suci dan
kemuliannya tidak dapat dihilangkan. Manusia dilarang oleh Allah untuk
merusak akal yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai ciptaanNya.
Dalam Surah Al-Ma'idah ayat 90, Allah menetapkan bahwa manusia yang
memperoleh keberuntungan adalah manusia yang meinggalkan perbuatan-
perbuatan keji yang merupakan perbuatan setan. Perbuatan buruk ini yaitu
meminum khamar, melakukan perjudian, penyembahan berhala, dan mengundi
nasib dengan panah.
Pemeliharaan hak untuk hidup dan mempertahankan hidup merupakan
bagian dari syariat Islam. Ketentuan ini dijelaskan dalam Surah An-Nisa ayat 92
dan ayat 93 yang menegaskan bahwa setiap jiwa manusia harus dilindungi. Kedua
ayat ini berisi larangan untuk mengadakan pembunuhan dengan tujuan hanya
untuk menghilangkan jiwa manusia. Dalam ajaran islam, manusia juga berhak
melindungi sarana kehidupannya guna mempertahankan kemaslahatan
hidupnya. Pada surah An-Nisa ayat 29 juga disebtukan bahwa bunuh
diri merupakan perbuatan terlarang. Manusia yang mengadakan pembunuhan
terhadap seorang manusia dianggap sama dengan membunuh seluruh manusia.
Sebaliknya, manusia yang menjaga kehidupan seorang manusia dianggap sama
dengan memelihara manusia seluruhnya. Pengibaratan ini tercantum dalam Surah
Al- Ma'idah ayat 32.[34]

Setiap manusia memiliki melekat hak untuk hidup. Hak ini harus dilindungi
oleh hukum. Tidak seorang pun insan manusia yang secara gegabah boleh
dirampas hak kehidupannya. perumusan mengenai hak untuk hidup itu tertuang
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD’45) Amandemen UUD’45 melalui
beberapa Pasal salah satunya terdapat pada pasal 28. Pada pasal 28 A: Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan
kehidupannya. Pasal 28 B ayat (2): Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup

12
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.

5. Moral pada siswa Madrasah Aliyah


Remaja merupakan usia yang secara psikologis memiliki rasa ingin tahu yang
sangat tinggi (WHO) dan sedang dalam kondisi perkembangan seksual, juga dapat
dengan mudah mengakses internet. Remasja usia sekolah madrasah aliyang yang
berumur sekitar 15 sampai dengan 19 tahun merupakan fase remaja pertengahan.
Perkembangan seksual remaja yang merupakan ciri dari perkembangan fisiknya,
dimana alat-alat kelamin manusia mengalami kematangannya. Menurut pendapat
Ronosulistyo sebagaimana dikutip oleh Adi Saputro (2015), remaja merupakan
kelompok yang rentan terhadap rangsangan seksual, dimana pada fase ini, remaja
sedang berada dalam suatu masa pancaroba hormon yang berbuntut pada tinggi-
tingginya gairah seksual. Pada masa ini orang muda mulai membina hubungan untuk
saling mengenal lebih dekat dengan lawan jenisnya atau biasa disebut dengan
berpacaran. Menurut Tangdilintin (2008:32) orang muda memegang konsep ‘bebas,
lepas’ artinya tidak terikat oleh aturan-aturan adat dan norma yang serba ketat”, bila
konsep orang muda yang ‘bebas, lepas’ ini diterapkan selama masa berpacaran, maka
hubungan seksual pranikah akan terjadi.
Perilaku seksual siswa masa kini, dengan segala pengaruh dari media sosial yang
diperoleh dari internet cenderung salah kaprah menanggapi makna mitos cinta sejati
yang berarti “rela memberikan segalanya”. Hal ini justru diartikan sebagai proses
kompromi seks yang saling merelakan segala sesuatu yang berharga demi sebuah
kenikmatan seks. Haryatmoko (2006) dikutip oleh Arioka dalam penelitiannya
berjudul Representasi Sosial Tentang Virginitas pada Mahasiswa di Yogyakarta,
2010) mengatakan Virginitas hanya boleh ‘dilepas’ ketika sudah menikah. Konsep ini
sudah tertanam dalam kultur masyarakat secara umum yang memandang seks sebagai
hal yang sakral, yaitu sebagai wujud cinta kasih untuk meneruskan keturunan. Oleh
karena itu, hubungan seks dilegalkan bila pasangan laki-laki dan perempuan telah
mengikatkan diri dalam sebuah lembaga perkawinan dan disahkan secara hukum
sebagai suami istri.
Relasi berpacaran pada siswa madrasah saat ini menemukan beberapa kasus,
yang semestinya mengenal lawan jenis itu bukan ajang untuk saling mengenal tubuh,

13
tetapi untuk saling lebih mengenal kepribadian dan karakter pasangan menuju proses
pemantapan, hubungan berpacaran kedalam konsep “relasi yang bertanggung jawab”
maka perlu adanya batasan-batasan norma dan rambu-rambu moral yang harus
disepakati bersama pasangan selama masa berpacaran. Selaras dengan apa yang
diungkapkan oleh Rauch (2001:244) bahwa “Seks tanpa komitmen bersama penuh
dengan bahaya penipuan, dan eksploitasi diri, khususnya pada wanita oleh pria’.
Beberapa kesulitan-kesulitan yang muncul dalam masyarakat ketika akan
melaksanakn perkawinan dengan berbagai bentuk adat, biaya, ritual dan permaslahan
laiinya menyebabkan hubungan seks pra nikah yang sebelumnya merupakan sesuatu
yang tabu, menjadi kebiasaan yang terjadi di masyarakat. Kasus tersebur dapat
berdampak pada kaum remaja madrasah aliyah menjadikan pengalaman orang dewasa
tersebut untuk di imitasi dalam pola kegiatan berpacaran, sehingga melanggar norma
baik norma seksualitas, agama maupun perkawinan.

14
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Moral seksual, moral perkawinan, moral hidup merupakan moral yang saling
berkaitan, yang mungkin tidak bias ditingglalkan. Seksual akan mengalir kepada

perkawinan, seksual dan perkawinan akan mengalir kepada hidup. Seks dan
seksualitas yang dulu diyakini sesuatu yang suci dan luhur karenya tabu untuk
dibicarakan dan dipertontonkan di sembarang tempat dan waktu serta tidak boleh
sembarang orang. Bagaimanapun, nilai-nilai suci dan luhur ini perlu dipertahankan.
Dengan demikian ingin ditegaskan pentingnya pendidikan karakter baik secara formal
maupun secara non formal dan secara informal yang terkait dengan bidang seks dan
seksualitas, bila perlu dihidupkan kembali pendidikan seksual.
Dalam seks dan seksualitas akan mengalir ke perkawinan yang tidak bisa
dipisahkan dan didasari oleh seksualitas. Allah telah menciptakan manusia pria dan
wanita, yang ditandai dengan seks (alat kelamin) laki-laki dan perempuan. Pernikahan
merupakan penyambungan silaturahmi antara umat manusia, memalingkanpandangan
yang liar dan membebaskan umat manusia dari perbuatan maksiat atau
perzinahan”dimana Nikah adalah suatu akad yang menyebabkan kebolehan bergaul
antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dan saling menolong di antara
keduanya serta menentukan batas hak dan kewajiban di antara keduanya.
2. Sasan
Penulis merekomendasikan beberapa saran kepada masyarakat pada
umumnya, dan remaja siswa madrasah pada khususnya bahwa diharapkan hendaknya
senantiasa selalu berpedoman kepada aturan islam sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan, seperti dalam proses menuju pernikahan, dan hendaklah meninggalkan
dan tidak mengamalkan tradisi yang bertentangan deng hukum islam.
Pentingnya landasan moral sejak dini kepada siswa madrasah secara individu,
yang melakukan hubungan seksual bisa dapat berhenti dan mulai menjalani kehidupan
yang sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat. Memberikan
pendidikan nilai-nilai moral, dan aturan megenai perempuan dan laki-laki serta
pendidikan mengenai seksualitas sebagai sesuatu yang sudah tidak tabu bagi
perkembangan pergaulan anak.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M., & Pendahuluan, A. (2021). PENDIDIKAN MORAL. 2, 57–66.

Bugis, M., & Relevansinya, D. A. N. (2020). NILAI-NILAI MORAL DALAM RITUAL


ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT BUGIS DAN RELEVANSINYA DENGAN
NILAI-NILAI HUKUM ISLAM (Studi di Desa Polewali Kecamatan Sibulue
Kabupaten Bone).

Feriyani, B. & Fitri, A.R. (2010). Perilaku seksual pranikah ditinjau dari intensitas
cinta dan sikap terhadap pornografi pada dewasa awal. Jurnal Psikologi.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Islam, J. P., & Vol, M. (2022). NILAI-NILAI MORAL DALAM TRADISI ULUR
ANTAR PADA PERKAWINAN SAROLANGUN JAMBI 12345 Universitas
Jambi ; Indonesia Email : ahmad.hariandi@unja.ac.id. 4(3), 106–119.

Jahja, Y. (2012). Psikologi perkembangan edisi pertama. Jakarta: Penerbit Kencana.

Mayasari, F. & Hadjam, M. N. R. (2000). Perilaku seksual remaja dalam berpacaran


ditinjau dari harga diri berdasarkan jenis kelamin. Jurnal Psikologi. (2). 120-127.

Masterinus, A., & Meko, L. (2021). DASAR PERKAWINAN ( Merefleksikan


Persoalan Perkawinan Jaman Ini ). 2(2), 53–67.

Makasau, R. (n.d.). Orang muda katolik: antara moralitas seksual dan trend
pergaulan bebas. 1–9.

Sore, M., Katolik, U., & Mandala, W. (n.d.). Seks bebas menandai krisinya moralitas
remaja. 51418404.

Suhartono, S. (n.d.). Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat : Suatu Pemikiran


Kefilsafatan.

17

Anda mungkin juga menyukai