Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, pemilik alam semesta beserta isinya, pemilik
kuasa dari segala kuasa, atas Rahmat dan Karunia yang dilimpahkan kepada kita semua
sehingga makalah ini rampung, dapat disajikan, dan dapat dipersentasikan pada kesempatan
kali ini.
Tentunya Salam dan Shalawat tetap mengiringi ungkapan syukur ini agar kiranya
tercurah kepada Junjungan kita, Imam kita, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
membawa obor risalah Islam sejak 14 abad yang lalu yang cahayanya sampai kepada kita,
menerangi setiap tapak langkah kehidupan kita.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Seminar Mandiri Islam dan Pendidikan
sebagai syarat akademik untuk melulusi mata kuliah yang dimaksud. Makalah ini
berdasarkan proses akademiknya menjadi bahan acuan presentasi dan diskusi dalam sebuah
seminar yang akan dilaksanakan kemudian.
Adapun judul makalah yang kami tampilkan adalah, PENTINGNYA PENDIDIKAN
SEKSOLOGI DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SOSIAL MENUJU
MASYARAKAT ISLAMI. Isi makalah ini semua bersumber dari referensi berbagai situs
internet yang kami kumpulkan dan seleksi, sehingga sebisa mungkin kami menjelaskan dan
memperlihatkan keterkaitan topik-topik dalam judul yang kami tampilkan. Kami sadar
sepenuhnya bahwa informasi yang kami kumpulkan, kami analisa, dan kami fokuskan
merupakan kutipan-kutipan dari berbagai sumber yang kami sebutkan sebelumnya. Sehingga
di sini, kami hanya membedah sebuah permasalahan dalam bentuk makalah, dan bukan karya
ilmiah, untuk menemukan solusi.
Makalah dan presentasi pada seminar kali ini merupakan proses pembelajaran untuk
kami dalam memahami dan menguasai berbagai bahan dan metode transfer ilmu sebagai
bekal kami di kemudian hari untuk menjalankan profesi kami dengan maksimal dan penuh
tanggung jawab.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini rampung disusun dan dipresentasikan, terutama kepada dosen
pembimbing yang telah membantu kami meilih judul yang tepat. Kepada teman dan sahabat
kami yang senantiasa membantu kami dengan dukungan fasilitas dan moral sehingga kami
tetap bersemangat menyelesaikan maklah ini dan tetap bergairah dalam Keilmuan dan
Keislaman.

DAFTAR ISI
Pendahuluan .
Konsep Pendidikan Seksual .
Pentingnya Pendidikan Seksual ...
Kurikulum Pendidikan Seksual ....
Motif Seksualitas ..
Kesimpulan ...
Saran ..
Penutup ..
Daftar Pustaka

3
4
5
7
8
9
10
10
10

PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Salah satu aspek kebesaran itu adalah
sebagai Negara Demokrasi berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Ada sekitar 85,2% atau
199.959.285 jiwa penganut Islam dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Meskipun demikian,
Indonesia bukanlah sebuah bangsa yang sendi-sendi kehidupannya berasaskan Islam. Sendisendi tersebut ada yang secara tegas tersurat seperti Asas Tata Negara yaitu Pancasila dan
Asas Politik yaitu Demokrasi, dan ada pula yang tersirat seperti Asas Ekonomi yaitu Kapital
dan Asas Sosial yaitu Liberal. Dinamika kehidupan bangsa ini ternyata banyak yang tidak
dipahami bukan saja oleh kaum awam, kaum terpelajar, namun juga para pemimpin yang
pernah atau sedang menjabat di negeri ini sekarang. Jika bangsa ini belum mampu
mewujudkan cita-citanya untuk adil, sejahtera, dan terdepan, maka setidaknya masyarakatnya
mencerminkan sebuah bangsa yang Islami, mengingat predikatnya sebagai Negara
berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Salah satu penyebab menurunnya kualitas Keislaman dan kualitas Kenegaraan
masyarakat kita adalah pengaruh globalisasi, modernisasi, dan informasi. Bagi mereka yang
kurang mendapatkan informasi tentang penurunan kualitas ini dan penyebabnya, tentunya
secara tidak sadar akan terseret kuat oleh arus globalisasi. Perlu kita tegaskan kembali bahwa
masyarakat kitalah yang sebenarnya membuat arus globalisasi menyeret kita. Dunia luar
boleh berubah mengikuti trendnya setiap detik, namun kita jangan mengikuti semua
perubahan itu. Kita harus menyaring segala sesuatu yang masuk dalam kehidupan masyarakat
kita apakah sesuai dengan jati diri bangsa kita atau tidak. Ketidaksadaran masyarakat kita
terhadap kuatnya pengaruh arus globalisasi, modernisasi, dan informasi, pada titik
klimaksnya akan mengganggu keselarasan sosial budaya dalam masyarakat, bahkan
mengancam peradaban bangsa ini. Gangguan keselarasan tersebut kemudian berdampak pada
pola tingkah laku masyarakat kita.
Nampak jelas gaya hidup bangsa ini telah kebarat-baratan, bebas, modern, dan mewah.
Mulai dari trend makanan, pakaian, hiburan, pergaulan, hobby, dsb. Beberapa penyimpangan
pola tingkah laku paling mencolok yang dulunya tidak pernah kita temukan pada masyarakat
kita adalah hilangnya kepekaan, etika, rasa malu, dan batasan dalam hal seksualitas. Lebih
parahnya lagi, sesuatu yang tabu bahkan memalukan untuk dibicarakan apalagi dilakukan
menjadi gossip hangat dan lumrah dipraktekkan. Pornografi dan pornoaksi telah menjadi hal
yang lumrah untuk dijual dan dikonsumsi tidak hanya bagi anak-anak dan remaja, bahkan
juga dewasa dan orang tua. Sering kita mendengar tentang seks pranikah anak-anak muda,
hamil di luar nikah, pernikahan dini, petualangan cinta, perselingkuhan pasangan suami-istri,
pelacuran, pemerkosaan, pedofilia, hipermania, sodomasokist, penyakit menular seksual, dsb.
Ini semua merupakan gejala-gejala transisi sosial budaya masyarakat kita yang ala timur dan
ala islami menjadi ala barat dan ala modern.
Inti dari semua gangguan sosial dan penurunan moral masyarakat kita adalah
kurangnya penyaring globalisasi, modernisasi, dan informasi. Penyaring yang selama ini
diandalkan dan sering digunakan adalah penyaring agama dan penyaring norma sepertinya
sudah hilang. Sehingga apabila kedua jenis penyaring arus globalisasi, modernisasi, dan
informasi ini tidak efektif lagi, maka terseretlah semua masyarakat kita.

Pengaruh dari luar yang berdampak pada sosial kemasyarakatan kita ini sangat penting
untuk dikaji secara menyeluruh mengingat tingkatannya sudah berada pada level terdalam
yaitu karakter. Untuk itu, salah satu solusi mengatasi problema bangsa ini adalah membekali
setiap anggota masyarakatnya untuk mengenali dan mewaspadai musuh sosial yaitu dengan
memberikan pendidikan seksual bagi setiap warganya sesuai dengan tingkatan umur.
Mengingat keterbatasan ruang dan waktu atas luasnya cakupan materi dan keterkaitan
antara pendidikan seksual, kesadaran sosial, dan masyarakat islami, sehingga pada
kesempatan ini, kajian akan lebih difokuskan pada aspek Pendidikan Seksual. Di sini hanya
akan dipaparkan pentingnya pendidikan seksual, dan pengaruhnya pada kesadaran social.

KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL


Pendidikan seksual adalah suatu istilah yang digunakan untuk memperkenalkan dan
menjelaskan tentang anatomi seksual, fisiologi seksual, hubungan seksual, Program KB,
penyimpangan seksual, kejahatan seksual, perlindungan hukum, penyakit menular seksual,
aspek psikologis dan moralitas seksual. Selain itu, pendidikan seksual juga memasukkan
nilai-nilai agama, hak asasi manusia, dan sosial budaya sehingga menjadi suatu bentuk
pembelajaran secara menyeluruh.
Dalam pemberian pendidikan tersebut, perlu ditetapkan batasan umur dan tahap
kedewasaan subjek belajar, mengingat adanya resiko belum cukup umur. Adapun perkenalan
dan penjelasan tentang Pendidikan Seksologi meliputi :
1. Anatomi Seksual : Organ seksual primer dan organ seksual sekunder.
2. Fisiologi Seksual : Pubertas (aqil baliq), Menstruasi, Kehamilan, Persalinan, Nifas,
Menopouse, dll.
3. Aksi Seksual : Libido (hasrat senggama), Ijma/coitus (senggama), orgasme/ejakulasi, dsb.
4. Penyimpangan Seksual :
a. Masturbasi/onani, menyalurkan hasrat sexual secara sengaja tanpa partner dgn alat bantu.
b. Anal Sex/sodomasokis, senggama melalui dubur/anus.
c. Homosexual (Gay/Lesbian), senggama dengan sesama jenis.
d. Bisexual, senggama dengan dua atau lebih partner sexualsecara bersamaan.
e. Transexual, senggama dengan ibu/bapak atau anak laki-laki/perempuan.
f. Pedofilia, senggama dengan anak kecil di bawah umur.
g. Gerontosex, senggama dengan orang tua lanjut usia.
h. Zoofilia/ Bestiality, bersenggama dengan hewan.
i. Necrofilia, senggama dengan mayat.
j. Exhibisionist, mempertontonkan kelamin untuk merangsang lawan jenis.
k. Voyeurism, mengintip lawan jenis pada saat mandi.
l. Sexual Trolis, memperoleh kepuasan dengan menyaksikan adegan persetubuhan.
m. Fetish, mencumbu barang lawan jenis, seperti bra, celana dalam, potongan rambut,dsb.
5. Penyakit Menular Seksual : Gonorrhoe, Herpes Genitalis, Papilloma, Pediculus pubis,
HIV AIDS, dsb.
6. Psikologi Seksual : Insting, motif seksual, motif abnormal, sexual abush, dsb.
Pendidikan seks menurut tokoh pendidikan Nasional Arif rahman Hakim adalah
perlakuan secara sadar dan sistematis di sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk
menyampaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkelaminan baik menurut agama

dan masyarakat. Dengan demikian, pendidikan ini bukanlah pendidikan tentang how to do
(bagaimana melakukan hubungan seks), atau tentang hubungan seks aman, tidak hamil dan
lain sebagainya, tetapi intinya adalah diberikan sebagai upaya pencegahan dalam kerangka
moralitas agama. Jadi, Pendidikan ini tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama dan
norma social, karena jika tidak, maka apa yang dikhawatirkan kelompok yang menentang
pendidikan seks akan terjadi. Ketika seks terlepas dari kerangka moral agama norma, maka
kebobrokan moral justru akan semakin mewabah.
Tujuan pendidikan seksual di antaranya :
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses
kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab).
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi
yang bervariasi
4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada
kedua individu dan kehidupan keluarga.
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan
dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu
dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan
mentalnya.
7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas
seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami,
orangtua, anggota masyarakat.

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUAL


Jika kita jeli melihat, sesungguhnya Pendidikan Seksual telah diberikan sejak dini dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di lingkungan sekolah misalnya, Anak usia
Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar secara tidak langsung telah menerima Pendidikan
Seksualitas dengan pengenalan identitas seksual mereka. Beberapa contohnya : anak laki-laki
memakai celana dan perempuan memakai rok, anak laki-laki duduk di bangku kelompok
laki-laki dan demikia pula dengan perempuan. Begitu pula halnya dengan kurikulum SMP
maupun SMA. Sekolah telah mengajarkan Pendidikan Seksual dengan model penyajian yang
terintegrasi dengan pelajaran lain. Beberapa contohnya : Pokok bahasan Sistem Reproduksi
pada Mata Pelajaran Biologi, dan P3K (termasuk cidera organ seksual) pada Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Yang menjadi permasalahan di sini adalah sebutan untuk memperkenalkan dan
memberitahukan seluk beluk seksualitas dengan menggunakan kata Pendidikan. Konotasi
yang timbul dengan menyebut kata Pendidikan Seks seakan-akan subjek belajar diajar
tentang pornoksi, bahkan didorong untuk mendalami seks, padahal itu salah.
Pertama : Sekolah manapun tidak pernah mengajarkan hal tentang pornoaksi.

Kedua

: Perancang kurikulum tahu mana yang bisa diajarkan dan mana yang tidak, mana
yang sudah waktunya, mana yang belum.
Ketiga : Umumnya yang menilai negative Pendidikan Seksual adalah mereka orang tua
yang kurang mendapatkan informasi.
Selain itu, ada pula masalah dalam penerapan pendidikan tersebut yaitu keterbukaan secara
terang dan nyata. Bagi remaja, tidak semua orang tua mereka paham tentang persoalan
seksualitas dengan segala aspeknya. Bagi orang dewasa, tidak semua tahu tentang penyebab
dorongan seksual, prosesnya, dampaknya, dll. Bagi Manula, tidak semua tahu bahwa aktivitas
seksual membahayakan jiwa mereka.
Masalah seksualitas sebenarnya adalah masalah universal yang terjadi kapan dan
dimana saja. Seksualitas secara biologis merupakan kebutuhan seperti makan-minum, tidur,
dsb. Jika ada persoalan dalam hal seksualitas, maka ada informasi dan pengetahuan dalam hal
seksualitas. Jika ada informasi dan pengetahuan tentang seksualitas, maka tentunya ada
aktivitas mengajar dan mendidik dalam hal seksualitas. Begitu pula dengan hal lainnya. Jika
ada penyakit, maka ada pendidikan kesehatan. Jika ada kemiskinan, maka ada pendidikan
ekonomi. Ini murni hanyalah persoalan memberitahukan kepada yang tidak tahu untuk tujuan
pendidikan.
Beberapa alasan utama sehingga Pendidikan Seks perlu diberikan di sekolah karena :
1. Banyaknya kasus kehamilan di luar nikah dan melahirkan di usia muda. Kasus-kasus
seperti ini memiliki resiko yang tinggi terhadap ibu dan anak. Selain ibu yang usianya
masih muda dan belum siap secara fisik dan mental melalui proses persalinan, juga bayi
yang umumnya lahir cacat karena belum cukup umur atau kondisi kandungan ibu yang
belum siap menerima kehadiran janin. Oleh karena itu, kasus ini perlu dicegah dengan
pendidikan tentang dampak kehamilan dan persalinan di usia muda.
2. Banyaknya pernikahan di usia dini. Kasus-kasus ini memiliki resiko perceraian dan
ketidakjelasan masa depan. Suami dan istri yang usianya masih muda, secara psikologis
belum matang menghadapi problematika rumah tangga yang kompleks dan berlangsung
terus menerus. Belum lagi pasangan tersebut harus melakukan tanggung jawabnya pada
saat mereka seharusnya tengah mempersiapkan masa depan mereka. Suami harus bekerja
di saat ia seharusnya masih sekolah atau kuliah, istri harus merawat anak dan mengurusi
rumah di saat ia seharusnya juga masih sekolah atau kuliah. Kasus seperti ini perlu
dicegah dengan pendidikan tentang dampak rumah tangga di usia muda.
3. Banyaknya kasus pencabulan dan pemerkosaan. Kasus-kasus seperti ini umumnya
memiliki resiko traumatic yang akan mempengaruhi karakter dan kepribadian korban.
Pencabulan berbeda dengan pemerkosaan. Dampak psikologis pencabulan umumnya lebih
ringan daripada pemerkosaan, namun jika terjadi berulang kali juga akan membawa
trauma psikologis. Umumnya korban pencabulan takut melaporkan tindak kriminal
tersebut mengingat malu yang akan ditanggungnya. Namun jika dibandingkan dampaknya,
rasa malu lebih ringan daripada paranoid dan frigid terhadap lawan jenisnya di kemudian
hari. Sedangkan korban pemerkosaan, selain resiko kehamilan di luar nikah, takut dan
malu, juga paranoid dan frigid terhadap lawan jenisnya, bahkan banyak ditemukan bunuh
diri. Untuk mengatasi kasus seperti ini, Pendidikan dan bimbingan Seksual perlu untuk
pencegahan dan penanggulangan.

4. Merebaknya penyakit menular seksual (PMS). Kasus seperti ini umumnya terjadi pada
multipartner seksual yaitu orang dengan pasangan seksual lebih dari satu. Resiko untuk
kasus ini berat karena selain dapat menjadi persalinan mematikan, penyebab anak lahir
cacat, agen penular penyakit, stress dan frustasi, juga rasa malu dan tersisih dari pergaulan
lingkungan. Contoh PMS yang tertinggi insidennya adalah HIV-AIDS. Dalam mengatasi
hal ini, Pendidikan dan Konseling Seksual wajib diberikan untuk mencegah bagi yang
tidak tertular, dan meringankan dampaknya bagi yang sudah tertular.
Pakar Psikologi Seksual menemukan bahwa mereka yang pernah mendapatkan
pendidikan seksual dari segi fisiologi, psikologi, dan sosiologi akan memiliki sikap yang
lebih toleran dan beretika terhadap perilaku seksual yang dilakukan orang lain. Ditinjau dari
sudut pandang psikologi, sikap yang demikian itu bisa merupakan potensi untuk perilaku
sosial yang lebih baik. Diharapkan dengan perilaku sosial yang lebih baik akan meningkatkan
kesadaran sosial.

KURIKULUM PENDIDIKAN SEKSUAL


Dalam perspektif Pendidikan Agama Islam, pendidikan seks dibahas dalam materi
pelajaran fikih yang meliputi tentang reproduksi dan tanggung jawab agama bagi seseorang
yang telah mengalami kematangan reproduksi seksualnya (baligh). Dengan mengacu fikih,
maka penulis mengusulkan agar ruang lingkup kurikulum pendidikan seks antara lain:
Penciptaan manusia oleh Allah SWT (proses kejadian manusia mulai dari pembuahan),
perkembangan laki- laki dan perempuan (secara fisik dan psikis), perilaku seksual, dan
kesehatan seksual. Ini merupakan rancangan yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai
kurikulum dan pengembangannya.
Dalam perspektif umum, Informasi tentang pendidikan seks yang dapat diberikan
mencakup : masalah reproduksi, proses kelahiran, Program KB, perilaku menyimpang,
kejahatan seks, perlindungan hukum, dll. Penyajiannya bisa berdiri sendiri dalam Mata
Pelajaran Seksologi, bisa pula terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Untuk mendukung
kurikulum pendidikan seks di sekolah maka kegiatan di luar sekolah juga perlu digalakkan.
Pendidikan seks dalam kegiatan OSIS dapat dicakup dalam program Keputrian, Keputraan,
Pesantren Kilat, Retreat, dsb. Juga kegiatan POMG dalam bentuk seminar dan diskusi yang
mengundang orangtua murid dan para ahli, bila perlu seksolog, psikolog, dan agamawan.
Di samping kurikulum yang juga harus dipersiapkan adalah guru pengajarnya. Jangan
sampai pendidikan seks yang bertujuan sebagai tindakan preventif malah menjadi ajang
pembahasan seks secara vulgar dan di luar konteks kependidikan.
Setelah pihak sekolah telah melengkapi semua aspek pelaksanaan pendidikan tersebut,
kini tiba giliran keluarga dalam hal ini Orang Tua, masyarakat dalam hal ini Tokoh Agama
dan Tokoh Masyarakat, dan pemerintah dalam hal ini Dinas terkait untuk turut berperan aktif
membantu menyukseskan Program Pendidikan Seksual di sekolah dan di luar sekolah.
Perlunya keterlibatan pihak lain, oleh karena sekolah mempunyai keterbatasan waktu dan
pengawasan. Dengan keterlibatan semua pihak, maka bimbingan keluarga dan kontrol dari
masyarakat, dan bntun dari pemerintah member pengaruh lebih besar dalam terwujudnya
generasi berilmu dan berakhlak.

MOTIF SEKSUALITAS
Sarwono (2006) menjelaskan bahwa motif atau dorongan perilaku seksual terjadi
karena beberapa sebab, yaitu :
Perubahan hormon yang berpengaruh pada seksualitas. Seiring dengan bertumbuhnya
individu, berbagai perubahan terjadi. Tumbuhnya payudara, bertambahnya massa otot,
tumbuhnya jakun merupakan hal yang tampak. Selain perubahan tersebut, kadar hormon
reproduksi yang berperan aktif dalam seksualitas juga berperan signifikan sehingga muncul
hasrat seksual yang butuh disalurkan. Pada usia ini, tidak semua remaja mampu mengontrol
hasrat seksual yang dimilikinya. Ada yang menyalurkan dengan bermasturbasi ada pula yang
menyalurkan dengan pasangan atau bahkan dengan pelacur. Mengenai persentasenya, data
dari Program Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menjelaskan bahwa 74,89 % remaja
melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacarnya dan sisanya melakukan
hubungan seksual dengan pelacur, teman dan bahkan ada yang mengaku melakukannya
dengan saudara.
Penundaan usia perkawinan. Untuk bisa menyalurkan hasrat seksual yang dimiliki,
dibutuhkan lembaga pernikahan yang sah. Meskipun demikian, pernikahan bukan sesuatu
yang mudah dilaksanakan, dibutuhkan berbagai persiapan baik secara fisik, mental, dan
materi. Kesadaran akan tingginya persyaratan menikah tersebut membuat usia untuk
menikah semakin bertambah, khususnya dikota besar. Mereka lebih memilih untuk terlebih
dahulu mengumpulkan materi sehingga keluarga bisa hidup layak. Meskipun demikian,
remaja dibeberapa daerah di Indonesia masih banyak yang menikah muda dengan berbagai
alasan, alasan yang paling sering muncul adalah untuk mencegah hal yang tidak diinginkan
terjadi (dosa, takut hamil diluar nikah, dsb).
Adanya norma agama. Pada beberapa individu, adanya larangan utuk melakukan
sesuatu malah menyebabkan timbulnya rasa ingin tahu atas hal tersebut, tidak terkecuali
untuk seksualitas. Larangan untuk melakukan aktivitas seksual dapat menyebabkan remaja
mencari sendiri informasi dan pengalaman mengenai seksualitas. Tidak jarang untuk
memuaskan keingintahuan tersebut remaja melakukan aktivitas seksual yang dilarang agama.
Tingginya pengaruh media yang menyebabkan munculnya rasa ingin tahu. Dengan
semakin mudahnya akses informasi, khususnya internet yang dapat menyediakan stimulus
atau rangsangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hasrat seksual, maka hasrat seksual
yang telah ada semakin diasah oleh pornografi yang dapat dengan mudah ditemui diinternet.
Ilma (dalam Handayani, 2008) menemukan bahwa Indonesia merupakan menempati posisi
ketujuh untuk negara dengan pencarian kata kunci sex terbanyak di dunia. Setiap detiknya
28.258 pengguna internet di dunia mengakses konten pornografi, dengan 80% user-nya
berasal dari Indonesia.Tidak hanya internet, hal-hal yang dapat memicu libido juga dapat
dengan mudah ditemui di kios koran di sekitar kita.
Sosialisasi seksualitas yang tidak sempurna melalui orang tua. Dalam perbincangan
sehari-hari pun, topik seksualitas bukanlah topik yang umum dibicarakan, tidak terkecuali
dalam perbincangan antara orang tua dan anak. Padahal menurut Sarwono (2006) komunikasi
orang tua dan anak dapat menentukan seberapa besar kemungkinan anak tersebut melakukan
tindakan seksual, semakin rendah komunikasi tersebut, maka akan semakin besar anak
tersebut melakukan tindakan seksual. Rice (1999) menjelaskan bahwa pada usia remaja,

kebutuhan emosional individu beralih dari orang tua kepada teman sebaya. Pada masa ini,
teman sebaya juga merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam perilaku seksual,
sayangnya informasi yang diberikan oleh teman sebaya cenderung salah (Sarwono, 2006). Di
sini, teman sebaya memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan remaja, tidak
terkecuali dalam hal seksualitas. Newcomb, Huba, and Hubler (1986) mengatakan bahwa
perilaku seksual juga dipengaruhi secara positif orang teman sebaya yang juga aktif secara
seksual. Jika seorang remaja memiliki teman yang aktif secara seksual maka akan semakin
besar pula kemungkinan remaja tersebut untuk juga aktif secara seksual mengingat bahwa
pada usia tersebut remaja ingin diterima oleh lingkungannya.

KESIMPULAN
Sebagai bangsa yang besar dan Negara dengan berpenduduk Muslim
terbesar di dunia, setidaknya Indonesia ini menjadi contoh dan pelopor
terwujudnya Masyarakat Islami di dalam negeri dan di seluruh dunia.
Sulitnya mewujudkan Masyarakat Islami akibat kurangnya kesadaran
sosial karena kuatnya pengaruh globalisasi, modernisasi, dan informasi.
Rendahnya kesadaran sosial menimbulkan kelainan pada pola
tingkah laku masyarakat dan interaksi sosial.
Salah satu gejala kemerosotan pola tingkah laku kemasyarakatan dan
interaksi sosial adalah hilangnya kepekaan, etika, rasa malu, dan batasan
dalam hal seksualitas.
Untuk mengatasi akar permasalah yang kompleks ini, pendidikan
seksual perlu diberikan kepada setiap orang sejak kanak-kanak hingga
manula dengan memperhatikan batasan umur dan tingkat kedewasaan.
Pendidikan Seksual dirasa penting untuk diajarkan dengan alasan
utama yaitu : Banyaknya ditemukan kasus-kasus kehamilan di luar nikah dan melahirkan
di usia muda, pernikahan di usia dini, pencabulan dan pemerkosaan, dan tingginya insiden
penyakit menular seksual.
Pendidikan seksual adalah istilah untuk memperkenalkan dan menjelaskan tentang
anatomi seksual, fisiologi seksual, hubungan seksual, Program KB, penyimpangan seksual,
kejahatan seksual, perlindungan hukum, penyakit menular seksual, aspek psikologis dan
moralitas seksual, serta nilai-nilai Agama, HAM, dan sosial budaya.
Penyajian materi bisa berdiri sendiri dalam Mata Pelajaran Seksologi, bisa pula
terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Juga perlu didukung dengan kegiatan luar sekolah
dalam bentuk seminar, diskusi, dll.
Dibutuhkan peran aktif Guru, Orang Tua, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dan
Pemerintah dalam menyukseskan Program Pendidikan Seksual di sekolah dan di luar
sekolah.
Motif perilaku seksual dipengaruhi beberapa hal yaitu : Pengaruh fisiologis hormonal,
penundaan usia perkawinan, aturan agama dan norma kesusilaan, tingginya pengaruh media,
sosialisasi seksualitas yang tidak sempurna.

SARAN
Agar kiranya Dosen Pengajar memberikan waktu yang lebih panjang
dalam menyusun makalah seminar agar mahasiswa memiliki kesempatan
mengumpulkan referensi agar isi makalah yang dipresentasikan berbobot
dan mendalam. Selain itu, agar kiranya waktu presentasi dan diskusi
diperpanjang agar permasalahan-permasalahan yang kurang jelas dapat
dikupas tntas sehingga diperoleh pengetahuan dan pemahaman yang
membekas dan bermanfaat bagi peserta seminar.

PENUTUP
Demikianlah pemaparan makalah dengan judul, PENTINGNYA PENDIDIKAN
SEKSOLOGI DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SOSIAL MENUJU
MASYARAKAT ISLAMI. Kami sadar sepenuhnya, baik isi makalah ini maupun cara
pemaparan kami masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami berharap agar para pembaca
sekaligus pendengar dapat memberikan saran dan masukan yang konstruktif demi
kesempurnaan isi makalah dan pemaparan kami.
Jika pada kesempatan ini ada pihak yang merasa sesuatu yang kurang berkenan di hati,
kami sepenuhnya memohon maaf. Tiada maksud kami menyinggung, apalagi melukai. Itu
semua murni kekeliruan kami yang tidak kami sengaja.
Terima kasih atas kesempatan dan perhatiannya. Semoga bermanfaat dan bernilai
ibadah.
Akhirul Qalam, Wallahul Muaffiq Ila Akhwamit Thariq
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

http://pdfmachine.com/pendidikan seks perlukah.pdf


http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Pendidikan_seks&action=edit.html
http://klipingut.wordpress.com/2008/02/13/tentang-pendidikan-seks.html
http://www.rnw.nl/article/pendidikan-seks-di-indonesia-sulit-diwujudkan.html
http://ruangpsikologi.com/remaja-dan-seksualitas.html
http://www.detiknews.com/kpai-pendidikan-seks-itu-harus.html
http://intim.muhfa.com/2010/05/23/mewaspadai-penyimpangan-seksual.html

10

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSOLOGI


DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SOSIAL
MENUJU MASYARAKAT ISLAMI

IDA ASRIWATI
106270009
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2011

11

12

Anda mungkin juga menyukai