Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KONSEP PENDIDIKAN SEKS PESERTA DIDIK

KOMUNIKASI KEPERAWATAN 1

Dosen Pengampu:

Iin Aini S.kep.,Ns.,M.kes

Di susun oleh: Isvina Mardhotillah Masruro

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

GENGGONG – PROBOLINGGO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta yang telah memberikan kekuatan, ketabahan dan

ilmu yang bermanfaat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pidato

untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan dengan judul materi “Konsep Pendidikan Seks Peserta Didik”.

Kami berharap, semoga makalah ini dapat membantu, menambah

pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan menjadi sumbangan pemikiran

kepada pembaca.

Demikian makalah ini kami susun, dan kami sadar bahwa makalah ini masih

banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami meminta

agar sekiranya pembaca dapat memberikan masukan dan sarannya demi kebaikan

kami dalam penulisan makalah kedepannya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

2
ISI PIDATO

A. Pengertian Pendidikan Seks Peserta Didik

Pada dasarnya ada dua kata kunci yang harus dipahami terlebih dahulu. Pertama, kata
pendidikan dan kedua kata seks itu sendiri. Pendidikan adalah sebagai proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui pendidikan dan
pelatihan. Atau diartikan sebagai suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan
potensi-potensi yang dimiliki subjek didik untuk mencapai pengembangan secara optimal serta
membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai utama.

Ada pula menurut pahlawan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara yang mendefinisikan
pendidikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuh kembangnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggitingginya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses dalam pendidikan terhadap anak
didik yang berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila atau mempunyai
karakter. Proses yang dimaksud ini berlangsung pada jangka waktu tertentu. Sedangkan kata seks
mempunyai dua pengertian. Pertama, berarti jenis kelamin. Dan yang kedua adalah hal ihwal yang
berhubungan dengan alat kelamin misalnya persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.3 Pada
dasarnya fungsi utama seks adalah untuk kelestarian keturunan. Pengertian ini berlaku bagi semua
makhluk, manusia dan binatang pada umumnya. Hanya saja cara mengekspresikanya yang berbeda.
Binatang melakukan aktifitas seksualnya banyak didorong oleh naluri instingnya, sedangkan manusia.

digerakan oleh banyak faktor yang sangat kompleks, yaitu aspek kejiwaan, akal, emosi,
keinginan, latarbelakang kehidupan, pendidikan, status sosial dan lain sebagainya. Namun sejatinya,
pendidikan seks memiliki arti yang sangat kompleks yaitu upaya yang diberikan oleh pendidik kepada
peserta didik mengenai pengetahuan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan
dan perkembangan kejiwaan manusia. Sehingga dapat disimpulkan pendidikan seks peserta didik
adalah usaha untuk membekali pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan
moral,etika serta agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Pendidikan seks
ini sebagai komponen pokok dari kehidupan yang dibutuhkan manusia, karena pada dasarnya mengkaji
pendidikan seks berarti mengkaji kebutuhan hidup. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
pembahasan pendidikan seks sangatlah luas bukan hanya terkait dimensi fisik, namun juga psikis dan
sosial.

3
4
B. Tujuan Pendidikan Seks Peserta Didik

Munculnya hormon seksualitas pada remaja menyebabkan dorongandorongan seksual tertentu.


Gejala ini menimbulkan kebingungan, remaja belum tentu tahu tentang apa yang harus dilakukan dan
bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu informasi yang tepat, perlu bimbingan yang bijaksana,
diperlukan pendidikan seksual sehingga kehidupan remaja bisa berjalan dengan baik. Matangnya organ
reproduksi pada remaja menyebabkan gairah seksualnya semakin kuat. Ditengah banyaknya media
cetak dan elektronik yang menyampaikan informasi secara bebas, remaja memahami secara apa adanya
pula. Pendidikan seks merupakan salah satu bentuk pendidikan yang mempunyai dimensi yang sangat
kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hasilnya pun tidak dapat dilihat dengan cepat.

Berikut adalah beberapa tujuan pendidikan seks yaitu :

1. Memberikan pemahaman dengan benar tentang materi pendidikan seks diantaranya memahami
organ reproduksi, identifikasi dewasa/baligh, kesehatan seksual, penyimpangan seks, kehamilan,
persalinan, nifas, bersuci dan perkawinan.

2. Menepis pandangan miring khalayak umum tentang pendidikan seks yang dianggap tabu, tidak
islami, seronok, nonetis dan sebagainya.

3. Pemahaman terhadap materi pendidikan sek pada dasarnya memahami ajaran Islam.

4. Pemberian materi pendidikan seks disesuaikan dengan usia anak yang dapat menempatkan umpan
dan papan.

5. Mampu mengantisipasi dampak buruk akibat penyimpangan seks

6. Menjadi generasi yang sehat.

C. Nilai Pendidikan Seks

Pendidikan seks berkaitan dengan hubungan manusia yang meliputi dimensi moral. Ini juga
tentang wilayah pribadi, kehidupan intim seseorang yang memberikan kontribusi bagi perkembangan
dan daya harmoni atau pemenuhan kebutuhan. Pelaksanaan pendidikan seks merupakan hal yang
krusial (penting dan mendesak) terutama pada saat ini, mengingat mudahnya individu mengakses
informasi dan sarana-prasarana berkaitan dengan perilaku seksual.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan seks sangat luas, didalamnya akan menyangkut
moralitas sosial yang menjadi tolok ukur sebuah kecakapan dalam masyarakat. Terlebih berbagai
macam persoalan penyimpangan seksualitas yang terjadi belakangan ini.

Dalam pandangan Islam, pendidikan seks ini tidak dapat dipisahkan dari Islam itu sendiri, karena
harus sepenuhnya dibangun diatas landasan agama. Dalam mempelajari pendidikan seks diharapkan
dapat membentuk individu peserta didik atau remaja menjadi dewasa dan bertanggung jawab, hal ini
berlaku baik pada wanita maupun laki-laki. Tidak hanya bagaimana agar pendidikan seks itu mampu
menjaga manusia dari penyakit dan gangguan seksual saja, tapi lebih penting dari itu bahwa pendidikan
seks dirancang untuk menjaga moral umat dan membetuk umat yang berakhlak mulia. Selain nilai yang
terkandung dalam Islam, pendidikan seks juga mengandung nilai-nilai lain, seperti nilai sosial, budaya
dan kesehatan.

5
D. Lingkungan Pendidikan Seks

Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “se
education” sudah seharusnya diberikan kepada anakanak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik
melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah penyimpangan seks
dikalangan remaja. Pendidikan seks ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan
dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seks ini idealnya diberikan pertama kali
oleh orang tuanya sendiri. Sayangnya di Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak di
dalam membicarakan permasalahan seksual, sehingga anak seringkali mencari tau dengan caranya
sendiri yang salah. Maka anak-anak sebagai calon generasi bangsa sudah sepatutnya mendapat
pendidikan seks yang tepat dan jelas. Ada dua contoh lingkungan dalam kaitanya menerapkan
pendidikan seks tersebut :

1. Pendidikan seks dalam keluarga

Keluarga menjadi sebuah lingkungan yang tepat untuk menanamkan pengetahuan tentang
pendidikan seks. Terlebih pendidikan seks bukanlah sebagai suatu pendidikan yang harus ada pada
lembaga formal. Seks kita ajarkan secara berkelanjutan, bertahap dan informal kepada anak-anak kita.
Dalam pandangan Islam, pendidikan seks tidak mungkin dipisahkan dari pendidikan akhlak. Pemisahan
etika dari pendidikan seks akan menjerumuskan anak pada penyelewengan seksual.

2. Pendidikan seks dalam sekolah

Sekolah merupakan lembaga yang sangat ideal untuk menanamkan nilai-nilai intelektual dan
moral. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal di atur langsung oleh pemerintah idealnya ikut
berperan penuh dalam memberikan pendidikan seks pada generasi muda. Karena pada dasarnya
pendidikan tidak hanya mempersiapkan pemuda agar mampu menyesuaikan diri saja, tetapi manusia
perlu dikembangkan segi intelegensinya, kemanusiaan dan tanggung jawab moralnya secara individual.

Pendidikan seks juga tidak hanya mempersoalkan pada aspek hubungan badan saja, namun lebih luas
dari itu pendidikan sek memuat berbagai macam aspek yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
secara umum. Pendidikan seks memiliki muatan yang menjadi topik pembahasan yang jelas. Hal itu
sebagai materi yang menjadi acuan dalam konsep pendidikan seks. Yang tersaji dalam pendidikan seks
ini meliputi organ reproduksi, identifikasi baligh, kesehatan seksual dalam Islam, haid, penyimpangan
(abnormalitas seks), dampak penyimpangan seksual, kehamilan, persalinan, nifas, bersuci, yang
merangsang, ketimpangan dalam reproduksi, dan pernikahan.

Pendidikan seksual meliputi bidang-bidang sebagai berikut :

1. Biologi dan fisiologi, mengenai fungsi reproduksi.

2. Etik, yang menyangkut kebahagiaan seseorang.

3. Moral, yaitu menjalin relasi dengan orang lain misalnya dengan parternya atau anak-anaknya.

4. Sosiologi, yaitu mengenai pembentukan keluarga.

6
PENUTUP

Demikian pidato yang saya sampaikan ,mohon maaf sebesar -besarnya apabila ada tutur kata yang
salah dan meyinggung hati para hadirin diisini.Semoga apa yang saya sampaikan dapat berguna dan
bermnfaat bagi kalian semua.

Sekian terimakasih ,

Wassalamualaikum wr.wb

DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selakta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka,
1992
Mubin, Mas’ud dan A. Ma’ruf Asrori. 1998. Menyikap Problema Seks Suami Isteri. Surabaya: Al Miftah
Surtiretna, Nirna. 2001. Bimbingan SeksBbagi Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya
Rasyid, Moh. 2013. Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih Bermoral. Semarang:
Rasail
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Surtiretna, Nina. 2006. Remaja dan Problema Seks. Bandung: Remaja Rosdakarya
El Qudsy, Hasan. 2012. Ketika Anak Bertanya tentang Seks. Solo: Tiga Serangkai
Hamali, Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

7
8

Anda mungkin juga menyukai