Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
PENDIDIKAN SEKS

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Richa Okta Sari :1914090008
Muhammad Arif : 1914090013
Dwi Amelia Putri : 1914090020

Dosen Pembimbing :
Drs.Zainimal M. Ag. M. Pd, M. SI

JURUSAN TADRIS IPS KONSENTRASI SEJARAH (A)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442 H /2021 M
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas hikmah dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”PENDIDIKAN SEKS” atas dukungan
moral, informasi dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Zainimal M. Ag. M. PD, M. SI selaku dosen
pembimbing dan teman- teman yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharap saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sekalian untuk memperbaiki
makalah ini.

Dharmasraya, 11 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Seks
B. Pendidikan Seks Berdasarkan Usia
C. Pendidikan Seks Pada Anak Dalam Pendidikan Agama Islam
D. Metode Pendidikan Seks Pada Anak Dalam Pendidikan Agama Islam
E. Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak
BAB III PENUTUP
A. kesimpulan
B. saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat perlu diperluasnya pengetahuan tentang sex education, dengan latar
belakang bermacam-macam guna memelihara tegaknya nilai-nilai moral, guna
mengatasi gangguan-gangguan psikis dikalangan remaja, guna memberi pengetahuan
orang tua dalam menghadapi perkembangan anak-anak dan lain sebagainya.
Kesadaran orang tua dan pendidik akan pendidikan seks kepada para remaja masih
sangat minim dan kurang jelas. Salah satunya adalah menyembunyikan urusan
seksual dari anak-anak pada saat mereka membutuhkan bimbingan yang murni, yaitu
umur tujuh hingga empat belas tahun, sehingga mereka tidak mengetahui apa-apa
tentang masalah seksual sampai mereka menginjak usia puber. Padahal dalam islam,
seorang anak mumayiz harus dikenalkan pada kaidah-kaidah yang berkaitan dengan
pendidikan seksual, untuk mempersiapkan anak menghadapi perubahan dalam
pertumbuhannya.

Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan
pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam
hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin.
Tepatnya dimulai saat anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa
melakukan komunikasi dua arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka
dan dapat pula dilanjutkan pengenalan organ tubuh internal. Pendidikan seks untuk
anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks untuk
remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi,
masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular seksual,
sedangkan pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan
pengenalan anatomi tubuh secara sederhana.

Sebagai agama yang memberikan pedoman hidup kepada umat manusia dalam segala
aspeknya, islam mengatur dan memberi arah juga kepada umat manusia dalam
melaksanakan fungsi seksualnya, kearah tujuan yang benar dan baik, sesuai dengan
kedudukan manusia sebagai mahkluk yang beradap dan terhormat.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Pendidikan Seks?
2. Jelaskan Pendidikan Seks Berdasarkan Usia?
3. Bagaimana Pendidikan Seks Pada Anak Dalam Pendidikan Agama Islam?
4. Bagaimana Metode Pendidikan Seks Pada Anak Dalam Pendidikan Agama
Islam?
5. Jelaskan Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Pendidikan Seks.
2. Mengetahui Pendidikan Seks Berdasarkan Usia.
3. Mengetahui bagaimana Pendidikan Seks Pada Anak Dalam Pendidikan
Agama Islam.
4. Mengetahui metode Pendidikan Seks Pada Anak Dalam Pendidikan Agama
Islam.
5. Mengetahui Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Sedangkan istilah seks dalam
pengertian sempit berarti kelamin.
 Mugi Kasim mengartikan seks sebagai sumber rangsangan baik dari dalam
maupun luar yang mempengaruhi tingkah laku syahwat yang bersifat kodrati.
 Syamsudin mendefinisikan pendidikan seks sebagai usaha untuk membimbing
seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti kehidupan seksnya,
sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya.
 Dr. A.Nasih Ulwan menyebutkan bahwa pendidikan seks adalah upaya
pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang
diberikan kepada anak agar ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan
dengan seks, naluri dan perkawinan, sehingga jika anak telah dewasa dan
dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui masalah-masalah
yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku
islami sebagai akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-
cara hedonistic.

B. Pendidikan Seks Berdasarkan Usia


1) Umur 3-5 tahun
Pada rentang umur ini, mengajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi
masing-masing organ tubuh, jangan ragu juga untuk memperkenalkan alat
kelamin si kecil. Saat yang paling tepat untuk mengajarkannya adalah di saat
sedang memandikannya. Diharapkan untuk hindari penyebutan yang dianggap
tidak sopan di masyarakat untuk menyebut alat kelamin yang dimilikinya.
Misalkan seperti vagina atau penis, jangan diistilahkan dengan kata lain
seperti “apem” atau “burung”. Anda tidak perlu membahas terlalu detail
mengenai jenis kelamin anak Anda atau mengajarkannya dalam kondisi
belajar yang serius.

Ajarkan juga kepada anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk alat kelaminnya,
adalah milik pribadinya yang harus dijaga baik-baik. Dengan demikian, anak
harus diajarkan untuk tidak menunjukkan kelaminnya secara sembarangan.
Tekankan kepada mereka bahwa mereka memiliki hak dan bisa saja menolak
pelukan atau ciuman dan segala macam bentuk kasih sayang yang dinyatakan
melalui sentuhan fisik. Hal ini menjadi penting, karena disukai atau tidak,
banyak pelaku pelecehan seksual adalah orang-orang yang dekat dengan
kehidupan si anak. Orang tua juga diharapkan untuk tidak memaksa seorang
anak untuk memeluk atau mencium orang lain jika dia tidak menginginkannya
agar si anak bisa belajar untuk menyatakan penolakannya.

2) Umur 6 - 9 tahun
Di rentang umur ini, si kecil diajarkan mengenai apa saja yang harus
dilakukan untuk melindungi dirinya sendiri. Orang tua bisa mengajarkan anak
menolak untuk membuka pakaian bahkan jika ada imbalan sekalipun atau
menolak diraba alat kelaminnya oleh temannya. Selain itu, di rentang umur
ini, Anda bisa menggunakan hewan tertentu yang tumbuh dengan cepat dan
terlihat jelas perbedaan jenis kelaminnya (seperti: anak ayam) di saat
bertumbuh dewasa untuk mengajarkan mengenai perkembangan alat
reproduksi. Ajaklah anak Anda untuk turut mengamati perkembangannya. Jika
mereka tidak terlalu memperhatikan hingga detail terkecil, Anda bisa berikan
informasi lebih lanjut nanti sembari menekankan bahwa alat kelamin mereka
juga akan berubah seiring mereka bertumbuh dewasa nanti. Orang tua harus
memperhatikan suasana hati anak agar saat menyampaikan materi seksualitas,
si anak tidak merasa terpojokkan, malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu liar
dalam menyikapi seks.

3) Umur 9 - 12 tahun
Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si
anak saat menjelang masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap
individu. Ajarkan kepada anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun
mimpi basah yang akan mereka alami nanti sebagai bagian normal dari tahap
perkembangan individu. Pada umur 10 tahun, sebelum menjelang masa puber,
Anda sudah bisa memulai topik mengenai kesehatan alat kelamin. Pastikan
juga pada anak Anda, jika dia mengikuti semua peraturan kesehatan ini, maka
mereka tak perlu banyak khawatir.

4) Umur 12 - 14 tahun
Dorongan seksual di masa puber memang sangat meningkat, oleh karena itu,
orang tua sebaiknya mengajarkan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana
caranya bekerja. Penekanan terhadap perbedaan antara kematangan fisik dan
emosional untuk hubungan seksual juga sangat penting untuk diajarkan.
Beritahukan kepada anak segala macam konsekuensi yang ada dari segi
biologis, psikologis, dan sosial jika mereka melakukan hubungan seksual.
Orang tua selain mengajarkan keterbukaan komunikasi dengan anak terutama
dalam membicarakan seksualitas, juga perlu menambahkan keuntungan
menghindari aktivitas seksual terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa.
Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi remaja agar ia tidak merasa
ragu, takut, enggan ataupun marah saat membicarakan pengalaman seksual
mereka. Jika orang tua merasa agak berat untuk membicarakan topik-topik
seksual dengan anak, orang tua bisa meminta bantuan psikolog atau konselor
untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak dan membantu orang tua
merasa nyaman membicarakan topik ini

C. Pendidikan Seks pada Anak dalam Pendidikan Agama Islam


Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam meliputi
beberapa hal :
1) Menanamkan jiwa maskulin dan feminim.
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan manusia secara
berpasangan laki-laki dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna
bagi pergaulannya. Pembentukan jiwa feminim pada wanita dan maskulin
pada laki-laki dapat dilakukan dengan pemberian peran kepada anak sesuai
dengan jenis kelaminnya. Dengan memberikan tugas sesuai dengan jenis
kelaminnya, seseorang akan menjadi laki-laki atau wanita sejati.
2) Mendidik menjaga pandangan mata.
Di samping penerapan etika memandang, hendaknya kepada anak dijelaskan
pula mengenai batasan aurat dan muhrim bagi dirinya. Aurat merupakan
anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh dilihat atau diperlihatkan
kepada orang lain.
3) Mengenalkan mahrom-mahromnya.
Mencegah anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang berlawanan
jenis dengan memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar anak mampu
memahami etika bergaul dalam islam mampu membedakan antara muhrim
dengan yang bukan muhrim sehingga pemahaman tersebut akan selalu
melekat di hati dan menjadi self control pada waktu anak memasuki usia
remaja.
4) Mendidik cara berpakaian dan berhias.
Hendaknya anak dibiasakan untuk senantiasa mengenakan pakaian islami,
model-model pakaian yang baik, serta meluruskan konsep-konsep mengenai
model pakaian pada diri anak, agar mereka tidak terjerumus pada konsep
model pakaian barat yang lebih menonjolkan erotikannya.
5) Mendidik cara menjaga kebersihan kelamin.
Bimbingan praktis mengenai adab istinja’, adab mandi, dan adab wudhu
dimaksudkan agar anak secara langsung belajar membersihkan diri, belajar
membersihkan alat kelaminya, dan belajar mengenali dirinya.
6) Memberikan pengertian tentang ikhtilam dan haidh.
Pengertian tentang ikhtilam dan haid sebaiknya diberikan dan dipahami oleh
anak sebelum ia benar-benar mengalaminya, agar dalam perkembangan
seksualnya dapat berjalan secara wajar dan tidak ada beban-beban kejiwaan.
Lebih dari itu agar anak dapat menjalankan ketentuan syar’i yang telah mulai
berlaku bagi dirinya.
7) Pemisahan tempat tidur.
Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan bertujuan agar mereka
mampu memahami dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara laki-
laki dan perempuan, terbiasa menghindari pergaulan bebas antar jenis kelamin
yang berbeda.

D. Metode Pendidikan Seks pada Anak dalam Pendidikan Agama Islam


Metode yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak antara
lain sebagai berikut:
a. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks melalui cara
membiasakan anak agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang berbau
porno, membiasakan anak tidur terpisah dengan orang tuanya, membiasakan
anak menjaga kebersihan alat kelaminnya, membiasakan anak untuk tidak
berkhalwat dengan lawan jenisnya tanpa didampingi muhrimnya dimulai
dengan hal kecil misalnya, pemisahan tempat duduk di kelas, serta
membiasakan anak berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran islam.

b. Metode keteladanan.
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap anak-anak
yang belum begitu kritis akan banyak mempengaruhi tingkah laku sehari-
harinya. Dalam pendidikan seks anak harus diberikan keteladanan dalam
pergaulan, berpakaian, serta dalam peribadatan. Apa yang disampaikan guru
akan lebih mudah diserap oleh peserta didik jika dibarengi dengan upaya
pemberian keteladanan dan contoh yang nyata terhadap siswa.

c. Metode pemberian hadiah dan hukuman.


Dalam pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman dapat
diterapkan dalam rangka menanamkan aturan-aturan islami menyangkut
masalah ibadah dan etika, khususnya etika seksual. Bagi anak yang telah
mematuhi aturan yang dicanangkan kepada mereka, mereka berhak mendapat
hadiah meskipun hanya sanjungan dan pujian. Namun apabila melanggar,
mereka harus diberi hukuman meskipun hanya berupa teguran.

d. Metode Tanya jawab dan dialog.


Metode Tanya jawab dan dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-
dasar pendidikan seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling
umum adalah selalu ingin tahu terutama dalam hal-hal yang menarik
perhatiannya. Metode tanya jawab tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga
dapat dilakukan di luar kelas. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dan sharing tentang hal-hal yang diluar akademis,
tentang permasalahan aktual seputar permasalahan remaja dan pendidikan
seks.
e. Metode pengawasan.
Anak hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup aurat dan
memberikan pengertian mengenai bahaya yang timbul akibat aurat terlihat
orang lain. Anak juga perlu diawasi dalam pergaulannya agar terhindar dari
pergaulan bebas dengan tujuan agar anak mampu memahami etika bergaul
dalam Islam.
a) Pengawasan Internal
Diantara hal yang dapat membangkitkan rangsangan seks anak adalah:
 Anak usia remaja masuk dalam rumah tanpa minta izin pada
orangtua, misal ketika masuk kamar orangtua ia melihat aurat
orang tua yang tersingkap.
 Anak yang berusia sepuluh tahun keatas tidur satu tempat tidur
dengan saudara- saudaranya.
 Memberikan peluang kepada anak untuk menonton film yang
merangsang.
 Membiarkan anak membiasakan kehendak nafsunya untuk
melihat gambar- gambar porno.
 Memberikan kesempatan kepadanya sejak usia puber untuk
bergaul dengan Perempuan dekatnya.
Untuk itu, orang tua dan pendidik harus memberikan pengarahan
yang cermat, bimbingan yang benar dan bijaksana, serta tidak
kehabisan cara dalam memperbaiki dan mendidik anak.
b) Pengawasan Eksternal.
Faktor eksternal antara lain :
 Bioskop atau tontonan.
 Kerusakan akibat fenomena kejahatan di masyarakat.
 Kerusakan karena adanya klab malam, baik secara rahasia
ataupun terang- terangan.
 Kerusakan akibat teman yang jahat.
 Kerusakan akibat pergaulan sepasang remaja yang berlainan
jenis.
 Mengajarkan hukum agama yang dibebankan kepada anak usia
puber dan baligh.

Islam memandang seks, bertitik tolak dari pengetahuan tentang fitrah


manusia dan usaha pemenuhan kecenderungannya agar setiap individu
di dalam masyarakat tidak melampaui batas- batas fitrahnya dan tidak
menempuh jalan yang menyimpang yang bertentangan dengan
nalurinya. Ia berjalan sesuai dengan cara yang normal dan benar yang
telah digariskan Islam, yakni dengan pernikahan. Dalam Al- Qur’an
Surat Ar- Rum : 21 yang artinya :

“ Dan diantarai tanda- tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan


untukmu istri- istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih
sayang”.

Dari firman tersebut, kita tahu bahwa Islam mengharamkan


penghindaran diri dari perkawinan dengan niat ingin mencurahkan
semua waktunya untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Syariat Islam adalah syariat yang memerangi dengan keras dantak
mengenal kompromi semua ajakan kepada kehidupan rahbaniyyah
yang dimurkai dan kepada hidup membujang yang tercela karena
bertentangan dengan fitrah manusia dan bertolak belakang dengan
kecenderungan nalurinya.

E. Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak


Tujuan pendidikan seks sesuai usia perkembangan pun berbeda-beda. Seperti pada
usia balita, tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti
menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya. Jika tidak dilakukan lebih awal maka ada kemungkinan anak akan
mendapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat
kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau masalah lainnya.

Untuk usia sekolah mulai 6-10 tahun bertujuan memahami perbedaan jenis kelamin
(laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat
genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit. Sedangkan usia
menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan masa pubertas dan
karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuh.

Jadi secara garis besarnya pendidikan seks diberikan sejak usia dini (dan pada usia
remaja) dengan tujuan sebagai berikut:
1. Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa
puber, dan kehamilan.
2. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan.
3. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual..
4. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.
5. Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual
Mengurangi kasus infeksi melalui seks.
6. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pendidikan seks diartikan sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti
benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik
selama hidupnya. Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam
meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan jiwa maskulin dan feminim, mendidik menjaga
pandangan mata, mengenalkan mahrom-mahromnya, memberikan pengertian tentang
ikhtilam dan haidh, serta mendidik cara menjaga kebersihan kelamin. Adapun metode yang
dapat digunakan adalah metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian hadiah
dan hukuman, metode tanya jawab dan dialog, serta metode pengawasan.
B. Saran
Pendidikan seks sangat penting untuk diberikan sedini mungkin kepada anak. Namun hal ini
tidak semata-mata menjadi beban dan tanggung jawab bagi orang tua, namun juga menjadi
tanggung jawab guru sebagai orang tua kedua bagi anak. Pendidikan seks ini dapat diberikan
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, mulai dari hal yang sifatnya sederhana hingga
pada hal yang sifatnya kompleks. Orang tua, guru, dan masyarakat memikul tanggung jawab
bersama dalam mendidik generasi muda agar mereka dapat memperoleh penjelasan dan
informasi tentang seks manusia serta menegakkan nilai-nilai manusiawi terhadap seks
tersebut dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka

Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi Orang Tua, Guru,
Ulama, dan Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan. 2003. Jakarta: Pustaka Zahra
M. Kasim Mugi Amin. Kiat Selamatkan Cinta. 1997. Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, 1985. Solo: Ramadhani.
Nasikh Ulwan, Pendidikan Seks, 1996. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, 2008. Yogyakarta: Pustaka Fahima.
Moh. Roqib. Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan.
Vol. 13 No. 2. P3M STAIN Purwokerto.
Johan Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga. 1994. Jakarta:
Erlangga
Prof. Sikon Pribadi, Mutiara-mutara Pendidikan, tt. Bandung: Jemmara.

Anda mungkin juga menyukai