PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini masyarakat merasakan perlu diperluasnya pengetahuan
tentang sex education, dengan latar belakang bermacam-macam; guna memelihara
tegaknya nilai-nilai moral, guna mengatasi gangguan-gangguan psikis dikalangan
remaja, guna memberi pengetahuan orang tua dalam menghadapi perkembangan
anak-anak dan lain sebagainya.
Kesadaran orang tua dan pendidik akan pendidikan seks kepada para
remaja masih sangat minim dan kurang jelas. Salah satunya adalah
menyembunyikan urusan seksual dari anak-anak pada saat mereka membutuhkan
bimbingan yang murni, yaitu umur tujuh hingga empat belas tahun, sehingga
mereka tidak mengatahui apa-apa tentang masalah seksual sampai mereka
menginjak usia puber. Padahal dalam islam, seorang anak mumayiz harus
dikenalkan pada kaidah-kaidah yang berkaitan dengan pendidikan seksual, untuk
mempersiapkan anak menghadapi perubahan dalam pertumbuhannya.[1]
Sebagai agama yang memberikan pedoman hidup kepada umat manusia
dalam segala aspeknya, islam mengatur dan memberi arah juga kepada umat
manusia dalam melaksanakan fungsi seksualnya, kearah tujuan yang benar dan
baik, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahkluk yang beadap dan
terhormat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa isi dan materi pendidikan seks?
2. Apa urgensi pendidikan seks bagi pendidikan di Indonesia?
3. Bagimana metode pendidikan seks dalam pemelajaran Pendidikan Agama
Islam?
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk mengetahui :
1. Isi dari materi pendidikan seks
2. Urgensi pendidikan seks bagi pendidikan di Indonesia
3. Metode pendidikan seks dalam pemelajaran Pendidikan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Sedangkan istilah
seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. Mugi Kasim mengartikan seks
sebagai sumber rangsangan baik dari dalam maupun luar yang mempengaruhi
tingah laku syahwat yang bersifat kodrati.[2]Syamsudin mendefinisikan
pendidikan seks sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti
benar-benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya
dengan baik selama hidupnya.[3]
Lebih dalam lagi Dr. A.Nasih Ulwan menyebutkan bahwa pendidikan seks
adalah upaya pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah
seks yang diberikan kepada anak agar ia mengerti masalah-masalah yang
berkenaan dengan seks, naluri dan pekawinan, sehingga jika anak telah dewasa
dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui masalah-
masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah
laku islami sebagi akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-
cara hedonistic.[4]
B. Tujuan Pendidikan Seks
Tiap-tiap usaha pendidik selalu diarahkan untuk membimbing si terdidik
ke arah tujuan tertentu.[5]Adapun tujuan pendidikan seks adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan sikap yang sehat pada diri seseorang terhadap seks dan
seksualitas. [6]
2. Mengartikan kehidupan seks yang ada pada manusia, yakni untuk
memberikan penjelasan dan informasi tentag seks manusia serta
menegakkan nilai-nilai manusiawi terhadap seks tersebut.[7]
3. Mendidik anak menjadi pribadi dewasa yang dapat mengadakan hubungan
heteroseks yang sehat.[8]
Sedangkan tujuan pendidikan seks yang diberikan kepada anak-anak sebagai
generasi penerus meliputi beberapa hal:[9]
1. Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi akibat
pertumbuhannya, maka anak laki-laki harus mengerti tentang air mani dan
perempuan tahu tentang haid.
2. Menjadikan anak bangga dengan jenis kelaminnya dan memandang lawan
jenisnya dengan penghargaan dengan kelebihan dan keistimewaannya.
3. Untuk membantu mereka mengetahui bahwa perbuatan seks harus
didasarkan atas penghargaan yang tulus terhadap kepentingan rang lain.
b. Pengawasan Eksternal
Faktor eksternal antara lain :
1. Bioskop atau tontonan
2. Kerusakan akibat fenomena kejahatan di masyarakat
3. Kerusakan karena adanya klab malam, baik secara rahasia ataupun terang-
terangan
4. Kerusakan akibat teman yang jahat
5. Kerusakan akibat pergaulan sepasang remaja yang berlainan jenis
6. Mengajarkan hukum agama yang dibebankan kepada anak usia puber dan baligh
Dari firman tersebut, kita tahu bahwa Islam mengharamkan penghindaran diri dari
perkawinan dengan niat ingin mencurahkan semua waktunya untuk ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah. Syariat Islam adalah syariat yang memerangi
dengan keras dantak mengenal kompromi semua ajakan kepada kehidupan
rahbaniyyah yang dimurkai dan kepada hidup membujang yang tercela karena
bertentangan dengan fitrah manusia dan bertolak belakang dengan kecenderungan
nalurinya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan seks diartikan sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar
dapat mengerti benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat
mempergunakannya dengan baik selama hidupnya. Islam sendirimemberikan
pedoman-pedoman tentang kehidupan seksual, meskipun belum terperinci seperti
yang ada sekarang di dunia sexiologi. Pokok-pokok pendidikan seks pada anak
dalam Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan jiwa
maskulin dan feminism, mendidik menjaga pandangan mata, mengenalkan
mahrom-mahromnya. memberikan pengertian tentang ikhtilam dan haidh,
mendidik cara menjaga kebersihan kelamin, dll. Adapun metode yang dapat
digunakan adalah metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian
hadiah dan hukuman, metode tanya jawab dan dialog, serta metode pengawasan.
B. Saran
Pendidikan seks sangat penting untuk diberikan sedini mungkin kepada anak.
Namun hal ini tidak semata-mata menjadi beban dan tanggung jawab bagi orang
tua, namun juga meenjadi tanggung jawab guru sebagai orang tua kedua bagi
anak. Pandidikan seks ini dapat dibeikan sesuai dengan tingkat perkembangan
anak, mulai dari hal yang sifatnya sederhana hingga pada hal yang sifatnya
kompleks. Orang tua, guru, dan masyarakat memikul tanggung jawab bersama
dalam mendidik generasi muda agar mereka dapat memperoleh penjelasan dan
informasi tentang seks manusia serta menegakan nilai-nilai manusiawi terhadap
seks tersebutdan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi Orang
Tua, Guru, Ulama, dan Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan.
2003. Jakarta: Pustaka Zahra
M. Kasim Mugi Amin. Kiat Selamatkan Cinta. 1997. Yogyakarta: Titian Ilahi
Press
[1]Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi
Orang Tua, Guru, Ulama, dan Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan.
(Jakarta: Pustaka Zahra. 2003) hlm 23
[2] M. Kasim Mugi Amin, Kiat Selamatkan Cinta, (Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1997), hlm. 38
[3] Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, (Solo: Ramadhani, 1985), hlm.
14
[4] Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, (Bandung: remaja Rosda Karya, 1996), hlm.
72
[5] Muh. Zein, Azaz dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Sumbangsih
Offset, 1985), hlm. 30.
[6] Abineno, Seksualitas dan Pendidikan Seksual, (Jakarta: Gunung Mulia, 1980),
hlm. 70
[7] Johan Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga,
(Jakarta: erlangga, 1994), hlm. 17
[8] Prof. Siskon Pribadi, Mutiara-mutara Pendidikan, (Bandung: jemmara, tt),
hlm. 35
[9] Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, (Yogyakarta: Pustaka fahima, 2008), hlm.
74-75
[10] Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. http://ratuhati.com/index.php.
diunggah pada Rabu, 06 May 2009. Pukul 00:55. Diunduh pada kamis, 22 Maret
2012. pukul 11: 45
[11] Suraji, Op. Cit., hlm. 132
[12]Nasikh Ulwan, Op. Cit., hlm.17
[13] Suraji, Op. Cit., hlm. 143
[14] Suraji, Op. Cit., hlm. 168
[15] Muhammad Zein, Op. Cit., hlm. 251