Anda di halaman 1dari 10

PRAKATA

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Semarang, 26 Desember 2022

2
DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................................................... 5
D. Manfaat .................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
A. Definisi Pendidikan Seksual .................................................................................................... 6
B. Pentingnya Pendidikan Seksual Bagi Remaja ......................................................................... 7
C. Hal yang Harus Dilakukan Agar Tidak Terjerumus Pergaulan Bebas .................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................................... 10

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan seks adalah salah satu langkah atau upaya untuk mengurangi dan mencegah
penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah adanya dampak-dampak negatif yang tidak
diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit seksual menular, depresi dan
tindak kekerasan seksual yang sering kali kerap terjadi pada anak (Sarwono, 2005). Pendidikan
seks pada hakikatnya merupakan usaha untuk membekali pengetahuan tentang fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta agama agar tidak terjadi penyalahgunaan
organ reproduksi tersebut.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yakni dari umur
12 tahun sampai 18 tahun. Pada masa ini remaja akan mengalami perubahan dan perkembangan
dalam segala aspek, salah satunya adalah perkembangan pada aspek seksual yang lebih matang
(Wanyonyi, 2014). Kematangan seksual pada remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan
keingintahuan remaja tentang seksual. Sehingga perlunya bimbingan dan pengarahan kepada
remaja melalui pendidikan seks yang dapat diberikan oleh orang tua, guru, atau pendidik pada
umumnya.

Masa remaja adalah masa yang paling signifikan untuk mendapatkan pendidikan seks.
Sedini mungkin orang tua harus waspada dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi pada diri anak tersebut. Bila pendidikan seks tidak diajarkan sedini mungkin pada anak-
anak, maka besar kemungkinan akan terjadi pergaulan bebas, seks bebas, pemerkosaan, hamil
diluar nikah, aborsi, hidup bersama diluar nikah, dan pelanggaran-pelanggaran nilai-nilai moral
lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah program yang dapat memfasilitasi remaja
untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan seks yang dapat mereka jadikan rujukan dan
sebagai langkah antisipasi terhadap terjadinya perilaku seks bebas. Program yang diperlukan oleh
remaja adalah berupa pendidikan seks yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
informasi yang benar.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pendidikan seksual?

2. Mengapa pendidikan seksual sangat penting diajarkan pada remaja?

3. Apa yang harus dilakukan remaja supaya tidak terjerumus perilaku seksual yang
menyimpang?

C. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan apa itu pendidikan seksual.

2. Untuk memberikan pemahaman dengan benar tentang pentingnya pendidikan


seksual bagi remaja.

3. Untuk mengantisipasi dampak buruk akibat penyimpangan seksual dikalangan


remaja.

D. Manfaat

1. Agar pembaca memahami apa itu pendidikan seksual.

2. Agar pembaca mengetahui pentingnya pendidikan seksual bagi remaja.

3. Agar pembaca dapat mengantisipasi dampak buruk akibat penyimpangan


seksual dikalangan remaja.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidikan Seksual

Pemahaman yang berbeda terhadap arti pendidikan seks membuat kebanyakan orang
salah mengartikan kata pendidikan seks sebagai sesuatu yang jorok dan dianggap sebagai hal
yang tabu. Padahal pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan,
sehingga pengertian pendidikan seks sangat erat hubungannya dengan pendidikan pada
umumnya. Pengertian pendidikan seks dapat diperhatikan dari kata yang membentuk istilah
tersebut yaitu pendidikan dan seks.

Secara etimologi, pendidikan artinya proses pengubah tingkah laku seseorang atau
kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan. Seks secara
terminologis artinya nafsu syahwat, yaitu kekuatan pendorong hidup biasanya disebut dengan
insting/naluri yang dimiliki oleh setiap manusia. Sedangkan seks menurut C.P. Chaplin, adalah
perbedaan yang khas antara perempuan dan laki-laki atau antara organisme yang memproduksi
telur dan sel sperma. Seks juga berarti sebagai kesenangan atau kepuasan organis yang
berasosiasi dengan perangsangan terhadap organ-organ kemaluan (alat kelamin).

Pendidikan seks merupakan proses pengajaran yang bukan satu kali seumur hidup.
Menurut UNESCO, pendidikan seks adalah pemahaman terus-menerus diberikan kepada anak
mengenai sikap, value, dan perkembangan alat-alat reproduksi serta bagaimana menjaganya.
Pendidikan seks juga diartikan sebagai suatu pengetahuan mengenai segala hal yang berhubungan
dengan jenis kelamin. Ini mencakup pertumbuhan jenis kelamin, bagaimana fungsi kelamin
sebagai alat reproduksi, bagaimana perkembangan alat kelamin pada wanita dan laki-laki,
menstruasi, mimpi basah, dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya
perubahan pada hormon-hormon.

Pendidikan seks erat hubungannya dengan upaya memberikan pengetahuan tentang


perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan

6
pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen
agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.

Berdasarkan definisi-definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks ini bisa
juga disebut pendidikan kehidupan berkeluarga. Dalam konteks pendidikan seks sendiri,
kehidupan seks manusia bukanlah sesuatu yang baru. Bila ditelusuri sejarah perkembangan
kehidupan seks dari zaman manusia primitif hingga kini, dapat kita lihat bahwa kehidupan seks
tak terlepas dari warisan sosial dan budayanya.

B. Pentingnya Pendidikan Seksual Bagi Remaja

Pendidikan seksual seharusnya diberikan kepada remaja melalui pendidikan formal


maupun informal. Lembaga pendidikan formal seperti sekolah dapat memberikan pengenalan
mengenai alat reproduksi, bagaimana perkembangan alat kelamin pada wanita dan laki-laki,
menstruasi, mimpi basah, dan sebagainya. Bagi anak-anak usia 13 sampai 18 tahun atau
memasuki masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Hal tersebut cukup
efektif jika pendidikan seksual diberikan melalui pendidikan sekolah. Pendidikan informal
diberikan dari lingkungan keluarga dimana orang tua sangat berperan penting.

Pendidikan seksual penting agar remaja mengetahui informasi seksual, memiliki


kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas, memiliki kesadaran akan fungsi-
fungsi seksualnya, memahami masalah-masalah seksualitas remaja, dan memahami faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas (DS Purnama, 2018). Masa remaja
identik dengan masa pubertas dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat.
Pada masa ini remaja harus mendapat pengawasan secara intensif baik dari lingkungan keluarga
maupun lingkungan sekolah agar remaja dapat terhindar dari perilaku seksual yang menyimpang.
Di era globalisasi ini, pergaulan bebas bahkan sampai melakukan hubungan seksual pada remaja
semakin meningkat.

Hasil penelitian yang dikutip dari sebuah Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan
mengenai Pendidikan Seks pada Usia Dini oleh Moh. Roqib menunjukkan bahwa 97,05%
mahasiswa di Yogyakarta telah kehilangan keperawanannya. Nyaris 100% atau secara matematis

7
bisa disepadankan dengan 10 gadis dari 11 gadis sudah tidak perawan yang diakibatkan oleh
hubungan seksual. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Bulan Juni 2010 jumlah
pengidap HIV/AIDS atau ODHA di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV
2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15-19 berjumlah
151 orang (4,14%), 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak
penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda (Depkes RI, 2010).

Dari data meningkatnya kasus penyimpangan hubungan seksual tersebut bisa terjadi jika
kurangnya edukasi di kalangan remaja. Hal ini tentu saja bukan tugas sederhana bagi orang tua
dan tenaga pengajar. Orang tua memiliki peranan penting untuk dapat menyampaikan pendidikan
seks yang baik dan tidak menimbulkan pemahaman yang salah. Di Indonesia sendiri sebagian
orang tua jarang bahkan hampir kurang memberikan pendidikan seks untuk anaknya, hal ini
karena pendidikan seks masih dianggap tabu di kalangan masyarakat (Kemendikbud, 2019).
Mereka beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak kecil. Padahal
faktanya dengan pendidikan seks yang diberikan sejak dini akan sangat berpengaruh dalam
kehidupan anak ketika dia memasuki masa remaja.

C. Hal yang Harus Dilakukan Agar Tidak Terjerumus Pergaulan Bebas

Fase masa remaja menuju dewasa merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam
berbagai aspek fisik, psikis dan emosi. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan yang
mengkhawatirkan akan terjadi pada mereka yakni penyimpangan seksual yang berupa seks bebas,
penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan tidak dikehendaki di
kalangan remaja (Pertiwi, Ratna Kartika).

Penyebab terjadinya kelainan seksual ini bersifat kejiwaan atau psikologis, seperti faktor
lingkungan pergaulan, pengalaman sewaktu kecil, dan faktor genetik. Mereka yang mengalami
atau mempunyai perilaku penyimpangan seksual menolak mengakui perilaku seksual yang
menyimpang dari norma sosial, moral dan agama. Hal ini disebabkan kekhawatiran akan
munculnya penolakan dan diskriminasi dari lingkungan. Masalah seksual sangat sensitif, baik

8
secara moral maupun normatif, akan berpengaruh terhadap nama baik seseorang (Abidin, Anwar
Achmad; 2008).

Dalam melakukan hubungan seks secara bebas ada namanya penyakit PMS/ Penyakit
Menular Seksual. Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit Menular Seksual ini lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan. Jenis penyakit menular seksual yang isa saja terjadi pada orang-
orang tersebut yaitu gonore, sifilis, herpes, dan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit
lainnya yakni LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).
Banyak cara untuk mencegah penyimpangan seksual diantaranya yang perlu dilakukan
yaitu:

 Memberikan pengetahuan mengenai pendidikan seksual kepada anak sejak dini agar anak
mengetahui dan memahami seperti apa bentuk pelecehan seksual dan mengerti bagaimana
cara agar terhindar dari pelecehan seksual serta agar terhindar dari kekerasan seksual.
 Menjauhi lingkungan yang sekiranya dapat berdampak atau memiliki risiko mengajak kita
melakukan penyimpangan seksual.
 Bersikap tegas agar tidak mudah terhasut oleh ajakan hal-hal yang berbau mengenai
penyimpangan seksual dan pergaulan bebas.
 Katakan tidak pada perbuatan maksiat,
 Pengendalian diri karena pencegahan akan terjadinya hal-hal tersebut berawal dari diri
sendiri.
 Jangan minum alkohol dan obat terlarang,
 Membentengi diri dengan pengetahuan agama.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan seks adalah suatu bentuk pengertian dan penjelasan fungsi seks serta organ-
organ seksual untuk menjamin kesehatan dan fungsi seks yang normal. Pendidikan seks juga
merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan, dan pengertian tersebut erat hubungannya
dengan pendidikan pada umumnya. Pentingnya pendidikan seksual di usia dini demi mencegah
kesalahpahaman atau penyimpangan. Dalam hal tersebut sebaiknya lingkungan sekolah dan
keluarga lebih mengawasi anak, baik dalam pergaulan maupun bersosial media, karena
memberikan pengaruh yang besar kepada anak-anak atau remaja yang memiliki rasa ingin tahu
tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pergaulan bebas adalah suatu jalinan pertemanan dalam
kehidupan bermasyarakat yang bersifat lepas atau bebas dan tidak terikat. Pergaulan bebas secara
umum berperilaku menyimpang, sikap menyimpang ini melewati batas dari aturan, kewajiban,
tuntutan, syarat, dan perasaan malu.

B. Saran

Pendidikan seks merupakan bentuk pengajaran berupa pemberian pengetahuan tentang


seks. Khalayak umum masih banyak yang menganggap pendidikan seks merupakan hal yang
tabu. Pendidikan seks sewajarnya menjadi langkah awal untuk kita semua mengerti bagaimana
berperilaku terhadap lawan jenis. Pendidikan sekual yang merata diharapapkan dapat membawa
dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan berupa batasan-batasan berperilaku
terhadap lawan jenis sangat berguna bagi generasi muda. Seminar umum merupakan salah satu
cara efektif dalam memberikan pendidikan seks. Seminar dapat dilakukan dengan cara dalam
jaringan maupun secara langsung. Narasumber yang diundang harus memiliki pengetahuan yang
dalam tentang pendidikan seksual. Hal itu diharapkan untuk membuka pikiran khalayak umum
bahwa pendidikan seks penting dan bukan merupakan hal yang tabu.

10
Pendidikan seks merupakan hal penting dalam mencegah kejahatan seksual. Pendidikan
seksual seharusnya marak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga pendidikan serta
keluarga mempunyai peran penting dalam memberikan edukasi tentang seks. Edukasi yang
mumpuni akan membuka pikiran seseorang mengenai batasan-batasan antar sesama jenis.
Globalisasi banyak membawa dampak pada generasi-generasi muda. Dampak yang ditimbulkan
tidak hanya dampak positif saja melainkan dampak negatif juga. Pergaulan bebas menjadi pokok
masalah serius dalam era globalisasi. Para generasi muda kebanyakan belum mendapatkan
pendidikan seks yang seharusnya. Hal itu tentunya menjadi tanggung jawab semua pihak dalam
mengatasi masalah serius ini. Pengawasan dalam lingkungan hidup juga perlu lebih ditingkatkan
dalam kasus ini. Keluarga dan pihak pendidik memiliki tanggung jawab lebih dalam memberikan
pendidikan seks kepada para generasi muda. Pendidikan seks yang mumpuni diharapkan
mengurangi efek negatif dalam kasus pergaulan bebas.

Faktor lingkungan dan pergaulan paling berpengaruh dalam penyimpangan pergaulan


bebas. Kebebasan yang tidak ada batasnya menimbulkan hal-hal negatif dalam pergaulan bebas.
Berbagai macam penyakit fisik maupun psikologis ditimbulkan dalam pergaulan bebas. Penyakit
menular seksual (PMS) merupakan penyakit yang ditimbulkan dan dapat menular melalui
hubungan seksual. Penyakit psikologis berupa kelainan hasrat seksual ditimbulkan juga karena
kurangnya pengetahuan tentang pendidikan seks. Pihak pendidik dan lembaga pendidikan sudah
seharusnya memberi perhatian lebih pada kasus ini. Perhatian berupa edukasi mengenai
pendidikan seksual harus lebih marak diadakan baik dalam bentuk seminar dalam jaringan
maupun secara langsung. Pergaulan yang bebas juga memerlukan filter agar tidak terjerumus
kedalam hal-hal yang dapat menghancurkan diri senidiri maupun orang lain. Generasi muda
seharusnya memiliki kesadaran lebih untuk memiliki prinsip dalam bergaul. Membentengi diri
dari hal-hal negatif akan memberikan dampak positif pula bagi diri sendiri.

11

Anda mungkin juga menyukai