KELOMPOK 6
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt atas limpahan Rah mat, taufik hidayahnya
Serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah “Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja”
memenuhi tugas sesuai yang di harapkan.Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi masyarakat umum, dan
tidak lupa kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik
dalam kosakata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.Kami sebagai penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Seks..................................................................................................3
B. Tujuan Pendidikan Seks.......................................................................................................7
C. Materi Pendidikan Seks........................................................................................................8
D. Kegunaan Pendidikan Seks.................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini sering terdengar istilah pendidikan seks baik melalui koran, majalah,
radio, maupun televisi. Mungkin karena banyaknya pendapat mengenai pendidikan seks
itu, membuat pengertiannya semakin kabur, mungkin juga tambah simpang siur. Oleh
karena itu, untuk memperoleh pemahaman yang benar mengenai istilah pendidikan seks,
maka ada dua kata kunci yang harus kita pahami terlebih dahulu, yaitu kata pendidikan
dan kata seks.
Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan. Sedang kata seks mempunya dua pengertian. Pertama, berarti jenis kelamin dan
yang kedua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat kelamin, misalnya
persetubuhan atau senggama. Jadi, sebenarnya pendidikan seks mempunyai pengertian
yang jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis,
psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Dengan demikian, hakikat pendidikan seks adalah memberikan pelajaran dan
pengertian kepada anak sejak dini hingga menginjak usia remaja atau baligh, serta
berterus terang kepadanya tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan seks,
naluri dan perkawinan. Sehingga ketika anak tumbuh menjadi remaja dan memahami
masalah-masalah kehidupan , ia telah mengerti akan hal-hal yang halal dan yang haram.
Remaja secara sederhana merupakan kelompok masyarakat yang berada pada
kelompok usia 11-24 tahun. Masa ini adalah masa yang penuh dengan transisi baik secara
psikologis dan fisiologis. Perubahan ini akan berjalan berkesinambungan hingga dewasa.
Mereka mengisi pada lapisan piramida masyarakat yang unik karena seiring dengan
peningkatan hormon dan perbaikan gizi yang diperolehnya, sehingga mereka akan
mengalami perubahan fungsi dan dorongan seksual yang cukup pesat yang muncul dalam
bentuk perilaku.
iv
Terlebih jika dipengaruhi oleh faktor-faktor stimulus baik dari lingkungan, faktor
kepribadian, peran serta keberfungsian keluarga dan pengaruh teman sebaya. Tidak
sekedar itu, perkembangan psikososialnya pula. Hal itulah yang menyebabkan mereka
menjadi rentan terhadap pengaruh buruk dari luar yang akhir-akhir ini memicu timbulnya
perilaku seksual yang menyimpang dan berisiko tinggi.
Oleh karena itu, pemberian pendidikan seks untuk remaja merupakan hal yang
sangat penting, agar remaja kita kebali memiliki nilai dan prinsip hidup yang lebih
berdasarkan pada norma agama dan budaya yang luhur. Hanya inilah satusatunya bekal
yang harus ditanamkan buat mereka sehingga remaja tidak salah dalam menempatkan diri
dalam situasi apapun.
B. Rumusan Masalah
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
sebab mungkin pengarunya itu tidak mengandung unsur-unsur mendidik sama sekali”.
Menurut Crow dan Crow, bahwa yang dimaksud pendidikan adalah “pengalaman yang
memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang
menyebabkan ia berkembang”. Menurut Syekh Musthafa Ghulayani, bahwa yang
dimaksud pendidikan adalah “menanamkan akhlak yang baik dalam jiwa
angkatan/generasi muda dan memberikan siraman air petunjuk dan nasehat, sehingga
menjadi suatu sifat dalam jiwa yang kemudian membuahkan sifat utama dan baik serta
cinta pekerjaan untuk berbakti pada tanah airnya”. Menurut Driyakarya, bahwa yang
dimaksud pendidikan adalah “pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia
muda ketaraf insani”. Ahmad D. Marimba, menjelaskan bahwa yang dimaksud
pendidikan adalah “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama”. Dari beberapa pengertian atau batasan pendidikan yang diberikan para ahli
terebut di atas, meskipun berbeda dari sisi redaksinya, namun hakikatnya sama, yaitu
adanya kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, seperti proses
bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti
pendidik, anak didik, tujuan, materi dan sebagainya.
2. Seks
Dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Indonesia, kata seks sering diartikan
sebagai hubungan intim atau segama. Ada pula yang beranggapan bahwa seks adalah
birahi atau birahi itu sama dengan seks. Pemahaman inilah yang menyebabkan
kebanyakan orang memiliki pandangan yang sempit dan keliru tentang seks. Hingga
akhirnya, ketika ada orang membicarakan masalah seks, yang ada dalam pikirannya
hanyalah nafsu seksual dan kenikmatan yang ditimbulkan oleh pemenuhan nafsu itu.
Inilah pemahaman yang harus diluruskan.
Secara bahasa seks artinya jenis kelamin”. Menurut Hilman Al Madani, yang
dimaksud seks adalah;
pembicaraan seputar alat kelamin termasuk di dalamnya hubungan intim antara
pria dan wanita. Tetapi perlu diketahui bersama bahwa seksualitas tidak
membicarakan hal-hal yang mengumbar aurat, atau mengajarkan bagaimana
vii
cara berhubungan seks, dan bukan hanya sekedar pembicaraan tentang seputar
alat kelamin, tetapi seksulitas membicarakan tentang totalitas ekspresi kita
sebagai laki-laki ataupun perempuan ...
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata seks mempunyai
beberapa arti, antara lain: “seks berarti jenis kelamin, hal yang berhubungan dengan alat
kelamin, seperti segama”. Ada pula yang menjelaskan bahwa “kata seks kadang
digunakan untuk membedakan jenis kelamin seseorang, apakah dia anak laki-laki atau
anak perempuan”.
Jadi, berdasarkan dari beberapa pengertian tentang seks di atas, nampak jelas
bahwa seks bukanlah membicaraan tentang hal segama atau hubungan badan, melainkan
pembahasan tentang jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berdasarkan pengertian
pendidikan dan pengertian seks di atas, dapat kita rumuskan secara utuh, bahwa
pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu seperti
yang dikatakan oleh Prof. Gawshi, bahwa pendidikan seksual adalah “untuk memberi
pengetahuan yang benar kepada anak laki-laki atau perempuan yang menyiapkannya
untuk beradaptasi secara baik dengan sikap-sikap seksual di masa depan kehidupannya,
dan pemberian pengetahuan ini menyebabkan anak memperoleh kecenderungan logis
yang benar terhadap masalah-masalah seksual dan reproduksi”.
Sementara itu, menurut Syeh Abdullah Nashih Ulwah Nasih, sebagaimana yang
dikutip oleh Yusuf Madani, mendefinisikan pendidikan seksual sebagai “pengajaran,
penyadaran, dan penerangan kepada anak sejak ia memikirkan masalah-masalah seksual,
hasrat dan pernikahan sehingga anak itu menjadi pemuda, tumbuh dewasa, dan
memahami urusan-urusan kehidupan maka ia mengetahui kehalalan dan keharaman”.
Sedangkan menurut Dr. Ali Akbar, sebagaimana yang dikutip oleh Rahmad Rosyda,
berpendapat bahwa yang dimaksud pendidikan seks adalah tidak lain semacam
“penerangan tentang seks. Pemberian informasi mengenai seks dari berbagai aspeknya,
pengertiannya, tujuannya, akibatnya, termasuk yang berkaitan dengan masalah etis, moral
dan hukum-hukumnya”.
Dengan memperhatikan ketiga definisi tersebut, dapat kita pahami bahwa
ketiganya memberikan tekanan pada pembekalan anak mumayiz dengan kaidahkaidah
viii
yang mengatur perilaku seksual untuk mengatasi sikap-sikap seksual dan perubahan alat
reproduksi yang mungkin menimpa kehidupannya di masa depannya. Pendidikan seksual
membekali individu dengan konsep-konsep kehalalan dan keharaman yang oleh Prof.
Gawshi disebut “pengetahuan yang benar”.
Hal-hal yang terdapat dalam ketiga definisi tersebut diharapkan dapat membuat si
anak dalam mewujudkan kesucian diri dan beradaptasi secara baik dengan syahwat
seksualnya, dan dapat bersikap benar ketika menghadapi masalah seksual. Dengan
demikian, pendidikan seks adalah upaya memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
anak sedini mungkin supaya anak tidak salah dalam menggunakan organ-organ tubunya
seperti alat reproduksinya, atau seandainya mereka menggunakannya dapat sesuai atau
sejalan dengan tuntunan syariat agama yang benar.
Pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang
fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, dan komitmen agama agar
tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Adapun organ-organ reproduksi
antara lain; untuk laki-laki yaitu penis (kelamin), testis (buah zakar), dan scrotum
(kantong buah farj). Sedangkan organ reproduksi wanita yaitu vagina, uterus (rahim),
tuba fallopi (saluran telur), ovarium (indung telur), mammae (payudara).
Oleh karena itu, pendidikan seks tidak cukup hanya dengan mengajarkan fungsi
organ-organ kelamin, dan kesehatan reproduksi saja, akan tetapi harus diajarkan pula
pendidikan agama, seperti akidah, akhlak dan keimanan.
Apa bila pendidikan seks tidak didasari dengan tuntunan agama, maka yang
timbul adalah meningkatnya penyimpangan perilaku seks, kehamilan di luar nikah,
meningkatnya aborsi, dan manjalarnya penyakit AIDS di kalangan remaja dan
masyarakat pada umumnya. Pendidkan seks harus dimulai sedini mungkin, mulai masa
kanak-kanak dan terus berlangsung hingga usia remaja. Karena itu, kedua orang tua
adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan seks bagi putra-
putrinya.
Jika mereka (para orang tua) mampu membangun komunikasi yang baik dan
harmonis, permasalahan anak-anak dan remaja tidak akan muncul. Begitu pula masalah
seksualitas. Dengan demikian, orang tua harus menciptakan suasana hormat, keakraban
dan keterbukaan, bukan sebaliknya. Lingkungan dan suasana harus sedemikian rupa,
ix
sehingga anak berani menanyakan tanpa ada rasa takut atau merasa malu kepada orang
tuanya.
Jadi, tujuan diberikan pendidikan seks bagi remaja adalah agar remaja paham
tentang masalah seks, membangkitkan rasa tanggung jawabnya atas penggunaan alat
x
kelaminnya. Selain itu, dia akan memperoleh informasi yang benar yang dapat
menjauhkan remaja dari informasi yang salah, mencegah perilaku seks yang
menyimpang, seperti perzinaan. Juga bertujuan menghasilkan generasi-generasi yang
dapat menjalankan kehidupan yang bahagia kerena dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat dan bertanggung jawab pada dirinya dan terhadap orang lain.
Dengan demikian, pendidikan seks bagi remaja menuntut adanya upaya dengan
maksimal, yaitu dengan menanamkan ajaran-ajaran agama dan moral budaya yang
luhur, yang juga merupakan bekal mereka di dalam menjalani masamasa kehidupan
selanjutnya.
1. Materi pendidikan seks untuk anak-anak yang belum mencapai usia pubertas/masa
tamyiz (usia 7-10 tahun ed.)
Pada masa ini, materi yang perlu diberikan yaitu tentang proses kehidupan
manusia dari semenjak dalam kandungan hingga masa dewasa. Anak juga sudah mulai
dikenalkan dengan berbagai kenyataan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka
sehingga mereka mampu menjaga dan menghindarkan diri dari bahaya pelecehan seksual
yang sering menimpa anak-anak seusia mereka yang semakin marak terjadi. Dalam hal
ini, mereka bisa diajarkan bagaimana bersikap dengan orang asing yang tidak dikenal,
bagaimana mengenali sentuhan yang wajar, sentuhan yang tidak wajar, sentuhan yang
penuh birahi/sahwat kepada mereka, dan apa yang harus mereka lakukan jika hal tersebut
terjadi.28 Di samping itu, mereka juga diajarkan untuk mempersiapkan diri memasuki
usia masa pubertas yang akan mereka lewati beberapa tahun kemudian. Dengan
demikian, pada saatnya nanti, anak tidak lagi bingung, malu, dan cemas dengan berbagai
perubahan yang terjadi pada fisik dan jiwa mereka, dan mereka mampu melewatinya
dengan tenang.
2. Materi pendidikan seks masa remaja atau puber (usia 11-24 tahun ed.)
Pada masa ini, anak kembali dipahamkan dengan proses baligh (puber) dan segala
macam konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggungnya. Mereka sudah harus
mengerti untuk mulai bertangung jawab terhadap diri mereka sendiri khususnya ditinjau
dari segi pelaksanaan ajaran agama, tanggung jawab secara fisik, moral dan sosial.
Ketrampilan merawat diri juga sangat diperlukan, di samping diskusi tentang bagaimana
menjaga diri dari pergaulan yang tidak baik. Bimbingan dalam menjalani masa puber
sangat penting, mengingat perubahan fisik dan jiwa anak yang sangat pesat pada masa
tersebut.
Bimbingan pada masa ini tentu saja sangat penting untuk menentramkan gejolak jiwa
yang sedang mereka alami, sehingga mereka tetap tenang dalam menjalani masa
xii
pubertas. Mereka juga sudah mulai dikenalkan dengan gambaran menjadi orang dewasa
dengan segala macam tugas dan tanggung jawabnya, juga peran jenis lakilaki dan
perempuan. Dengan demikian, anak sudah sedikit paham dan akan menjadi apa mereka
nantinya.
Menurut penulis, sebaiknya materi pendidikan seks yang akan diajarkan pada anak,
selain yang telah disebutkan di atas, juga dimasukkan pula materi pendidikan agama.
Karena dengan bekal pendidikan agama yang cukup dapat menjadi kendali atau benteng
diri anak, sehingga mereka tidak mudah terbawa pengaruh dari lingkungan sekitar yang
rusak yang cenderung mengajak kearah perilaku menyimpang. Karena itu, materi
pendidikan seks yang perlu ditekankan bagi remaja antara, lain:
a) Memberikan pengetahuan tentang perubahan-perubahan biologis, psikologis, dan
psikoseksual sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan manusia.
b) Memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi.
c) Memberikan pengetahuan dan penanaman moral, etika, komitmen agama agar
tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi.
xiii
a. Mereka (remaja) akan memahami perubahan-perubahan yang sekarang terjadi
pada dirinya. Perubahan itu meliputi perubahan psikologis, biologis, dan
psikoseksual sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Dengan memahami berbagai permasalahan itu, mereka tidak akan kaget atau
stres ketika suatu saat mereka merasakan perubahan-perubahan tersebut.
Banyak remaja yang tidak memahami perubahan-perubahan yang sedang
terjadi pada dirinya. Ketidak pahaman ini kadang melahirkan berbagai perasaan
cemas, khawatir, bingung, bahkan ada yang sampai stres.
b. Mereka akan mendapatkan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi yang
sekarang ini sudah mulai bekerja. Pengetahuan ini akan membuat mereka
berhati-hati dalam merawat dan menjaga organorgan reproduksi yang mereka
miliki.
c. Mereka juga akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang etika dan
berbagai perilaku seksual yang menyimpang yang harus mereka jauhi.
Sehingga diharapkan memiliki kehati-hatian dalam bersikap ketika dorongan
syahwat membujuk mereka untuk melakukan penyaluran.
d. Mereka juga akan memahami berbagai akibat dari penyalahgunaan alat
reproduksi yang mereka miliki. Dari mulai kehamilan yang tidak dikehendaki,
aborsi, sampai berbagai penyakit kelamin yang siap menyerang mereka.
2. Hilman Al-Madani
Adapun menurut Hilman Al-Madani, manfaat diberikannya pendidikan seks bagi
remaja, antara lain:
a. Mengerti dan puas dengan peran jenis kelaminnya.
Menurutnya, akhir-akhir ini banyak manusia tidak nyaman dengan peran
jenis kelamin yang dimilikinya. Perasaan tersebut membuat mereka tersiksa
dan akhirnya berperilaku berbeda dari jenis kelamin yang sebenarnya.
Seperti halnya waria-waria yang makin marak bermunculan. Sebagian
orang menganggap bahwa hal itu disebabkan karena kelainan hormon
seksual yang dimilikinya.Tetapi dari kasus yang pernah ditemukan dan
ditangani oleh para ahli, fenomena di atas kebanyakan timbul karena
xiv
pendidikan, pergaulan, dan pola pengasuhan yang tidak wajar semasa kecil,
yang akhirnya berakibat pada kelainan perkembangan keperibadian
seseorang. Mereka yang memiliki kelainan ini hampir dapat dipastikan
tidak memiliki figur laki-laki yang wajar dalam lingkungan keluarganya.
Mereka juga tidak pernah tahu dan tidak pernah diajarkan bagiamana
seorang laki-laki bersikap, berperilaku, dan bertanggung jawab pada
dirinya.
b. Menerima setiap perubahan fisik yang dialmi dengan wajar dan apa adanya
Masa kanak-kanak adalah masa di mana seorang manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis. Apa lagi
ketika mereka mulai memasuki masa pubertas. Perubahan fisik dan jiwa
mengalami tahap yang paling cepat dibandingkan masa-masa sebelum dan
sesudahnya. Anak-anak kita akan merasa asing, kaget, bingung, dan takut
menghadapi perubahan-perubahan yang cepat ini jika mereka tidak dibekali
pengetahuan sebelumnya. Diberikannya pendidikan seksual membuat
mereka mengerti dan paham tentang bagaimana mereka menyikapi
perubahan-perubahan yang mereka alami.
c. Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat
Seringkali remaja memutuskan untuk mencari tahu rasa penasaran mereka
tentang masalah seksual dari teman, komik, VCD, ataupun bacaan-bacaan
yang tidak sepantasnya untuk memenuhi rasa ingin tahu yang menggebu
yang tidak pernah terpenuhi baik dari orang tua ataupun para pendidiknya
di sekolah. Seandainya saja orang-orang terdekatnya seperti orang tua dan
gurunya menjadi sosok yang menyenangkan, sudi mendengarkan keluhan-
keluhannya, dan dapat ia percayai sebagai tempat curahan hatinya,
kemungkinan gambaran buruk tentang perilaku seks yang menimpa
ataupun dilakukan oleh anak-anak tidak akan terjadi, karena rasa ingin
tahunya sudah terpuaskan dari orang-orang terdekatnya yang memberikan
informasi sebenar-benarnya. Sang anakpun menjadi lebih tenang di antara
teman-temannya yang sibuk membicarakan sesuatu yang tidak jelas, karena
ia sudah mengetahui hal yang sesungguhnya.
xv
d. Memperkuat rasa percaya diri dan bartanggung jawab pada dirinya
Percaya diri akan timbul jika seorang anak sudah merasa nyaman dengan
dirinya. Ia akan merasa nyaman jika telah mengetahui setiap bagian dari
dirinya juga fungusi dari bagian-bagian tersebut. Dampaknya, anak akan
mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang harus dan tidak
seharusnya dilakukan, juga apa yang baik dan buruk bagi dirinya.
Akhirnya, anakpun mulai belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri
karena ia telah mengetahui konsekuensi dari setiap perbuatan yang
dilakukan.
e. Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta
Pemahaman tentang bagian-bagian dan fungsi-fungsi yang ada pada
tubuhnya akan membuat anak semakin mengerti dan memahami betapa
agungnya ciptaan Allah swt., siapapun akan takjub ketika mengerti dan
memahami proses kahidupan dan perkembangbiakan manusia, terlebih
ketika kita menyadari bahwa manusialah makhluk yang paling sempurna
yang Allah swt., ciptakan.
xvi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi
organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, dan komitmen agama agar tidak
terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Adapun organ-organ reproduksi antara
lain; untuk laki-laki yaitu penis (kelamin), testis (buah zakar), dan scrotum (kantong buah
farj). Sedangkan organ reproduksi wanita yaitu vagina, uterus (rahim), tuba fallopi
(saluran telur), ovarium (indung telur), mammae (payudara).
Oleh karena itu, pendidikan seks tidak cukup hanya dengan mengajarkan fungsi
organ-organ kelamin, dan kesehatan reproduksi saja, akan tetapi harus diajarkan pula
pendidikan agama, seperti akidah, akhlak dan keimanan.
Apa bila pendidikan seks tidak didasari dengan tuntunan agama, maka yang timbul
adalah meningkatnya penyimpangan perilaku seks, kehamilan di luar nikah,
meningkatnya aborsi, dan manjalarnya penyakit AIDS di kalangan remaja dan
masyarakat pada umumnya. Pendidkan seks harus dimulai sedini mungkin, mulai masa
kanak-kanak dan terus berlangsung hingga usia remaja. Karena itu, kedua orang tua
adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan seks bagi putra-
putrinya.
Yang perlu dipahami pertama kali oleh orang tua ataupun pendidik adalah
pendidikan seks tidak perna mengajarkan pada anak tentang bagaimana cara melakukan
hubungan seks, ataupun hal-hal lainnya yang terkesan vulgar dan menjijikkan.
Pendidikan seks tidak lain adalah membicarakan tentang totalitas ekspresi kita sebagai
laki-laki ataupun perempuan, apa yang kita percayai, kita pikirkan dan kita rasakan
tentang diri kita, bagaimana kita bereaksi dengan lingkungan, bagaimana kita
menampilkan diri kita, bagaimana kita berbudaya dan bersosial, etika dan adab
pergaulan, yang kesemuanya tersebut akan mencirikan sosok identitas kita.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
purnomo, A. (2012, oktober 5). "Pentinganya pendidikan seks bagi remaja dalam keluarga guna
mencegah perilaku menyimpang.". Retrieved november 24, 2022, from
repository.uinjkt.ac.id: https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/21534
xviii