Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HUKUM PERKEMBANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

‘’Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini’’

Dosen Pengampu : Aan Kudrotulloh M.Pd

DISUSUN OLEH :

-Siti Nurelisa

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) BABUNNAJAH-MENES
TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengubah terimakasih bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agarmakalah ini bisa pembaca peraktikan dalam kehidupan sehari-hari

Menes,09 Oktober 2022

Penulis
Daftar isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian pengembangan

B. Pengertian hukum perkembangan

C. Hukum-Hukum perkembangan

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada setiap makhluk hidup, sejak kelahiran dan dalam menjalani kehidupan
seterusnya, terdapat dasar dan pola kehidupan yang berlaku umum sesuai
dengan jenis dan spesiesnya. Selain itu, terdapat pula pola yang berlaku
khusus sesuai dengan sifat-sifat individualnya. Pola kehidupan yang
dimaksudkan dapat dijadikan acuan untuk mengenal karakteristik
perkembangan anak-anak. Latar belakang social budaya akan mempengaruhi
pola pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Dengan demikian, akan
terbentuk karakteristik-karakteristik yang menjadi pola khusus. Diantara pola-
pola khusus itu, bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat perbedaan
tertentu. Perbedaan tersebut akan lebih jelas bila dibandingkan secara
keseluruhan pada pribadi setiap bangsa.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan itulah diperoleh kecenderungan umum
dalam pertumbuhan dan perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-
hukum pertumbuhan dan hukum-hukum perkembangan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perkembangan?


2. Apakah yang dimaksud dengan hukum perkembangan itu?
3. Apa saja dan bagaimana hukum-hukum dalam perkembangan?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas diharapkan bisa mencapai tujuan sebagai


berikut :

1.Mengetahui apa pengertian perkembangan


2.mengetahui apa pengertian hukum perkembangan
3.mengetahui apa pengertian hukum-hukum perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan

Istilah perkembangan (develpment) dalam psikologi merupakan sebuah


konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung banyak
dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep perkembangan,
perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung di
dalamnya, di antaranya yaitu pertumbuhan (growth), kematangan
(maturation), dan perubahan (changed).

Menurut Reni Akbar Hawadi perkembangan secara luas menunjuk pada


keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil
dalam kualitas kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah
perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat
pembuahan dan berakhir kematian. Menurut F.J. Monks, dkk., pengertian
perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna
dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan
yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga
dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah
suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan, dan belajar.

Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi di atas


adalah bahwa perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan
yang semakin memebesar, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan,
dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri
kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke
tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-
angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya,
yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan
berakhir kematian.

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya


adalah dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, gen, jenis kelamin, ras, kultur,
dan sebagainya yang kesemuanya ini dapat terlihat saat manusia itu
mengalami proses perkembangan mulai dari bayi hingga dewasa dan
berakhir ketika ia mati.

B. Pengertian Hukum Perkembangan

Apabila diamati perbedaan pertumbuhan dan perkembangan setiap


manusia baik pada faktor jasmaniah maupun faktor rohaniah dalam waktu
yang sama maka akan melahirkan prinsip-prinsip perkembangan, kemudian
prinsip ini mengikuti hukum-hukum perkembangan. Hukum perkembangan
merupakan suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan
menunjukkan adanya hubungan yang tetap (continue) serta dapat
diramalkan sebagai hukum perkembangan. Menurut definisi yang lain,
hukum perkembangan adalah prinsip-prinsip yang mendasari
perkembangan fisik maupun psikis individu. Sebagian ahli psikologi ada
yang lebih senang menggunakan prinsip-prinsip perkemabngan dan tidak
menggunakan istilah hukum perkembangan. Namun, yang lebih di kenal di
Indonesia adalah hukum perkembangan daripada prinsip perkembangan.
Proses perkembangan secara umum dapat diartikan sebagai rentetan
perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Proses
perkembangan merupakan suatu evolusi yang secara tidak sama pada
setiap anak. Namun demikian, perbedaan-perbedaan individu dimungkinkan
terjadi karena faktor-faktor pembawaan, pengalaman-pengalaman dalam
lingkungan dan faktor-faktor lainnya, seperti iklim, sosiologis, ekonomis,
dan sebagainya. Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami
perkembangan yang berlangsung secara berangsur-angsur perlahan tapi
pasti, menjalani berbagai fase dan ada kalanya diselingi oleh krisis yang
datangnya pada waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan yang
berkesinambungan, beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan
dengan kelajuan cepat maupun lambat, semua itu menunjukkan betapa
perkembangan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada hukum-hukum
tertentu yang disebut dengan “hukum perkembangan”.
Setiap perkembangan manusia selalu beraturan, berkesinambungan dan
ada kalanya cepat ataupun lambat. Dalam proses perkembangan ini, disetiap
tahapannya memiliki kaidahnya masing-masing yang telah ditentukan oleh
para ahli psikologi melalui eksperimen terdahulu. Sehingga bisa dijadikan
patokan dalam melihat perkembangan manusia.

C. Hukum-hukum Perkembangan
Perkembangan fisik dan mental di samping dipengaruhi oleh faktor-
faktor tersebut di atas, juga perkembangan itu berlangsung menurut hukum-
hukum tertentu. Hukum-hukum perkembangan tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Hukum Konvergensi
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil
pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status
pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata
pendapat lama itu tidak sesuai dengan keadaan. Pandangan lama itu
dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori oleh Skopen Hauer yang
berpendapat bahwa manusia adalah haisl bentukan dari pembawaannya.
Sejak anak lahir ia membawa bakat kesanggupan (potensi) untuk
dikembangkan, dan sifat bawaan terbentuk. Pembawaan itu akan
dikembangkan sendiri, dalam hal ini pendidikan yang menganut paham
nativisme ini disebut aliran yang pesimis.
Hukum konvergensi ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara
pembawaan dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah
William Stern yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu
adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur pembawaan dan lingkungan.
2. Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan
diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri,
kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan
memepertahankan diri terwujud pada dorongan makan, dan menjaga
keselamatan diri sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, haus, dan sakit
dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis.
Jika ibu-ibu mendengar anaknya menangis, tangisannya itu dianggap
sebagai dorongan untuk mempertahankan diri.
Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk
mengembangkan pembawaan. Untuk anak-anak dorongan mengembangkan
diri ini berbentuk hasrat mengenai lingkungan, usaha belajar berjalan,
kegiatan bermain, dan lain-lain. Di kalangan remaja timbul rasa persaingan
dan perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dapat
dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri. Tidak seorang pun
manusia normal yang menghendaki kemundura perkembangan dirinya,
ataupun menghendaki kebodohan. Tapi sebaliknya setiap anak pasti
mengehendaki perkembangan diri ke arah suatu kemajuan dalam suatu
tingkat yang lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
3. Hukum Masa Peka
Masa peka adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang
suatu fungsi kejiwaan atau fisik seorang anak. Istilah masa peka ini pertama
kali diperkenalkan oleh ahli biologi Belanda yaitu Prof. Hugo de Vries
dengan meneliti seekor lebah betina (lebah ratu) yang sedang mengalami
masa peka. Masa peka ialah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa
menonjolkan diri keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang.
Ketika sang lebah ratu peka, kemudian ia mendapatkan zat-zat makanan
tertentu ia akan berkembang biak dnegan cepat.
Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Dr. Maria
Montessori. Menurut M. Montessori masa peka merupakan masa
pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan
dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik sekali utnuk
mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya.

4. Hukum Kesatuan Organis


Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis adalah bahwa
berkembangnya fungsi fisik maupun mental psikologis pada dri manusia itu
tidak berkembang lepas satu sama lainnya tetapi merupakan suatu
kesatuan. Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ atau anggota tubuh,
yang merupakan satu kesatuan, diantara organ-organ tersebut fungsi dan
bentuknya tidak dapat dipisahkan berdiri integral. Contoh perkembangan
kaki yang semakin besar dan panjang pasti diiringi perkembangan otak,
kepala, tangan, dan lain-lain.
5. Hukum Rekapitulasi
Pengertian rekapitulasi merupakan pengulangan ringkasan dari
kehidupan suatu bangsa yang berlangsung secara lambat selama berabad-
abad. Jika dihubungkan dengan psikologi dapat diartikan bahwa rekapitulasi
ini berarti perkembangan anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah
kehidupan umat manusia. Hukum rekpaitulasi dapat dibagi dalam beberapa
masa.
a. Masa memburu dan menyamun
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun. Tanda-tandanya
anak senang bermain kejar-kejaran, perang-peragan, memanah, dan
menangkap binatang.
b. Masa menggembala
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 10 tahun. Tanda-tandanya
anak senang memelihara binatang seperti ayam, kambing, kelinci, burung,
dan sebagainya.
c. Masa becocok tanam
Masa ini diawali ketika anak berusia sekitar 12 tahun. Tanda-tandanya
anak senang berkebun, menyirami bunga, dan lain-lain.
d. Masa berdagang
Dialami ketika anak berusia sekitar 14 tahun. Tanda-tandanya anak
senang bertukar menukar perangko dengan temannya, berkirim foto dengan
sahabat pena, beramin jual-jualan, dan sebagainya.
6. Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan
Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus-menerus,
dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta berlaku umum.
Perbedaan waktu, mengenai cepat lambatnya suatu penahapan
perkembangan atau suatu masa perkembangan dijalani, menampilkan
adanya perbedaan individual. Semakin lambat masa-masa perkembangan
disbanding dengan norma-norma umum yang berlaku semakin
menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan atau hambatan-hambatan
dalam proses perkembangan. Hubungan antara satu aspek dengan aspek
lainnya saling mempengaruhi. Jika tidak, ada faktor khusus yang
mempengaruhi perkembangan itu. Oleh karena itu, setiap gejala yang baru
dapat dijelaskan berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Secara umum, ada dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada
keseluruhan perkembangan mental, yaitu :
a. Apabila perkembangan kemampuan fisik untuk berjalan sangat tertinggal
dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus, fungsionalitas fisiknya
terganggu.
b. Apabila perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat
dibandingkan dengan anak lain pada masa perkembangan yang sama.
Seorang anak yang pada umur empat tahun, misalnya masih mengalami
kesulitan berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbatas perbendaharaan
katanya, ia akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangan
mentalnya.
Cepat atu lambatnya suatu masa perkembangan dilalui dan seluruh
perkembangan yang dicapai, selain berbeda antara perkembangan
filogenetik dengan onto-genetik, juga menunjukkan perbedaan secara
perseorangan, meskipun tingkat perbedaannya tersebut tidak terlalu besar.
Cepat atau lambatnya suatu masa perkembangan dilalui akan menjadi ciri
yang menetap sepanjang hidupnya jika tidak ada hal-hal yang bisa
mempengaruhi proses perkembangan secara hebat, misalnya pengalaman
traumatic akibat kecelakaan atau trauma fisik, sehingga proses
perkembangan menjadi lambat atau terhambat.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat
kematangan fungsi-fungsi fisiknya. Pada saat ini terlihat adanya selingan
diantara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih konstan
sifatnya. Inilah yang dinamakan irama perkembangan.
Setiap tahap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat,
tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu
pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. Tidak
banyak yang dapat dilakukan oleh seorang guru atau orang tua untuk
mengubah, mempercepat atau memperlambat tempo dan irama
perkembangan tersebut.
7. Hukum Predistinasi
Predestinasi, dalam teologi, adalah doktrin yang menyatakan bahwa
semua peristiwa di alam semesta ini telah dikehendaki (atau ditentukan)
oleh Allah, biasanya dikaitkan dengan nasib akhir (takdir)
dari jiwa seseorang. Predestinasi merupakan sebuah konsep religius, yang
melibatkan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Karakter religius
predestinasi membedakannya dari gagasan lain
seperti determinisme dan kehendak bebas.
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan.
Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Allah,
Dzat yang maha pencipta dan pengatur . Hukum kodrat illahi
Pertama mengenai hidup itu sendiri. Manusia, dalam kaitan ini, terikat oleh
kodrat Allah “ untuk hidup”. Maka, hiduplah ia. Tetapi, ia juga terikat oleh
banyak ketentuan yang lain. Ia terikat oleh ketentuan tentang: orang tua
yang melahirkan, hari kelahiran, tempat dilahirkan, wujud dirinya ketika lahir,
dsb. Yang dimaksud dengan hukum kodrat illahi adalah hukum yang sudah
di gariskan dan selalu menyertai anak manusia berupa potensi yang dibawa
sejak lahir. Hal ini dapat dicontohkan, ketika anak dilahirkan telah bersama
dengan kodratnya, maka bakat, pembawaan dan potensi yang akan
berkembang. Dengan demikian, arah perkembangan manusia telah di
tentukan oleh illahi melalui kodratnya, namun lingkungan juga memiliki
peran dalam perkembangan yang maksimal.
Kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-waktu
tertentu dimana seorang anak ” matang” untuk melakukan sesuatu.
Misalnya: umur 7 bulan, seorang anak bisa duduk dan merangkak. Ketiga,
sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak lahir telah memiliki bakat
atau keistimewaan tertentu, lebih dari kebanyakan anak yang lain. Tetapi
juga tidak mustahil, sementara ada pula yang ditakdirkan lahir dalam
keadaan cacat, lemah ingatan, kurang normal,dsb. Baik yang istimewa
maupun yang menyandang kekurangan, jelas sama-sama berpengaruh bagi
jalan perkembangannya.
Hukum Kodrat menurut Thomas Aquinas, Gagasan dasarnya berbunyi:
Hiduplah sesuai dengan kodratmu! . Manusia hidup dengan baik apabila ia
hidup sesuai dengan kodratnya, buruk apabila tidak sesuai. Karena manusia
hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat mencapai tujuannya apabila
ia hidup seusai dengan kodratnya. Orang yang hidup berlawanan dengan
kodratnya tidak akan mencapai tujuannya, tidak akan mengembangkan dan
mengaktualisasikan seluruh potensinya. Karena itu, moralitas terdiri dalam
tindakan yang mengembangkan dan menyempurnakan kodratnya. Maka
jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan illahi. Terutama tampak nyata,
pada awal kelahiran seseorang. Sebagian beruntung, karena memiliki
kecerdasan yang istimewa. Sementara yang lain, hidup dalam keadaan serba
kurang. Keduanya sama saja, punya akibat bagi jalan perkembangannya.
Tetapi apa hendak dikata, semua itu telah menjadi kodrat illahi. Walhasil,
perkembangan itu pada asalnya berpangkal pada kodrat illahi atas setiap
manusia. Karenanya, diatas kodrat itulah sesungguhnya perkembangan
berlangsung.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak


dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses
yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat
integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan
belajar.
2. Hukum perkembangan merupakan suatu konsepsi yang biasanya
bersifat deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang tetap
(continue) serta dapat diramalkan sebagai hukum perkembangan.
3. Hukum-hukum perkembangan meliputi:
1) Hukum konvergensi
2) Hukum mempertahanan dan mengembangkan diri
3) Hukum masa peka
4) Hukum kesatuan organis
5) Hukum rekapitulasi
6) Hukum tempo dan ritme perkembangan
7) Hukum predistinasi (hukum kodrat Illahi)

B. Saran

Demikian makalah ini disampaikan. Penulis tahu masih banyak


kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis memohon
kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013,


hlm 4.
[2] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Sinar Grafindo Offset, 2005, hlm 12.
[3] Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, Psikologi Ibu Dan Anak, Fitramarya,
Yogyakarta, 2005, hlm 67.
[4] Makmun Khairani, Psikologi Perkembangan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta,
2013, hlm 7.
[5] Ibid, Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, hlm 69.
[6] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009,
hlm 15.
[7] Ibid, Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, hlm 68.
[8] Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan, Nora Media Enterprise,
Kudus, 2011, hlm 19-20.
[9] Nung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), CV
Pustaka Setia, Bandung, 2006, hlm 165, 166.
[10]http://alfallahu.blogspot.co.id/2013/04/psikologi-hukum-
perkembangan.html, diunduh pada hari Kamis, 05 November 2015, pukul 13.39
WIB.

PERTEMUAN II & III


HAK CIPTA
1. Pendahuluan
Perkuliahan diawali dengan mengemukakan pokok-pokok bahasan
berkaitan dengan perlindungan dan pengaturan Hak Cipta sesuai yang tertuang
dalam satuan acara perkuliahan dan kontrak perkuliahan agar capaian
pembelajaran dapat dicapai Capaian pembelajaran yang diharapkan dari
pertemuan perkuliahan kedua adalah mahasiswa mampu menguraikan mengenai
definisi dan dasar hukum Hak Cipta, jenis-jenis ciptaan serta sistem
perlindungannya, jangka waktu perlindungan serta pengalihan dan lisensi Hak
Cipta, Lembaga manajemen Kolektif, serta pelanggaran dan proses penegakan
hukumnya.
Materi perkuliahan kedua ini tentang Hak Cipta ini sangat penting dipahami
untuk memudahkan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tutorial dalam
pertemuan keempat

2. Pengertian, Dasar Hukum, Lingkup Hak Cipta, Dan Konsep


Perlindungannya
Hak Cipta atau Copyright dalam TRIPs Agreement diatur pada Section 1
Copyright and Related Rights mulai dari Article 9 sampai dengan Article 14. Dalam
Article 9 TRIPs Agreement diatur bahwa perlindungan Copyright atau Hak Cipta
mengacu dan mewajibkan negara-negara anggota mematuhi Berne Convention.
Karya-karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan Hak Cipta
adalah karya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Karya-karya
tersebut baru mendapat perlindungan hukum apabila telah diwujudkan sebagai
ciptaan yang berwujud atau berupa ekspresi (expression work) yang sudah dapat
dilihat, dibaca, didengarkan, dan sebagainya. Hukum hak cipta tidak melindungi
ciptaan yang masih berupa ide (idea) semata. Copyright protects the expression of ideas,
not ideas themselves. TRIPs provides that copyrights protection shall extend to expressions
and not to ideas, procedures, methods of operation or mathematical concepts as such1
Di Indonesia , Hak Cipta diatur berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, sementara itu secara Internasional pengaturan Hak Cipta
dapat diketahui melalui berbagai Konvensi seperti : Berne Convention, UCC
(Universal Copyright Conventioan), serta TRIPs Agreement. Menurut Miller dan
Davis (1990) pemberian hak cipta didasarkan pada kriteria keaslian atau
kemurnian (originality), yang penting ciptaan tersebut benar- benar berasal dari
pencipta yang sebenarnya, orisinal. Dalam Undang-Undang Hak Cipta di No. 28
tahun 2014 kreteria keaslian ditegaskan dalam pasal 1 angka 3, bahwa Ciptaan
adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecerdasan, keterampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata. Dalam Pasal 40 Ayat (1) huruf q U.U. No. 28
Tahun 2014 ditegaskan bahwa :
Ciptaan atau karya cipta yang mendapatkan perlindungan Hak Cipta adalah
karya cipta yang dalam penuangannya harus memiliki bentuk yang khas dan
menunjukkan keaslian (orisinal) sebagai ciptaan seseorang yang bersifat pribadi.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa karya


intelektual manusia yang mendapat perlindungan hak cipta adalah karya dibidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang sudah berujud karya nyata (expression
work) bukan ide semata, yang menunjukkan keaslian (orisinal) dan khas sebagai
ciptaan seseorang yang bersifat pribadi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 40 Undang-Undang No. 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta mengatur bahwa karya/ ciptaan yang dilindungi adalah
ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup :
 Buku, pamplet, perwajahan , karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain;
 Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis lainnya;
 Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan
 Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
 Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim
 Karya seni rupa dengan segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase,
 Karya seni terapan
 Arsitektur
 Peta
 Karya Seni batik dan seni motif lain
 Karya Fotografi
 Potret
 Karya Sinematografi
 Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi
 Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional
 Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya
 Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli Permainan video dan Program Komputer.

Pencipta yang telah melahirkan karya cipta akan memiliki hak khusus atau
hak ekslusif atas karya ciptaannya. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi
pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangan yang
berlaku .
Menurut hukum Hak Cipta, lingkup hak yang dimiliki oleh
Pencipta/Pemegang Hak Cipta atas karya ciptan adalah sebagai berikut:
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta berhak mengumumkan dan memperbanyak
ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum secara otomatis, serta berhak
untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
mengumumkan, memperbanyak, dan menyewakan hasil ciptaannya untuk
kepentingan komersial.
Perlindungan hukum terhadap hasil karya cipta diperoleh oleh pencipta secara
otomatis, artinya tanpa melalui proses pendaftaran terlebih dhulu pencipta secara
otomatis sudah mendapat perlindungan hukum atas karya ciptanya begitu
karya tersebut sudah diwujudkan dalam bentuk karya cipta nyata (expression
work). Hal ini dimungkinkan, karena dalam hukum hak cipta dianut sistem
perlindungan secara otomatis (automatically protection).
Konsep perlindungan otomatis dilandasi oleh Konvensi Berne. Salah satu
prinsip dari Konvensi Burne (Berne Convention) adalah Automaticelly Protection.
Menurut konsep perlindungan ini, Hak Cipta boleh dicatatkan boleh juga tidak.
Pencatatan ciptaan dan produk Hak Terkait diatur dalam Pasl 64 sampai Pasal 79
U.U. No. 28 tahun 2014. Pasal 64 ayat (2) Undang-undang No. 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta menentukan bahwa pencatatan suatu ciptaan tidak merupakan
suatu kewajiban, jadi. berdasarkan ketentuan tersebut pencatatan Hak Cipta bersifat
tidak mutlak. Pencatatan ciptaan bersifat “Fakultatif”. Hal tersebut berbeda
dengan kelompok HKI lainnya, seperti misalnya Paten dan Merek yang
mempersyaratkan proses pendaftaran agar mendapat perlindungan hukum.
Meskipun menurut hukum Hak Cipta perlindungan hak cipta bersifat
otomtis yang diperoleh oleh pencipta sejak ciptaan lahir, dan tidak harus melalui
proses pencatatan atau dalam kelompok HKI lainnya dikenal dengn sebutan
pendaftaran., namun kalau dilakukan pencatatan atau pendaftaran itu akan lebih
baik dan lebih menguntungkan, karena dengan pencatatan/pendaftaran hak,
setidaknya akan ada bukti formal sebagai anggapan adanya hak cipta jika tidak
terbukti sebaliknya.
Dengan adanya proses pencatatan jika terjadi peniruan atau penjiplakan
karya cipta, si pencipta lebih mudah membuktikan dan mengajukan tuntutan,
karena ada bukti formal pendaftaran.
Dalam hak cipta, untuk lebih memberi jaminan kepastian hukum dan
menguatkan adanya perlindungan hukum atas karya Cipta, si Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta umumnya akan membubuhkan tanda © dalam karya
ciptanya sebagai bukti bahwa karya tersebut memperoleh perlindungan Hak
Cipta.
Pencipta dan pemegang hak cipta sesuai hak khusus (exclusive right) yang
dimilikinya berhak untuk melakukan pengumuman dan perbanyakan atas karya
ciptanya yaitu memproduksi/ memperbanyak (reproduction right), berhak
mengadaptasi (adaptation right), berhak mendistribusikan (distribution
right),memiliki hak pertunjukan (public performing right), serta mempunyai hak
penyiaran (broadcasting right) atas karya ciptanya. Selain berhak menggunakan
sendiri, pihak pencipta juga berhak untuk melarang atau mengizinkan pihak lain
untuk memanfaatkan karya ciptanya dengan seizing dari pencipta, misalnya
melalui mekanisme perjanjian Lisensi.
Dalam U.U. Hak Cipta, selain mengatur perlindungan karya cipta yang bersifat
individual, juga mengatur perlindungan atas karya yang lahir secara komunal.
Berdasarkan Pasal 38 U.U. No. 28 Tahun 2014 diatur tentang Ekspresi Budaya
Tradisional dan Hak Cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui. Pasal
38 Ayat
(1) mengatur bahwa Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang
oleh negara. Secara lebih rinci yang dimaksud dengan ekspresi budaya tradisional
diatur dalam Penjelasan U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
1. Pengalihan Hak Cipta dan Lisensi
Menurut sifatnya Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang dapat beralih
atau dialihkan baik melalui proses pewarisan, hibah, wakaf, wasiat,perjanjian
tertulis., atau sebab- sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan
perundang- undangan (pasal 16 ayat 2 Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang
Hak Cipta). Hak Cipta selain dapat beralih dan dialihkan juga dapat di-Lisensikan.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Cipta kepada pihak lain
untuk mengumumkan/ atau memperbanyak ciptaan dengan persyaratan tertentu.
Persyaratan tertentu yang berkaitan dengan perjanjian Lisensi umumnya
berkaitan dengan jangka waktu Lisensi dan besarnya Royalty fee. Dalam hal ini
perjanjian Lisensi harus dibuat dalam bentuk tertulis dan harus dicatatkan oleh
Menteri dalam daftar umum perjanjian Lisensi Hak Cipta dengan dikenai biaya.
Penghitungan dan pengenaan besaran royalti perlu memperhatikan elemen yang
merupakan dasar penghitungan besaran royalti, misalnya jumlah kursi, jumlah
kamar, luas ruangan, jumlah eksemplar yang disalin, sesuai dengan kebiasaan /
praktik yang lazim dilakukan. Lisensi dan Lisensi Wajib diatur dalam Pasal 80
sampai Pasal 86 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Perjanjian lisensi berlaku selama jangka waktu yang disepakati lazimnya
adalah kurang dari jangka waktu perlindungan hak cipta dan hak terkait itu
sendiri.
2. Lembaga Manajemen Kolektif dalam Hak Cipta Indonesia
Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta secara jelas mengatur
posisi dan status Lembaga Manajemen Kolektif.Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1
angka 22, Lembaga Manajemen Kolektif didefinisikan sebagai berikut:
Lembaga Manajemen Kolektif adalah institusi yang berbentuk badan hukum
nirlaba yang diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan/atau pemilik
Hak Terkait guna mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan
mendistribusikan royalti.
Posisi Lembaga Manajemen Kolektif ini sangat membantu para
Pencipta/Pemegang Hak Cipta dan Pemilik Hak Terkait dan negara mengakui
keberadaan karya-karya pencipta. Lembaga Manajemen Kolektif ini menjaga
karya pencipta karena lembaga ini yang membantu mengumpulkan royalti dari
penggunaan secara komersial atas karya ciptadari pencipta Hubungan antara
Pencipta/Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait, Lembaga Manajemen
Kolektif, dan Pengguna diatur dalam Pasal 87 Undang-undang Hak Cipta. Dalam
Pasal 87 disebutkan bahwa :
(1) Untuk mendapatkan hak ekonomi setiap Pencipta, Pemegang Hak Cipta,
pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat
menarik imbalan yang wajar dari pengguna yang memanfaatkan Hak Cipta dan
Hak Terkait dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial.
(2) Pengguna Hak Cipta dan Hak Terkait yang memanfaatkan Hak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membayar Royalti kepada Pencipta,
Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait, melalui Lembaga Manajemen
Kolektif.
(3) Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat perjanjian
dengan Lembaga Manajemen Kolektif yang berisi kewajiban untuk membayar
Royalti atas Hak Cipta dan Hak Terkait yang digunakan.
(4) Tidak dianggap sebagai pelanggaran Undang-Undang ini, pemanfaatan
Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara komersial oleh pengguna sepanjang
pengguna telah melakukan dan memenuhi kewajiban sesuai perjanjian dengan
Lembaga Manajemen Kolektif.
Dalam undang-undang juga disebutkan tentang keberadaan Lembaga
Manajemen Kolektif harus memiliki ijin dari Menteri untuk dapat beroperasi
secara resmi sebagai Lembaga yang membantu pencipta dalam memperoleh
royalti dari pengguna yang menggunakan karya-karya pencipta secara
komersial.Pasal 88U.U. No. 28 Tahun 2014 mengatur , bahwa:
(1) Lembaga Manajemen Kolektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat
(1) wajib mengajukan Permohonan izin operasional kepada Menteri.
(2) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
syarat:
a. berbentuk badan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba;
b. mendapat kuasa dari Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak
Terkait untuk menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti;
c. memiliki pemberi kuasa sebagai anggota paling sedikit 200 (dua ratus)
orang Pencipta untuk Lembaga Manajemen Kolektif bidang lagu dan/atau
musik yang mewakili kepentingan pencipta dan paling sedikit 50 (lima
puluh) orang untuk Lembaga Manajemen Kolektif yang mewakili pemilik
Hak Terkait dan/atau objek Hak Cipta lainnya;
d. bertujuan untuk menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti;
dan
e. mampu menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti kepada
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait.
(3) Lembaga Manajemen Kolektif yang tidak memiliki izin operasional dari
Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilarang menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti.
Terkait cara permohonan dan ijin operasionalnya lebih lanjut, diatur
dalam Pasal 93, bahwa :Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
permohonan dan penerbitan izin operasional, serta evaluasi mengenai
Lembaga Manajemen Kolektif diatur dengan Peraturan Menteri.
Di Indonesia sudah ada Lembaga Manajemen Kolektif sebagai
lembaga yang bertugas untuk menghimpun dan mendistribusikan royalti
dari pencipta, pemegang hak cipta dan atau pemilik hak terkait, diantaranya
adalah YKCI, WAMI dan Lembaga Manajemen Kolektif lainnya yang secara
Legal sudah terdaftar dan mewakili kepentingan pencipta, pemegang hak
cipta dan atau pemilik hak terkait.
Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta
Jangka waktu perlindungan Hak Cipta berbeda antara satu karya cipta
dengan karya cipta lainnya. Jangka waktu perlindungan hak cipta atas
ciptaan : buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya; ceramah, kuliah,
pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; lagu atau musik dengan
atau tanpa teks; drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim; karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrali, seni pahat, patung, atau kolase; karya arsitektur; peta dan
karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama hidup Pencipta dan
terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta
meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
Dalam hal Ciptaan sebagaimana dimaksud pada diatas dimiliki oleh 2 (dua) orang
atau lebih, pelindungan Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal
dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya,
terhitung mulai tanggal I Januari tahun berikutnya. Pelindungan Hak Cipta atas
Ciptaan sebagaimana dimaksud diatas yang dimiliki atau dipegang oleh badan
hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan
Pengumuman.

Sedangkan pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan: a. karya fotograh; b.


Potret; c. karya sinematografi; d. permainan video; e. Program Komputer; f.
perwajahan karya tulis; g. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data,
adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; h.
terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya
tradisional; i. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer atau media lainnya; dan j. kompilasi ekspresi budaya
tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, berlaku
selama 50 (1ima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama
25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman. Jangka
waktu perlindungan atau masa berlaku Hak Cipta dan Hak Terkait diatur melalui
Pasal 57 sampai Pasal 63 U.u. No. 28 tahun 2014. Masing-masing jenis Hak Cipta
memiliki perbedaan tentang masa berlakunya. Seperti misalnya atas karya cipta
buku, lagu atau musik berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (1) berlaku selama
hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 70 tahun setelah pencipta meninggal
dunia. Sementara itu untuk jenis ciptaan fotografi jangka waktu perlindungannya
hanya 50 tahun sejak ciptaan pertama kali dilakukan pengumuman atas karya
cipta tersebut. Dengan mencermati ketentuan Undang-undang Hak cipta secara
lebih rinci maka akan dapat diketahui bahwa masing-masing ciptaan jangka waktu
perlindungannya berbeda.
Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) Undang-undang No. 28 Tahun
2014, berlaku tanpa batas waktu.Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya tidak
diketahui yang dipegang oleh negara sebagaimana dimaksud Pasal 39 ayat (1)
dan ayat (3) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama
kali dilakukan Pengumuman. Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh
pihak yang melakukan Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat
(2) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali
dilakukan Pengumuman.
1. Pelanggaran Hak Cipta dan Penegakan Hukumnya
Pelanggaran Hak Cipta serta penyelesaian sengketa Hak cipta diatur melalui
Pasal 95 sampai dengan Pasal 120 U.U. No. 28 tahun 2014. Penyelsaian sengketa
hak cipta menurut Undang-undang No. 28 tahun 2014 dapat dilakukan melalui
penyelesaian sengketa arbitrase atau pengadilan. Untuk gugatan perdata diajukan
kepada pengadilan Niaga, sementara itu untuk tuntutan pidana menjadi
kewenangan pengadilan Negeri. Berdasarkan ketentuan Pasal 120 U.U. No. 28
Tahun 2014 diatur bahwa tindak pidana dalam Undan Undang Hak cipta
merupakan delik aduan.
2. Penutup
Pokok-pokok perkuliahan dijabarkan kembali secara ringkas untuk membantu
mahasiswa memahami inti sarinya, serta diberikan latihan kepada mahasiswa,
melalui jawaban-jawaban atas latihan yang diberikan dapat diketahui dan terukur
capaian pembelajarannya.
Hak Cipta diatur dalam TRIPs Agreement serta dalam Berne Convention.
Undang-Undang Hak Cipta mengatur perlindungan atas karya cipta dibidang seni,
sastra dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan ketentuan Pasal 40 U.U. No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta diatur mengenai jenis-jenis ciptaan yang mendapat
perlindungan secara individual, sementara itu berdasarkan Pasal 38 dan 39 diatur
perlindungan atas karya cipta komunal dan yang penciptanya tidak diketahui.
Jangka waktu perlindungan atas satu karya cipta dengan ciptaan lainnya
berbeda satu dengan yang lainnya. Hak Cipta digolongkan sebagai benda
bergerak yang dapat dialihkan dan beralih, serta dapat dilesinsikan baik melalui
perjanjian lisensi maupun lisensi wajib. Dalam Undang-undang Hak cipta No.
28 Tahun 2014 juga mengatur tentang Lembaga Manajemen Kolektif, yaitu
suatu lembaga yang bertugas dan berperan membantu pencipta dalam
memungut royalty dimiliki pencipta dari para pengguna ciptaan yang
menggunakan ciptaan pencipta secara komersial. Undang-Undang Hak Cipta
No. 28 tahun 2014 mengatur perihal penyelesaian sengketa dapat melalui
alternative penyelesaian sengketa, arbitrase atau pengadilan. Untuk gugatan
perdata yang berwenang adalah pengadilan Niaga, sementara untuk tuntutan
pidana Pengadilan Negeri. Berdasarkan ketentuan Pasal 120 U.U. No. 28 Tahun
2014 diatur bahwa tindak pidana dalam Undang-Undang Hak cipta merupakan
delik aduan.
C.6.4.a. Pembelajaran
Proses pembelajaran di lingkungan universitas mathla’ul anwar dilaksanakan
berdasarkan standar kompetensi proses pembelajaran yaitu nomor
UNMA/SPMI/SN-1.3
1) Penerapan sistem penugasan dosen berdasarkan kebutuhan kualifikasi,
keahlian dan pengalaman
Peran dosen yang mengajar mata kuliah sangat penting sehingga berdasarkan
standar proses pembelajaran yang sudah ditetapkan dosen tersebut memiliki
surat tugas mengajar yang dikeluarkan oleh Dekan dalam bentuk surat
keputusan mengajar. sistem penugasan dosen didasarkan pada kualifikasi,
keahlian, kompetensi dan pengalaman yang dimiliki oleh dosen sesuai dengan
rencana mata kuliah yang diampu dan proses ini mengacu pada peraturan
akademik yang berlaku.
Rekam jejak dosen pengampu matakuliah mulai proses penginputan jadwal
kuliah, jadwal dosen dengan mata kuliah yang diampu serta jumlah sks se
muanya terekam dalam siakad UNMA (http://www.siakad.unmabanten.ac.id/)
yang bisa dilihat datanya kapanpun oleh ketua program studi maupun bagian

akademik.
2) Penetapan strategi, metode dan media pembelajaran serta penilaian
pembelajaran Universitas Mathla’ul Anwar memiliki pedoman penyusunan
kurikulum dimana didalamnya terdapat tata cara pembuatan RPS. Penetapan
ini dibuktikan dengan adanya formulir pelaksanaan proses pembelajaran
mulai dari perencanaan pembelajaran berupa RPS yang ditetapkan dengan
nomor formulir UNMA/FORM/SN-1.18 atau SAP untuk setiap mata kuliah
sebagai pedoman untuk mengendalikan bahan kajian yang diberikan sesuai
dengan capaian pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran
yang digunakan yang terdapat di program studi. Penilaian hasil pembelajaran
dapat dilihat di sistem informasi akademik SIAKAD UNMA
http://siakad.unmabanten.ac.id/unmaelajar/materi, dimana semuanya
terangkum dalam perencanaan pembelajaran (RPS).
3) Implementasi sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan mutu proses
pembelajaran.
Sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan mutu proses pembelajaran
dilaksanakan dalam proses pembelajaran meliputi dosen, mahasiswa dan
sumber bahan perkuliahan yang semua terinput dan tersimpan dalam database
sistem siakad UNMA Banten, antara lain yaitu:
a. Materi perkuliahan
Dosen pengampu mata kuliah wajib memberikan materi perkuliahan
sesuai silabus, SAP maupun RPS yang telah dikoordinasikan oleh dosen
koordinator mata kuliah dan anggota pengampu mata kuliah sebagai
acuan untuk bahan ajar untuk mata kuliah umum yang dikoordinir oleh
Unversitas, sedangkan yang bukan mata kuliah umum dari dosen masing-
masing mata kuliah. Setiap awal semester diadakan rapat koordinasi
untuk menyamakan persepsi dalam proses pembelajaran yang akan
diberikan kepada mahasiswa. Ketua program studi dan dosen akan
melakukan evaluasi terhadap silabus dan RPS sesuai dengan
perkembangan terkini dalam bidang ilmu. Untuk memastikan dosen tidak
menyimpang dalam memberikan materi kuliah, disetiap aktivitas
perkuliahan dosen wajib mengisi berita acara pengajaran (BAP) yang
merupakan media bagi kaprodi untuk melakukan monitoring setiap
minggu untuk kuliah online diinputkan di sistem sedangkan untuk tatap
muka diisi di formulir BAP. Selain memonitor materi kuliah, kaprodi
juga mengevaluasi kesesuaian materi soal dengan silabus dan SAP/RPS
sehingga ada jaminan bahwa soal yang diberikan saat ujian tidak
menyimpang dari materi kuliah. kemudian dari sisi jumlah kehadiran
dosen apabila belum terpenuhi maka kaprodi akan mengambil tindakan
dengan memanggil atau mengingatkan dosen yang bersangkutan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kesesuaian materi kuliah
dengan SAP/RPS tidak semata-mata dilakukan oleh Kaprodi pada akhir
semester, semua mahasiswa juga dilibatkan yaitu dengan mengisi
kuisioner kinerja dosen sebagai umpan balik yang diisi oleh mahasiswa
di SIAKAD setiap akhir semester.
b. Kehadiran Dosen
Kehadiran dosen dimonitor melalui daftar hadir perkuliahan setiap
minggu yang digunakan sebagai kontrol dalam pembayaran honor dosen
setiap bulan. Dosen diwajibkan memenuhi jumlah pertemuan kuliah yang
sudah direncanakan yaitu 16 kali pertemuan termasuk 2 pertemuan untuk
ujian tengah semester dan ujian akhir semester. apabila ada dosen yang
berhalangan hadir sesuai jadwal yang sudah ditentukan maka dosen
diminta memberitahukan beberapa hari sebelumnya dan memberikan
jadwal kuliah pengganti di hari lain. Dalam hal ini bagian akademik
fakultas memberitahukan kepada kaprodi dan koordinasi dengan BAUPK
tentang perubahan jadwal kemudian disosialisasikan ke mahasiswa
menggunakan portal akademik (siakad). perubahan ini dibuat
pengumuman yang ditempel di papan pengumuman, di ruang tunggu
mahasiswa sehingga terbuka dan dapat diketahui oleh mahasiswa dan
dosen yang lain. Dengan demikian frekuensi kehadiran dosen dalam
perkuliahan selalu dapat dimonitor dan dimaksimalkan dengan baik. Hal
ini dapat dibuktikan pada sistem informasi manajemen yang dipakai pada
penyelenggaraan sistem akademik di Universitas Mathla’ul Anwar.
c. Kehadiran Mahasiswa
Kehadiran mahasiswa dimonitor melalui absen kuliah yang bisa diisi
secara manual selain diwajibkan melalui siakad. Persentase kehadiran
mahasiswa wajib mengikuti perkuliahan secara aktif minimal 75% dari
tatap muka minimal, ini sesuai dengan peraturan akademik Universitas
Mathla’ul Anwar, apabila jumlah ini tidak terpenuhi maka mahasiswa
tidak diperbolehkan untuk mengikuti ujian akhir semester. Aktivitas
kehadiran mahasiswa dimonitor dengan melakukan input kehadiran
kuliah oleh dosen mata kuliah, jika mahasiswa tidak hadir dalam
perkuliahan tiga kali berturut-turut maka yang bersangkutan dapat
diberikan peringatan oleh dosen pengampu mata kuliah, dengan
demikian pada akhir perkuliahan atau menjelang pelaksanaan ujian akhir
semester jumlah mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 80% dapat
diminimalisir. Hasil ini akan dievaluasi setiap akhir semester pada rapat
akademik sehingga program studi, fakultas dan universitas dapat
meningkatkan mutu pembelajaran serta penilaian lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai