Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GENDER DAN PAUD


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Isu-Isu Kontemporer PAUD
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Fitria Ulfah, M.Pd

Disusun Oleh :
Ai Didah 21230001
Ai Siti Habsoh 21230002
Hani 21230028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAMANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MUSADDADIYAH GARUT
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas terstruktur
Mata kuliah Isu-Isu Kontemporer Paud dengan judul “ Gender dan PAUD ” .
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi Muhammad SAW,
dan tak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari para anggota
kelompok yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa di praktikan dalam kehidupan sehari hari
khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami,
maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, 4 November 20 23

Kelompok 5

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
LATAR BELAKANG.............................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.........................................................................................6
TUJUAN PENULISAN...........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. Pengertian Gender............................................................................................7
B. Pentingnya Pendidikan Gender Di PAUD........................................................8
C. Perkembangan gender pada AUD..................................................................10
D. Strategi-strategi dalam memberikan pendidikan gender pada AUD..............12
E. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Gender Pada Anak Usia
Dini17
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus
pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan, baik jasmani maupun
rohani, sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih
lanjut.

Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan, karena


pendidikan bagi anak merupakan dasar pembentukan kepribadian manusia secara
utuh, yaitu ditandai dengan karakter, budi pekerti luhur, pandai, dan terampil.

Pentingnya perkembangan yang terjadi pada masa awal kehidupan anak,


sehingga masa awal ini merupakan masa emas (Golden Age). Inilah yang
menyebabkan masa anak sangat penting dalam kehidupan manusia. Maka dari itu,
anak harus dipersiapkan dengan cara dibina dan dikembangkan agar
perkembangan anak berkembang secara optimal. Anak merupakan subjek dalam
pendidikan yang harus mendapatkan pendidikan yang layak dan benar sesuai
tingkat perkembangan usia anak. Peletakan dasar secara benar dapat
menghasilkan generasi yang handal sebagai pelanjut estafet pembangunan
pendidikan karakter bangsa yang bermanfaat.

Bentuk pendidikan pada anak harus memberi informasi yang tepat bagi
anak, seperti halnya pengenalan konsep gender yang mencerminkan adanya
kesetaraan gender, bukan ketidakadilan gender atau bias gender. Gender
merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang tersusun
secara sosial, perbedaan tersebut bukan berasal dari ketentuan Tuhan melainkan
yang diciptakan oleh manusia, dan bukan dari kodrat, namun melalui proses sosial
dan kultural yang panjang. Gender adalah perbedaan peran perempuan dan laki-
laki yang membentuk adalah konstruksi sosial dan kebudayaan, bukan karena
konstruksi yang dibawa sejak lahir. Jika jenis kelamin adalah sesuatu yang dibawa

4
sejak lahir, maka gender adalah sesuatu yang dibentuk karena pemahaman yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Misalnya, perempuan bertugas
membesarkan dan mengasuh anak sedangkan laki-laki bekerja mencari nafkah,
hal tersebut merupakan perbedaan yang bersifat gender.4 Kesetaraan gender
menekankan bahwa perkembangan gender anak terjadi melalui pengamatan dan
peniruan perilaku gender.

Pendidikan kesetaraan gender merupakan pemberian perlakuan yang sama


kepada seluruh peserta didik laki-laki maupun perempuan yang bertujuan untuk
mencapainya tujuan negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi,
pendidikan kesetaraan gender sangat penting diterapkan kepada anak sejak dini
agar menerapkan pemahaman anak tentang adil gender bukan bias gender.
Pendidikan kesetaraan gender yang dimaksud yaitu suatu nilai-nilai kesetaraan
gender yang diterapkan melalui pendidikan, sebagai langkah agar anak-anak dapat
memahami dan memposisikan peran seorang perempuan maupun peran seorang
laki-laki.

Bentuk pendidikan yang mendahulukan dan mengutamakan anak laki-laki


daripada perempuan tanpa melihat potensinya harus segera dibongkar
permasalahannya dan dikurangi bahkan dihentikan dalam implementasinya. Sikap
dan pengambilan keputusan pada model pendidikan tersebut merupakan
pendidikan konvensional yang lebih didominasi laki-laki sehingga perlu di rubah.

Setiap anak bersifat unik, masing-masing anak berbeda satu sama lain.
Setiap anak sudah berbeda sejak lahir. Namun bukan karena dia laki-laki atau
perempuan, tetapi karena memang tiap individu berbeda. Anak-anak membawa
keunikannya, misalnya sifat, bakat, kondisi fisik, masing-masing yang harus
dihargai oleh orang-orang disekelilingnya.9 Maka pada usia ini adalah periode
paling penting untuk membentuk karakter manusia yang adil dan tidak bias
gender salah satunya melalui pendidikan anak usia dini yang adil gender.

Pendidikan gender anak-anak diajarkan melalui pembiasan untuk


memberikan kesempatan yang sama dalam memimpin di kelas. Anak laki-laki dan

5
perempuan memiliki kesempatan yang sama di dalam memimpin kelasnya
sehingga tidak terjadi bias gender. Selain penataan tempat duduk, penataan
barisan tidak terlepas dari hal tersebut. Anak laki-laki selalu ditempatkan dalam
posisi yang lebih menentukan.10 Misalnya dalam pemilihan ketua kelas,
memimpin doa, diskusi kelompok, atau dalam pemberian kesempatan bertanya
dan mengemukakan pendapat. Hal ini menunjukkan kesenjangan gender muncul
dalam proses penerapan sikap adil gender di sekolah terutama dipengaruhi oleh
lingkungan yang belum berlandaskan pada kesetaraan gender yang seimbang
terlebih para penulis sebagian laki-laki yang menyebabkan pembelajaran bias laki-
laki, untuk itu perlu dilakukan tindakan yang dapat membangun keadilan dan
kesetaraan gender.

RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Gender
2. Pentingnya pendidikan gender di PAUD
3. Perkembangan gender pada AUD
4. Strategi-strategi dalam memberikan pendidikan gender pada AUD
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan gender pada AUD

TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian gender
2. Untuk mengetahui seperti apa pendidikan gender di Paud
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan gender pada AUD
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam memberikan pendidikan
gender pada AUD
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan gender
pada AUD

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gender
Kata gender berasal dari bahasa Inggris Yang artinya “jenis kelamin”.
Terdapat beberapa Pengertian tentang gender, salah satunya adalah Menurut
Woman’s Studies Encyclopedia (Umar, 2003) bahwa yang dimaksud dengan
gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan
(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional
antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Gender itu
adalah suatu konsep untuk mengidentifikasi tentang perbedaan antara laki- laki
dan perempuan dari sudut non biologis. Hal ini gender berbeda dengan sex yang
secara umum oleh lebih menitik beratkan mengidentifikasi perbedaan antara laki-
laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. sex lebih banyak berkonsentrasi
pada aspek biologis seseorang yang meliputi perbedaan komposisi kimia dan
hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik biologis lainnya.
Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi pada aspek sosial, budaya,
psikologis dan aspek-aspek nonbiologis lainnya. Studi gender lebih menekankan
perkembangan maskulinitas (masculinity/rujuliyah) atau feminitas
(feminity/nisa’iyyah) seseorang. Sedangkan studi sex lebih menekankan
perkembangan aspek biologis dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki
(maleness/dzukurah) dan perempuan (femaleness/unutsah). Untuk proses
pertumbuhan anak kecil menjadi seorang laki-laki atau menjadi seorang
perempuan, lebih banyak digunakan istilah gender dari pada istilah seks. Istilah
seks umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan reproduksi dan
aktivitas seksual, selebihnya digunakan istilah gender. Gender Dalam konteks
islam merupakan contoh nyata betapa antara teks kitab suci, penafsiran
terhadapnya, dan konteks sosial yang melingkupi sering terjadi benturan –
benturan dan ketegangan. Keberagaman ini perlu dikritisi karena sama-sama
mengklaim dirinya berpegang pada kitab suci al Qur’an. Isu gender sesungguhnya
lahir dari kesadaran kritis kaum perempuan terhadap keterbelakangan kaumnya.
Bila kita telusuri sejarah kelam kaum perempuan pada masa lampau khususnya

7
eksistensi atau keberadaan perempuan dimata agama-agama, misalnya saja agama
yahudi yang menjauhi perempuan yang haid dan diasingkan ke suatu tempat yang
khusus. Demikian juga dengan agama-agama lain seperti agama Kristen Dan
Hindu yang selalu menganggap rendah kaum perempuan. Kemunculan gender ini
banyak diwarnai tidak jelasan terutama dalam hal emansipasi perempuan karena
kodrat itulah salah satu batasannya yang diusung oleh Kementrian Agama
maupun Negara.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa gender


adalah fisik antara laki-laki dan perempuan untuk memisahkan pencirian manusia
dalam hal peran, tingkah laku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-
laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Berdasarkan definisi
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gender adalah
suatu konsep yang mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi pengaruh sosial dan budaya.

B. Pentingnya Pendidikan Gender Di PAUD


Pendidikan gender di PAUD merupakan hal yang sangat penting untuk di
lakukan. Karena masa kanak- kanak adalah fase yang terbaik untuk orang tua atau
pendidik dalam menanamkan norma-norma dan arahan- arahan yang bersih pada
jiwa anak dan akan lebih mudah mengarahkannya pada anak yang masih pada
masa Golden Age ketimbang pada anak yang sudah mulai dewasa. Kesempatan
sangat terbuka lebar bagi para pendidik untuk memberikan stimulus kepada anak
karena semua potensi tersedia secara berlimpah dalam fase ini (Rahman,
2005).Pada fase ini, anak-anak harus melewati masa pertumbuhan dan
perkembangan. Menurut Montessori (Solehuddin, 2000) bahwa dalam
perkembangan anak-anak terdapat masa-masa sensitif yang ditandai dengan
begitu tertariknya terhadap suatu objek atau karakteristik tertentu dan cenderung
mengabaikan objek-objek lain. Hal inilah yang menyebabkan anak memiliki
minat yang kuat untuk mengulangi tindakannya. Salah satu masa sensitif pada
perkembangan anak adalah sensitivitas terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.
Aspek-aspek sosial kehidupan anak lebih cenderung pada identitas, relasi sosial,

8
dan gender mereka (Santrock, 1995). Berkenaan dengan tugas perkembangan
sosial pada anak, orang tua sebagai orang terdekat dengan anak seyogyanya
memberikan bimbingan dan pemahaman mengenai masalah identitas, relasi sosial,
terutama masalah gender. Namun pada kenyataannya banyak para orang tua yang
menganggap bahwa masalah gender adalah masalah yang belum saatnya untuk
dibicarakan dengan anak yang dianggap sebagai suatu hal yang baru dan tabu.
Padahal apabila orang tua memberikan informasi yang cukup dan kesempatan
untuk belajar berperan sesuai dengan realita yang ada di sekitarnya, maka dapat
dipastikan bahwa anak tersebut akan dapat menemukan identitas gendernya yang
sesuai dengan apa yang diharapkan. Memperkenalkan masalah gender pada anak
selayaknya dilakukan sedini mungkin. Apalagi karena hal ini sangat erat
kaitannya dengan tugas perkembangan sosial anak yang harus dilewati oleh anak
pada fase ini, yaitu mempelajari tentang perbedaan jenis kelamin agar sesuai
dengan apa yang diharapkan. Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan
anaknya tumbuh dan berkembang sesuai apa yang diharapkan. Jika seorang anak
laki-laki, maka biasanya orang tua menginginkan anak laki-lakinya yang gagah
dan perkasa, sehingga ketika anak laki-laki tersebut ingin bermain permainan
seperti masak-masakan, main boneka, main lompat tali dan sebagainya orang
tuanya akan marah dengan alasan karena permainan-permainan tersebut adalah
permainan yang diperuntukkan bagi anak perempuan. Begitu pun sebaliknya, anak
perempuan dilarang bermain sepak bola, main perang-perangan, memanjat pohon
dan sebagainya, dengan alasan karena permainan-permainan tersebut dapat
mengubah citra anak perempuan yang lemah lembut. Hal ini merupakan suatu
kesalahan pola asuh yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman pada
diri anak. Padahal segala jenis permainan itu dapat membantu menumbuhkan dan
mengembangkan berbagai potensi kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak.
Padahal segala jenis permainan itu dapat membantu menumbuhkan dan
mengembangkan berbagai potensi kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak. Di
samping hal itu, ada pula orang tua yang terlalu membiarkan anaknya untuk
bermain sesuai dengan apa yang dikehendakinya, walaupun permainan tersebut
mungkin tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. Orang tua seyogyanya berlaku

9
imbang. Jika anaknya dibebaskan untuk bermain apa saja yang diinginkannya,
maka hendaknya orang tua pun memberikan pengertian tentang pendidikan
gender, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan yaitu anak
laki-laki menjadi seperti anak perempuan dan sebaliknya anak perempuan menjadi
seperti anak laki-laki. Menanamkan pendidikan gender pada anak-anak tidak
hanya melalui permainan saja, tetapi ada hal-hal yang lebih penting dari itu,
misalnya mengenalkan anak gambaran orang dewasa dengan jenis kelamin laki-
laki dan perempuan yang memiliki pekerjaan, sifat, atau penampilan yang tidak
stereotif. Anak-anak harus menghormati dan menghargai jenis kelamin lain, serta
tidak boleh melakukan kekerasan pada teman jenis kelamin lain. Fenomena yang
terjadi pada saat ini adalah ketika anak laki-laki diejek, dipukul dan dilecehkan
oleh temannya yang lebih besar, ia biasanya tidak ingin menunjukkan bahwa
sebenarnya ia sedih dan malu. Sebaliknya, ia ingin tampak percaya diri, gagah,
dan tidak memperlihatkan kekhawatiran dan tidak keberdayaan (Suciati, 2004).
Padahal jika ia pulang ke rumah ia menangis, kemudian orang tuanya memarahi
anak tersebut dan menasihatinya bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis.
Padahal sesungguhnya menangis merupakan ekspresi emosi yang sangat wajar
dan dibutuhkan oleh seorang anak agar mereka merasa lebih tenang. Hal ini
menjadi beban yang sangat berat bagi anak laki-laki yang senantiasa bersembunyi
di balik topeng kemaskulinannya. Sebaliknya, anak perempuan haruslah pasif,
emosional, dan manja. Itu telah menjadi citra baku yang sulit untuk diubah. Tetapi
apabila anak perempuan mengekspresikan keinginan dan kebutuhannya, maka ia
dianggap ingin menang sendiri, tidak rasional, dan agresif. Hal ini pun menjadi
beban tersendiri bagi anak perempuan. Keadaan di atas menunjukkan adanya
ketimpangan atau bias gender yang sesungguhnya sangat merugikan bagi kedua
belah pihak, dalam hal ini anak laki-laki dan anak perempuan, karena mereka
tidak dapat berekspresi sesuai dengan apa yang diinginkannya dan terlebih lagi hal
ini dapat menghambat kreativitas

C. Perkembangan gender pada AUD


Gender adalah salah satu aspek sangat penting yang mempengaruhi
perkembangan sosial masa awal anak-anak. Istilah gender dimaksudkan sebagai

10
tingkah laku dan sikap yang diasosiasikan dengan laki-laki atau perempuan.
Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam
perkembangan gender (Shepherd-Look, 1982). Ke satu, anak mengembangkan
kepercayaan identitas gender, yaitu rasa laki-laki atau perempuan. Kedua, anak
mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang
mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu
kepercayaan jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan
tak berubah-ubah.

Ketiga aspek gender tersebut berperan terhadap pengetahuan umum anak


tentang peran gender yang diharapkan masyarakat. Pengetahuan ini sering disebut
sebagai peran jenis kelamin atau stereotip gender. Kesadaran tentang stereotip ini
telah dimiliki oleh anak-anak prasekolah. Ia sering membicarakan dan bahkan
bertindak menurut cara-cara yang mencerminkan stereotip peran gender tersebut.
Stereotip peran gender merujuk pada karakteristik psikologi atau perilaku yang
secara tipikal diasosiasikan dengan laki-laki atau perempuan (Matsumoto, 2000).
Anak-anak mempelajari stereotip peran gender ini melalui berbagai cara dan pola-
pola yang dapat diramalkan. Tren perkembangan gender selama masa awal anak-
anak Pada umumnya anak usia 2 tahun sudah dapat menerapkan label laki-laki
atau perempuan secara tepat atas dirinya sendiri dan orang lain. Meskipun
demikian, pada usia ini anak belum memahami ketetapan gender (gender
constancy). Konsepnya tentang gender lebih didasarkan pada ciri-ciri fisik, seperti
pakaian, model rambut, atau jenis permainan. Pada umumnya anak-anak baru
mencapai ketetapan gender pada usia 7 hingga 9 tahun. (Seifert &
Hoffnung,1994).Ketika konsep mereka tentang ketetapan gender terbentuk dengan
jelas, anak-anak kemudian akan termotivasi untuk menjadi seorang laki-laki atau
perempuan yang sejati. Karena itu, ia akan meniru model-model perilaku dari
jenis kelamin yang sama (Santrock,1995). Berikut ini akan dijelaskan dua tren
penting dari perkembangan gender pada masa awal kanak-kanak, yaitu:
Permainan dan Aktivita

11
Perkembangan gender pada masa awal anak-anak dapat di lihat dari
permainan dan aktivitas yang dilakukannya. Anak-anak usia 2-3 tahun, terlah
mempelajari stereotipgender konvesional yang dihubungkan dengan berbagai
aktivitas dan objek-objek umum (Ruble & Ruble, 1980). Mereka menghubungkan
gender dengan mainan, seperti permainan mobil-mobilan adalah untuk anak laki-
laki dan boneka untuk anak perempuan.

Pada saat yang sama, mereka belajar mengasosiasikan jenis pakaian (rok
untuk perempuan dan celana panjang untuk laki-laki), peralatan-peralatan umum
(gergaji untuk laki-laki dan pengocok telur untuk perempuan), dan permainan-
permainan umum (permainan kelereng untuk laki-laki dan permainan
memasak/boneka untun perempuan).

Pada awal usia sekolah, mereka mulai menghubungkan keluarga dan


pekerjaan tertentu dengan gender, sekalipun keluarga mereka tidak
memperlihatkan pembagian tersebut. Mereka percaya bahwa perempuan tinggal di
rumah untuk mengasuh anak dan mengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki
pergi keluar untuk bekerja. Karena itu, tidak heran anak sering mengasosiasikan
perawat adalah perempuan dan pilot adalah laki-laki.

Di dalam berbagai situasi, anak-anak yang muda belia memperkuat


stereotit gender dengan memilih mainan dan aktivitas yang dihubungkan dengan
jenis kelamin mereka (Maccoby & Jacklin, 1974). Dalam kenyataannya, banyak
anak yang benar-benar tidak mau bermain dengan permainan yang secara tegas
mereka asosiasikan dengan gender lain.

D. Strategi-strategi dalam memberikan pendidikan gender pada AUD


Selanjutnya pada Pendidikan anak usia dini juga perlu dilakukan perluasan
strategi Agar pelaksanaan Pendidikan berperspektif gender semakin kuat, hal ini
sejalan dengan Penelitian Shobahiya (2012) dalam pembelajaran usia dini juga
perlu dikembangkan Pembelajaran yang berorientasi pada keseimbangan gender,
dengan menghindarkan Pembelajaran dari nilai-nilai yang bias gender, baik pada
bidang pengembangan Pembentukan perilaku maupun pada bidang

12
pengembangan kemampuan dasar. Guru perlu Memberikan kebebasan berekspresi
dan bereksperimen kepada anak tanpa mempengaruhi Ataupun menekan anak usia
dini. Misalkan dalam kegiatan yang sudah diagendakan pada Rencana
pembelajaran terdapat kegemaranku. Anak perempuan tidak harus gemar
memasak, Menjahit dan menanam bunga saja. Anak perempuan juga bisa
melakukan kegemarannya Dalam bidang olahraga seperti bermain bulu tangkis,
basket dsb. Sebaliknya anak lelaki juga Tidak diarahkan melakukan hal-hal
maskulin seperti robotic saja, mereka bebas Mengekspresikan kegemarannya
dalam hal memasak atau menjahit sekalipun. Perasaan anak Mengenai
maskulinitas dan feminitas akan dipengaruhi oleh teman bermain mereka serta
Kesempatan bermain, mainan, jenis tontonan televisi, dan terutama orang dewasa
panutan (keluarga, tetangga, dan guru). Di sinilah anak memperoleh pembelajaran
mengenai Kesetaraan gender yang menjadi tanggung jawab guru di sekolah
(Kurnia, 2018). Strategi-strategi dalam Memberikan Pendidikan Gender pada
Anak Usia Dini

Dalam memberikan pendidikan gender Pada anak usia dini perlu adanya
strategi khusus Agar anak dapat benar-benar memahami apa Sebetulnya gender
itu. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan Dalam memberikan pendidikan
gender pada Anak usia dini, di antaranya sebagai berikut :

a. Melalui Metode Modelling

Menurut Suci (2004) cara modelling adalah Salah satu cara untuk
memberikan Pemahaman tentang gender pada anak Usia dini. Dengan cara,
misalkan jika ibu Yang biasanya selalu mengerjakan tugas-tugas domestik seperti
mencuci, memasak, Dan menyapu, maka pekerjaan-pekerjaan Seperti ini dapat
digantikan oleh sang ayah, Sehingga hal ini akan tertanam dalam benak Anak
bahwa pekerjaan domestik tidak hanya Dapat dikerjakan oleh perempuan, tetapi
Juga oleh laki-laki.

b. Melalui Metode Perlakuan

13
Cara ini biasanya akan berlangsung apabila Terjadi hal-hal yang menurut
kebudayaan Tidak selayaknya terjadi. Misalkan, jika orang Tua melihat anak laki-
lakinya menangis, Orang tua haruslah memahami apa yang Sedang dirasakan oleh
anaknya dan jangan Melarang anak untuk menangis, karena Menangis itu
merupakan salah satu ungkapan Emosi yang tidak hanya dapat dilakukan oleh
Perempuan saja, tetapi juga oleh laki-laki(Suciati, 2004). Selain itu, metode
perlakuan Ini pun sangat dianjurkan Rasululloh SAW, Sebagaimana diriwayatkan
Muslim dalam Kitabul Hibaat 3055 (Rahman, 2005: 147), Yaitu : “Bertaqwalah
kalian kepada Allah dan Berlaku adillah terhadap anak-anak kalian”.

c. Melalui Metode Permainan Peranan

(Dramatisasi)Menurut Zulkifli (1992) menyatakan Bahwa cara lain untuk


memberikan Pemahaman tentang konsep gender Pada anak usia dini dapat
disampaikan Melalui permainan peranan (dramatisasi). Pada permainan ini, anak
itu sendiri memegang peranan sebagai apa yang sedang dimainkannya. Hurlock
(1997) menyebutkan bahwa permainan peranan (dramatisasi) biasanya terjadi
ketika anak berusia sekitar 3 tahun, yaitu melakukan permainan dengan cara
meniru pengalaman-pengalaman hidup, atau bermain pura-pura dengan temannya
seperti polisi-polisian, bidan-bidanan, dokter-dokteran, penjaga toko, dan
sebagainya, berdasarkan cerita-cerita yang dibacakan kepada mereka atau
berdasarkan acara-acara film dan televisi yang mereka lihat. Melalui metode ini
anak akan mampu mengenali jati dirinya sendiri serta mendapatkan kesempatan
untuk mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan pembawaannya
(Zulkifli, 1992).Jadi, dalam memberikan pendidikan gender pada anak usia dini
diperlukan strategi yang tepat untuk menyampaikannya serta pentingnya
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar pemahaman anak
tentang konsep gender yang anak dapatkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Ada beberapa alternatif pemecahan masalah Untuk mengatasi


kesalahpahaman mengenai masalah Gender pada anak usia dini, yaitu :

1. Berikan pemahaman konsep gender pada anak

14
Dalam memberikan pemahaman tentang Konsep gender pada anak usia
dini dapat Dilakukan dengan cara pendekatan melalui Komunikasi kepada anak
dengan bahasa yang Dapat dimengerti oleh anak tersebut, agar anak Dapat
memahami apa yang kita bicarakan tanpa Merasa dilarang atau bahkan dibatasi
aktivitas Serta keinginannya.

2. Tidak melarang anak dengan cara yang kasar

Satu hal yang harus kita perhatikan bahwa Anak usia dini itu sangat
sensitif. Apabila kita Melakukan tindakan yang kasar pada anak Saat
melarangnya, maka anak tersebut akan Mengalami trauma. Hal ini sangat tidak
baik Bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, Serta dapat menyebabkan anak
selalu merasa Takut dan ragu untuk melakukan sesuatu.

3. Iatih anak untuk berpikir logis

Pada saat kita melarang anak untuk melakukan Sesuatu, hendaknya kita
tidak melarangnya Tanpa alasan, tetapi berikanlah alasan yang logis Dan dapat
dimengerti oleh anak mengapa hal Ini diperbolehkan dan mengapa hal ini tidak
Diperbolehkan, sehingga anak dapat memahami Maksud dari larangan tersebut
sekaligus anak Berlatih untuk dapat berpikir logis.

4. Berikan gambaran mengenai orang dewasa lakilaki dan perempuan


Menanamkan pendidikan gender pada anak Usia dini tidah hanya melalui
permainan saja, Tetapi juga ada hal-hal yang penting dari itu, Misalnya
mengenalkan anak tentang gambaran Orang dewasa dengan jenis kelamin laki-
laki dan Perempuan yang memiliki pekerjaan, sifat, serta Penampilan yang tidak
stereotif.

5. Tanamkan pada setiap anak sikap saling

15
Menghormati dan menghargai antar jenis Kelamin Cara lain yang dapat
dilakukan untuk mengatasi Kesalahpahaman tentang konsep gender pada Anak
usia dini yaitu dengan cara menanamkan Pada anak sikap saling menghormati dan
Menghargai jenis kelamin yang berbeda dari Dirinya, serta tidak melakukan
kekerasan pada Teman jenis kelamin lain, karena semua manusia Itu sama di mata
Tuhan, yang membedakan Hanyalah ketakwaannya.

Cara-cara di atas dapat kita lakukan untuk Mengatasi kesalahpahaman


tentang konsep gender Yang dimiliki oleh anak. Asalkan kita sebagai orang Tua
ataupun orang dewasa yang berada di sekitar Anak tetap bersikap bijak dan
konsisten dalam Memberikan pendidikan gender pada anak usia dini Agar anak
dapat memahami dengan jelas apa yang Dimaksud dengan gender tersebut.

Mengenalkan gender pada anak usia dini sangat penting karena ini adalah
waktu yang tepat untuk membangun pemahaman awal tentang perbedaan jenis
kelamin dan mengajarkan kesetaraan gender. Berikut adalah beberapa cara yang
bisa dilakukan untuk mengenalkan gender pada anak usia dini.

1. Memberikan Contoh Positif.

Guru, orang tua, dan pengasuh harus memberikan contoh positif tentang
bagaimana laki-laki dan perempuan bisa bekerja sama dan bertukar ide dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Mengajak Anak Berkomunikasi dengan Kata-kata yang Tepat.

Biasakan anak untuk mengucapkan kata-kata yang tepat dan sederhana


untuk menggambarkan perbedaan gender seperti “laki-laki” dan “perempuan”.
Guru, orang tua, dan pengasuh bisa memanfaatkan buku cerita atau media lainnya
untuk membantu anak memahami konsep gender.

3. Menghormati Perbedaan Gender.

Biasakan anak untuk menghormati perbedaan gender dengan menjelaskan


bahwa setiap orang dapat memiliki minat dan bakat yang berbeda, tanpa terkait
dengan jenis kelamin mereka.

16
4. Membawa Anak ke Tempat Kerja.

Ajak anak untuk mengunjungi tempat kerja dan bertemu dengan rekan-
rekan kerja atau orang-orang yang bekerja pada suatu tempat, sehingga mereka
dapat melihat bahwa pekerjaan tidak memiliki gender tertentu.

5. Membahas Topik tentang Kesetaraan Gender.

Mengenalkan tentang pentingnya kesetaraan gender kepada anak, bahwa


laki-laki dan perempuan harus memiliki hak yang sama dan dihargai dengan cara
yang sama.

6. Bermain Peran.

Bermain peran bisa membantu anak memahami peran gender. Guru bisa
membiarkan anak bermain peran sebagai dokter, ibu rumah tangga, petani, atau
profesi lainnya.

7. Menyediakan Mainan Gender Netral.

Sediakan mainan gender netral seperti balok, puzzle, atau boneka yang
tidak dikaitkan dengan jenis kelamin tertentu.

Dan yang sangat penting untuk tetap membuka komunikasi dengan anak
tentang gender dan terus memberikan pengarahan yang baik dan tepat. Jangan
ragu untuk menjawab pertanyaan anak dan membantu mereka memahami konsep
gender secara sehat dan positif.

E. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Gender Pada Anak


Usia Dini
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan gender pada anak usia dini
(Santrock, 1995) tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh Biologis. Setiap orang pada

Dasarnya menganggap bahwa perilaku Anak-anak sebagai laki-laki atau


perempuan Adalah disebabkan oleh suatu interaksi faktor Biologis dan faktor
lingkungan.

17
b. Pengaruh Sosial. Dalam kebudayaan yang

Telah berlangsung sejak lama, manusia Menentukan jenis kelamin sejak seorang
Bayi lahir. Beal (Santrock, 1995) mengatakan Bahwa orang tua hanyalah salah
satu dari Sekian banyak sumber tempat individu Mempelajari peran gender.
Sedangkan Kebudayaan, teman sebaya, media dan Anggota keluarga lain adalah
sumber-sumber lainnya. Pandangan-pandangan Kognitif dari perkembangan
gender yang Menekankan bahwa anak-anak membangun Aktif dunia gender
mereka sendiri adalah Sebagai berikut : (1) pengaruh pengasuhan, (2) pengaruh
teman sebaya, (3) pengaruh Sekolah dan guru, dan (4) pengaruh media.

c. Pengaruh Kognitif. Konsep anak-anak

Tentang gender adalah sederhana dan konkrit. Anak-anak usia dini bersandar pada
ciri-ciri Fisik, seperti pakaian dan gaya rambut, untuk Mengelompokkan jenis
kelaminnya.

18
BAB III

PENUTUP
gender adalah fisik antara laki-laki dan perempuan untuk memisahkan
pencirian manusia dalam hal peran, tingkah laku, mentalitas dan karakteristik
emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan gender adalah suatu konsep yang mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial dan budaya.

Pendidikan gender di PAUD merupakan hal yang sangat penting untuk di


lakukan. Karena masa kanak- kanak adalah fase yang terbaik untuk orang tua atau
pendidik dalam menanamkan norma-norma dan arahan- arahan yang bersih pada
jiwa anak dan akan lebih mudah mengarahkannya pada anak yang masih pada
masa Golden Age ketimbang pada anak yang sudah mulai dewasa.

Cara yang bisa dilakukan untuk mengenalkan gender pada anak usia dini
yaitu Memberikan Contoh Positif, mengajak Anak berkomunikasi dengan kata-
kata yang Tepat, Menghormati Perbedaan Gender, membawa Anak ke tempat
kerja, membahas topik tentang kesetaraan gender, bermain peran, menyediakan
mainan gender netral. beberapa strategi yang dapat dilakukan Dalam memberikan
pendidikan gender pada Anak usia dini, diantaranya sebagai berikut :Melalui
Metode Modelling, Melalui Metode Perlakuan, Melalui Metode Permainan
Peranan

19
Cara untuk mengatasi kesalah pahaman terhadap gender yaitu Berikan
pemahaman konsep gender pada anak, Tidak melarang anak dengan cara yang
kasar, Iatihlah anak untuk berpikir logis, Tanamkan pada setiap anak sikap saling

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan Gender pada Anak Usia


Dini yaitu Pengaruh Biologis. Setiap orang pada, Pengaruh Sosial. Dalam
kebudayaan yang, Pengaruh Kognitif. Konsep anak-anak

DAFTAR PUSTAKA
- https://schoolofparenting.id/mengenalkan-konsep-gender-pada-anak-usia-
dini/
- https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/pengenalan-gender-kepada-
anak-usia-dini?
do=MTUyMS0wN2FlZGVmYg==&ix=NDctNGJkMWM0YjQ=
- https://www.kompasiana.com/erminurcholimah/
57100c4df47e6101237f8c98/perkembangan-gender
- https://www.universitaspsikologi.com/2020/03/pengertian-gender-dan-
klasifikasi-gender.html
- AN Hadianti - Jurnal Penelitian dan Artikel Pendidikan, 2010 -
journal.unimma.ac.id.
- J Arbain, N Azizah, IN Sari - Sawwa: Jurnal Studi Gender, 2015 -
journal.walisongo.ac.id
- https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pendidikan+gender+pada+anak+usia+dini&oq=
pendidikan+gender+pa#d=gs_qabs&t=1699504492047&u=%23p
%3DbnUnl9wrXeMJ

20

Anda mungkin juga menyukai