Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

“PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN QURAISH SHIHAB”

Untuk Memenuhi Tugas


Dosen Pengampu :
Dr. Rahman Hakim, Lc, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Chuzaimah : 2020791104060
Latifa Tusirri : 2020791104082
Ratna Nur Siyaumah : 2020791104106

PRODI PAI FAKULTAS TARBIYAH


INSTITUT AGAMA ISLAM AL KHOZINY
BUDURAN – SIDOARJO
TAHUN AKADEMIK
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas Rahmat dan hidayah Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini sebagai salah satu tugas
kelompok mata kuliah “TAFSIR TARBAWI”.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu dikarenakan
kemampuan penulis yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami berharap dalam penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami
sendiri dan para pembaca umumnya. Dan semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sidoarjo, 22 Februari 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................3
A. Pendidikan Perempuan Dalam Perspektif Islam...............................................................................3
B. Tafsir Ayat Pendidikan Perempuan..................................................................................................3
C. Pendapat Quraish Shihab Mengenai Pendidikan Perempuan...........................................................6
BAB III........................................................................................................................................................7
PENUTUP...................................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................7
B. Saran.................................................................................................................................................7
DAFTAR PUSAKA....................................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gender merupakan isu yang selalu diperbincangkan. Perbedaan laki-laki dan perempuan
melahirkan isu gender yang terus berkembang. Dalam perkembangannya, isu gender dapat meliputi
kegiatan sehari-hari manusia. Mulai dari aktivitas sosial, peran setiap gender, aktivitas di luar, kiprah
dalam berkarir, bahkan pada akses pendidikan. Pendidikan adalah kunci untuk membuka,
kemungkinan untuk berkarir yang lebih luas dan mendalam. Hal tersebut dimungkinkan karena
dengan pendidikan, para perempuan dapat menambah wawasan yang lebih luas sehingga cara
berpikirnya dan cakrawala berpikirnya menjadi lebih terbuka pada hal-hal yang baru1.

Makna gender menurut Syarifatun Nafsi yaitu, seperti yang dipahami secara bahasa diartikan
“jenis kelamin” yakni perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai
dan tingkah laku.4 Sedang pengertian secara terminologis adalah peran-peran sosial yang
dikonstruksikan oleh masyarakat. Peranperan tersebut berkaitan dengan tugas, fungsi, hak dan
kewajiban serta kesempatan antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh ketentuan sosial,
nilai-nilai yang berlaku, dan budaya lokal. Artinya, laki-laki dan perempuan harus bersikap dan
berperan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat2.

Perbedaan laki-laki dan perempuan terkadang masih menyimpan berbagai macam permasalahan,
terutama tentang peran dan substansi kejadiannya dalam masyarakat. Meskipun perbedaaan dari segi
anatomi biologis, laki-laki dan perempuan ini adalah sesuatu yang bersifat jelas, namun perbedaan
ini terkadang masih melahirkan ketidakadilan pada salah satu pihak. Karena perbedaan secara
biologis ini, menghasilkan seperangkat konsep budaya. Interpretasi dari budaya terhadap perbedaan
jenis kelamin inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut dengan konsep gender. Ketika
terjadi ketimpangan dalam menentukan peran dalam sosial masyarakat akibat interpretasi budaya
terhadap jenis kelamin inilah yang menghasilkan ketidakadilan gender3.

1
Muriyah Pasaribu, ‘Nilai-Nilai Pendidikan Perempuan Dalam Tafsir Al-Maraghi’, 422–30.
2
Syarifatun Nafsi, ‘Pemikiran Gender Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah’, Manthiq, 1.1 (2016), 33.
3
Anik Wartini, ‘Tafsir Feminis M . Quraish Shihab :Telaah Ayat-Ayat Gender Dalam Tafsir Al-Misbah’, Palastren, 6.2 (2013),
473–94.

1
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Peradaban manusia dapat berubah dan
berkembang melalui adanya pendidikan. Akses pendidikan sebaiknya juga harus dapat dirasakan
oleh seluruh manusia. Adanya stigma peran gender membuat beberapa keputusan yang diambil
terasa sepihak. Perempuan acapkali tidak mendapatkan akses pendidikan yang sama dengan laki-
laki.

Quraish Shihab merumuskan peran perempuan sebagai pendidik yang berdasarkan sifat yang ada
dalam diri perempuan diantaranya, yaitu: sebagai model serta pembentuk karakter anak yang
memiliki sifat jujur dengan menanamkan sifat kejujuran, memiliki sifat lemah lembut dengan
mendidik anak penuh kasih dan sayang, memiliki rasa sabar dalam mendidik anak dalam
menghadapi kelakuan anak-anak, membiasakan keadilan dalam memberikan kebutuhan terhadap
anak-anak, serta memiliki sifat keibuan yang mampu menghadapi segala kondisi anak dan mampu
menyayangi anak-anaknya dengan mendidiknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pendidikan perempuan dalam perspektif islam ?
2. Apa tafsir ayat pendidikan perempuan ?
3. Bagaimana pendapat Quraish Shihab mengenai pendidikan perempuan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan perempuan dalam perspektif islam
2. Untuk mengetahui tafsir ayat pendidikan perempuan
3. Untuk mengetahui pendapat Quraish Shihab mengenai pendidikan perempuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Perempuan Dalam Perspektif Islam

Pendidikan adalah usaha mempersiapkan dan menumbuhkan individu manusia dari sejak
ia lahir sampi akhir hayat untuk memiliki kekuatan jasmani, akal, dan rohani bagi manusia,
tidak hanya pada diri laki-laki saja, tetapi juga perempuan berdasarkan nilai-nilai keislaman.
Maka dengan demikian islam juga menekankan pentingnya pendidikan bagi perempuan,
begitu juga dalam hal berkarir islam tidak melarang perempuan untuk berkarir asalakan tidak
meninggalkan kedudukan mulia yang telah diberikan allah kepadanya.

Penekanan Islam terhadap pendidikan perempuan dapat dilihat pada periode Nabi
Muhammad SAW. Perempuan mendapatkan kedudukan yang terhormat dan sederajat dengan
laki-laki, karena sebelum zaman jahiliyah prempuan mendapatkan kedudukan yang sangat
rendah dan hina sehingga kelahiran seorang anak perempuan pun dianggap sebagai suatu aib
sehingga harus dibunuh sejak kecil. Oleh karena itu baik laki-laki maupun perempuan dituntut
untuk belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan yang sama dalam bidang apapun yang
diperlukan bagi upaya-upaya transformasi tersebut. 4

Ada beberapa fakta sejarah dalam perdaban islam yang menunjukkan banyak perempuan
yang menjadi ulama, cendekia dan intelektual, dengan beragam keahlian dan kapasitas
intelektual dan yang relatif sama, bahkan mengungguli ulama laki-laki. Para ulama
perempuan mengambil perannya sebagai tokoh agama, tokoh ilmu pengetahuan, tokoh politik
dan tokoh dengan moralitas yang terpuji. Aktivitas mereka tidak hanya dari dalam ruang
domestic melainkan juga dalam ruang publik politik yang lebih luas.
Mereka bekerja sama dengan ulama laki-laki membangun peradaban islam.sebagai
contoh tokoh perempuan ulama terkemuka pada zamannya yatu Sukainah bint al Husain
yang merupakan cicit dari Nabi Saw. Pemikirannya begitu cemerlang, budi pekertinya indah,
penyair besar,dan guru penyair Arab yang terkemuka. Beliau juga dikenal sebagai tokoh
4
Nelsy Arisandy, PENDIDKAN DAN KARIR PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM, Marwah,Vol.XV No.2, Desember th.2016,
hal. 128-129.

3
kebudayaan. Begitu juga dengan Siti Aisyah yang merupakan istri dari Nabi beliau juga
dikenal sangat pandai dalam membaca Al-Quran, juga ahli fiqh, ahli kedokteran, ilmu syair,
ilmu tafsir dan lainnya.
Islam memang hadir untuk membebaskan penindasan dan kebodohan menuju
perwujudan kehidupan yang berkeadilan dan memajukan ilmu pengetahuan untuk semua
manusia baik laki-laki maupun perempuan.
Sejarah kaum muslimin sesudah itu memasukkan kembali kaum perempuan kedalam
krangkeng- krangkeng rumahnya. Aktivitas intelektual dibatasi, kerja-kerja sosial - politik -
kebudayaan mereka dipasung. Perempuan - perempuan Islam tenggelam dalam timbunan
pergumulan sejarah. Mereka dilupakan dan dipinggirkan dari dialektika sosial – kebudayaan
– politik. Sistem sosial patriarkis kembali begitu dominan. Karena keikutsertaan atau
keterlibatan kaum perempuan dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan baik sebagai
pengajar maupun guru dipandang mereka dapat menimbulkan fitnah dan penyimpangan
moral.
Sehingga pendidikan kaum perempuan mengalami degradasi luar biasa untuk kurun
waktu yang begitu panjang. Baru pada abad ke 19 sejumlah tokoh tampil untuk menyerukan
dibukanya pendidikan bagi kaum perempuan. Rifa’ah Rafi’ al Thahthawi (1801-1873 M)
dipandang sebagai orang pertama yang mengkampanyekan dengan gigih kesetaraan dan
keadilan gender serta menyerukan dibukanya akses pendidikan yang sama bagi kaum
perempuan. Ia menuliskan gagasan dan kritik-kritik ini dalam bukunya yang terkenal ;
“Takhlish al-Ibriz fi Talkish Paris” dan “al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin”.
Sesudah itu muncul tokoh lain yang sering disebut di dunia Islam sebagai “mujaddid”
(pembaru). Ia adalah Muhammad Abduh dari Mesir.
Dari keduanya kemudian lahir tokoh paling menonjol dan controversial dalam isu-isu
perempuan : Qasim Amin. Tahun 1899, ia menulis bukunya yang terkenal; “Tahrir al-
Mar’ah” (pembebasan perempuan), dan “al-Mar’ah al-Jadiddah” (Perempuan Baru). Ia
gencar menuntut pendidikan untuk kaum perempuan. Di Indonesia, tuntutan yang sama
disampaikan oleh antara lain RA. Kartini, Dewi Sartika, Rahma el-Yunisiah, KH. A.
Wahid Hasyim dan lain-lain.5

5
Husain Muhammad, ISLAM DAN PENDIDIKAN PEEREMPUAN, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.III No.2, Desember
2014/1436, hal. 240-241.

4
B. Tafsir Ayat Pendidikan Perempuan
Pendidikan sangat penting dalam Islam, sebab dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, baik ilmu
pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum dapat disebarluaskan. Namun, adanya
diskriminasi gender menyebabkan beberapa akses pendidikan bagi perempuan tidak merata 6. Hal ini
sangat disayangkan karena pendidikan adalah aspek penting dalam kehidupan, baik perempuan
maupun laki-laki. Pendidikan dapat mengangkat derajat manusia menjadi lebih baik sebagaimana
Firman Allah dalam Al-Qur‟an Surat al-Mujadalah ayat 11:

‫س فَافْ َس ُح ْوا َي ْف َس ِح ال ٰلّهُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِْي َل انْ ُش ُز ْوا فَانْ ُش ُز ْوا‬
ِ ِ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْٓوا اِ َذا قِْيل لَ ُك ْم َت َف َّس ُح ْوا ىِف الْ َم ٰجل‬
َ
‫ت َوال ٰلّهُ مِب َا َت ْع َملُ ْو َن َخبِْيٌر‬
ٍ ۗ ‫َي ْرفَ ِع ال ٰلّهُ الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا ِمْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذيْ َن اُْوتُوا الْعِْل َم َد َر ٰج‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan Memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan Mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan
Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadalah:11).

‫ يف الثواب يف اآلخرة ويف‬: ‫ يرفع اهلل الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات أي‬: ‫قوله تعاىل‬

‫ والعامل على من ليس بعامل‬، ‫ فريفع املؤمن على من ليس مبؤمن‬، ‫ الكرامة يف الدنيا‬.
Tafsiran Q.S Al Mujadalah ayat 11 dalam kitab Qurtubi menjelaskan, Allah SWT berfirman:
Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Yakni, dalam
Allah akan mengangkat derajat dalam pahala di akhirat, serta mengangkat derajat kemuliaan di
dunia. Maka terangkatlah derajat orang yang beriman di atas orang yang tidak beriman dan orang
berilmu di atas orang yang tidak berilmu7.
Perempuan merupkan makhluk yang mulia. Menurut Moh. Afif pendidikan merupakan salah
satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Cara meningkatkan sumber
daya kaum perempuan hanya dapat dilakukan dengan penyadaran bahwa mereka harus
berpendidikan. Perempuan perlu diberikan kesempatan pendidikan yang sempurna tanpa ada lagi
6
Proceeding O F Iconie, Iain Pekalongan, and Study Program, ‘M. QURAISH SHIHAB’S TOUGHTS ON GENDER
EQUALITY AND ITS RELEVANCE IN EDUCATION Ghilma Madina’, 2002, 2021, 553–63.
7
Imam Abu Muhammad Bin Ahmad Abdillah, Tafsir Al-Qurthubi (Yogyakarta: Pustaka Azzam, 2004).

5
perbedaan pendidikan berdasarkan jenis kelamin. Perempuan memiliki peran yang sangat besar
dalam berbagai lini kehidupan sehingga harus benar-benar di persiapkan dan di bekali dengan
pendidikan8. Penjelasan mengenai pendidikan perempuan juga terdapat dalam Al-Quran. Adapun
ayat-ayat yang menerangkan tentang pendidikan perempuan sebagai berikut.
Menurut pandangan Firdaus dan Arifin9 dalam masyarakat Islam, meskipun dalam al-Quran telah
dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama, baik laki-laki maupun perempuan,
yang membedakan hanyalah persoalan ketakwaan. Namun faktanya masyarakat Islam masih
menganggap perempuan sebagai makhluk kedua setelah kaum laki-laki. Derajat perempuan masih
berada di bawah derajat kaum laki-laki. Seperti hak waris, diharamkannya perempuan memasuki
masjid ketika menstruasi, tidak diperbolehkan menjadi imam shalat bagi kaum laki-laki, tidak
diwajibkan shalat Jumat, dan sebagainya. Perbedaan perlakuan tersebut, tidak lepas dari perbedaan
kodrat laki-laki dan perempuan, jika perempuan mengalami masa menstruasi, melahirkan dan
berfisik lemah, sementara laki-laki sebaliknya.
Menurut Kurniawaty (1997) dalam Moh Afif menjelaskan perlu diakui bahwa peran perempuan
sampai hari ini belum teroptimalisasikan. Permasalahan mendasar yang menyebabkan kondisi
seperti ini adalah karena potensi dan kemampuan perempuan sampai hari ini belum berwujud
melembaga. Sumber daya kaum wanita masih relatif kurang. Lemahnya peran saat ini, karena kaum
wanita belum menjelma menjadi sumber daya manusia yang kualitasnya teruji10
Sesuai dengan kodratnya tugas melahirkan anak terletak pada perempuan, namun dalam proses
mendidik dan membesarkan anak adalah tugas laki-laki dan perempuan, hal ini dapat dilihat dalam
al-Qur'an yang melambangkan tugas mendidik anak yang dilakukan oleh Luqman Hakim, dan
didalam hadis-hadis dijelaskan bagaimana tugas mendidik dilakukan oleh permpuan, dengan
demikian dapat dikatakan perempuan memiliki tugas dan peran yang luar biasa terkait
kedudukannya sebagai ibu.proses hamil dan melahirkan merupakan sebuah proses yang berat,
karena itu sebagai penghargaan terhadap beratnya tanggung jawab perempuan al-Qur'an dengan
tegas mendahulukan ibu dari ayah, dalam surah Luqman ayat 14 disebutkan (dan Kami perintahkan

8
Moh. Afif, ‘Peran Perempuan Dalam Pendidikan Perspektif M. Quraish Shihab’, Tadris : Jurnal Penelitian Dan Pemikiran
Pendidikan Islam, 13.2 (2020), 1–10 <https://doi.org/10.51675/jt.v13i2.60>.
9
Dhomirotul Firdaus and Zaenal Arifin, ‘PENDIDIKAN PEREMPUAN PERSPEKTIF QURAISH SHIHAB DALAM
TAFSIR AL MISBAH’, Pendidikan Perempuan, 29 (1967), 5–24.
10
Moh. Afif, ‘Peran Perempuan Dalam Pendidikan Perspektif M. Quraish Shihab’, Tadris : Jurnal Penelitian Dan Pemikiran
Pendidikan Islam, 13.2 (2020), 1–10 <https://doi.org/10.51675/jt.v13i2.60>.

6
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah.

ِ ‫ي ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬ َ ِ‫ ااْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ۚ ِه َح َملَ ْتهُ اُ ُّمهٗ َو ْهنًا ع َٰلى َو ْه ٍن َّوف‬€‫ص ْينَا‬
َّ َ‫صالُهٗ فِ ْي عَا َم ْي ِن اَ ِن ا ْش ُكرْ لِ ْي َولِ َوالِ َد ْي ۗكَ اِل‬ َّ ‫َو َو‬

Artinya:

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

‫ وللوالدين على‬، ‫ الشكر هلل على نعمة اإلميان‬: ‫ قيل‬. ‫ قلنا له أن اشكر يل ولوالديك‬: ‫واملعىن‬

‫نعمة الرتبية‬

Dalam kitab Tafsir Qurtubi, dijelaskan bahwa tafsiran surah Luqman ayat 14 adalah Allah berpesan
pada manusia untuk bersyukur pada Allah dan kedua orang tua. Bersyukur kepada Allah atas nikmat
iman dan berterima kasih kepada kedua orang tua atas nikmat pendidikan. Karena dengan pendidikan,
manusia dapat mengetahui wawasan dan ilmu baru.

Peran perempuan dalam pendidikan anak sangatlah besar yang akan membawanya pada
pertumbuhan dan perkembangan yang diridhai Allah SWT untuk menjadi manusia yang shalih, cerdas
dan terampil. Menurut Mujahidin pendidikan prenatal juga perlu diperhatikan oleh seorang ibu
(perempuan)11 Seorang ibu merupakan tokoh sentral dalam pendidikan anak, ibu menjadi suri teladan
bagi anak-anaknya, terutama dalam sosialisasi norma-norma sosial anak12. Orang pun sering mengatakan
bahwa jika kita durhaka kepada ibu, nanti akan masuk neraka. Hadits ini menunjukkan bahwa peran
perempuan sebagai pendidik. Jika ibunya baik, shalihah, beriman, terampil dan mampu mendidik
anaknya ke jalan yang benar, anaknya akan menjadi shalih juga, karena seorang ibu adalah madrasatul
ula bagi anaknya.

11
Anwar Mujahidin and Zamzam Farrihatul Khoiriyah, ‘Konsep Pendidikan Prenatal Dalam Perspektif Tafsir Al-Mishbāh
Karya M. Quraish Shihab’, Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 6.1 (2018), 121–50
<https://doi.org/10.21274/taalum.2018.6.1.121-150>.
12
Ach Zayyadi, Alvina Amatillah, and Dwiki Oktafiana Wirendri, ‘Indonesian Mufassir Perspective on Gender Equality:
Study on Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Azhar, and Tafsir Marāh Labīd’, MUṢḤAF Jurnal Tafsir Berwawasan Keindonesiaan,
1.2 (2021), 74–102 <https://doi.org/10.33650/mushaf.v1i2.2169>.

7
C. Pendapat Quraish Shihab Mengenai Pendidikan Perempuan

Quraisy Shihab berpendapat mengenai pendidikan perempuan yakni lebih memfokuskan


pada: komponen pendidik, materi, dan kegiatan belajar mengajar, serta dari ketiga
komponen tersebut memiliki peran urgen nya dalam pendidikan.

Pertama, peran perempuan sebagai seorang pendidik (terutama dalam rumah tangga), yang
selalu bersinggungan dengan anak demi membentuk jiwa anak menjadi anak yang shalih,
cerdas, berani, dan sehat. Sungguh agung tugas seorang pendidik.

Dalam pendidikan, guru memiliki posisi strategis untuk membentuk kepribadian dan
mengarahkan masa depan anak didik (siswa) sehingga dibutuhkan guru yang cerdas, ulet,
terampil, sabar, dan profesional, serta memiliki sensitifitas terhadap prinsi kesetaraan
(equality).

Peran guru yang cukup besar dalam proses belajar mengajar terutama dalam kelas, harus
mencerminkan prinsip demokrasi dengan tidak membedakan antara siswa perempuan dan
laki-laki, sebab di banyak tempat masih ditemui adanya pembedaan tersebut, misalnya
yang disuruh menghapus papan tulis lebih sering siswa laki-laki daripada perempuan,
siswa laki-laki sering disuruh berdiri di depan kelas jika tidak bisa menjawab pertanyaan
dari gurunya tetapi siswa perempuan tidak, dan lain sebagainya.

Kedua, materi atau bahan pelajaran dalam pendidikan

D. harus bisa mencerminkan persamaan dan keadilan, yakni tidak

E. adanya bentuk tulisan atau pemahaman yang salah dan

F. diskriminatif terhadap salah satu dari perempuan dan laki-laki.

G. Al-Qur’an telah dengan jelas memposisikan keduanya memiliki

H. kedudukan sama sehingga sangat keliru jika masih terdapat

materi ajar yang membedakan keduanya.

I. Mengacu pada pemikiran M. Quraisy Shihab, maka segala

J. bentuk pemahaman terhadap teks tentang perempuan harus

K. dipahami utuh dan tidak boleh terdapat diskriminasi terhadap

L. perempuan dan laki-laki dalam materi pelajaran.

M. Ketiga, Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan

8
N. yang selalu dan sering dilakukan yang melibatkan guru dan siswa serta perangkat-perangkat
lainnya, seperti metode atau

O. media dan sarana prasarana. Dalam praktek di lapangan (kelas)

P. seringkali pemakaian metode dan sarana prasarana masih

Q. diskriminatif, misalnya masih ada yang memetakan jika siswa

R. perempuan harus duduk di belakang dari pada siswa laki-laki

S. dan siswa laki-laki sering dimarahi ketimbang siswa perempuan.

T. Sehingga bentuk-bentuk semacam ini harus dihapuskan agar

U. nilai-nilai agama tentang kesetaraan tetap terjamin. Jika

V. memahami pemikiran M. Quraisy Shihab tentang kedudukan

W. laki-laki dan perempuan, maka dalam kegiatan belajar mengajar

X. tidak boleh ada bentuk-bentuk diskriminasi pada siswa,

Y. sehingga pendidikan akan memiliki masa depan yang cerah,

berkualitas dan bisa diterima oleh semua kalangan.

A. Mengacu pada QS. Al-Mujadalah ayat 11

Menurut M. Quraish Shihab, seperti yang difirmankan oleh Allah bahwasanya


tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal apapun, dimana
yang membedakan diantara mereka hanyalah kualitas ketakwaannya terhadap
Allah.

M. Quraish Shihab menerjemahkan bahwasanya adanya pendidikan pembebasan


kaum perempuan yakni ke dalam metode pendidikan ataupun praktek pendidikan
yang membebaskan.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, beberapa poin yang dapat disimpulkan adalah:

a. Pada sebagian kurun sejarah kaum wanita dianggap sebagai warga kelas dua sehingga
tidak memiliki akses terhadap pendidikan maupun pengembangan diri yang setara dengan
laki-laki. Baru pada abad ke 19 Baru pada abad ke 19 sejumlah tokoh tampil untuk
menyerukan dibukanya pendidikan bagi kaum perempuan. Rifa’ah Rafi’ al Thahthawi
(1801-1873 M) dipandang sebagai orang pertama yang mengkampanyekan dengan gigih
kesetaraan dan keadilan gender serta menyerukan dibukanya akses pendidikan yang sama
bagi kaum perempuan. Ia menuliskan gagasan dan kritik-kritik ini dalam bukunya yang
terkenal ; “Takhlish al-Ibriz fi Talkish Paris” dan “al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-
Banin”. Sesudah itu muncul tokoh lain yang sering disebut di dunia Islam sebagai
“mujaddid” (pembaru). Ia adalah Muhammad Abduh dari Mesir.

10
b. Terdapat 2 ayat yang menjadi rujuan mengenai pendidikan perempuan. Ayat tersebut
yaitu Q.S Al-Mujadalah ayat 11 dan Q.S Luqman ayat 14. Q.S Al-Mujadalah ayat 11
menjelaskan tentang pentingnya pendidikan bagi seluruh manusia. Pendidikan
merupakan hal yang penting karena untuk meningkatkan derajat manusia. Kemudian Q.S
Luqman ayat 14 menjelaskan tentang kedudukan perempuan dalam pendidikan. Dalam
Al-Quran Allah tidak menyebutkan perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal
pendidikan. Semua mahkluk Allah memiliki peran dan kesempatan yang sama dalam
mencari ilmu. Namun, dalam dunia nyata, beberapa perbedaan peran laki-laki dan
perempuan menyebabkan adanya bias gender dan ketimpangan gender. Hal ini yang
menyebabkan beberapa kendala akses pendidikan perempuan. Sejatinya, perempuan
sebagai madrasatul ula atau sekolah pertama bagi anak. Peran perempuan sangat krusial
dalam pembentukan karakter dan pendidikan generasi selanjutnya. Oleh karena itu, kedua
ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya pendidikan bagi seluruh manusia, lebih
khususnya untuk perempuan.
c. Bagian mbak Ratna

B. Saran

Kedudukan yang diberikan kepada kaum perempuan sangatlah penting maka dari itu
sebaiknya perempuan harus aktif dalam mencari ilmu apa saja seperti politik, social maupun
kebudayaan agar kaum perempuan berwawasan tinggi dan tidak dipandang sebelah mata oleh
kaum laki-laki, karena kewajiban seorang perempuan tidak hanya mengurus rumah tangga saja
tetapi sebagai perempuan kita harus berusaha untuk meraih pendidikan yang lebih baik.

11
DAFTAR PUSAKA

Abdillah, Imam Abu Muhammad Bin Ahmad, Tafsir Al-Qurthubi (Yogyakarta: Pustaka Azzam, 2004)
Dhomirotul Firdaus, and Zaenal Arifin, ‘PENDIDIKAN PEREMPUAN PERSPEKTIF QURAISH
SHIHAB DALAM TAFSIR AL MISBAH’, Pendidikan Perempuan, 29 (1967), 5–24
Iconie, Proceeding O F, Iain Pekalongan, and Study Program, ‘M. QURAISH SHIHAB’S TOUGHTS
ON GENDER EQUALITY AND ITS RELEVANCE IN EDUCATION Ghilma Madina’, 2002,
2021, 553–63
Moh. Afif, ‘Peran Perempuan Dalam Pendidikan Perspektif M. Quraish Shihab’, Tadris : Jurnal
Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan Islam, 13.2 (2020), 1–10
<https://doi.org/10.51675/jt.v13i2.60>
Mujahidin, Anwar, and Zamzam Farrihatul Khoiriyah, ‘Konsep Pendidikan Prenatal Dalam Perspektif
Tafsir Al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab’, Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 6.1 (2018),
121–50 <https://doi.org/10.21274/taalum.2018.6.1.121-150>
Nafsi, Syarifatun, ‘Pemikiran Gender Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah’, Manthiq, 1.1 (2016), 33
Pasaribu, Muriyah, ‘Nilai-Nilai Pendidikan Perempuan Dalam Tafsir Al-Maraghi’, 422–30
Wartini, Anik, ‘Tafsir Feminis M . Quraish Shihab :Telaah Ayat-Ayat Gender Dalam Tafsir Al-Misbah’,
Palastren, 6.2 (2013), 473–94
Zayyadi, Ach, Alvina Amatillah, and Dwiki Oktafiana Wirendri, ‘Indonesian Mufassir Perspective on
Gender Equality: Study on Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Azhar, and Tafsir Marāh Labīd’, MUṢḤAF
Jurnal Tafsir Berwawasan Keindonesiaan, 1.2 (2021), 74–102
<https://doi.org/10.33650/mushaf.v1i2.2169>

12

Anda mungkin juga menyukai