Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP ISLAM DAN GENDER

Guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

Dosen pengampu :

Muhammad Syarif, S.Pd,I,MA

WINDI SRY MULYANI


NAVA ZUMARA
SUHERA
SOMBAY ALAFA

PRODI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKAH

2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Konsep islam dan gender
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Muhammad Syarif S.Pd,I,MA selaku
dosen mata kuliah agama yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang studi yang kami pelajari. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami juga perlu kritik dan saran yang
demi kesempurnaan makalah ini.

Senin, 26 Desember 2022

Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

A. Latar Belakang ......................................................................................


B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

1.1 Pengertian Gender................................................................................


1.2 Pandangan Islam Terhadap Kesetaraan Gender ..................................
1.3 Contoh Kesetaraan Gender ..................................................................
1.4 Perbedaan Gender Dan Jenis Kelamin ................................................
1.5 Dampak Positife Dan Negatife Dari Kesetaraan Gender ....................
1.6 Cara Mengatasi Perbedaan Gender......................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

KESIMPULAN .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejak memasuki abad ke-21 ini, perhatian dunia tehadap kesetaraan gender
semakin meningkat. Isu-isu tentang kesenjangan gender menjadi masalah serius yang
mesti direspon. Sebab, jika dibiarkan akan mengahambat terwujudnya pemerataan
kesejahteraan sosial sebagai tujuan pembangunan. Sejarah mencatat, perjalanan untuk
memperjuangkan masyarakat yang setara dan adil gender dapat diterima oleh
masyarakat secara proporsional diwarnai dengan saratnya problematika, baik secara
keagamaan, sosial maupun politik. Dan juga kebanyakan membahas mengenai
kedudukan perempuan yang seringkali dianggap lebih rendah dibandingkan dengan
laki-laki.

Inilah yang menjadi perhatian para peneliti untuk mengkaji apa sebenarnya
kesetaraan gender, yang sering dikaitkan dengan ketidakadilan hingga mengacu pada
teks Al-Qur’an. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang kesetaraan gender
dalam Islam disertai dengan beberapa dalil al-Qur’an sebagai acuan dari zaman
Rasulullah hingga sekarang, yang masih menjadi bahan kajian bagi peneliti maupun
sarjana-sarjana Muslim.

B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan gender?
 Bagaimana pandangan islam terhadap kesetaraan gender?
 Sebutkan beberapa contoh kesetaraan gender!
 Apa perbedaan gender dengan jenis kelamin?
 Apa dampak positif dan negative dari kesetaraan gender?
 Bagaimana cara mengatasi perbedaan gender ?

C. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan para
pembaca dalam mengetahui apa itu gender, bagaimana islam memandang gender itu
sendiri, contoh kesetaraan gender, apa yang membedakan gender dengan jenis kelamin,
serta bagaimana cara mengatasi perbedaan gender tersebut, dsb.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian gender


Gender adalah perbedaan peran, kedudukan, tanggung jawab dan pembagian kerja
antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat dan
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat, contohnya laki-laki lebih pantas menjadi
pemimpin masyarakat sementara perempuan lebih pantas melakukan pekerjaan rumah
tangga. Perbedaan peran, status, tanggung jawab dan pembagian kerja antara laki-laki dan
perempuan seperti ini sering menciptakan ketidak adilan. Konsep Gender mengacu pada
peran dan tanggung jawab sebagai perempuan dan sebagai laki-laki yang diciptakan dan
yang diinternalisasi dalam keluarga, dalam masyarakat, dalam budaya masyarakat dimana
kita hidup termasuk harapan-harapan, sikap, sifat prilaku bagaimana menjadi seorang laki-
laki dan bagaimana menjadi seorang perempuan.
Pengertian gender menurut Muhtar (2002), bahwa gender dapat diartikan
sebagai jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial
berdasarkan jenis kelamin.
Pengertian gender menurut Simamora (2019), gender merupakan sifat yang melekat
pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun
budaya, sehingga lahir dengan beberapa anggapan tentang peran sosial serta budaya laki-
laki atau perempuan.

1.2 Pandangan Islam Terhadap Kesetaraan Gender


Kesetaraan Gender menurut perspektif Islam, Allah menciptakan perempuan dari
tulang rusuk laki-laki, namun Islam tidak pernah menyatakan bahwa derajat wanita lebih
rendah dari pada laki-laki. Ditinjau dari perspektif Islam juga, bahwa Islam merupakan
agama rahmatan lil ‘alamin, yaitu sebagai penempatan laki-laki dan perempuan sama di
hadapan Allah SWT, artinya nilai-nilai kesetaraan gender dalam Islam menjadi bagian
nilai-nilai universal Islam sebagaimana nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan
penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia. Salah satu misi Nabi Muhammad SAW
sebagai pembawa Islam adalah mengangkat harkat dan martabat perempuan, karena ajaran
yang dibawanya memuat misi pembebasan dari penindasan. Perempuan merupakan bagian
dari yang tertindas dan termarjinalkan dan tidak mendapat hak-haknya dalam kehidupan.
Semenjak menjadi bayi perempuan dalam tradisi Arab Jahiliyah, perempuan dianggap
sebagai makhluk yang tidak produktif, membebani bangsa, dan sumber fitnah. Oleh karena
itu, jumlah perempuan tidak perlu banyak. Tradisi membunuh bayi perempuan menjadi
cara trand yang paling mudah untuk mengendalikan populasinya, dan menghindari rasa
malu. Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan dalam masalah-masalah
penciptaan, kewajiban-kewajiban di dalam urusan agama, kehormatan, dan martabat.
Namun demikian, ada beberapa perbedaan alamiah di dalam karakter setiap gender.
Al-Qur’an menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan dilahirkan sama. Al-Qur’an
memberi perempuan hak-hak untuk mempunyai hak kepemilikan, melakukan bisnis,
memilih suami, mengklaim hak waris, mendapatkan pendidikan dan diperlakukan dengan
hormat. Satu surah penuh di dalam Al-Qur’an yakni surah An-Nisaa membahas tentang
hak-hak wanita di dalam masyarakat. Di samping itu, keutamaan atau keistimewaan
seseorang bukan dipandang dari jenis kelaminnya, tetapi dari kualitas keimanan,
ketaqwaan, dan amal ibadahnya. Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh syari’at Islam,
sejauh ini mengenai hal ini telah mengangkat derajat kaum Hawa dan menyamakannya
dengan kaum Adam dalam segala hal kecuali beberapa bidang yang memang sudah
menjadi bidang khusus bagi masing-masing dari laki-laki dan perempuan itu sesuai dengan
kodrat alamiahnya. Beberapa penyamaan ini antara lain:

 Perempuan adalah belahan jiwa dari laki-laki, yang berarti menyamainya sebagai
manusia, maka dengan sendirinya ia memilki hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
laki-laki. Seperti hak milik, hak warisan, hak memilih suami dan menentukan
nasibnya sendiri. Ia tidak dapat dipaksa walaupun oleh ayahnya sendiri.
 Jika perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, maka ia memikul
pula kewajiban yang sama dalam tugas-tugas agama dan syari’at dalam tugas-tugas
sosial dan kemasyarakatan.
 Perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh kemajuan
rohani sebagaimana diperoleh oleh laki-laki.
 Islam memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan dalam
menuntut ilmu dan meraih prestasi secara maksimal
 Tidak ada pembagian hak, status atau derajat dalam posisi manusia sebagai hamba,
dan yang membedakan adalah kualitas takwa seseorang kepada Tuhannya.
1.3 Contoh kesetaraan Gender
Contoh kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
Didalam bermasyarakat kedudukan perempuan dan laki-laki itu sama
Kesetaraan gender di rumah
Mendapatkan gaji dan pekerjaan yang sama
Tidak ada toleransi terhadap pelecehan
Perempuan dan laki-laki berhak mendapatkan Pendidikan yang tinggi
Perempuan dan laki-laki dapat menjadi pemimpin di pekerjaan

1.4 Perbedaan gender(kodrat) dengan jenis kelamin


Dilansir dari buku Sex, Gender, and Society (2015) karya Ann Oakley, jenis kelamin
atau seks adalah perbedaan biologis dari segi bentuk, fungsi, dan sifat antara pria dan
perempuan yang menentukan peran mereka dalam reproduksi.
Dikutip dari buku The Developing Human: Clinically Oriented Embryology (2015)
oleh Moore dkk, jenis kelamin manusia terbentuk ketika minggu ke-8 dalam kandungan.
Pada awal kehamilan, semua janin sama, yaitu perempuan.
Menurut Pask dalam The Reproductive System in Non-coding RNA and the
Reproductive System (2016), janin berubah menjadi jenis kelamin laki-laki pada minggu
ke-8, jika ada unsur Y dalam kromosomnya.

Dikutip dari situs World Health Organization, gender mengacu pada karakteristik wanita,
pria, anak perempuan, dan anak laki-laki yang dikonstruksi secara sosial. Hal ini termasuk
norma, perilaku, dan peran yang berkaitan dengan menjadi seorang wanita, pria, anak
perempuan, atau anak laki-laki, serta hubungan satu sama lain.

Dilansir dari jurnal Konsep, Teori dan Analisis Gender (2013) karya Herien Puspitawati,
secara umum, gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status, dan tanggung
jawab laki-laki dan perempuan, terbentuk lewat budaya yang ditanamkan melalui proses
sosialisasi dari satu generasi ke generasi lainnya. Misal, di beberapa negara, undang-undang
mengizinkan orang untuk menikah dengan pasangan berjenis kelamin sama. Namun, di negara
lain hal ini dilarang atau tidak diperbolehkan. Contoh lainnya, mayoritas pekerjaan perempuan
sering dihubungkan dengan rumah tangga dan pengasuhan anak (reproduktif). Sementara laki-
laki bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan nyata yang terlihat oleh masyarakat,
seperti pekerjaan ekonomi atau politik. Gender bersifat tidak kodrati dan dapat berubah
tergantung waktu, budaya, dan lingkungan. Dengan demikian maka gender masih bisa
dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan, sedangkan seks atau jenis kelamin tidak bisa
dipertukarkan karena sudah kodrat dari Tuhan.

1.5 Dampak positif dan negatife dari kesetaraan gender

 Dampak Negatif

Dengan adanya kesetaraan gender maka akan didapatkan beberapa macam masalah yang
dimana para wanita tersebut akan melakukan penyalahgunaan terhadp sebuah bentuk arti dari
pada emansipasi wanita dan juga kesetaraan wanita itu sendiri. Kemudian akan sangat banyak
wanita yang dimana melakukan penyalah artian terhadap sebuah bentuk dari arti emansipasi
dan juga persamaan terhadap gender yang dimana akan menyebabkan sebuah bentuk dari
hubungan keluarga yang terjadi diantara suami dan juga istri menjadi sebuah hubungan yang
dimana tidaklah harmonis.

 Dampak Positif

Biasanya para wanita akan memiliki lebih banyak bentuk akan kebebasan untuk melakukan
kegiatan sekolah hingga kepada jenjang yang dimana kemudian lebih tinggi, melakukan sebuah
pengembangan ide, kreatifitas hingga kemudian kepada bakat dan juga kemampuan yang
dimiliki.
1.6 Cara mengatasi perbedaan gender

Cara mengatasi perbedaan gender bisa dengan cara yaitu:

Bangun kesadaran diri melalui bacaan, diskusi, atau mengikuti aktivitas


kesetaraan gender. Urusan ini bukan semata urusan wanita. Tidak mungkin perubahan
bisa terjadi bila pria tidak terlibat. Wanita bisa dilatih untuk aktif dan berani
mengambil keputusan, dan pria harus dilatih untuk menghargai kemampuan wanita
sebagai mitra untuk maju.
Stop stereotip. Seberapa sering kita mendengar ini: "Kalau nyupirnya ngawur
biasanya perempuan." Atau, "Maklum, perempuan, kan, memang gaptek." Jangan-
jangan kita sendiri yang mengucapkan itu. Perubahan dimulai dari diri sendiri. Jangan
mau jadi wanita gaptek, atau sembarangan saat mengemudi. Tahan mulut kita untuk
mengucapkan kalimat yang stereotip.
Menandai adanya bias gender. Bukan berarti bahwa wanita dan pria harus selalu sama,
tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka
dilahirkan sebagai wanita atau pria. adari adanya bias ini, dan bila terjadi bias gender
di sekolah misalnya, kita dapat segera memberitahu hal ini kepada pihak sekolah.
Mendefinisi ulang status quo. Ketidakadilan gender tidak bisa dibiarkan. Ada
beberapa hal harus kita sadari bahwa ketidakadilan itu bisa saja terjadi di dalam
keluarga dan kita harus bisa mengubahnya, yaitu:

• Marginalisasi, seperti melarang istri untuk ikut berperan mencari nafkah, yang
akibatnya istri menghadapi kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga.
• Subordinasi, yaitu menempatkan istri pada posisi kelas dua dan tidak penting, dan
tidak dilibatkan dalam keputusan penting dalam rumah tangga karena dianggap tidak
cakap memimpin.
• Kekerasan, seperti serangan terhadap fisik maupun mental. Dalam keluarga bisa
berupa pemaksaan pemakaian alat kontrasepsi kepada istri.
• Beban kerja ganda, misalnya saja istri diizinkan ikut mencari nafkah dengan syarat
bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dan semua urusan rumah/anak harus beres.
Sementara pria tidak mau memikul tanggung jawab yang sama untuk urusan
domestik.
Menarik keluar ketika perempuan dikucilkan. Kalau Anda pernah mengalami
kesulitan mengajak sahabat Anda untuk hadir dalam acara reuni karena dilarang
suami, Anda boleh membantunya untuk keluar.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Gender adalah perbedaan peran, kedudukan, tanggung jawab dan pembagian kerja antara
laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan
laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat dan kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat, contohnya laki-laki lebih pantas menjadi pemimpin masyarakat sementara
perempuan lebih pantas melakukan pekerjaan rumah tangga. Perbedaan peran, status, tanggung
jawab dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan seperti ini sering menciptakan
ketidak adilan. Gender bersifat tidak kodrati dan dapat berubah tergantung waktu, budaya,
dan lingkungan. Dengan demikian maka gender masih bisa dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan, sedangkan seks atau jenis kelamin tidak bisa dipertukarkan karena sudah kodrat
dari Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/3117710

file:///C:/Users/hp/Downloads/285738-gender-dalam-perspektif-islam-ce31c280%20(2).pdf

https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/2055/islam-dan-kesetaraan-gender-hubungan-
pengoptimalisasi-potensi-kaum-perempuan-indonesia-menurut-ajaran-islam

https://dinsos.kulonprogokab.go.id/detil/391/gender-itu-apa-sih

https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/05/120000069/apa-bedanya-jenis-kelamin-
dengan-gende

https://www.pesona.co.id/read/-beboldforchange-5-cara-melawan-bias-dan-ketidaksetaraan-
gender

Anda mungkin juga menyukai