Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AYAT DAN HADITS KESETARAAN GENDER


(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits)
Dosen Pengampu: Dr. H. Imam Muslimin, M. Ag.

Disusun Oleh:
Muhammad Fachrudin (220106110064)
Nandira Aisyatutsaniyah (220106110065)
Fatimatuz Zahwa Nur Syaila (220106110066)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT., atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, berupa kesehatan dan ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Ayat dan Hadits Kesetaraan Gender” dengan tepat
waktu.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Harapan penulis kepada
pembaca, semoga maksud dan tujuan dari makalah ini dapat tersampaikan dengan baik dan
dapat dijadikan sebagai acuan, maupun bahan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Dalam penulisan makalah ini, kami cukup menyadari bahwa hasil makalah yang kami
tulis masih jauh dengan kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan pada penyusunan makalah yang akan datang.

Malang, 28 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Pengertian Seks dan Gender........................................................................................2
B. Gerakan Feminisme.....................................................................................................4
1. Awal Muncul Kesetaraan Gender............................................................................4
2. Gerakan Feminisme.................................................................................................5
C. Kesetaraan Gender dalam Islam..................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
KESIMPULAN....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak memasuki abad ke-21 ini, perhatian dunia tehadap kesetaraan gender semakin
meningkat. Isu-isu tentang kesenjangan gender menjadi masalah serius yang mesti direspon.
Sebab, jika dibiarkan akan mengahambat terwujudnya pemerataan kesejahteraan sosial
sebagai tujuan pembangunan. Sejarah mencatat, perjalanan untuk memperjuangkan
masyarakat yang setara dan adil gender dapat diterima oleh masyarakat secara proporsional
diwarnai dengan saratnya problematika, baik secara keagamaan, sosial maupun politik. Dan
juga kebanyakan membahas mengenai kedudukan perempuan yang seringkali dianggap lebih
rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Inilah yang menjadi perhatian para peneliti untuk mengkaji apa sebenarnya kesetaraan
gender, yang sering dikaitkan dengan ketidakadilan hingga mengacu pada teks Al-Qur’an.
Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang kesetaraan gender dalam Islam disertai
dengan beberapa dalil al-Qur’an sebagai acuan dari zaman Rasulullah hingga sekarang, yang
masih menjadi bahan kajian bagi peneliti maupun sarjana-sarjana Muslim.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan seks dan gender? Dan dimana letak perbedaannya?
2) Bagaimana awal munculnya kesetaraan gender?
3) Apa yang dimaksud dengan gerakan feminisme?
4) Bagaimana pandangan Islam mengenai kesetaraan gender tersebut?
C. Tujuan
1) Dapat mengetahui dan menyebutkan pengertian serta perbedaan antara seks dan
gender.
2) Dapat mengetahui penyebab munculnya kesetaraan gender.
3) Dapat mengetahui dan memahami pengertian serta konsep gerakan feminisme.
4) Dapat mengetahui pandangan Islam mengenai kesetaraan gender.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seks dan Gender


Dalam kamus bahasa Inggris, tidak secara jelas dibedakan artinya antara kata “sex”
atau “gender” karena keduanya diartikan sebagai jenis kelamin. 1 Namun kita perlu
memahami perbedaan antar seks dengan gender. Seks adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Seks berarti pebedaan laki-
laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme
yang berbeda dan fungsinya tidak dapat ditukarkan. Secara permanen tidak berubah dan
merupakan ketentuan dari Tuhan.
Misalnya, laki-laki itu memiliki fisik yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun,
bersuara berat, memiliki alat reproduksi dalam meneruskan keturunan seperti penis, testis,
sperma dan ciri biologis lainnya. Sedangkan perempuan memiliki hormon yang berbeda
dengan laki-laki sehingga terjadi menstruasi, perasaan yang cenderung sensitif, ciri-ciri fisik
dan postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki. Perempuan juga memiliki alat reproduksi
yang berbeda dengan laki-laki seperti rahim saluran-saluran untuk melahirkan, memproduksi
telur, memiliki alat vagina dan lain sebagainya.
Sedangkan konsep dasar “gender” adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan
perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa
anggapan tentang peran sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, kalau
perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan.
Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sifat-sifat yang telah
disebutkan tersebut dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu.2
Ada beberapa definisi mengenai pengertian “gender” itu sendiri, antara lain:
a. Menurut Kantor Negara Kementerian Pemberdayaan Perempuan (KNPP), gender
mengacu kepada peran-peran yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki
oleh masyarakat. gender mengacu kepada perilaku yang dipelajari dan harapan-
harapan masyarakat yang membedakan antara maskulinitas dan feminitas.
Tercakup dalam konsep gender juga harapan-harapan tentang ciri-ciri, sikap-sikap,
dan perilaku-perilaku perempuan dan laki-laki.3

1
Trisakti Handayani, dan Sugiarti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang: UMM Press, 2003) hal. 4
2
Trisakti Handayani, dan Sugiarti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang: UMM Press, 2003) hal. 5
3
Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010) hal. 3
b. Dalam Kepmendagri No. 132 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 disebutkan bahwa,
“gender” adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab laki-laki
dan perempuan yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sosial dan budaya
masyarakat.4
Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa gender adalah suatu konsep
yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi
pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat
(social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati. jadi konsep gender adalah
suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara
sosial maupun kultural. Dengan demikian, perbedaan gender pada dasarnya merupakan
konstruksi yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dilegitimasi secara sosial dan
budaya. Banyak mitos dan kepercayaan yang menjadikan kedudukan perempuan berada lebih
rendah daripada laki-laki. Hal itu semata-mata karena perempuan dipandang dari segi seks
bukan dari segi kemampuan, kesempatan dan aspek-aspek manusiawi secara universal, yaitu
sebagai manusia yang berakal, bernalar dan berperasaan.
Jadi, skema perbedaan seks dan gender adalah sebagai berikut: 5

4
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008) hal. 2
5
Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010) hal. 6
Seks Gender

Perbedaan biologis laki-laki Pembedaan peran, fungsi, dan


dan perempuan serta fungsi tanggung jawab laki-laki dan
reproduksinya. perempuan atas dasar konstruksi
sosial di masyarakat.

Bentukan manusia, bersifat sosial,


Ciptaan Tuhan dapat dilakukan oleh laki-laki dan
Bersifat kodrat perempuan berdasarkan
Tidak dapat berubah kebutuhan, kesepakatan,
kesempatan, dan kepatutan
Tidak dapat dipertukarkan budaya.
Berlaku sepanjang zaman
dan dimana saja. Peran sosial:
Publik: mencari nafkah, menjadi
pemimpin, pejabat, pegawai,
Perempuan: rahim, ovum, dokter, polisi, pedagang, direktur,
ASI, menstruasi, hamil, dll.
melahirkan, menyusui.
Domestik: memasak, menyapu,
Laki-laki: spermatozoa, mengatur rumah, merawat bayi,
membuahi. mengasuh atau mendidik anak, dll.

B. Gerakan Feminisme
1. Awal Muncul Kesetaraan Gender
Perbedaan gender yang sering kali menimbulkan permasalahan mengenai
ketidakadilan yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja sangat memengaruhi
sebuah sistem dalam masyarakat. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu
pengetahuan, maka masyarakat khususnya kaum wanita menyadari keberadaan mereka yang
selalu dianggap kurang penting dan hanya mendapat posisi terbelakangan. Karena banyaknya
manifesti yang beredar di tengah-tengah masyarakat, kaum wanita hendak memberikan
pemahaman sekaligus menghilangkan budaya manifesti negatif tentang ketidakadilan gender.
Beberapa manifesti ketidakadilan gender tersebut antara lain, sebagai berikut:
a. Streotipe
Secara umum streotipe atau pelabelan ini dianggap sebagai penanda terhadap
suatu kelompok tertentu. Pelabelan ini lebih sering berdampak negative terhadap
gender karena sering berkonotasi negative terhadap perempuan, misalnya kaum
Perempuan dianggap lemah, penakut, tidak bertanggungjawab, cengeng,
emosional, kurang bisa diandalkan, dan lain sebagainya. Sementara kaum laki-
laki, dipandang kuat, keras, rasional, egois dan lainnya sehingga seringkali
berdampak buruk bagi kehidupannya.6
b. Subordinasi
Subordinasi ialah penilaian bahwa salah satu gender lebih rendah dari yang lain,
dan pada hal ini ditujukan lebih kepada perempuan. Penempatan salah satu jenis
kelamin lebih unggul dari jenis kelamin lainnya dari aspek status, peran dan relasi
yang tidak setara. Subordinasi ini mucul dari akibat adanya stereotipe. Sehingga,
muncul hambatan salah satu jenis kelamin terutama perempuan untuk ikut
berpartisipasi dan mengontrol dalam hal kemasyarakatan, terutama dalam hal
pengambilan keputusan dan pemanfaatan sumber daya. Dapat diambil contoh,
seperti pada zaman dulu, para orangtua beranggapan bahwa perempuan tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi karena toh pada akhirnya akan ke dapur juga.
Sedangkan sekolah atau pendidikan untuk anak laki-laki menjadi prioritas utama.7
c. Marjinalisasi
Marjinalisasi merupakan proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok
dengan lembaga social utama, seperti struktur ekonomi, Pendidikan, dan Lembaga
sosial, ekonmi, dan lainnya. Marjinalisasi disebut juga proses peminggiran secara
sistematik, baik, disengaja maupun tidak disengaja terhadap jenis kelamin tertentu
karena adanya stereotipe dan subordinasi sehingga menyebabkan pemiskinan di
salah satu pihak terutama dialami oleh kaum perempuan.
d. Beban Kerja
Kaum perempuan sering kali dianggap memiliki sifat memelihara dan rajin, serta
tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, mengakibatkannya dianggap
harus menanggung semua pekerjaan rumah tangga. Karena adanya stereotipe ini,
maka sejak dini telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka.
e. Kekerasan
Munculnya stereotipe dan subordinasi juga berakibat terjadinya kekerasan yang
dilakukan oleh jenis kelamin berbeda yang diaanggap kuat atau superior terhadap
jenis kelamin lain yang dianggap lemah, dalam hal ini yang dimaksud superior
adalah orang laki-laki dan yang lemah adalah perempuan. Sehingga dalam hal
tersebut banyak wanita yang mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan dicitrakan sebagai makhluk yang lemah.

6
Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010) hal. 8
7
Mansour Fakih, Analisis Gender (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hal. 15-16
2. Gerakan Feminisme
Feminisme adalah ideologi atau sebuah paham yang menyatakan persamaan hak
antara pria dengan wanita. Secara bahasa, feminisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata
femina yang artinya memiliki sifat keperempuanan. Feminisme sering juga diartikan sebagai
gerakan emansipasi wanita yang menyuarakan tentang perbaikan kedudukan wanita dan
menolak perbedaan derajat antara wanita dan pria. Feminisme menggabungkan posisi bahwa
masyarakat memprioritaskan sudut pandang laki-laki, dan bahwa perempuan diperlakukan
secara tidak adil di dalam masyarakat tersebut.
Perjuangan penting yang diusung oleh gerakan feminisme adalah untuk
memberdayakan seluruh perempuan dalam mewujudkan hak penuh milik mereka, seperti:
menyamakan lapangan permainan antara laki-laki serta perempuan dengan memastikan
bahwa perempuan memiliki kesempatan hidup yang sama untuk memilih peran serta haknya
seperti halnya laki-laki. Istilah ini sebenarnya berasal dari bahasa Prancis dari kata feminin
atau femininitas. Femininine merupakan sebuah kata sifat yang artinya adalah kewanitaan
atau menunjukan sifat perempuan. Sehingga dapat diartikan, bahwa feminisme adalah sebuah
aliran pergerakan wanita yang memperjuangkan hak perempuan.
Orang yang berpegang pada ideologi feminisme disebut feminis. Persamaan
kedudukan antara pria dengan wanita dalam paham ini berlaku dalam segala hal. Pada masa
awal pemunculannya, paham feminisme identik dengan “perjuangan kaum wanita”, tetapi
saat ini feminisme sudah berkembang dan mulai diartikan dengan “perjuangan terhadap
segala bentuk ketidakadilan”.
Terdapat tiga aliran feminisme yang sering menjadi perhatian dunia karena berbagai
pandangan dan pendapat mereka, yakni:
1) Feminisme Liberal, yang beranggapan semua manusia diciptakan seimbang dan
serasi, sehingga semestinya tidak terjadi penindasan antara satu dengan lainnya dan
menghendaki agar perempuan diintegrasikan secara total dalam semua peran
termasuk dalam wilayah publik. Namun aliran ini tetap memandang perlu adanya
pembedaan antara laki-laki dan perempuan, terutama berkaitan dengan fungsi organ
reproduksi bagi perempuan yang membawa konsekuensi logis dalam hidup
bermasyarakat. Menurut mereka, keterbelakangan kaum perempuan, selain akibat dari
siap irrasional yang sumbernya karena berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional,
juga karena kaum perempuan tidak berpartisipasi dalam pembangunan. Oleh karena
itu, melibatkan kaum perempuan dalam industrialisasi dan program pembangunan
dianggap sebagai jalan untuk meningkatkan status perempuan.8
2) Feminisme Marxis-sosialis, berusaha menghilangkan struktur kelas dalam masyarakat
berdasarkan jenis kelamin. Para feminis dalam aliran ini memandang bahwa
kapitalisme harus dihapuskan karena menurut mereka sifat dan fungsi pekerjaan
perempuan di bawah kapitalisme adalah peremehan pekerjaan perempuan. Dimana,
perempuan semakin dianggap sebagai konsumen semata, seolah-olah peran laki-laki
adalah untuk menghasilkan upah, sementara peran perempuan adalah
menghabiskannya.9 Para feminis Marxis-sosialis lebih menekankan isu-isu gender di
dunia kerja dan upah yang diterima oleh laki-laki dan perempuan yang tidak setara
karena pengaruh kapitalisme dan ketidakadilan gender yang terjadi.
3) Feminisme Radikal, menggugat semua lembaga yang dianggap merugikan
perempuan. Bahkan di antara feminis radikal ada yang menuntut tidak hanya
persamaan hak dengan laki-laki tetapi juga persamaan (kepuasan) seks, sehingga
membenarkan lesbian.10 Bagi mereka, patriarki adalah dasar dari ideologi penindasan
yang merupakan sistem hirarki seksual dimana laki-laki memiliki kekuasaan superior
dan privilege ekonomi. Bagi gerakan feminisme radikal, revolusi terjadi pada

C. Kesetaraan Gender dalam Islam


A. Ditinjau dari perspektif Islam, bahwa Islam merupakan agama
B. rahmatan lil ‘alamin, dipahami sebagai penempatan laki-laki da perempuan
C. sama di hadapan Allah SWT. artinya, nilai-nilai kesetaraan gender dalam
D. Islam menjadi bagian nilai-nilai universal Islam sebagaimana nilai-nilai
E. keadilan, kemanusiaan, dan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia.
F. Salah satu misi Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Islam adalah
G. mengangkat harkat dan martabat perempuan, karena ajaran yang dibawanya
H. memuat misi pembebasan dari penindasan
I. Ditinjau dari perspektif Islam, bahwa Islam merupakan agama
J. rahmatan lil ‘alamin, dipahami sebagai penempatan laki-laki da perempuan
K. sama di hadapan Allah SWT. artinya, nilai-nilai kesetaraan gender dalam
L. Islam menjadi bagian nilai-nilai universal Islam sebagaimana nilai-nilai
M. keadilan, kemanusiaan, dan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia.
N. Salah satu misi Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Islam adalah
O. mengangkat harkat dan martabat perempuan, karena ajaran yang dibawanya
P. memuat misi pembebasan dari penindasan
Q. Ditinjau dari perspektif Islam, bahwa Islam merupakan agama

8
Mansour Fakih, Analisis Gender, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hal. 83
9
Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought (Terjemahan oleh Aquarini Priyatna Prabasmoro) (Bandung:
Jalasutra, 2006) hal. 157
10
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Paramadina, 1999) hal.
64-68
R. rahmatan lil ‘alamin, dipahami sebagai penempatan laki-laki da perempuan
S. sama di hadapan Allah SWT. artinya, nilai-nilai kesetaraan gender dalam
T. Islam menjadi bagian nilai-nilai universal Islam sebagaimana nilai-nilai
U. keadilan, kemanusiaan, dan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia.
V. Salah satu misi Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Islam adalah
W. mengangkat harkat dan martabat perempuan, karena ajaran yang dibawanya
X. memuat misi pembebasan dari penindasan
Y. Ditinjau dari perspektif Islam, bahwa Islam merupakan agama
Z. rahmatan lil ‘alamin, dipahami sebagai penempatan laki-laki da perempuan
AA. sama di hadapan Allah SWT. artinya, nilai-nilai kesetaraan gender
dalam
BB. Islam menjadi bagian nilai-nilai universal Islam sebagaimana nilai-
nilai
CC. keadilan, kemanusiaan, dan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia.
DD. Salah satu misi Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Islam
adalah
EE.mengangkat harkat dan martabat perempuan, karena ajaran yang dibawanya
FF. memuat misi pembebasan dari penindasan
Ditinjau dari perspektif Islam, bahwa Islam merupakan agama rahmatan lil
‘alamin, dipahami sebagai penempatan laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang
sama di hadapan Allah SWT., artinya, nilai-nilai kesetaraan gender dalam Islam menjadi
bagian nilai-nilai universal Islam sebagaimana nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan
penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia. Salah satu misi Nabi Muhammad SAW.,
sebagai pembawa Islam adalah mengangkat harkat dan martabat perempuan, karena ajaran
yang dibawanya memuat misi pembebasan dari penindasan
Perempuan merupakan bagian dari yang tertindas dan tidak mendapat hak-haknya
dalam kehidupan. Semenjak menjadi bayi perempuan dalam tradisi Arab Jahiliyah,
perempuan dianggap sebagai makhluk yang tidak produktif, membebani bangsa, dan sumber
fitnah. Oleh karena itu, jumlah perempuan tidak perlu banyak. Tradisi membunuh bayi
perempuan menjadi cara trand yang paling mudah untuk mengendalikan populasinya, dan
menghindari rasa malu.11 Sebagaimana firman Allah dalam Q.S an-Nahl ayat 58-59.

‫) َيَتَٰو َر ٰى ِم َن ٱْلَقْو ِم ِم ن ُس ٓو ِء َم ا ُبِّش َر ِبِهٓۦۚ َأُيْمِس ُك ۥُه َع َلٰى‬٥٨( ‫َو ِإَذ ا ُبِّش َر َأَح ُدُهم ِبٱُأْلنَثٰى َظَّل َو ْج ُه ۥُه ُم ْس َو ًّۭد ا َو ُهَو َك ِظ يٌۭم‬
)٥٩( ‫ُهوٍن َأْم َيُدُّس ۥُه ِفى ٱلُّتَر اِبۗ َأاَل َس ٓاَء َم ا َيْح ُك ُم وَن‬
Artinya: ”Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung

11
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008) hal. 20
kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”

Dalam keadaan seperti itu, kehadiran Nabi Muhammad SAW., menjadi harapan bagi
kaum perempuan karena Islam yang diperkenalkan oleh beliau berisi pembebasan terhadap
kaum tertindas, mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan. Islam
tidak membedakan laki-laki dan perempuan dalam masalah-masalah penciptaan, kewajiban-
kewajiban di dalam urusan agama, kehormatan, dan martabat. Namun demikian, ada
beberapa perbedaan alamiah di dalam karakter setiap gender.
Al-Qur’an menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan bentuk
dan rupa yang sama. Al-Qur’an memberi perempuan hak-hak untuk mempunyai hak
kepemilikan, melakukan bisnis, memilih suami, mengklaim hak waris, mendapatkan
pendidikan dan diperlakukan dengan hormat. Satu surah penuh di dalam Al-Qur’an yakni
surah An-Nisaa membahas tentang hak-hak wanita di dalam masyarakat. 12 Di samping
itu, keutamaan atau keistimewaan seseorang bukan dipandang dari jenis kelaminnya,
tetapi dari kualitas keimanan, ketaqwaan, dan amal ibadahnya.
Dalam konteks sosial, relasi yang dibangun oleh laki-laki dan perempuan adalah
untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis, saling membantu, kerjasama, dan saling
menghargai. Sehingga Allah pun menyediakan balasan bagi keduanya sesuai dengan
kontribusinya dalam kehidupan. Dalam ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh syari’at
Islam, sejauh ini mengenai hal ini telah mengangkat derajat kaum Hawa dan menyamakannya
dengan kaum Adam dalam segala hal kecuali beberapa bidang yang memang sudah menjadi
bidang khusus bagi masing-masing dari laki-laki dan perempuan itu sesuai dengan kodrat
alamiahnya. Beberapa penyamaan tersebut, antara lain:

a. Perempuan adalah belahan jiwa dari laki-laki13

‫َو ٱُهَّلل َجَعَل َلُك م ِّم ْن َأنُفِس ُك ْم َأْز َٰو ًۭج ا َو َجَعَل َلُك م ِّم ْن َأْز َٰو ِج ُك م َبِنيَن َو َح َفَد ًۭة َو َر َز َقُك م ِّم َن ٱلَّطِّيَبٰـِتۚ َأَفِبٱْلَبٰـِط ِل ُيْؤ ِم ُنوَن‬
٧٢ ‫َو ِبِنْع َم ِت ٱِهَّلل ُهْم َيْكُفُروَن‬
Artinya: ”Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"
Yakni Allah menciptakan perempuan dari jenis laki-laki, sehingga ia

12
Moustafa al Qazwini, Panggilan Islam (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003) hal. 133
13
Sayid Sabiq, Islam Dipandang dari Segi Rohani-Moral-Sosial (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994) hal. 231
adalah sejenis dan setingkat dengan laki-laki dan bukan sesuatu makhluk
yang asing daripadanya. Dengan demikian maka perempuan adalah teman
pihak laki-laki dalam pembinaan keluarga yang menjadi syarat bagi
berlangsungnya kehidupan umat manusia di dunia ini. Bersabda
Rasulullah SAW.:
Yakni Allah menciptakan perempuan dari jenis laki-laki, sehingga iaadalah sejenis dan
setingkat dengan laki-laki dan bukan sesuatu makhluk yang asing daripadanya. Dengan
demikian maka perempuan adalah teman pihak laki-laki dalam pembinaan keluarga
yang menjadi syarat bagiberlangsungnya kehidupan umat manusia di dunia
ini.
Maka jika perempuan itu adalah belahan dari laki-laki, yang berartimenyamainya sebagai
manusia, maka dengan sendirinya ia memilki hakdan kewajiban yang dimiliki oleh laki-
laki. Seperti hak milik, hak warisan,hak memilih suami dan menentukan nasibnya
sendiri. Ia tidak dapat dipaksa walaupun oleh ayahnya sendiri dalam tugas-tugas sosial
dan kemasyarakatan.
Maka jika perempuan itu adalah belahan dari laki-laki, yang berarti
menyamainya sebagai manusia, maka dengan sendirinya ia memilki hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh laki-laki. Seperti hak milik, hak warisan,
hak memilih suami dan menentukan nasibnya sendiri. Ia tidak dapat
dipaksa walaupun oleh ayahnya sendiri.
b. Jika perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, maka ia
memikul pula kewajiban yang sama dalam tugas-tugas agama dan syari’at
b. Jika perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, maka iamemikul
pula kewajiban yang sama dalam tugas-tugas agama dan syari’atdalam tugas-tugas sosial
dan kemasyarakatan.
c. Perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk memperolehkemajuan
rohani sebagaimana diperoleh oleh laki-laki.

‫َو َأْو َح ْيَنٓا ِإَلٰٓى ُأِّم ُم وَس ٰٓى َأْن َأْر ِضِع يِهۖ َفِإَذ ا ِخ ْفِت َع َلْيِه َفَأْلِقيِه ِفى ٱْلَيِّم َو اَل َتَخاِفى َو اَل َتْح َز ِنٓى ۖ ِإَّنا َر ٓاُّد وُه ِإَلْيِك‬
٧ ‫َو َج اِع ُلوُه ِم َن ٱْلُم ْر َسِليَن‬
Artinya:”Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir
dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para
rasul”.
Islam memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan
dalam menuntut ilmu dan meraih prestasi secara maksimal.
d. Islam memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuandalam menuntut
ilmu dan meraih prestasi secara maksimal.
e. Tidak ada dikotomi hak, status atau derajat dalam posisi manusia sebagaihamba, dan yang
membedakan adalah kualitas takwa seseorang kepadaTuhannya.14

14
M. Faisol, Hermeneutika Gender, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012) hal. 17
‫ُل‬ ‫َأ َّل‬ ‫ُأ‬ ‫ُأ ْل‬ ‫ْل‬ ‫َّل َأ‬
‫ُهَو ٱ ِذٓى نَز َل َع َلْيَك ٱ ِكَتٰـَب ِم ْنُه َء اَيٰـ ٌۭت ُّم ْح َك َم ٰـ ٌت ُهَّن ُّم ٱ ِكَتٰـِب َو َخ ُر ُم َتَش ٰـ ِبَهٰـ ٌۭت ۖ َف َّم ا ٱ ِذ يَن ِفى ُق وِبِهْم َزْيٌۭغ‬
‫َفَيَّتِبُعوَن َم ا َتَش ٰـَبَه ِم ْنُه ٱْبِتَغٓاَء ٱْلِفْتَنِة َو ٱْبِتَغٓاَء َتْأِو يِلِهۦۗ َو َم ا َيْع َلُم َتْأِو يَل ٓۥُه ِإاَّل ٱُهَّللۗ َو ٱلَّٰر ِس ُخ وَن ِفى ٱْلِع ْلِم َيُقوُلوَن َء اَم َّنا ِبِهۦ‬
٧ ‫ُك ٌّۭل ِّم ْن ِع نِد َر ِّبَناۗ َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأ۟و ُلو۟ا ٱَأْلْلَبٰـِب‬
Artinya:”Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir
dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah
Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang
baik".
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kesetaraan gender adalah tujuan sosial yang penting bertujuan untuk menciptakan
lingkungan di mana semua individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki hak, peluang,
dan perlakuan yang sama. Kesetaraan gender mengacu pada penghapusan diskrimanasi dan
ketidakadilan yang mungkin dialami terutama pada kaum perempuan. Kesetaraan gender
adalah tujuan yang sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan
inklusif, dan upaya untuk mencapainya harus terus berlanjut. Kesetaraan gender memerlukan
perubahan dalam budaya kebijakan, dan praktik-praktik yang saat ini mungkin mendukung
ketidaksetaraan. Sehingga kesetaraan gender menuntut beberapa poin, seperti: hak asasi
manusia, diskriminasi harus dihindari, keuntungan bagi masyarakat, pendidikan,
penghapusan streotip, dan partipasi dalam sosial-politik.
Feminisme adalah ideologi atau sebuah paham yang menyatakan persamaan hak
antara pria dengan wanita. Feminisme menggabungkan posisi bahwa masyarakat
memprioritaskan sudut pandang laki-laki, dan bahwa perempuan diperlakukan secara tidak
adil di dalam masyarakat tersebut. adanya berbagai ketidakadilan gender tersebut sehingga
menyebabkan terabaikannya hak asasi perempuan dalam perjalanan sejarah, mendorong
keprihatinan para agamawan, intelektual Muslim dan aktivis sosial tentang adanya dominasi
laki-laki terhadap perempuan yang mempersubur adanya pelanggaran HAM berbasis gender.
Ada tiga aliran feminisme yang sering menjadi perhatian dunia karena berbagai pandangan
dan pendapat mereka, yakni: feminisme liberal, feminisme marxis-sosialis, dan feminisme
radikal.
Maka, dalam kacamata Islam sebagai agama rahmatan lil’alamiin sangat paham
tentang kesetaraan gender, yaitu penempatan laki-laki da perempuan sama di hadapan Allah
SWT., artinya, nilai-nilai kesetaraan gender dalam Islam menjadi bagian nilai-nilai universal
Islam sebagaimana nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan penghargaan terhadap hak-hak
dasar manusia. Di dalam Al-Qur’an sendiri sudah jelas dikatakan bahwa laki-laki dan
perempuan diciptakan dalam bentuk, rupa, dan hak yang sama. Bahkan Allah SWT.,
memuliakan perempuan dengan menjelaskannya dalam satu surah penuh yaitu surah An-
Nisaa. Sehingga, Islam sebagai agama yang benar-benar menjunjung tinggi nilai keadilan dan
persamaan hak serta prinsip-prinsip kesetaraan antara laki-laki dan Perempuan.
DAFTAR PUSTAKA

Afra, Fida. “Feminisme Adalah Gerakan Kesetaraan Gender Perempuan di Berbagai


Bidang”. www.detik.com. Diakses pada Sabtu, 28 Oktober 2023.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7005224/feminisme-adalah-gerakan-kesetaraan-
gender-perempuan-di-berbagai-bidang
al Qazwini, Moustafa. Panggilan Islam. 2003. Jakarta: Pustaka Zahra
Cahyadi, Muhammad Luthfi, dkk. “Kesetaraan Gender Dalam Islam” Makalah, Universitas
Singa Perbangsa Karawang, 2022.
Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. 2007. Yogyakara: Pustaka Pelajar
Handayani, Trisakti dan Sugiarti. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. 2003. Malang:
UMM PRESS
M. Faisol. Hermeneutika Gender. 2012. Malang: UIN-Maliki Press
Mufidah. Bingkai Sosial Gender. 2010. Malang: UIN-MALIKI PRESS
Mufidah. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. 2008. Malang: UIN-MALIKI
PRESS
Sabiq, Sayid. Islam Dipandang dari Segi Rohani-Moral-Sosial. 1994. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Purnama, Novianty. “Feminisme”. www.kompasiana.com. Diakses pada Sabtu, 28 Oktober
2023. https://www.kompasiana.com/noviantypi/5f15d915d541df325b6fb1a2/feminisme
Umam. Artikel. “Apa itu Feminisme? Ketahuilah Segala Hal Pentingnya!”
www.gramedia.com. Diakses pada Sabtu 28 Oktober 2023.
https://www.gramedia.com/literasi/komunikasi-antar-budaya/
Umar, Nasarudin. Argumen Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an. 1999. Jakarta:
Paramadina.
Zainullah, dkk. “Islam dan Kesetaraan Gender (Revisi)”. Makalah, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Jember, 2013.

Anda mungkin juga menyukai