BAB I
Pendahuluan………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Makkah yang masih
diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan, dikenal dengan istilah paganisme.
Selain penyembahan berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah agama
Masehi (Nasrani). agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam.di samping itu
juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah,
serta agama Majusi yaitu agama orang-orang Persia.
Pada saat itu, Nabi Muhammad belum di perintahkan untuk menyeru kepada umatnya,
namun setelah turun wahyu kedua, yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1-7, Nabi Muhammad
SAW diangkat menjadi rosul yang harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad
dibagi menjadi 2 priode, yaitu:
a. Priode Mekah, ciri pokok dari priode ini, adalah pembinaan dan pendidikan tauhid
(dalam arti luas)
b. Priode Madinah, ciri pokok dari priode ini adalah pendidikan social dan politik
(dalam arti luas)
A. PRIODE MEKAH
Pada priode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri
beliau sendiri, yaitu khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib,
Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak beliau.Disamping itu juga banyak orang
yang masuk islam dengan perantaran Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal
Awwalun (orang-orang yang lebih dahulu masuk islam).
Satu faktor lain yang mendukung Mekkah adalah bahwa masyarakat Mekkah belum
banyak disentuh peradaban. Pada saat itu masyarakat Mekkah belum mengenal nifaq dan
mereka pun keras kepala, serta lidah mereka tajam (QS 33: 19). Memang, kemunafikan baru
dikenal di Madinah. Sulit dibayangkan bila di awal perkembangan Islam sudah ada
kemunafikan. Sementara itu, suku yang paling berpengaruh di Mekkah adalah Quraisy.
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari
kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Mereka tidak membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa
tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani
Abdul Muthalib.
b. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara antara bangsawan dan hamba
sahaya.
c. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak menerima
ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhir.
d. Takhlid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berturat akn pada bangsa
Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang
dan mengikuri agama islam
e. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang Rezeki.
B. PRIODE MADINAH
Hijrah ke Madinah tidaklah terwujud begitu saja (atau sekonyong-konyong). Ada
beberapa pra-kondisi seperti Bai`at Aqabah (pertama dan kedua). Kedua Ba`iat ini
merupakan batu-batu pertama bagi bangunan negara Islam. Kehadiran Rasul melalui
peristiwa hijrah ke dalam masyarakat Madinah yang majemuk amat menarik untuk dibahas
Dalam priode ini, pengembangan islam lebih ditekankan pada Dasar-dasar Pendidikan
masyarakat Islam dan pendidikan social Kemasyarakatan. Oleh karena itu Nabi kemudian
meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah, sebagai berikut:
Pertama, mendirikan masjid
Tujuan Rosulullah mendirikan Masjid adalah untuk mempersatukan umat Islam dalam
satu majelis, sehimgga di majelis ini umat Islam bias sama-sama melakukan sholat
berjama’ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan kemusyawaratan.
Kedua, mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajiri.
Rosulullah SAW mempersatukan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari kaum
Muhajirin dan Anhar. Dengan cara mempersaudarakan antara kedua golongan ini, Rosulullah
Saw telah mencinptakan suatu pertalian yang berdasarkan Agama pengganti persaudaraan
yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
Ketiga, perjnjian salinng membantu antara sesame kaum Muslimin dan bukan muslimin.
Menurut Ibnu Hisyam, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
b. Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.
c. Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik Muslim maupun nonmuslim, dalam hal
moril maupun materiil.
d. Rosulullah adalah pemimpin umat bagi penduduk Madinah.
Keempat, meletakkan daar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat baru.
Sikap ingkar janji yang dilakukan kaum Yahudi mulai terlihat, ketika terjadinya
perang pertama dalam sejarah islam yang dikenal dengan perang Badar, yakni perang antara
kaum Muslimin dengan musryik Quraisy pada tanggal 8 Ramadhan tahun kedua hijriah,
didaerah badar, kurang lebih 120 km dari Madinah.
Pengkhianatan kaum Yahudi yang lain adalah dengan bergabungnya kaum Yahudi
dengan orang orang kafir untuk menyerang madinah, dengan cara mengepung madinah
(perang Ahzab atau perang Khandaq).
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, Nabi Muhammad SAW dengan
sekitar 1000 kaum Muslimin berangkat ke Mekah bukan untuk berperang, tetapi untuk
melaksanakan ibadah umroh, namun penduduk Mekah tidak mengizinkan mereka masuk
kota. Akhirnya diadakan perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain sebagai berikut :
1) Kaum muslimin boleh mengunjungi Ka’bah tahun itu, tetapi ditangguhkan sampai
tahun depan.
2) Lama kunjungan dibatasi hanya sampai tiga hari
3) Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri ke
Madinah, namum sebaliknya, pikah Quraisy tidak harus menolak orang orang
Madinah yang kembali ke Mekah.
4) Selama puluhan tahun diberlakukan gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Mekah.
5) Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam, persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.
Fathu Mekah
Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah islam sudah menjangkau
seluruh Jazirah Arab hingga hamper ke plosok Jazirah Arab. Hal tersebut membuat orang-
orang kafir Mekah khawatir dan terpojok oleh karena itu orang-orang kafir Quraisy secara
sepihak melanggar perjanjian Hudaibiyah.
C. PEPERANGAN DALAM ISLAM
Enam bulan setelah hijrah, Rasulullah saw. berhasil melakukan konsolidasi internal dan
menyusun semua hal yang bersangkut paut dengannya. Setelah itu Rasulullah
mempersiapkan masalah-masalah eksternal dan peperangan yang mungkin akan segera
mengancam. Pada dasarnya Rasulullah tidak pernah mendahului menyerang lawan
Rasulullah hanyalah mempertahankan diri dari serangan musuh yang mengancam keberadaan
umat islam.
Kaum muslimin di perbolehkan untuk berperang melawan kaum kafir dengan dua alasan.
Alasan Normatif diperbolehkannya peperangan dalam Islam menurut Hasan Ibrahim Hasan
adalah
Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi atas dua bagian, Yaitu:
1) Ghazwah, yaitu perang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW
2) Sariyah, yaitu perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Nabi Muhammad.
Ghazwah dan Sariyah adalah bagian sejarah dalam Islam yang tak lepas dari perjalanan Nabi
(Sirah Nabawiyah).Semua bermula dari Dakwah Islam di Mekkah Al-mukaromah dimulai
secara diam-diam.
Media Dakwah di zaman Rosulullah dan sahabat yang sangat terbatas, yakni berkisaran
pada dakwah quliyyah bil lisan dan dakwah fi.liyah bil uswah, ditambah dengan media
penggunaan dakwah bir ar-rasail atau dakwah melalui surat yang juga digunakan oleh
Rosulullah utnuk mengajak para pembesar agama Islam.
Menurut sejarawan Islam, Muhammad bin Sa’ad (w. 230 H)dalam kitabnya Ath-
Thabaqad Al- kubra bahwa surat-surat Nabi keseluruhannya berjumlah tidal kurang dari 105
buah. Surat-surat tersebut jika dilihat dari segi isinya dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu:
a) Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam. Surat-surat ini ditunjukan kepada
orang-orang nonmuslim baik Yahudi, Nasrani, maupun Majusi.
b) Surat-surat yang berisi aturan-aturan dalam Islam, misalnya tentang Zakat, Sedekah
dan sebagainya’
c) Surat-surat yang berisis beberapa hal yang wajib dikerjakanoleh orang-orang
nonmuslimterhadap pemerintah Islam seperti masalah jizyah (iuran keamanan).
Melalui surat-surat dakwah, Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepada kita betapa
Nabi juga menggunakan media modern pada saat itu untuk menyampaikan misi dakwahnya.
1. Dahyah bin Khalifah Al-Kalabi, diutus membawakan surat kepada Heraclius, Kaisar
Romawi
2. Abdullah bin Hudzaifah, diutus membawakan surat kepada kisrah, Raja Persia
3. Suja’ bin Wahhab Al-assadi, diutus membawakan surat kepada Al-Harits bin syamar
di Syiria.
4. Salith’ bin Amr Al-Amiri, diutus mebawkan surat kepada Hudzah bin Ali dan kepada
tsamanah bin Atsal di Yamamah.
5. Hatib bin Abi Balta’ah diutus membawakan surat kepada Muqauqis gubernur
Romawi di Mesir.
Dengan misi atau utusan yang diterjunkan Oleh Nabi Muhammad untuk menyampaikan
Dakwah Islam kepada para pembesar negara-negara tetangga, maka islam telah
diperkenalkan oleh Muhammad kepada negar-negar tetangga di sekitar Arab.
F. MASA TERAKHIR NABI MUHAMMAD SAW
Pada tahun 9 dan 10 H (630-632 M) banyak suu dari pelosok Arab yang mengirimkan
delegasi atau utusan kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan pengakuan akan kekuasaan
Islam. Oleh karena itu tahun tersebut disebut dengan tahun perutusan.