Anda di halaman 1dari 10

Daftar isi

BAB I
Pendahuluan………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam memang mengakui adanya perbedaan antara laki- laki dan perempuan.
Namun perbedaan disini tidak dimaksudkan untuk mengurangi kemuliaan dan
kehormatan antara laki- laki ataupun perempuan, karena perbedaan disini hanyalah
perbedaan dalam keadaan biologis saja yang tidak akan mampu mengurangi dan
merendahkan kemuliaan satu diantara yang lainnya.
Sebelum datangnya agama Islam, kaum laki-lakilah yang paling berperan dan
diberi kebebasan. Sedangkan kaum perempuan sangat dibatasi dalam perannya,
bahkan pada masa Jahiliyah perempuan dianggap sebagai penghambat kemajuan.
Barulah setelah Islam datang dan berkembang, kaum perempuan ditempatkan pada
tempat yang belum pernah ia peroleh sebelumnya. Islam memberi perhatian yang
sangat besar dan kedudukan terhormat bagi perempuan, baik sebagai anak, sebagai
istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota masyarakat. Tidak hanya itu, namun
perempuan juga memiliki peran dalam dakwah- dakwah yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW. Al-Qur’an dan hadis sebagai pegangan umat Islam memberikan
keleluasan pada kaum perempuan dalam keikutsertaan pada perjuangan dan dakwah
Islam. Islam memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk memperoleh
derajat yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul yang ada, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
adalah tentang Asma’ binti Abu Bakar 27 SH-73 H/ 595-695 M (Peranannya dalam
Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah dan periwayatan hadis). Secara rinci,
masalah- masalah yang hendak dibahas dalam studi ini adalah:
1. Siapakah Asma’ binti Abu Bakar
2. Bagaimana peranan Asma’ binti Abu Bakar dalam peristiwa hijrah Nabi
Muhammad SAW ke Madinah?
3. Bagaimana peranan Asma’ binti Abu Bakar dalam periwayatan hadis Nabi?
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian secara garis besar sudah penulis kemukakan pada bagian latar
belakang. Tetapi secara rinci sesuai rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka
tujuan dari studi ini adalah:
1. Mengetahui riwayat hidup Asma’ binti Abu Bakar .
2. Mengetahui peranan Asma’ binti Abu Bakar dalam peristiwa hijrah Nabi
Muhammad SAW. ke Madinah.
3. Mengetahui peranan Asma’ binti Abu Bakar dalam periwayatan hadis
BAB II
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI
MUHAMMAD

Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Makkah yang masih
diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan, dikenal dengan istilah paganisme.
Selain penyembahan berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah agama
Masehi (Nasrani). agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam.di samping itu
juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah,
serta agama Majusi yaitu agama orang-orang Persia.
Pada saat itu, Nabi Muhammad belum di perintahkan untuk menyeru kepada umatnya,
namun setelah turun wahyu kedua, yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1-7, Nabi Muhammad
SAW diangkat menjadi rosul yang harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad
dibagi menjadi 2 priode, yaitu:
a. Priode Mekah, ciri pokok dari priode ini, adalah pembinaan dan pendidikan tauhid
(dalam arti luas)
b. Priode Madinah, ciri pokok dari priode ini adalah pendidikan social dan politik
(dalam arti luas)

A. PRIODE MEKAH
Pada priode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri
beliau sendiri, yaitu khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib,
Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak beliau.Disamping itu juga banyak orang
yang masuk islam dengan perantaran Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal
Awwalun (orang-orang yang lebih dahulu masuk islam).
Satu faktor lain yang mendukung Mekkah adalah bahwa masyarakat Mekkah belum
banyak disentuh peradaban. Pada saat itu masyarakat Mekkah belum mengenal nifaq dan
mereka pun keras kepala, serta lidah mereka tajam (QS 33: 19). Memang, kemunafikan baru
dikenal di Madinah. Sulit dibayangkan bila di awal perkembangan Islam sudah ada
kemunafikan. Sementara itu, suku yang paling berpengaruh di Mekkah adalah Quraisy.
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari
kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Mereka tidak membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa
tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani
Abdul Muthalib.
b. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara antara bangsawan dan hamba
sahaya.
c. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak menerima
ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhir.
d. Takhlid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berturat akn pada bangsa
Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang
dan mengikuri agama islam
e. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang Rezeki.

B. PRIODE MADINAH
Hijrah ke Madinah tidaklah terwujud begitu saja (atau sekonyong-konyong). Ada
beberapa pra-kondisi seperti Bai`at Aqabah (pertama dan kedua). Kedua Ba`iat ini
merupakan batu-batu pertama bagi bangunan negara Islam. Kehadiran Rasul melalui
peristiwa hijrah ke dalam masyarakat Madinah yang majemuk amat menarik untuk dibahas
Dalam priode ini, pengembangan islam lebih ditekankan pada Dasar-dasar Pendidikan
masyarakat Islam dan pendidikan social Kemasyarakatan. Oleh karena itu Nabi kemudian
meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah, sebagai berikut:
Pertama, mendirikan masjid
Tujuan Rosulullah mendirikan Masjid adalah untuk mempersatukan umat Islam dalam
satu majelis, sehimgga di majelis ini umat Islam bias sama-sama melakukan sholat
berjama’ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan kemusyawaratan.
Kedua, mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajiri.
Rosulullah SAW mempersatukan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari kaum
Muhajirin dan Anhar. Dengan cara mempersaudarakan antara kedua golongan ini, Rosulullah
Saw telah mencinptakan suatu pertalian yang berdasarkan Agama pengganti persaudaraan
yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
Ketiga, perjnjian salinng membantu antara sesame kaum Muslimin dan bukan muslimin.
Menurut Ibnu Hisyam, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
b. Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.
c. Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik Muslim maupun nonmuslim, dalam hal
moril maupun materiil.
d. Rosulullah adalah pemimpin umat bagi penduduk Madinah.
Keempat, meletakkan daar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat baru.

Pertentangan Antara Kaum Yahudi Dan Muslimin

Sikap ingkar janji yang dilakukan kaum Yahudi mulai terlihat, ketika terjadinya
perang pertama dalam sejarah islam yang dikenal dengan perang Badar, yakni perang antara
kaum Muslimin dengan musryik Quraisy pada tanggal 8 Ramadhan tahun kedua hijriah,
didaerah badar, kurang lebih 120 km dari Madinah.

Pengkhianatan kaum Yahudi yang lain adalah dengan bergabungnya kaum Yahudi
dengan orang orang kafir untuk menyerang madinah, dengan cara mengepung madinah
(perang Ahzab atau perang Khandaq).

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, Nabi Muhammad SAW dengan
sekitar 1000 kaum Muslimin berangkat ke Mekah bukan untuk berperang, tetapi untuk
melaksanakan ibadah umroh, namun penduduk Mekah tidak mengizinkan mereka masuk
kota. Akhirnya diadakan perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain sebagai berikut :

1) Kaum muslimin boleh mengunjungi Ka’bah tahun itu, tetapi ditangguhkan sampai
tahun depan.
2) Lama kunjungan dibatasi hanya sampai tiga hari
3) Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri ke
Madinah, namum sebaliknya, pikah Quraisy tidak harus menolak orang orang
Madinah yang kembali ke Mekah.
4) Selama puluhan tahun diberlakukan gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Mekah.
5) Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam, persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.

Fathu Mekah

Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah islam sudah menjangkau
seluruh Jazirah Arab hingga hamper ke plosok Jazirah Arab. Hal tersebut membuat orang-
orang kafir Mekah khawatir dan terpojok oleh karena itu orang-orang kafir Quraisy secara
sepihak melanggar perjanjian Hudaibiyah.
C. PEPERANGAN DALAM ISLAM
Enam bulan setelah hijrah, Rasulullah saw. berhasil melakukan konsolidasi internal dan
menyusun semua hal yang bersangkut paut dengannya. Setelah itu Rasulullah
mempersiapkan masalah-masalah eksternal dan peperangan yang mungkin akan segera
mengancam. Pada dasarnya Rasulullah tidak pernah mendahului menyerang lawan
Rasulullah hanyalah mempertahankan diri dari serangan musuh yang mengancam keberadaan
umat islam.

Kaum muslimin di perbolehkan untuk berperang melawan kaum kafir dengan dua alasan.
Alasan Normatif diperbolehkannya peperangan dalam Islam menurut Hasan Ibrahim Hasan
adalah

Pertama, untuk mempertahankan diri dan melindungi hak milikinya

Kedua, untuk menjaga keselamatan dalam menyebarkan kepercayaan dan


mempertahankannya dari mereka yang menghalang-halangi.

Peperangan pada Masa NAbi Muhammad

Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi atas dua bagian, Yaitu:

1) Ghazwah, yaitu perang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW
2) Sariyah, yaitu perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Nabi Muhammad.

Ghazwah dan Sariyah adalah bagian sejarah dalam Islam yang tak lepas dari perjalanan Nabi
(Sirah Nabawiyah).Semua bermula dari Dakwah Islam di Mekkah Al-mukaromah dimulai
secara diam-diam.

a. Ghazwah: Perang yang langsung dipimpinoleh NAbi Muhammad SAW


Salah satunya yaitu:
 Perang Badar ( 17 Ramadhan 2 H )
Perang badar terjadi dilembah Badar 125 KM selatan Madinah. Perang Badar
merupakan puncak pertikaian antara kaum Muslimin MAdinah dan musrikin Quraisy
Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta
kaum Muslimin yang dilakukan kaum musyrikin Quraisy.
 Perang Uhud (sya’ban 3 H)
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud di latar belakangi kekalahan kau
Quraisy pada perang Badar sehingga timbul keinginan membalas dendam kepada
kaum Muslimin pasukan Quraisy yang di pimpin Khalid bin Walid mendapat bantuan
dari Kabilah Saqif, Tihamah, dan Kinanah.Kaum Quraisy akan disongsong diluar
Madinah. Akan tetapi Abdullah bin Ubay membelot dan membawa 300 orang Yahudi
kembali pulang. Dengan membawa 700 orang yang tersisa.
b. Sariyah: Perang yang Dipimpi oleh Sahabat atas penunjukan Nabi Muhammad
SAW

Diantaranya sebagai berikut:

 Sariyah Ubaidah bin Haris (syawal 1 H)


Sariyah ini berlangsung di Al-Abwa’, desa antara Mekah dan Madinah. Kaum
Muslimin berjumlah 80 orang, sedangkan Kaum Quraisy berjumlah sekitar 200 orang.
Kaum Muslimin ( Semuanya Muhajirin) di pimpin Ubaudah bun Haris, sedangkan
Kaum Quraisy dipimpin Abu Sufyan. Perang ini tidak mengakibatkan bentrokan fisik
namun Sa’ad bin Abi Waqqas sempat melepaskan anak panahnya. Peristiwa tersebut
menandai lepasnya anak panah pertama dalam sejarah perang Islam.
 Sariyah Qidrah (Jumadil Akhir 3 H)
Sariyah Qidrah berlangsung di sumur Qidrah suatu tempat di Najh (Arab Saudi).
Kaum Muslim berjumlah 100 orang penunggang kuda dipimpin oleh Aib bin
HArisah. Sariyah Qidrah bertujuan Untuk menghadang kalifah Quraisy dari Mekkah.
 Sariyah Bani Asad (4 H)
Sariyah ini berlangsung digunung Asad, di sebelah Timur Madinah. Nabi Muhammad
SAW memerintahkan kaum muslimin untuk menghadang kaum Bani Asad yang
berencana untuk menyerang Madinah. Nabi SAW menganjurkan agar pasukan
Muslim berjalan pada malam hari dengan menempuh jalan yang tidak bias dilalui
orang.
 Sariyah Zi Al-Qissah
Sariyah berlangsung di Zi Al-Qissah sekitar 24 mil dari Madinah antara kaum Muslim
dan Bani Sa’labah. Bani Sa’labah berencana menyerang peternakan kaum Muslimin
di Haifa’, suatu tempat yang jauh dari Madinah. Setelah mengetahui rencan tersebut
pasukan Muslimin segera menyerang Bani Sa’labahdengan mengirim pasukan 10
orang yang dipimpin Muhammad bin Masalamah.

D. SURAT-SURAT DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW


Shulhu Hudaibiyyah (perjanjian damai) yang terjadi antara Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan kaum Muslimin di satu pihak dengan kaum kafir Quraisy dipihak yang
lain; Perjanjian yang awalnya dipungkiri oleh sebagian shahabat karena isinya dianggap
merendahkan derajat kaum Muslimin itu ternyata telah memberikan peluang besar bagi kaum
Muslimin untuk mendakwahkan Islam secara damai. Pada fase ini dakwah Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki era baru. Geliat dakwah pada era ini tidak hanya
terbatas pada wilayah Arab, tapi mulai merambah daerah lain di luar wilayah Arab. Ini
merupakan realisasi dari firman Allâh Azza wa Jalla yang menunjukkan bahwa Islam itu
tidak terbatas waktu dan ruang. Artinya Islam itu layak untuk semua manusia dimanapun dan
kapanpun berada. Allâh Azza wa Jalla berfirman

Media Dakwah di zaman Rosulullah dan sahabat yang sangat terbatas, yakni berkisaran
pada dakwah quliyyah bil lisan dan dakwah fi.liyah bil uswah, ditambah dengan media
penggunaan dakwah bir ar-rasail atau dakwah melalui surat yang juga digunakan oleh
Rosulullah utnuk mengajak para pembesar agama Islam.

Menurut sejarawan Islam, Muhammad bin Sa’ad (w. 230 H)dalam kitabnya Ath-
Thabaqad Al- kubra bahwa surat-surat Nabi keseluruhannya berjumlah tidal kurang dari 105
buah. Surat-surat tersebut jika dilihat dari segi isinya dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu:

a) Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam. Surat-surat ini ditunjukan kepada
orang-orang nonmuslim baik Yahudi, Nasrani, maupun Majusi.
b) Surat-surat yang berisi aturan-aturan dalam Islam, misalnya tentang Zakat, Sedekah
dan sebagainya’
c) Surat-surat yang berisis beberapa hal yang wajib dikerjakanoleh orang-orang
nonmuslimterhadap pemerintah Islam seperti masalah jizyah (iuran keamanan).

Melalui surat-surat dakwah, Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepada kita betapa
Nabi juga menggunakan media modern pada saat itu untuk menyampaikan misi dakwahnya.

E. MISI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW


Sebelum Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, penduduk Arab banyak yang
melakukan perbuatan jahiliyah seperti menyembah berhala. Maka, Rasulullah sering berdiam
diri di Gua Hira dan mencari jalan keluar agar mereka kembali ke jalan Allah. Kemudian,
melalui malaikat Jibril, Allah menurunkan wahyu pertama kepada Rasulullah yang menjadi
tanda pengangkatannya sebagai rasul. Dari sinilah dakwah Nabi Muhammad dimulai. Lantas,
seperti apakah misi dakwah Nabi Muhammad? Simak ulasan berikut.

Untuk menyampaikan misi-misi dakwah Nabi Muhammad SAW menggunakan strategi


yang tepat. Nabi mengutus beberapa sahabt yang ahli di bidang strategi politik dan berdiskusi
umtuk ,meyampaikan misi dakwah tersebut. Di antara Sabahat Nabi yang diutus antaralain:

1. Dahyah bin Khalifah Al-Kalabi, diutus membawakan surat kepada Heraclius, Kaisar
Romawi
2. Abdullah bin Hudzaifah, diutus membawakan surat kepada kisrah, Raja Persia
3. Suja’ bin Wahhab Al-assadi, diutus membawakan surat kepada Al-Harits bin syamar
di Syiria.
4. Salith’ bin Amr Al-Amiri, diutus mebawkan surat kepada Hudzah bin Ali dan kepada
tsamanah bin Atsal di Yamamah.
5. Hatib bin Abi Balta’ah diutus membawakan surat kepada Muqauqis gubernur
Romawi di Mesir.

Dengan misi atau utusan yang diterjunkan Oleh Nabi Muhammad untuk menyampaikan
Dakwah Islam kepada para pembesar negara-negara tetangga, maka islam telah
diperkenalkan oleh Muhammad kepada negar-negar tetangga di sekitar Arab.
F. MASA TERAKHIR NABI MUHAMMAD SAW
Pada tahun 9 dan 10 H (630-632 M) banyak suu dari pelosok Arab yang mengirimkan
delegasi atau utusan kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan pengakuan akan kekuasaan
Islam. Oleh karena itu tahun tersebut disebut dengan tahun perutusan.

Dalam kesempatan itu Nabi Muhammad menyampaikan Khutbahnya yang sangat


bersejarah yang isinya merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan islam, dan yang
terpenting adalah bahwa umat Islam harus berpegang dengan dua sumber yaitu Al-que’an dan
Sunnah.Apabila prinsip-prinsip itu disimpulakan adalah kemanusiaan, prsamaan, keadilan
Sosial, keadilan Ekonomi, kebajikan dan solidaritas.

G. KOMENTAR PARA ORIENTALIS TENTANG NABI MUHAMMAD


SAW
Dibawah ini dituturkan kepada beberapa komentar para orientalis mengenai
keberhasilan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam membentuk Peradapan Dunia Islam.

1. Menurut john William Draper


“Empat tahun setelah meninggalnya Justianus, maka pada tahun 569 M lahirlah di
Mekkah tanah Arab seorang laki-laki yang berbeda dari laki-laki lainnya telah
memberikan pengaruh yang terbesar terhadap umat manusia.”
2. Menurut Napoleon Bonaparte
“Saya memuja tuhan dan menghormati Nabi Muhammad dan Qur’an Suci.”
3. Menurut Lamartin
“Filsuf, orator, rosul, pembuat Undang-undang, panglima, penakluk ide-ide, pembina
dogma yang rasional, seuatu agama tanpa berhala, pendiri dua puluh imperium dunia
dan satuimperium spiritual, itulah ia Muhammad. Berhubung dengan semua standar
yang dapt digunakan untuk mengukur kebesaran Manusia, kita boleh bertanya.
Adakah orang yang lebih besar dari pada Muhammad.”
DAFTAR PUTAKA
1) https://www.mahadalyjakarta.com/perkembangan-islam-pada-masa-nabi-
muhammad-saw-2/
2) http://genial.id/read-news/islam-periode-mekkah-dan-madinah
3) https://pusatjamdigital.com/ghazwah-sariyah/
4) https://almanhaj.or.id/4248-surat-dakwah-rasulullah-shallallahu-alaihi-
wa-sallam-kepada-para-penguasa-dan-raja-kafir.html
5) https://kumparan.com/berita-hari-ini/misi-dakwah-nabi-muhammad-
mengajarkan-tauhid-hingga-memperbaiki-akhlak-manusia-1wBlL5NaF72

Anda mungkin juga menyukai