Anda di halaman 1dari 10

DAKWAH PASCA ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Dakwah

Dosen Pengampu : Dr. Mutrofin, M.Fil.I

Disusun oleh :

1. Afrizal Luthfiansyah (1860304232095)

2. Moch ’Abid Mubarok (1860304232106)

3. Syaiful Anam (1860304232103)

4. Robiatul Adawiah (1860304232138)

KPI 2C

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

FEBRUARI TAHUN 2024


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan kegiatan yang mengajak dan menyeru manusia untuk melakukan
perbuatan baik (ma’ruf) dan melarang perbuatan buruk (munkar) agar mereka mendapat
kebahagiaan sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Dalam praktiknya, dakwah telah
berlangsung sejak zaman para Nabi, dan saat ini, gerakan dakwah terus berkembang.
Pada masa awal Islam, ketika Islam baru muncul di tengah-tengah masyarakat, dakwah
menjadi tugas utama para Rasul. Islam diturunkan kepada masyarakat di Makkah dan
Madinah sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya bagi masyarakat tempatnya turun,
melainkan juga untuk seluruh masyarakat di dunia dan makhluk hidup di alam semesta ini
Dakwah pada masa ini memiliki tujuan mulia, yaitu menegakkan keadilan, meningkatkan
kesejahteraan, menyuburkan persamaan, dan mencapai kebahagiaan berdasarkan ridla Allah
SWT.
Pada masa perkembangan dakwah di Mekkah dan Madinah, Nabi Muhammad SAW
menggunakan berbagai strategi dakwah, termasuk memanfaatkan momentum haji dan
adaptasi kepada kepercayaan masyarakat, serta mengubah masjid menjadi pusat persatuan
umat Islam, untuk menyebarkan ajaran Islam ke dunia luas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi geografis dan sosiologis masyarakat Mekkah dan Madinah?
2. Bagaimana gambaran kondisi ketauhidan?
3. Bagaimana kondisi politik?
4. Bagaimana kondisi ekonomi dan budaya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi geografis dan sosiologis masyarakat Mekkah dan Madinah.
2. Untuk mengetahui gambaran kondisi ketauhidan.
3. Untuk mengetahui kondisi politik.
4. Untuk mengetahui kondisi ekonomi dan budaya
PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis dan Sosisologis Masyarakat Setempat


Batas perbatasan Haram Makkah pertama kali ditetapkan oleh Nabi Ibrahim AS dengan
bantuan Malaikat Jibril AS. yang menunjukkannya. Tapal batas ini tidak pernah diperbarui
hingga pada masa Rasulullah SAW. Pada saat penaklukan Kota Makkah, Rasulullah SAW.
mengirim Tamim bin Asad al-Khuza'i untuk memperbaharui batas tersebut. Batas ini tidak
dipertanyakan hingga masa Khalifah 'Umar bin Khathab ra. Ia mengutus wakil-wakil
Quraisy untuk memperbaharui tapal batas tersebut. Perbatasan kota Makkah dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Di sebelah barat: jalur Jedah-Makkah, di Asy-Syumaisi (Hudaibiah), 22 km dari
Ka'bah;
2. Di sebelah selatan, di Idha'ah Liben, jalur Yaman-Makkah untuk penduduk Tihamah,
12 km dari Kakbah;
3. Di sebelah timur, di tepi Lembah 'Uranah Barat, 15 km dari Ka'bah;
4. Di sebelah timur laut, jalur Ji'ranah, dekat Kampung Syara'i al-Mujahidin, 16 km dari
Ka'bah;
5. Di sebelah utara, Tan'im, 7 km dari Kakbah. Data yang melimpah adalah kondisi
geografis pada masa sebelum kedatangan Islam. Ini memberi dugaan bahwa kondisi
geografis Makkah dan Madinah pada masa sebelum kedatangan Islam dan awal Islam
adalah sama. Jika ada perubahan, maka tidak signifikan.
Kondisi Semenanjung Arab adalah semenanjung terbesar di dunia dengan luas
1.754.900 km² dan sekitar 14.000.000 jiwa penduduk. Arab Saudi memiliki sebagian besar
wilayah dengan luas daratan sekitar 1.014.900 km² dan populasi sekitar tujuh juta jiwa;
Yaman lima juta jiwa; dan sisanya tersebar di Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman,
Masqat, dan Aden. Dari segi cuaca, Semenanjung Arab adalah salah satu wilayah terkering
dan terpanas. Meskipun dikelilingi oleh dua lautan di barat dan timur, lautan tersebut terlalu
kecil untuk memengaruhi iklim Afro-Asia yang jarang hujan. Lautan di selatan membawa
partikel air hujan, tetapi badai gurun musiman menyapu wilayah tersebut dan hanya
meninggalkan sedikit kelembaban di daratan.
Madinah, yang dulunya dikenal sebagai Yasrib, adalah salah satu kota di kawasan Hijaz
bersama dengan Thaif dan Makkah. Secara geografis, Madinah memiliki keunggulan
dibandingkan Makkah. Terletak sekitar 510 km utara Makkah, Madinah terletak di "jalur
rempah-rempah" yang menghubungkan Yaman dan Suriah. Kota ini adalah sebuah oasis
yang sangat cocok untuk pertanian kurma. Di bawah kendali Bani Nadir dan Bani Quraizah,
kota ini menjadi pusat pertanian yang terkemuka.

B. Gambaran Kondisi ketauhidan


Setelah Islam masuk ke Makkah, terjadi perubahan penting dalam konsep tauhid. Pada
awalnya, masyarakat Makkah memegang teguh ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi
Ibrahim dan dilanjutkan oleh putranya, Nabi Ismail. Namun, setelah wafatnya Nabi Ismail,
pola keyakinan masyarakat mulai bergeser ketika Amir bin Lubai memperkenalkan
penyembahan berhala, yang kemudian menjadikan Makkah sebagai pusat penyembahan
berhala.
Dakwah Nabi Muhammad di Makkah, sebelum hijrah ke Madinah, menghadapi
perlawanan kuat dari pemimpin Quraisy dan kelompok tradisionalis yang menolak konsep
tauhid. Meskipun banyak warga Makkah menentang dan memusuhi dakwah Rasulullah
pada awalnya, Islam mulai berkembang melalui keteguhan dan kesalehan Rasulullah.
Beliau menggunakan pendekatan yang cerdas dan rasional dalam menyampaikan pesan
tauhid dan kebenaran kepada penduduk Makkah.
Fokus utama dakwah di Makkah adalah memperkenalkan konsep tauhid kepada
masyarakat yang masih hidup dalam budaya pra-Islam atau jahiliyah yang kuat. Meskipun
dihadapkan dengan berbagai perlawanan dan tantangan, dakwah Nabi Muhammad terus
berlanjut dengan tujuan menyebarkan tauhid dan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat
yang masih terikat pada praktik kepercayaan jahiliyah.
Setelah kedatangan Islam di Makkah, terjadi perubahan besar dalam masyarakat,
seperti penghapusan sistem perbudakan karena prinsip kesetaraan dalam Islam dan
perbaikan dalam regulasi pernikahan. Dakwah Nabi Muhammad di Makkah menjadi fase
krusial dalam sejarah Islam yang mencerminkan tantangan besar dalam menyebarkan
konsep tauhid di tengah-tengah masyarakat Quraisy yang masih melekat pada praktik
jahiliyah.
Pada masa setelah Rasulullah saw, tauhid terus mengalami perkembangan dan
diperluas oleh umat Islam di Makkah dan Madinah. Tauhid menjadi landasan utama untuk
pembangunan masyarakat yang baru, meliputi berbagai aspek keagamaan, sosial, politik,
dan ekonomi. Selain itu, konsep tauhid juga menjadi dasar untuk penyusunan hukum yang
komprehensif, yang secara bertahap diterapkan di kedua kota tersebut.
Setelah kedatangan Islam di Madinah, terjadi transformasi berarti dalam konsep tauhid
di kota tersebut. Pendidikan Islam di Madinah pada periode pasca-Islam melibatkan aspek
sosial dan politik, sebagai kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah. Nabi Muhammad
tidak hanya berperan sebagai otoritas keagamaan, tetapi juga sebagai pemimpin politik,
mengatur masyarakat dalam bidang sosial dan politik.
Pembinaan pendidikan Islam di Madinah bertujuan untuk memperluas pengakuan dan
penerapan prinsip-prinsip konstitusi Madinah, baik di kota itu sendiri maupun di seluruh
wilayah Arab. Nabi Muhammad juga mendirikan masjid sebagai pusat aktivitas pendidikan
dan dakwah, serta menggalang persatuan antara berbagai segmen masyarakat yang
sebelumnya terbagi melalui persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar.
Madinah, setelah kedatangan Rasulullah, menjadi pusat penyebaran dakwah Islam yang
kemudian mempengaruhi seluruh dunia. Transformasi dari kota yang sebelumnya
terbelakang dan dipenuhi dengan ketidaktaatan menjadi pusat dakwah Islam
mencerminkan perubahan signifikan dalam konsep tauhid dan praktik keagamaan di
Madinah pasca-Islam.

C. Kondisi Politik

Masyarakat Makkah, sebuah kota yang strategis baik dalam aspek tradisi maupun lokasi
geografisnya, juga merupakan medan pertempuran ajaran Nabi Muhammad saw. melawan
hegemoni agama politeisme yang telah tertanam kuat serta oposisi dari oligarki
pemerintahan. Dakwah beliau, yang mempromosikan Islam, dianggap mengancam struktur
sosial yang telah mapan di kalangan bangsawan, yang juga menimbulkan berbagai konflik.
Kontra sikap ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi semata. Kelompok
bangsawan enggan merendahkan diri untuk memperlakukan setara dengan golongan yang
sebelumnya dianggap sebagai budak. Larangan menyembah berhala tidak hanya
mempengaruhi aspek keagamaan, tapi juga berdampak ekonomi, karena pembuatan
berhala merupakan sumber penghasilan masyarakat saat itu.

Tentangan terhadap dakwah Rasulullah saw. muncul setelah dakwah tersebut diperkuat
secara terang-terangan. Ada lima alasan mengapa orang Quraisy menolak seruan Islam:

1. Mereka mengira tunduk pada seruan Muhammad saw. berarti tunduk pada
kepemimpinan Bani Abdul Muthalib, yang tidak diinginkan oleh mereka.
2. Penyeruan Nabi Muhammad saw. untuk kesetaraan antara bangsawan dan budak
ditolak oleh kelas bangsawan Quraisy.
3. Pemimpin Quraisy menolak ajaran tentang kebangkitan dan pembalasan di akhirat.
4. Tradisi taklid kepada nenek moyang yang diakar pada budaya Arab.
5. Pengrajin berhala melihat Islam sebagai ancaman terhadap mata pencaharian mereka.

Meskipun pemerintahan Islam awal berpusat di Madinah, peran kader-kader dari


Makkah tidak bisa diabaikan. Ini karena Makkah menjadi tempat pembentukan karakter
Muslim awal, yang kemudian menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan komunitas Islam.
Makkah dapat dianggap sebagai tempat "benih unggul", sementara Madinah sebagai "lahan
subur", sehingga sinergi antara keduanya menghasilkan fondasi kuat bagi pemerintahan
Islam.

D. Kondisi Ekonomi dan Budaya

Madinah menghadapi perubahan yang mencolok dalam berbagai aspek, termasuk


ekonomi dan budaya. Kota ini awalnya mengalami krisis ekonomi yang signifikan akibat
berbagai faktor seperti kekurangan sistem irigasi, arus migrasi besar-besaran, tingginya
tingkat pengangguran, serta putusnya jalur perdagangan dengan Makkah. Perubahan
dramatis juga terjadi dalam kepemilikan ekonomi, dengan kontrol yang sebelumnya
dipegang oleh komunitas Yahudi beralih ke tangan kaum Muslim setelah kedatangan Nabi
Muhammad Saw dan pengikutnya. Di sisi budaya, Masjid Nabi menjadi pusat kegiatan
utama di Madinah, menjelma menjadi tempat ibadah dan pusat kegiatan sosial masyarakat.
Rasulullah Saw juga mempromosikan pembentukan persaudaraan antara Muhajirin
(Muslim dari Makkah) dan Anshar (penduduk asli Madinah) untuk memperkuat solidaritas
sosial di antara umat Islam. Selain itu, upaya untuk menjalin hubungan baik dengan
komunitas agama lain seperti Nasrani dan Yahudi juga dilakukan untuk membangun kota
yang damai dan kuat. Dengan demikian, kedatangan Islam membawa transformasi yang
signifikan dalam kehidupan ekonomi dan budaya Madinah, mengilhami upaya membangun
masyarakat yang aman dan sejahtera melalui nilai-nilai Islam serta kerja sama lintas agama.

Pasca-Islam, Mekkah mengalami perubahan yang mencolok dalam kondisi ekonomi


dan budaya. Awalnya, masyarakat Muslim belum dapat fokus pada pembangunan ekonomi
karena mereka lebih memprioritaskan upaya mempertahankan diri dari intimidasi dan
tantangan ekonomi yang ada. Pemikiran ekonomi masyarakat dipandu oleh ajaran Al-
Qur'an, sunnah, ijtihad, dan pengalaman empiris mereka, meskipun sumber daya materi
dan ekonomi masih terbatas. Secara budaya, Mekkah mengalami periode transisi yang
ditandai dengan pertumbuhan pengikut Islam, namun juga konflik suku dan pertempuran
dengan musuh Islam. Masjid Nabi menjadi pusat kegiatan utama di kota ini pasca-Islam,
memainkan peran kunci dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat. Dengan
demikian, kedatangan Islam telah membawa transformasi signifikan dalam kehidupan
ekonomi dan budaya Mekkah, dengan fokus pada pemikiran ekonomi yang terinspirasi oleh
ajaran Islam dan perubahan budaya yang dipengaruhi oleh penyebaran agama baru.

KESIMPULAN

Semenanjung Arab adalah salah satu wilayah terkering dan terpanas. Dikelilingi oleh
dua samudra, satu di barat dan satu lagi di timur, yang terlalu kecil untuk mempengaruhi iklim
hujan Afro-Asia. Laut bagian selatan membawa partikel air hujan, namun badai gurun melanda
wilayah tersebut secara musiman, sehingga hanya menyisakan sedikit kelembapan di daratan.
Madinah, dulunya bernama Yatsrib, adalah salah satu kota di wilayah Hijaz, bersama dengan
Taif dan Mekah.

Pada masa setelah Nabi Muhammad SAW, tauhid terus berkembang dan diperluas oleh
umat Islam Mekah dan Madinah. Tauhid merupakan landasan terpenting bagi perkembangan
masyarakat baru dan mencakup berbagai aspek agama, sosial, politik, dan ekonomi. Apalagi,
konsep tauhid juga menjadi landasan penyusunan undang-undang komprehensif yang
diterapkan secara bertahap di kedua kota tersebut. Dari segi kebudayaan, Masjid Nabawi
menjadi pusat kegiatan di Madinah, menjelma menjadi tempat ibadah dan pusat kegiatan
masyarakat.

Rasulullah Saw juga mendorong terbentuknya persaudaraan antara Muhajirin (Muslim


Mekkah) dan Ansar (penduduk asli Madinah), memperkuat solidaritas sosial di kalangan umat
Islam. Upaya juga dilakukan untuk membangun hubungan baik dengan komunitas agama lain,
seperti Kristen dan Yahudi, guna membangun kota yang damai dan kuat. Masuknya Islam
dengan demikian membawa perubahan besar dalam kehidupan ekonomi dan budaya Madinah,
mendorong upaya membangun masyarakat yang aman dan sejahtera melalui nilai-nilai Islam
dan kerjasama antaragama.
Setelah Islamisasi, Mekah mengalami perubahan besar dalam situasi ekonomi dan
budaya. Awalnya, komunitas Muslim tidak bisa fokus pada pembangunan ekonomi karena
prioritas mereka adalah melindungi diri dari intimidasi dan tantangan ekonomi yang ada.
Dengan demikian, kedatangan Islam membawa perubahan signifikan terhadap kehidupan
ekonomi dan budaya Mekah, dengan penekanan pada ide-ide ekonomi yang diilhami oleh
ajaran Islam dan perubahan budaya melalui penyebaran agama baru.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim, Khalil. Daulah Yatsrib; Basha`ir fi ‘Am al-Wufud, terj. oleh Kamran As‟ad
Irsyady, Negara Madinah; Politik Penaklukan Suku Arab, (Yogyakarta: LKiS, 2005).

Abu Bakar, Istianah. Sejarah Peradaban Islam, (Malang, UINMalang Press, 2008).

Ali, Syed Ameer. Api Islam, (Jakarta: Pembangunan, 2002).

Chalil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Surabaya: Gema Insani, 2001).

Haikal, Muhammad Husain. Hayatu Muhammad, terjemah oleh Ali Audah, Sejarah Hidup
Muhammad, (Bogor: Litera AntarNusa, 2008).

Hasjmi, A. Dustur Dakwah menurut Alquran, (Jakarta: Bulang Bintang, 1415 H/1994 M.).

Hitti, Phillip K. History of the Arabs, terjemah oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi dengan judul yang sama, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014).

Ibrahim, Rustam. Sejarah Islam, (Jakarta: Djajamurni, 1971).

Syafruddin. Hijrah; Taktik dan Strategi Dakwah Rasulullah saw, dalam Jurnal Alhadharah,
Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 3, No. 5 Januari-Juni 2004.

Zaman, Q. Negara Madinah (Sebuah Prototype Ketatanegaraan Modern), Jurnal In Right, vol.
2, No. I, 2012.

Sairazi, Abdul Hafiz. Prinsip-prinsip Tasyri‟ Pada Fase Makkah dalam Konteks Kekinian,
dalam Jurnal An-Nahdhah, Vol. 6 No. 11, Januari-Juni 2013.

Salahuddin, Hafiz dan Anjam Niaz. Pre-Islamic Arab Judiciary in Islam, artikel dalam Gomal
University Journal of Research, Pakistan, 27 (2), Desember 2011.

Sairazi, A. H. (2019). Kondisi Geografis, Sosial Politik, dan Hukum Di Makkah dan Madinah
Pada Masa Awal Islam. Journal of Islamic and Law Studies, 3(1), 119-146.

al-Jawziyyah, Ibn Qayyim. A’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin, (Kairo: al-Dar al-
„Alamiyyah, 2015/1435), cet. I.

Pulungan, J. Suyuthi. Prinsip-prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau dari


Pandangan Alquran, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996).
Sahin, Hakan. Civil Society Institutions in Pre-Islamic Mecca, artikel dalam ResearchGate,
April 2015, Istanbul: Medipol University Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum
(Bandung: Refika Aditama, 2007).

Riyadi, S. (2023). Peran Dakwah Islam pada Periode Makkah. Triwikrama: Jurnal
Multidisiplin Ilmu Sosial

Haqiqi, P. F. (2022). Sejarah Ekonomi Islam pada Masa Rasulullah dan Khalifah Abu Bakar
Ash-Shidiq. Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.

Anda mungkin juga menyukai