Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

INTEGRATIF DI MADRASAH

Tentang :

ISLAM FASE MADINAH

KELOMPOK III

1. ERMIYANTO
NIM. 212031003
2. YENNI FITRIA
NIM. 212032001
3. DASWATI
NIM. 212032001

Dosen Pengampu :
Dr. Hj Yanti Mulia Roza

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang senantiasa memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW rahmatal lil ‘aalamiin.
Makalah ini disusun bertujuan untuk pemenuhan tugas pada mata kuliah
“Kajian Materi SKI Integratif di Madrasah” dengan judul penelitian “Islam Fase
Madinah”
Tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang positif dari semua pihak untuk keabsahan
makalah ini.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua orang.

Batusangkar, 28 September 2021


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Islam yang diturunkan di Jazirah Arab telah membawa bangsa Arab yang semula
terbelakang, bodoh, tidak dikenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa
yang maju dan berperadaban. Ia sangat cepat bergerak mengembangkan dunia membina
suatu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia
hingga sekarang. Bahkan kemajuan bangsa Barat pada mulanya bersumber dari peradaban
Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.
Perjalanan sejarah naik turunnya peradaban Islam mulai dibentuk pada masa Nabi
Muhammad SAW, mengalami pertumbuhan di masa Daulah Umaiyah di Suria, dan
memasuki masa puncak kejayaan masa Dinasti Abbasiyah di Baghdad dan Dinasti
Umayah Spanyol, serta memasuki masa kemundurannya pada periode pertengahan, hal itu
menimbulkan kesadaran bagi umat Islam untuk kembali bangkit di periode modern.
Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Sejak saat
itulah Beliau memulai dakwah pertama kalinya di kota Mekah, dengan berbagai halang
rintang yang dihadapi beliau. Diawal perjuangan dakwah, dilakukan secara sembunyi-
sembunyi sampai kepada dakwah secara terang-terangan di Makkah.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang-orang yang memeluk islam,
namun disisi lain semakin berat dan banyak ancaman yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW, hingga akhirnya datang perintah langsung dari Allah SWT. untuk melakukan hijrah
ke Madinah.
Pada makalah ini penulis membahas tentang Islam fase Madinah, dimulai dengan
perjalanan hijran Nabi SAW ke Yastrib (Madinah), langkah dakwah Nabi SAW di
Madinah, Keadaan masyarakat di Madinah, rintangan-rintangan yang dialami Nabi SAW,
dan berkahirnya masa dakwah Nabi SAW di Madinah.
BAB II
ISLAM FASE MADINAH

A. Hijrah ke Yastrib
Periode Madinah diawali dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke
Yastrib. Hijrah ini bukanlah suatu kejadian yang berdiri sendiri saja, tapi ada kaitannya dengan
peristiwa-peritiwa yang telah terjadi sebelumnya.
Ada beberapa faktor penyebab hijrah Rasulullah ke Madinah, yaitu sebagai berikut:
1. Bai’at yang dilakukan oleh kaum Aus dan Khazraj. Bai’at ini merupakan sebuah
perjanjian diantara Nabi Muhammad Saw. dengan orang-orang yang berasal dari suku
Aus dan suku Khazra, yang tinggal di Yastrib, yang dilakukan pada dua musim haji,
yaitu 621 – 622 M. Ketika itu mereka berjanji kepada Nabi Muhammad Saw. untuk
melindungi Nabi Muhammad Saw. Dan segenap Umat Islam jika hijrah ke Madinah.
2. Pemboikotan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy kepada Rasululah dan Kaum
Muslimim. Pemboikotan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pendukung Nabi Muhammad SAW.
b. Tidak seorang pun berhak mengadakan ikatan perkawinan dengan orang muslim.
c. Melarang bergaul dengan kaum muslimin.
d. Musuh Nabi Muhammad Saw. harus didukung dalam keadaan bagaimana pun.

Pemboikotan ini ditulis diatas plakat yang digantungdi dinding Ka’bah, yang tidak akan
di cabut kecuali Rasulullah menghentikan dakwahnya. Pemboikotan ini berlangsung selama tiga
tahun, dan dampaknya amat dirasakan oleh kaum muslimin kerika itu. Penderitaan dan blokade
ekonomi itu sangat mengancam kehidupan mereka, tetapi semangat mereka tidak pernah surut
untuk membela Rasulullah Saw. dan agama Islam.
Setelah melalui pemikiran yang mendalam dan disertai dengan perintah langsung dari
Allah Swt. untuk hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. dan Umat Muslim melakukan perencanaan
yang matang untuk hijrah ke Madinah. Umat muslim di perintahkan untuk berhijrah terlebih
dahulu tanpa membawa harta benda dari kota Mekah. Dan Rasulullah beserta beberapa sahabat
menjadi orang terakhi yang berhijrah, karena Beliau sangat sulit untuk keluar dari kota Mekah.
B. Langkah Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah
Nabi Muhammad Saw tiba di kota Yastrib tahun 622 M. Kehadiran Nabi Muhammad dan
umat Islam menandai zaman baru bagi perjalanan dakwah Islam. Kedatangan Nabi SAW
diterima dengan baik oleh penduduk Yastrib (Madinah). Di Madinah Nabi SAW mempunyai
kedudukan bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata
lain, dalam diri Nabi SAW terkumpul dua kekuasaan, yaitu kekuasaan spiritual dan kekuasaan
duniawi.
Setelah datang ke Madinah, Nabi Muhammad menentukan prioritas utama dalam rangka
membangun masyarakat baru. Nabi SAW meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat.
Adapun dasar-dasar kehidupan bermasyarakat tersebut adalah:
1. Membangun Masjid
Berdirinya masjid tersebut bukan saja merupakan tonggak berdirinya masyarakat
Islam, juga merupakan titik awal pembangunan kota. Jalan-jalan raya di sekitar masjid
dengan sendirinya tertata rapi, sehingga lama-kelamaan tempat itu menjadi pusat kota dan
pusat perdagangan serta pemukiman. Nabi Muhammad SAW. sendiri sangat besar
perhatiannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan sarana jalan dan
jembatan. Beliau bersama-sama umat Islam membangun jembatan-jembatan yang
menghubungkan antara satu lembah dengan lembah yang lain sehingga masyarakat setempat
dapat berhubungan dengan masyarakat lainnya.
Pembangunan masjid selain untuk ibadah sholat, juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum muslimin sekaligus mempererat tali jiwa mereka, selain itu masjid
sebagai tempat musyawarah merundingkan masalah yang dihadapi. Bahkan masjid pada
masa nabi berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Masjid yang didirikan Nabi SAW adalah masjid yang beralaskan tanah, dan
beratapkan pelepah kurma yang diberi nama Masjid Nabawi. Bertitik tolak dari itu beliau
membangun masjid yang besar, membangun bangsa, sehingga kota tempat beliau
membangun itu benar-benar menjadi tempat peribadatan atau paling tidak dari tempat
tersebut lahir peradaban baru manusia (Eman Suherman,2012:62).
Masjid Nabawi di Madinah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid
yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah
diemban yaitu :
a. Sebagai tempat beribadah,
b. Tempat konsultasi dan komunukasi,
c. Tempat pendidikan,
d. Tempat santunan sosial,
e. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya,
f. Tempat pengobatan,
g. Tempat perdamaian dan pengadilan,
h. Tempat menerima tamu,
i. Tempat menawan tahanan,
j. Pusat penerangan dan pembelaan agama

2. Mempersaudarakan kaum muslimin (Ukhuwwah Islamiyyah)


Langkah kongkrit yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. adalah
mempersaudarakan kaum muslimin yang berasal dari Mekah (kaum Muhajirin) dengan kaum
muslimin Madinah (kaum Anshor). Dengan persaudaraan tersebut, Nabi SAW telah
menciptakan suatu persaudaan baru yaitu persaudaraan berdasarkan iman atau agama yang
menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.

3. Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah


Di Madinah, di samping umat Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi yang
terdiri dari tiga suku, yaitu Bani Nadhir, Bani Qaynuqa, dan Bani Qurayzhah. serta masyarakat
yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat terwujud,
Nabi SAW mengadakan ikatan perjanjian yang dikenal dengan Piagam Madinah. Piagam
tersebut merupakan sebuah bukti bagaimana Islam mengayomi semua umat manusia, termasuk
non-muslim.
Di antara butir-butir perjanjian itu adalah sebagai berikut:
a. Kaum Muslimin dan kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk dan menjalankan
ajaran agamanya masing-masing.
b. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang
diserang.
c. Kaum Muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban untuk
kepentingan bersama.
d. Rasulullah Saw. adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk Madinah. Bila terjadi
perselisihan di antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi, maka penyelesaiannya
dikembalikan kepada keadilan Rasulullah Saw. sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.
Piagam Madinah yang telah disepakati bersama itu menjadi titik tolak pembentukan
negara yang demokratis, karena di dalam perjanjian tersebut terdapat poin-poin yang
memberikan kebebasan kepada para penduduknya, termasuk penduduk yang bukan muslim
untuk menjalankan perintah agamanya tanpa mendapat gangguan apapun.
Keberadaan Piagam Madinah ini sebagai konstitusi kenegaraan yang pertama, tidak saja
diakui oleh pakar-pakar politik Islam, tokoh orientalis pun mengakuinya. Majid Ali Khan
(1405:97) mengungkapkan bahwa Tor Andrea, seorang tokoh orientalis dalam bukunya
Muhammad the Man and His Faith, memandang Piagam Madinah ini sebagai naskah konstitusi
pertama, yang sedikit demi sedikit dapat menjadikan Islam sebagai negara dunia dan agama
dunia.
Melalui Piagam Madinah, Nabi SAW sebagai seorang pendidik memberikan pendidikan
sosial dan kewarganegaraan, yang disertai dengan contoh teladan nyata dalam keseharian,
disamping penjelasan-penjelasan dan instruksi-instruksi kepada umatnya dalam melaksanakan
berbagai kegiatan. Tujuannya adalah agar Piagam Madinah ini tidak hanya diakui dan berlaku di
Madinah, tapi juga dalam kehidupan bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya di seluruh dunia.
Akan tetapi dalam perkembangan berikutnya, ternyata piagam tersebut tidak dilaksanakan
dengan baik oleh orang-orang Yahudi, bahkan mereka melanggar perundang-undangan yang
telah disepakati tersebut. Dengan demikian, maka piagam Madinah tidak dapat dilaksanakan
dan hanya berlaku beberapa waktu saja.

C. Rintangan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah


Meskipun telah hijrah ke Madinah, Rasulullah dan kaum Muslim mengemban tugas
dakwah begitu berat, karena mereka tetap menerima penentangan dari kaum kafir Quraisy.
Kaum kafir Quraisy tetap berusaha keras untuk menghentikan dakwah dan menghancurkan
kaum Muslim. Pertentangan dari mereka pun menimbulkan beberapa peperangan.
Perang yang dilakukan Rasulullah saw. bukanlah dalam rangka dakwah, tetapi perang
untuk membela dakwah. Dalam berbagai fakta sejarah menunjukkan bahwa umat Islam tidak
pernah memerangi suatu kaum sebelum dakwah sampai kepadanya, dan tidak menghina umat
Islam.
1. Perang Badar
Perang Badar terjadi di lembah Badar pada 17 Ramadhan 2 H atau 17 Maret 624 M. Adapun
sebab terjadinya perang Badar antara lain:
a. Ketegangan setelah terjadi tukar-menukar tawanan perang.
b. Permintaan Abu Sufyan kepada penduduk Makkah untuk melindungi kafilahnya yang
sedang dalam perjalanan pulang dari Syiria. Permintaan itu ditanggapi oleh penduduk
Mekah dengan penafsiran bahwa kafilah mereka dicegat oleh umat Islam.
c. Berita tentang umat Islam terhadap kafilah Abu sufyan diterima oleh Abu Jahal, lalu dia
naik pitam dan mengirim pasukannya berjumlah sekitar 900- 1.000 orang. Kemenangan
berhasil diraih oleh pasukan umat Islam yang berjumlah 313 orang dengan perlengkapan
sederhana. Abu Jahal bersama 70 orang pasukan Mekah terbunuh, sementara pasukan umat
Islam 14 orang yang mati syahid berdiri dari 6 orang Muhajirin dan 8 orang Anshar.

2. Perang Uhud
Setelah kalah dari perang Badar, Kafir Quraisy Mekah merencanakan untuk menyerang
secara besar-besaran terhadap umat Islam. Pada bulan Ramadhan tahun 3 H atau 625 M, mereka
berangkat menuju Madinah dengan membawa pasukan yang terdiri dari 3000 pasukan berunta,
200 pasukan berkuda, dan 700 orang pasukan berbaju besi dibawah pimpinan Khalid bin Walid.
Nabi Muhammad SAW mengetahui rencana itu melalui sepucuk surat dari Abbas bin Abdul
Muthalib, pamannya, yang sudah menaruh simpati pada Islam. Pada mulanya Nabi Saw umat
Islam bertahan di dalam kota Madinah. Setelah mempertimbangkan saran dari para Sahabat,
Nabi Saw memutuskan untuk keluar kota Madinah. Kemudian Nabi Saw berangkat dengan
1.000 tentara. Baru melewati batas kota, Abdullah bin Ubay dengan 300 pengikutnya membelot
dan kembali pulang. Tersisa 700 tentara, Nabi Saw tetap melanjutkan perjalanan.
Nabi Muhammad SAW dan Pasukannya tiba di bukit Uhud. Pegunungan Uhud terletak di
sebelah utara Madinah. Nabi Saw menyusun strategi perang. Pasukan ditempatkan di belekang
bukit dengan dilindungi oleh lima puluh pemanah mahir dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair
yang ditempatkan di
Dalam perang Uhud, tentara Quraisy terbunuh 25 orang, sementara pasukan muslim 70 orang
syuhada. Diantaranya paman Nabi Saw. Hamzah bin Abdul Muthalib dan Mus’ab bin Umar,
Dai pertama Islam.
3. Perang khandaq
Perang Khandak atau Perang Ahzab yang terjadi pada tahun 5 H atau 627 M. di sekitar kota
Madinah bagian utara. Peperangan Ahzab sebagaimana namanya adalah gabungan dari
golongan–golongan yang berkumpul dengan maksud menumpas Islam dan kaum muslimin. Rasa
dendam bani Nadhir terhadap Rasulullah Saw. yang mengeluarkan mereka dari bagian Madinah
dilakukan dengan menghasut tokoh Quraisy agar bersekutu dengannya.
Abu Sufyan menyiapkan pasukan Kafir 10.000 orang, melihat pasukan kafir telah siaga,
segera Rasulullah Saw. bermusyawarah, Salman al Farisi megusulkan membuat patit (khandaq)
untuk menghambat laju musuh. Rasulullah Saw. dan para sahabat menyetuji usulan Salman al
Farisi. Maka dibuatlah parit dari arah barat ke timur di kawasan utara kota Madinah, lalu
pasukan Islam yang berjumlah kurang lebih 3000 orang juga telah disiap siagakan Zaid bin
Harits sebagai pembawa bendera Muhajirin dan Saad bin Ubadah sebagai pembawa bendera
Anshar.
Ketika pasukan kafir akan memasuki kota Madinah mereka terkejut dengan taktik perang
pasukan muslim. Beberapa tokoh Quraisy mencoba menerobos parit untuk menghadapi pasukan
Islam namun tidak berhasil, seperti yang dilakukan Ikrimah bin Abbu yang akhirnya ia
meninggal. Di saat berkecamuknya perang khandaq ada dua peristiwa pertama Yahudi dari bani
Quraidzah melanggar perjanjian, mereka enggan membantu pasukan Islam bahkan mereka
bersekutu dengan pasukan kafir Quraisy, kedua seorang tokoh yang disegani oleh kafir Quraisy
maupun Yahudi bernama Nuaim bin Mas’ud memeluk agama Islam dan meminta Rasulullah
Saw. untuk mengambil bagian dalam mempertahankan dan membela kota Madinah.
Nabi Muhammad Saw. memerintahkan Nuaim bin Mas’ud untuk melaksanakan taktik guna
memecahbelah kekuatan musuh yaitu “menyerang untuk membela diri” (ad Difa’ul Hujumy).
Taktik ini berhasil hingga pasukan kafir Quraisy dengan Yahudi bani Quraidzah bermusuhan
dalam barisan. Dalam perang ini Allah Swt. juga memberikan pertolongan kepada pasukan
Islam dengan angin dan badai yang teramat besar yang memporak porandakan pasukan kafir.
Akhirnya perang khandaq dimenangkan oleh pasukan Islam.

4. Perjanjian Hudaibiyah
Setelah enam tahun lamanya kaum muslimin tidak mengunjungi Mekkah untuk melakukan
umrah. Apalagi pada bulan bulan yang dihormati (asyhurul hurum) rasa rindu untuk mendatangi
Ka’bah menghinggapi kaum muslimin, mengetahui hal tersebut Rasulullah Saw. mengijinkan
perjalanan menuju ke Mekkah. Berangkatlah 1000 orang bersama Rasulullah Saw. dengan
pakaian ihram untuk menghilangkan kecurigaan kaum kafir Quraisy. Setibanya di kota Asfan
seorang pengintai muslim mengkabarkan kepada Rasulullah Saw. bahwa kaum Quraisy telah
menyiapkan pasukan berjumlah 200 orang di bawah pimpinan Khalid bin Walid guna
menghadang rombongan kaum muslimin.
Rasulullah Saw. mengalihkan perjalanan melalui desa Hudaibiyah dan eristirahat disana.
Datanglah utusan pertama dari Quraisy bernama Badil menanyai maksud kedatangan Rasulullah
SAW. dijawab oleh Rasul untuk disampaikan pada tokoh-tokoh Quraisy bahwa tujuannya
adalah untuk umrah. Lalu datang utusan kedua dengan maksud sama bernama Harits bin Al
Qomah dijawab oleh Rasulullah Saw. dengan sama pula, lalu datang lagi utusan ketiga bernama
Urwah bin Mas’ud iapun membawa jawaban yang sama. Lalu Rasuullah Saw. mengutus
Utsman bin Affan menemui tokoh-tokoh Quraisy hingga terdengar kabar burung bahwa Utsman
bin Affan wafat, para sahabat dari Muhajirin dan Anshar segera mengambil baiat dihadapan
Rasulullah Saw., menjaga akan keselamatan Rasulullah dan ajarannya terkenal dengan Baiat
Ridwan.
Pengambilan baiat ini menggetarkan hati kafir Quraisy, maka kaum kafir Quraisy menggirim
utusan perdamaian dipimpin Suhail bin Umar. Perundingan perdamaian menghasilkan apa yang
dinamakan “shulh al Hudaibiyyah” (persepakatan Hudaibiyah) yang berisi :
a. Diadakan genjatan senjata pada kedua belah pihak selama 10 tahun
b. Apabila seorang kafir Quraisy masuk agama Islam tanpa seizin walinya, maka segera
ditolak oleh kaum muslimin
c. Quraisy tidak menolak orang muslim yang kembali kepada mereka
d. Barang siapa yang hendak membuat perjanjian dengan Rasulullah Saw. diperbolehkan,
begitu juga siapa yang hendak membuat perjanjian dengan Quaraisy diperbolehkan
e. Kaum muslimin tidak jadi melaksanakan ibadah umrah di tahun ini, akan tetapi
ditangguhkan sampai tahun depan

5. Fathu Mekah
Fathul Makkah artinya penaklukan kota Mekkah, terjadi pada tahun delapan hijriyah,
Rasulullah memutuskan untuk menaklukkan kota Mekkah. Sebab-sebab terjadinya Fathul
Makkah adalah karena kaum Quraisy telah mengkhianati perjanjian Hudaibiyah. Maka, pada
tanggal 10 Ramadhan, beliau berangkat bersama puluhan ribu (10.000) pasukan menuju
Mekkah. Kaum muslimin memasuki Mekkah tanpa terjadi peperangan, di mana kaum Quraisy
menyerah dan tidakmelakukan perlawanan karena berbagai sebab. Abbas mengajak Abu Sufyan
untuk menyerah kepada Nabi Muhammad Saw. dan menyatakan keislamannya.
Setelah Abu Sufyan memeluk Islam, ia diberi kehormatan oleh Rasulullah Saw. dengan
menyatakan ” barang siapa di antara kaum Quraisy yang memasuki rumah Abu Sufyan akan
aman, barang siapa yang masuk Masjidil Haram akan aman, dan barang siapa yang akan
menutup pintunya akan aman pula”. Allah Swt. telah memberikan kemenangan kepada kaum
muslimin. Lalu Rasulullah Saw. menuju Ka’bah untuk melakukan thawaf dan shalat dua rakaat
di dalamnya. Setelah itu, beliau menghancurkan berhala- berhala yang ada di dalam Ka’bah dan
sekitarnya.
Rasulullah Saw berdiri di pintu Ka’bah sedangkan kaum Quraisy berbaris di masjid
Haram menantikan apa yang akan dilakukan Rasulullah. Rasulullah berkata kepada kaum
Quraisy: “Wahai kaum Quraisy, apakah yang akan aku lakukan terhadap kalian?” Mereka
menjawab: “Kebaikan (engkau) saudara yang baik dan anak dari saudara yang baik pula”
Rasulullah berkata: “Pergilah!, kalian telah bebas”. Rasulullah telah memberikan teladan yang
agung dalam memaafkan musuh-musuhnya yang telah menyiksa, menyakiti, membunuh para
sahabatnya, dan mengusir dari kampung halamannya.
Setelah penaklukan kota Mekkah, tepatnya tahun 9 dan 10 H (630-632 M) banyak suku-
suku dari berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan
ketundukan mereka. Masuknya orang-orang Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai
pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun ini disebut dengan
tahun perutusan.Persatuan bangsa Arab telah terwujud, peperangan antar suku yang berlangsung
sebelumnya teah berubah menjadi persaudaraan seagama.

D. Berakhirnya masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW


Pada tahun kesepuluh hijriyah, Rasulullah melaksanakan haji dan itulah satu-satunya haji
yang dilakukan beliau bersama seratus ribu orang, dan setelah itu beliau kembali ke Madinah.
Setelah kembali ke Madinah, Nabi Muhammad SAW mengatur organisasi masyaraat kabilah
yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai daerah
dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat.
Dua bulan setelah itu, Nabi mengalami demam, dan pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal 11
H/8 juni 623 M, Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau
nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslim sendiri untuk menentukannya.
Namun dengan semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Abu
Bakar disebut dengan Khalifah Rasulullah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan
selanjutnya disebut Khalifah saja.
BAB III
KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang bisa dirangkum dari bahasan tersebur, sebagai berikut:
1. Negara Islam pertama yang bisa dijadikan acuan untuk kita saat ini adalah Madinah Al
Munawwarah, yang dipimpin dan dikelola oleh Nabi Muhammad SAW dengan
bijaksana dan aturan yang mengayomi seluruh masyarakatnya.
2. Politik dalam berdakwah yang dicontohkan Nabi tentu sangat penting menjadi iktibar
bagi para penguasa zaman ini, Nabi Muhammad memimpin negara dengan menyatukan
suku bangsa yang berbeda dan keyakinan serta tradisi yang berbeda.
3. Peperangan yang terjadi di masa Rasul bukanlah pertumpahan darah dalam rangka
memperebutkan kekuasaan akan tetapi peperangan untuk melindungi hak-hak dan
otonomi wilayah negara Islam.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali,Syed Amir, Api Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978)

Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian Perbandingan Tentang Dasar
Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang Majemuk, Jakarta: UI Press, 1995.

Nasution, Harun., Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Cet. IV; Bandung: Mizan, 1996.
Ali, A. Mukti., Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan Cet. IV; Bandung: Mizan,
1998.

Fatmawati, sejarah peradaban islam,(Batusangkar: STAIN btsk Press,


2010), hal.21 Istianah Abu Bakar,sejarah peradaban islam,(Malang:
UIN-mlg press,2008), hal.10 Msubhanzamzami.wordpress.com

Muhammad Julkaranain La Ode Ismail Ahmad, Jurnal Perjuangan Nabi Muhammad


SAW. Periode Mekkah dan Madinah, Jurnal Diskursus Islam Volume 7 Nomor 1,
April 2019

Ripin,Andrew,Muslims,Their Religius Belifs and Practices, New York-


London:Routledge, 1990

Karen Amastrong, Muhammad A Biography OfThe Prophet, Muhammad Sang Nabi: Sebuah
Biografi Kritis, terj. Syrikil Syah, (Risalah Gusti, 2001)

Siti Maryam, ed.Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik hingga Modern. LESFI.

Taufik Adnan Amal (2005). Rekontruksi Sejarah Al-Quran. Pustaka Alvabet.


Yatim, Badri. Sejarah Peradaba Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996)

Anda mungkin juga menyukai