Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

TENTANG
“TEKNIK ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI DATA”

OLEH

KELOMPOK 9
ERNITA : 212032004
IMAN ASROA. B.S. : 212031006
SYAFNIDAWATI : 212032010
YENNI FITRIA : 212032013

DOSEN PENGAMPU:
Dr. GUSTINA, M.Pd

SEMESTER 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2021
TEKNIK ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI DATA

A. PENDAHULUAN
Penelitian kualitatif merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan
dengan cara sistematis dan tersturktur untuk menemukan atau mengetahui
suatu makna yang terdapat dibalik sebuah peristiwa sosial. Dalam penelitian
kualitatif, fenomena sosial di lapangan di amati dengan pendekatan kualitatif
dengan cara terlibat langsung dalam lapangan penelitian. Hal ini dikarenakan
dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen utama untuk menggali
dan menemukan data penelitian. Berdasarkan hal tersebut, peneliti haruslah
maksimal dalam berbaur hingga melebur bersama subjek dan objek penelitian
agar mendapatkan data penelitian yang sebenar-benarnya.
Setelah data penelitian didapatkan, selanjutnya peneliti melakukan
analisis terhadap data tersebut, analisis ini dilakukan agar data yang
didapatkan menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Setelah di analisis,
data tersebut disajikan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai teknik analisis data dan juga interpretasi data serta
persamaan antara kedua istilah tersebut.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Teknik Analisis Data
Menurut Siyoto (2015:120), analisa data adalah suatu proses yang
dilakukan dalam mengorganisasikan, menguraikan dan mengurutkan data
penelitian kedalam sebuah pola, kategori dan satuan uraian dasar untuk
menemukan suatu tema yang hipotesis kerjanya dapat dirumuskan seperti
yang disarankan oleh data.
Sedangkan pendapat Nurdin (2019:203) menyatakan bahwa
analisis data adalah suatu proses pengolahan data menjadi suatu informasi
yang baru agar karakteristik dari data tersebut menjadi lebih mudah untuk
dimengerti dan berguna sebagai solusi suatu permasalahan, khususnya
yang berhubungan dengan penelitian.

2
Suliswiyadi (2019:124) juga menjelaskan bahwa proses analisis
data adalah proses yang berhubungan dengan penghimpunan dan
pengumpulan, pemodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk
menyoroti dan memperoleh informasi yang bermanfaat dari data tersebut,
memberikan saran, kesimpulan dan dukungan dalam membuat suatu
keputusan.
Menyintesa beberapa pendapat para ahli di atas, analisis data
penelitian diartikan sebagai suatu proses yang bersangkutan dengan hal
pengidentifikasian, pengumpulan, pemrosesan, penguraian, pengolahan,
pengelompokan, serta proses transformasi data untuk menarik sebuah
kesimpulan penelitian agar data tersebut lebih mudah untuk dimengerti
dan dipahami secara rasional. Analisis data juga dapat menghasilkan suatu
kesimpulan yang dapat memberikan saran terhadap fenomena yang
diamati serta dukungan untuk pengambilan suatu keputusan.
Pekerjaan analisis data dalam hal ini sangat berkaitan dengan
proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan
mengkategorikan data tersebut. Pengorganisasian dan pengelolaan data
bertujuan untuk menemukan suatu tema dan hipotesis kerja yang akhirnya
diangkat menjadi teori substantif.

2. Pengkodean dalam Proses Analisis Data


a. Kode dalam analisis data
Menurut Sholahuddin (2021:128-129), pengkodean di dalam
proses analisis data merupakan salah satu cara untuk memudahkan
peneliti dalam proses pemilahan dan penyusunan data yang telah
terkumpul, serta menemukan data sesuai kebutuhan.
Sholahuddin juga menjelaskan bahwa ada dua jenis kode yang
dikenal di dalam penelitian ilmu sosial.
1) Kode deskriptif. Kode ini berhubungan dengan penyebutan data
yang dipergunakan secara operasional di lapangan. Misalnya kode
“pendidikan dasar” dibuat untuk menyusun data yang masuk

3
kategori yang berhubungan dengan unit atau bagian “pendidikan
dasar”. Begitu pula dengan kode lain, yang dari sebutannya sudah
bisa menjelaskan data apa yang dimaksud.
2) Kode inferens. Kode jenis ini lebih rumit, dan biasanya hanya
peneliti yang lebih paham makna dari kode yang dibuatnya. Hal
ini bisa berupa akronim atau singkatan, atau istilah-istilah tertentu
yang sengaja dibuat oleh peneliti, berdasarkan catatan, dan data-
data yang diperoleh dari lapangan. Misalnya kode “wajar” untuk
kategori data yang berkaitan dengan wajib belajar sembilan tahun
yang ada di dinas pendidikan.
Tingkat kreatifitas seorang peneliti sangat dituntut dalam
pengkodean agar semakin mudah dimengerti dan dipahami serta
memudahkan menyusun dan membuat kategori terhadap data yang
dikumpulkan. Peneliti untuk kategori ilmu fisika, kimia dan lain-lain
tentu saja membutuhkan kode lebih detil daripada peneliti ilmu sosial.
b. Teknik memberi kode
Menurut Sholahuddin (2021:130), ada dua teknik pengkodean
yang biasa dilakukan oleh para peneliti terhadap data penelitian, yaitu:
1) Pertama, kode disiapkan sebelum data diperoleh di lapangan. Hal
ini dilakukan bila peneliti telah mengetahui secara jelas fokus
penelitian, dan peneliti merasa yakin bahwa fokus penelitiannya
tidak akan berubah. Setiap kode dibuat berdasarkan indikator yang
telah disusun oleh peneliti. Setiap peneliti mendapat data yang
sesuai dengan indikator yang dibuat, data tersebut dikumpulkan di
dalam kode yang telah dibuat. Begitu seterusnya.
2) Kedua, kode dibuat setelah peneliti terjun ke lapangan dan
mendapatkan data. Peneliti tidak menyiapkan kode khusus
sebelum ke lapangan untuk mengumpulkan data. Hal ini
memungkinkan terjadi jika peneliti belum menemukan informan
kunci di dalam penelitian yang dilakukan. Dalam kondisi seperti
ini, peneliti tidak mengetahui secara pasti data yang akan

4
diperoleh, sehingga tidak bisa membuat kode sebelum ke
lapangan.

3. Langkah-langkah Umum dalam Analisis Data


Dalam melakukan sebuah analisis data, ada beberapa langkah
yang dapat ditempuh. Suliwiyadi (2019:136-138) memaparkan beberapa
langkah umum yang dapat dilakukan dalam menganalisis data penelitian
kualitatif sebagai berikut.
a. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul pada tahap pengumpulan data,
perlu diolah terlebih dahulu. Pengolahan data tersebut bertujuan untuk
lebih menyederhanakan data yang diperoleh dan kemudian
menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi kemudian
dianalisis. Tahapan dalam pengolahan data adalah:
1) Penyuntingan (Editing)
Kegiatannya adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan
yang dikembalikan responden. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
a) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaaan yang
diajukan.
b) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.
c) Konsistensi jawaban responden.
d) Dilarang memodifikasi jawaban responden.
2) Pengkodean (Coding)
Setelah diakukan penyuntingan data, kegiatan berikutnya
adalah pengkodean. Pengkodean dilakukan dengan cara
memberikan simbol/tanda berupa angka terhadap jawaban
responden yang diterima. Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan jawaban dari responden. Misalnya: 1 untuk
jawaban ya/setuju dan kode 0 untuk tidak setuju, atau ditambah
kode 99 untuk jawaban yang kosong (responden tidak menjawab).

5
Seluruh kode yang telah ditentukan ditulis dalam buku kode. Buku
kode ini selain diperlukan dalam pengkodean, juga digunakan
sebagai pedoman untuk analisis data dan penulisan laporan.
3) Tabulasi (Tabulating)
Kegiatan dalam tahap tabulasi adalah menyusun dan
menghitung data hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan
dalam bentuk tabel. Cara tabulasi ada dua macam:
a) Tabulasi manual, yaitu semua kegiatan dari perhitungan
sampai penyajian tabel, dilakukan secara manual.
b) Tabulasi mekanik, yaitu pelaksanaan tabulasi dengan bantuan
peralatan tertentu, seperti komputer. Semua kegiatan dilakukan
dengan bantuan alat yang telah dipilih.
b. Penganalisisan Data
Setelah pengolahan data selesai, proses selanjutnya adalah
analisis data. Tujuan dari analisis data ini adalah untuk
menyederhanakan dan memudahkan data untuk ditafsirkan.
c. Penafsiran Hasil Analisis
Setelah data selesai dianalisis, kagiatan yang harus dilakukan
adalah menafsirkan hasil analisis tersebut. Penafsiran hasil analisis ini
bertujuan untuk menarik kesimpulan penelitian yang telah
dilaksanakan.
Dalam penafsiran, peneliti juga harus memeriksa kembali
langkah-langkah yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Langkah
ini berguna untuk melihat kesahihan/ validitas hasil penafsiran.
Apabila semua langkahnya telah tepat, maka hasil penelitian dapat
digunakan untuk pemecahan masalah praktis dalam penelitian
tersebut. Jika terjadi sebaliknya, maka hasil penelitian tidak dapat
dijamin kesahihannya.

6
4. Teknik Analisis Data
Creswell (dalam Kusumastuti, 2019:128-132) memunculkan
sebuah teori mengenai teknik analisis data yang dinamakan dengan
analisis data spiral. Teknik ini hanya dapat digunakan untuk sebagian
besar metode kualitatif. Ada beberapa langkah untuk teknik analisis data
spiral sebagai berikut:
a. Mengorganisasi data ke dalam beberapa bentuk. Misalnya basis data,
kalimat atau kata-kata individual.
b. Membaca dengan teliti keseluruhan data beberapa kali untuk
mendapatkan gambaran lengkap atau gambaran umum dari apa yang
dikandungnya secara keseluruhan. Selama proses tersebut, seorang
peneliti harus menuliskan ringkasan poin-poin penting yang dapat
menyarankan kategori atau interpretasi yang memungkinkan.
c. Identifikasi tema dan mengklasifikasikan mereka. Hal ini akan
membantu peneliti untuk melihat pola atau makna data yang
diperoleh.
d. Mengintegrasikan dan meringkas data untuk audiens. Langkah ini
dapat mencakup hipotesis yang menyatakan hubungan di antara
kategori-kategori yang ditentukan oleh peneliti. Ringkasan data dapat
diwakili oleh tabel, gambar atau diagram matriks.
Berikut skema analisis data yang dirumuskan oleh Creswell.

7
Lain halnya dengan Sutikno (2020:137-138) yang menyatakan
bahwa analisis data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan sebelum
turun ke lapangan atau selama berada di lapangan.
a. Analisis data sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif selalu dimulai dengan melakukan
identifikasi masalah yang dilakukan melalui observasi awal dan studi
literatur. Setelah kedua langkah tersebut dilakukan, peneliti
melakukan analisis terhadap data observasi awal dan studi literatur
yang telah diperoleh, yang dimanfaatkan sebagai dasar dalam
menentukan fokus penelitian. Namun, fokus penelitian yang
dihasilkan masih bersifat tentatif dan dapat berubah-ubah tergantung
perkembangan masalah di lapangan. Data awal inilah yang dinalisis
menjadi gambaran awal mengenai data dan informasi yang hendak
dikumpulkan dari para informan.
b. Analisis data Selama di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif hampir semuanya
dimulai pada waktu pengumpulan data. Jika analisis data dimulai
hanya setelah data terkumpul, peneliti akan kehilangan banyak
kesempatan berharga yang dapat diambil sekaligus. Namun jika
analisis data juga dilakukan sebelum turun ke lapangan, hal tersebut
dapat menjadi salah satu upaya strategis untuk meminimalisir waktu,
tenaga dan biaya penelitian.
Namun perlu diperhatikan bahwa hal tersebut tidak dilakukan
sambil melakukan sesi wawancara, melakukan observasi dan
dokumentasi. Namun dilakukan setelah suatu sesi wawancara,
observasi ataupun dokementasi selesai dalam periode tertentu.
Contohnya peneliti melakukan sesi wawancara atau observasi ke-1,
setelah selesai baru ia boleh menganalisis. Kemudian melakukan sesi
wawancara/observasi ke-2, setelah wawancara ke-2 berakhir, ia boleh
melakukan analisis, demikian seterusnya. Sebab tidak mungkin
peneliti sambil mendengarkan atau mencatat hasil wawancara

8
melakukan analisis. Cara tersebut dapat mencederai kesempurnaan
proses wawancara, observasi dan dokumentasi.
Mustari (2012:69-74) juga ikut menyampaikan teorinya mengenai
teknik analisis data. Menurutnya, teknik analisis data dapat dibedakan
menjadi 5 bentuk teknik analisis data. Berikut dijelaskan secara rinci
mengenai teknik analisis data tersebut.
a. Induksi Analitik
Mengenai teknik analisis data secara analitik, Hammersley dan
Atkinson mencoba mendeskripsikannya ke dalam beberapa poin
penting berikut.
1) Definisi permulaan tentang fenomena yang dijelaskan harus
diformulasikan terlebih dahulu.
2) Sebagian kasus dari fenomena ini adalah gambaran potensial
eksplanatori yang diinvestigasi dan didokumentasikan.
3) Penjelasan hipotesis itu dikerangkakan atas dasar analisis data,
yang didesain untuk mengidentifikasi faktor-faktor umum yang
menyeberangi kasus.
4) Kasus-kasus selanjutnya diinvestigasi untuk menguji hipotesis.
5) Jika hipotesis itu tidak sesuai dengan fakta-fakta dari kasus-kasus
baru ini, bisa saja hipotesis itu dirumuskan kembali atau fenomena
yang dijelaskan itu didefinisikan kembali (sehingga kasus-kasus
negatif disingkirkan).
6) Prosedur pengujian kasus ini mendefinisikan kembali fenomena
akan terus dilanjutkan sehingga kasus-kasus baru secara
berkelanjutan mengkonfirmasikan kesahan (validitas) atas
hipotesis, yang pada titik itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis
itu benar (walaupun tidak absolut).
b. Model Interaktif
Model analisis data secara interaktif mendeskripsikan analisis
yang diarahkan pada penjajakan antar hubungan yang sah dan stabil di
antara fenomena sosial, yang berdasarkan pada keteraturan dan

9
keberurutan yang menghubungkan antar fenomena. Model ini terdiri
dari 4 komponen utama, yaitu:
1) Pengumpulan/ koleksi data
2) Penyederhanaan data
3) Pemaparan data
4) Penarikan kesimpulan dan pengujian data yang dilakukan secara
simultan dalam waktu yang bersamaan.
Kebaikan analisis ini ialah untuk menjaga dan menentukan
arah perhatian penelitian, mengembangkan pertanyaan yang bersifat
analitis dan hipotetis bersamaan dengan pengumpulan data.
c. Analisis Grounded Theory
Teknik analisis data Grounded Theory memanglah tidak
terlalu mudah untuk dilakukan oleh peneliti pemula. Sebab, teknik
analisis data ini memiliki model analisis data yang bersifat
berkelanjutan dan berkesinambungan, selama data di lapangan masih
tetap dikumpulkan. Ada beberapa cara pengkodean data yang
dilakukan dalam teknik analisis Grounded Theory, yaitu:
1) Koding Terbuka (open coding). Proses open coding merupakan
bagian dari analisis data, di mana peneliti melakukan identifikasi,
penamaan, kategorisasi, dan penguraian gejalan yang ditemukan
dalam teks hasil dari wawancara, observasi, dan catatan harian
peneliti itu sendiri.
2) Koding Poros (axial coding). Pada tahap axial coding ini peneliti
menghubungkan berbagai kategori penelitian dalam bentuk
susunan properti yang dilakukan dengan menghubungkan kode-
kode, dan merupakan kombinasi cara berpikir induktif dan
deduktif.
3) Koding Selektif (selective coding). Dalam selective coding,
peneliti memilih kategorisasi inti, dan menghubungkan dengan
kategori-kategori lain pada kategori inti. Selama proses koding ini,
diadakan aktivitas penulisan memo teoretis. Memo bukan sekedar

10
gagasan kaku, namun terus berubah dan berkembang atau direvisi
sepanjang proses penelitian berlangsung.
d. Analisis Wacana
Analisis wacana (discourse analysis) merupakan salah satu
cara mempelajari pesan yang ada pada data penelitian baik yang
tersurat maupun yang tersirat. Dengan demikian, titik perhatian bukan
hanya pada pesan (message) tetapi juga makna. Yaitu dapat berupa
muatan, nuansa, dan konstruksi makna yang laten. Begitu pula,
analisis wacana tidak hanya mempertimbangakan “apa” (what) yang
dikatakan seseorang, tetapi “bagaimana” (how) seseorang
menyatakannya. Analisis ini memandang teks sebagai suatu kesatuan
isi. Misalnya, mempelankan suara ketika bercerita menandakan
adanya suatu rahasia atau kurang enaknya permasalahan tertentu
dibicarakan.
Setidaknya, ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam
analisis wacana:
1) Positivis empiris. Bahasa dilihat sebagai jembatan manusia dengan
objek di luar dirinya. Salah satu ciri pemikiran ini adalah
pemisahan antara pemikiran dan realitas. Orang tidak perlu
mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari
pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu
dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik.
2) Konstruktivis. Pandangan ini terpengaruh oleh pemikiran
fenomenologis. Aliran ini menolak pandangan empirisme positivis
yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Konstruktivis melihat
bahasa tidak lagi hanya sebagai alat untuk memahami realitas
objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap
subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta
hubungan-hubungan sosialnya.

11
3) Kritis. Lebih tertuju pada proses produksi dan reproduksi makna
yang terjadi secara historis maupun institusional. Pandangan kritis
selalu melihat bahwa bahasa selalu terlibat dalam hubungan
kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai
tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat.

5. Model Analisis Data Miles & Huberman


Sidiq (2020:76-78) memaparkan mengenai model analisis data
Miles & Huberman dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Kualitatif di Bidang Pendidikan. Menurut Miles & Huberman, pada
dasarnya model analisis data didasarkan pada pandangan yang positivism
yang dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah
“satu atau lebih dari satu situs:. Jadi seorang analitis sewaktu hendak
mengadakan analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah
pengumpulan data yang telah dilakukannya satu situs, dua situs atau lebih
dari dua situs. Atas dasar pemahaman tentang adanya situs penelitian itu
kemudian diadakan pemetaan atau deskripsi tentang data itu ke dalam apa
yang dinamakan matriks.
Dengan pemanfaatan matriks yang dipetakan maka peneliti mulai
mengadakan analisis perbandingan, pengurutan penelaahan hubungan
kausalitas sekaligus. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti
sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila
jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis dirasa kurang memuaskan,
maka peneliti akan mengajukan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu,
sampai memperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sampai jenuh.
Hardani dkk (2020:174) memaparkan tahapan analisis data yang
terdapat dalam model analisis data Miles & Huberman sebagai berikut.

12
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data dalam penelitian kualitatif umumnya berupa narasi
deskriptif kualitatif, kalaupun ada data dokumen yang bersifat
kuantitatif juga besifat deskriptif. Tidak ada analisis data secara
statistik dalam penelitian kualitatif. Analisisnya bersifat naratif
kualitatif, mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan
informasi.
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
penyeleksian pemfokusan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data yang muncul dari pengumpulan data di lapangan.
Tujuan dari reduksi data adalah untuk menyederhanakan dan
mengorganisasi data agar dapat ditarik kesimpulannya.
Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama
pengumpulan data berlangsung. Sebenarnya reduksi data sudah
tampak pada saat peneliti memutuskan kerangka konseptual, wilayah
penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan penelitian dengan
metode pengumpulan data yang dipilih. Pada saat pengumpulan data
berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya membuat
ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, dan
membuat catatan kaki. Pada intinya reduksi data terjadi sampai
penulisan laporan akhir penelitian.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh
tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif
adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan
penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak
dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan
perhatian peneliti dalam melakukkan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan, keleluasan dan wawasan yang luas. Bagi
peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat
mendiskusikannya dengan orang yang dipandang ahli. Melalui diskusi

13
itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga ia dapat mereduksi
data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang
signifikan.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data yang dimaksud oleh Miles & Huberman adalah
penyajian sekumpulan informasi yang telah tersusun dan memberikan
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan langkah kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Namun,
dalam prakteknya tidak semudah apa yang didapat di lapangan karena
fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis, sehingga apa yang
ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung
agak lama dilapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu
maka peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan itu akan
berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata
hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat
dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan
berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah
teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang
ditemukan dilapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan
data yang terus menerus.
Ada beberapa model penyajian data menurut model analisis
data Miles & Huberman yang dipaparkan sebagai berikut.
1) Model untuk mendeskripsikan data penelitian dalam bentuk
organigram, peta geografis dan lainnya.
2) Model yang dipakai untuk memantau komponen penelitian yang
disebut dengan check list matrix. Karena matrix ini berupa tabel
dua dimensi, maka pada barisnya dapat disajikan komponennya,

14
dan pada kolomnya disajikan kurun waktunya. Isi check list
hanyalah tanda-tanda singkat apakah data sudah terkumpul atau
belum dan semacamnya.
3) Model untuk mendeskripsikan perkembangan antar waktu. Model
ini pada kolomnya disajikan kurun waktunya, sebagaimana model
2 di atas. Bedanya pada model 3 ini isi tiap segmen bukan sekedar
tanda check, tetapi deskripsi verbal dengan satu kata atau pharase.
4) Model keempat ini berupa matrix tata peran, yang
mendeskripsikan pendapat, sikap, kemampuan atau lainnya dari
berbagai pemeran, seperti siswa, guru-kepala sekolah. Misalnya,
barisnya berupa siswa atau guru, pada kolomnya disajikan
metodenya, seperti wawancara, observasi dan lainnya.
5) Model kelima adalah matrix konsep terklaster. Keterhubungan
variabel dapat tampak ketika diberi penjelasan atau diberi kriteria
pengklasteran. Model ini terutama untuk meringkaskan berbagai
hasil penelitian dari berbagai ahli yang pokok perhatiannya
berbeda.
6) Model keenam adalah matrix tentang efek atau pengaruh. Model
ini hanya mengubah fungsi kolom-kolomnya, diganti untuk
mendiskripsikan perubahan sebelum dan sesudah mendapat
penyuluhan, sebelum dan sesudah deregulasi dan semacamnya.
7) Model ketujuh adalah matrix dinamika lokasi. Melalui model ini
diungkap dinamika lokasi untuk berubah. Pada barisnya diisi
tentang komponen atau fungsi, sedangkan pada kolomnya efek
jangka pendek, jangka panjang atau barisnya diisi dengan
hambatan atau kesulitan, sementara kolomnya diisi isu-isunya,
bagaimana dilaksanakan dan bagaimana dipecahkan. Model ini
untuk melihat dinamika sosial suatu lokasi.
8) Model kedelapan adalah menyusun daftar kejadian. Daftar
kejadian dapat disusun kronologis.

15
9) Model sembilan adalah jaringan klausal dari sejumlah kejadian
yang ditelitinya.
c. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Pada proses penarikan kesimpulan, simpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila simpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka simpulan yang dikemukakan merupakan simpulan yang
kredibel.
Simpulan penelitian yang dimaksud adalah intisari dari temuan
penelitian yang menggambarkan keputusan yang diperoleh
berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Simpulan
penelitian yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan
penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan interpretasi
dan pembahasan. Simpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Dalam pembuatan simpulan proses analisis data ini dilanjuti
dengan mencari hubungan antara apa yang dilakukan (what),
bagaimana melakukan (how), mengapa dilakukan seperti itu (why) dan
bagaimana hasilnya (how is the effect). Dalam analisis data, Miles dan
Huberman memperkenalkan dua model, yaitu:
1) Model alir
Yang menjadi perhatian peneliti adalah pengaturan waktu,
penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data dan analisis
data, dan pasca pengumpulan data. Pada model alir ini, peneliti
melakukan ketiga kegiatan analisis secara bersamaan antara

16
reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

2) Model interaktif
Reduksi data dan penyajian data memperhatikan hasil data
yang dikumpulkan, kemudian pada proses penarikan simpulan dan
verifikasi. Lengkapnya lihatlah gambar di bawah ini.

6. Model Analisis Data Spradley


Menurut Hardani, dkk (2020:174-196), Spradley membagi analisis
data dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan dalam penelitian
kualitatif. Tahapan penelitian kualitatif menurut Spradley adalah sebagai
berikut.

17
a. Analisis Domain
Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh
gambaran umum dan menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam
suatu fokus/pokok permasalahan yang tengah diteliti. Hasilnya masih
berupa pengetahuan ditingkat “permukaan” tentang berbagai domain
atau kategori-kategori konseptual. Domain atau kategori simbolis
tersebut memiliki makna yang lebih luas dari kategori/simbol yang
dirangkumnya. Misalnya pada perguruan tinggi yang menjadi domain
atau kategori simbolisnya berupa universitas, institut, sekolah tinggi,
dan akademi Dalam contoh ini kita menemukan/memahami adanya
domain ”jenis perguruan tinggi”.
Dalam melakukan analisis domain, Spradley menyarankan
penelusuran hubungan semantik yang bersifat universal (universal
semantic relationship). Setidaknya ada 9 tipe hubungan semantik yang
dapat digunakan untuk menelusuri domain yang seperti berikut ini.
No Hubungan Semantik Bentuk Contoh
Guru (adalah suatu jenis)
1 Jenis (strictinclution) X adalah jenis Y
tenaga kependidikan
X adalah tempat Y Ruang/kelas (adalah tempat di)
sekolah. Tempat upacara
2 Ruang (spatial)
X adalah bagian bendera (adalah bagian dari)
dari Y halaman sekolah.
X adalah kibat/hasil Masih menganggur (adalah
dari Y akibat dari) belum mendapat
Sebab-akibat (cause
3 lowongan pekerjaan.
effect)
X adalah sebab dari Kemiskinan ekonomi (adalah
Y sebab dari) putus sekolah.
X merupakan Memilih pekerjaan guru
Rasional atau alas an
4 alasan melakukan (adalah karena alasan supaya
(rationale)
Y lebih otonom/mandiri)
Ruang BP di sekolah
Lokasi untuk melakukan X merupakan
(merupakan tempat untuk)
5 sesuatu (location for tempat melakukan
konsultasi masalah pribadi
action) Y
murid.
Mengacungkan tangan
X merupakan cara
Cara ke tujuan (means- (merupakan cara untuk)
6 untuk melakukan
end) menawarkan diri guna
atau mencapai Y
menjawab pertanyaan guru.
X digunakan untuk Pengadaan petugas konseling
7 Fungsi (function)
Y sekolah (adalah dipekerjakan

18
untuk) menangani kasus siswa
yang bermasalah.
X merupakan Konsultasi pada pembimbing
8 Urutan (sequence) urutan/tahap dalam (merupakan tahap dalam)
Y penulisan skripsi mahasiswa.
Berfikir rasional dan objektif
Atribut atau X merupakan suatu
(merupakan suatu atribut dan
9 karakteristik atribut/karakteristik
karakteristik dari) kelompok
(attribution) dari Y
cendekiawan.
Untuk memudahkan dalam melakukan analisis domain
terhadap data yang telah terkumpul dari observasi, pengamatan, dan
dokumentasi, maka sebaiknya digunakan lembaran kerja analisis
domain (domain analysis worksheet). Berikut contoh lembaran
analisis domain dalam bidang pendidikan (Sugiyono, 2005).
Hubungan Domain (Cover
No Rincian Domain (Included Term)
Semantik Term)
- Pendidikan
Adalah jenis Tugas perguruan
1 - Penelitian
dari tinggi
- Pengabdian Masyarakat
- Ruang kantor
Jenis ruang yang ada
- Ruang kelas teori
2 Adalah tempat pada institusi
- Ruang bengkel
pendidikan teknik
- Ruang laboratorium
- Mahasiswa mengeluh
Adalah sebab Kepemimpinan yang
3 - Para dosen melakukan protes
dari otoriter
- Mahasiswa demonstrasi
- Dosen memiliki sertifikat
Universitas
kompetensi
Melaksanakan
4 - Alat-alat pembelajaran lengkap Rasional/ alasan
kurikulum berbasis
- Sistem evaluasi belajar
kompetensi (KBK)
diperbaiki
- Di kelas
Lokasi Tempat belajar
- Di industri
5 melakukan mahasiswa fakultas
- Ruang laboratorium
pekerjaan teknik
- Ruang bengkel
- Mengikuti kursus
Mencapai prestasi
6 - Belajar tekun Adalah cara
belajar
- Jarang bolos kuliah
- Computer
Digunakan Mengerjakan tugas-
7 - Printer
untuk tugas kuliah
- Flashdisk
- Membayar SPP
- Perwalian Merupakan Administrasi
8
- Melaksanakan kuliah urutan dalam perkuliahan
- Ujian akhir
- Sarjana pendidikan Atribut/gelar dari
9 Adalah atribut
- Sarjana teknik lulusan Perguruan

19
- Sarjana sosial Tinggi jenjang S1
- Sarjana hukum
Melalui lembaran kerja, semua included term (rincian domain
yang sejenis dikelompokkan) selanjutnya dimasukkan ke dalam tipe
hubungan semantik yang sama (sembilan hubungan), dan setelah itu
dapat ditentukan masuk ke dalam domain apa. Berdasarkan lembaran
analisis domain tersebut, maka telah ditemukan sembilan domain yang
terkait dengan perguruan tinggi, yaitu: tugas perguruan tinggi,
bermacam-macam ruang di perguruan tinggi teknik, kepemimpinan,
kurikulum berbasis kompetensi, alat yang digunakan mahasiswa untuk
mengerjakan tugas kuliah, administrasi perkuliahan, dan gelar lulusan
S1.
b. Analisis Taksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain, selanjutnya
langkah yang dilakukan adalah menetapkan domain yang dipilih
sebagai fokus penelitian, tetapi perlu diperdalam lagi melalui kegiatan
pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data dilakukan secara
terus menerus melalui pengamatan, wawancara mendalam dan
dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi banyak. Oleh
karena itu pada tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut dengan
analisis taksonomi. Analisis taksonomi adalah analisis terhadap
keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah
ditetapkan. Dengan demikian domain yang telah ditetapkan menjadi
cover term yang oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan
mendalam melalui analisis taksonomi ini.
Pada analisis taksonomi, peneliti tidak hanya berhenti untuk
mengetahui sejumlah kategori yang tercakup pada domain (included
terms), tetapi juga melacak kemungkinan sub-sub set yang mungkin
tercakup pada masing-masing kategori/simbol di included terms. Hasil
analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak (box
diagram), garis-garis dan simpul-simpul (lines and nodes), atau dalam
bentuk out line. Contoh tipe/ bentuknya seperti berikut ini.

20
Cover Term
A B C D
1 2 3 1 2 3
a b
Diagram Kotak (Box Diagram)

Out Line

Garis-garis dan Simpul-simpul (Lines and Nodes)


Diagram taksonomi tentu saja akan sebanyak domain yang
ditelaah secara rinci dan mendalam struktur internalnya. Diagram-
diagram dimaksud dapat menjadi bahan yang sangat berguna dalam
mendeskripsikan hasil penelitian secara naratif. Dalam hubungan ini
semakin banyak jumlah domain yang dipilih sebagai fokus penelitian,
tentunya akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk

21
menyelesaikan pengumpulan dan analisis data di lapangan. Sebab,
analisis taksonomi hingga ketingkat melahirkan diagram seyogyanya
diselesaikan dilapangan (diagram taksonomi barulah bisa dinyatakan
telah final bila telah diperiksakan atau diverifikasi kesesuaiannya ke
informan/sumber data penelitian).
Sebagai contoh kalau domain yang menjadi fokus penelitian
adalah jenjang pendidikan formal, maka melalui analisis taksonomi
untuk pendidikan dasar akan terdiri atas SD/MI) dan SMP/MTs,
selanjutnya untuk jenjang menengah terdiri atas SMA/MA dan
SMK/MAK. Selanjutnya pendidikan tinggi terdiri atas, Politeknik,
Akademi, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas. Hasil analisis
domain (jenjang pendidikan) dan taksonomi (SD s/d Universitas)
dapat diuraikan pada gambar berikut.

Hasil analisis domain (jenjang pendidikan) dan taksonomi (SD/MI s/d


Universitas)

22
c. Analisis Komponensial
Dalam analisis taksonomi, yang diurai adalah domain yang
telah ditetapkan menjadi fokus. Melalui analisis taksonomi, setiap
domain dicari elemen yang serupa atau serumpun. Ini diperoleh
melalui observasi dan wawancara serta dokumentasi yang terfokus.
Pada analisis komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan
dalam domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang
memiliki keberadaan atau yang kontras. Data ini dicari melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi yang terseleksi. Dengan
teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut, sejumlah
dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat
ditemukan. Sebagai contoh, dalam analisis taksonomi telah ditemukan
berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan jenjang dan jenis
pendidikan tersebut, selanjutnya dicari elemen yang spesifik dan
kontras pada tujuan sekolah, kurikulum, peserta didik, tenaga
kependidikan, dan sistem manajemennya.
Ada 8 langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis
komponensial, yaitu:
1) Memilih domain yang akan dianalisa
2) Mengidetifikasikan seluruh kontras yang telah ditemukan
3) Menyiapkan lembar paradigma
4) Mengidentifikasikan dimensi kontras yang memiliki dua nilai
5) Menggabungkan dimensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu
6) Menyiapkan pertanyaan kontras untuk cirri yang tidak ada
7) Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data
8) Menyiapkan paradigma lengkap
d. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes)
Analisis tema kultural atau discovering cultural themes,
sesungguhnya merupakan upaya mencari benang yang
mengintegrasikan antar lintas domain yang ada dari hasil analisis
domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial. Dengan

23
ditemukan benang merah dari hasil analisis domain, taksonomi, dan
komponensial tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu
konstruksi situasi sosial yang sebelumnya masih gelap atau remang-
remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi lebih terang
dan jelas.
Tujuh cara untuk menemukan tema kultural dari suatu situasi
sosial yaitu:
1) Meleburkan diri dengan lingkugan penelitian
2) Melakukan analisis komponen terhadap istilah-istilah yang
menjadi acuan
3) Perspektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam
pemandangan budaya
4) Menguji dimensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis
5) Mengidentifikasi domain terorganisir
6) Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domain
7) Mencari tema universal, dipilih satu diantara keenam topik
berikut: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial,
hubungan sosial pribadi, memperoleh status dan memecahkan
masalah.
Sebagai contoh, seorang peneliti arkeologi, menemukan batu-
batu fondasi, tiang-tiang, pintu, kerangka atap, genting dan akhirnya
dapat dikonstruksikan menjadi rumah jenis tertentu, sehingga rumah
tersebut dapat diberi nama. Jadi inti dari analisis tema kultural itu
adalah bagaimana peneliti mampu mengkonstruksi situasi sosial
menjadi suatu data yang dapat dipahami dan dimaknai tanpa
menimbulkan kerancuan.

7. Model Analisis Data Earl Babbie


Selanjutnya Sholahuddin (2021:137-138) juga mengemukakan
mengenai model analisis data Earl Babbie. Menurutnya, analisis data
kualitatif yang dikemukakan oleh Babbie tidaklah sama persis dengan apa

24
yang dilakukan oleh Miles & Huberman. Babbie melakukannya secara
lebih rinci, sebagai berikut:
a. Analisis data lapangan dilakukan secara jalin-menjalin dengan proses
pengamatan.
b. Berusaha menemukan persamaan dan perbedaan yang berkenaan
dengan fenomena yang diamati yaitu menemukan pola-pola perilaku
atau norma-norma sosial yang berlaku pada masyarakat yang diteliti
dan menemukan penyimpangan terhadap pola perilaku atau norma
sosial tersebut.
c. Membentuk taksonomi perilaku berkenaan dengan fenomena sosial
yang diamati.
d. Menyusun secara tentatif proposisi teoritis berkenaan dengan
hubungan antara kategori yang dikembangkan atau dihasilkan dari
penyusunan taksonomi tersebut.
e. Melaksanakan pengamatan lebih lanjut terhadap perilaku yang
berkaitan dengan proposisi tentatif.
f. Mengevaluasi proposisi-proposisi tentatif untuk menghasilkan
kesimpulan.
g. Untuk mencegah kesimpulan yang subyektif:
1) Melengkapi pengamatan terhadap fenomena dengan data sekunder
2) Mengembangkan intersubyektivitas melalui diskusi dengan pihak
yang relevan (orang lain)
3) Menjaga kepekaan sosial dan kesadaran sebagai peneliti.

8. Model Analisis Data Bryman & Burgess


Sholahuddin (2021: 138-139) juga menjelaskan model lainnya,
yaitu model analisis Bryman & Burgess yang membuat analisis data
kualitatif dimulai dengan mendefinisikan konsep-konsep dan memahami
struktur yang ada, dan seterusnya. Detailnya dijabarkan sebagai berikut.
a. Mendefinisikan konsep-konsep serta memahami struktur internal
b. Memetakan situasi latar alamiah dan fenomena dinamis

25
c. Menciptakan tipologi serta mengkategorikan sikap, perilaku, dan
motivasi yang berbeda
d. Menemukan kesamaan antara pengalaman dan sikap, sikap dan
perilaku, lingkungan dan motivasi, dan lain-lain
e. Mencari penjelasan secara implisit maupun eksplisit
f. Mengembangkan ide-ide, teori atau strategi baru
Lima kunci tahapan pada analisis data kualitatif meliputi:
a. Familiarisasi antara peneliti dengan obyek penelitian
b. Pengidentifikasian kerangka kerja yang tematik
c. Penyusunan indeks
d. Pemetaan situasi
e. Pemetaan dan interpretasi (ini bisa menjadi tahapan dimana kunci
tujuan analisa kualitatif diarahkan)

9. Model Analisis Data Strauss Corbin


Model lainnya yang dipaparkan oleh Sholahuddin (2021:139)
adalah model analisis data Strauss dan Corbin yang membuat analisis data
yang lebih sering dikenal dengan sebutan Coding Procedur (prosedur
koding). Adapun Coding Procedur (prosedur koding) menurut Strauss
dan Corbin adalah sebagai berikut.
a. Open Coding
Proses pengamatan di lapangan yang merinci, memeriksa,
membandingkan, mengkonseptualisasi, dan mengkategorikan data
berdasarkan properti dan dimensinya yang relevan dengan topik
penelitian.
b. Axial Coding
Seperangkat prosedur yang menggunakan data yang ada
dengan menggunakan “model paradigma grounded theory” yang
dikembangkan sewaktu penelitian berlangsung. Model paradigma
tersebut dengan alur pemikiran sebagai berikut:
(A) kondisi-kondisi kausal

26
(B) Fenomena
(C) Konteks
(D) Kondisi-kondisi intervening
(E) Strategi-strategi aksi-interaksi (pelaku yang diamati)
(F) Konsekuensi.
c. Selective Coding
Setelah memeriksa data, maka langkah selanjutnya adalah
proses memeriksa adanya inti kategori (core category) yang secara
sistematis berkaitan dengan kategori-kategori lainnya.

10. Model Analisis Data Lincoln & Guba


Model selanjutnya yang juga dijabarkan oleh Sholahuddin
(2021:140-142) adalah model analisis data Lincoln & Guba yang
membuat analisis data kualitatif dengan paradigma naturalistik, yaitu data
dari lapangan dikategorisasi melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Interaksi empat unsur penelitian naturalistic
Interaksi empat unsur penelitian naturalistik dimana sampel
purposive ditata dalam interaksi antara keempat unsur penelitian
naturalistik.
1) Menyusun sampel, dari sampel purposive yang sifatnya sementara,
diadakan seleksi yang berkelanjutan sesuai dengan informasi.
2) Analisis data kualitatif, menggunakan modus induktif yang
menganalisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit
dilanjutkan dengan kategorisasi.
3) Grounded theory, pada penelitian paradigma naturalis ini teori
disusun di lapangan sifatnya terbuka dan dapat diperluas.
4) Desain sementara, dalam penelitian naturalis yang akan diubah
dan diperkembangkan sesuai konteksnya.
b. Hasil yang disepakati/ dinegosiasikan
Dalam penelitian ini selalu memperhatikan pada cara berpikir
informan penelitian. Tindakan ini dilakukan dalam rangka

27
memperoleh hasil yang telah disepakati/ dinegosiasikan dengan
informan agar data yang diperoleh dari informan memperoleh
kepastian.
c. Memproses data secara naturalistik
Data dipandang sebagai konstruksi hasil interaksi peneliti
dengan sumber data, sedangkan analisis data merupakan konstruksi
data lapangan yang diolah berdasarkan logika induktif.

Model Analisis Data Lincoln & Guba

28
11. Model Analisis Data Robert K. Yin
Nurdin (2019:212-214) menjelaskan bahwa ada model lain yang
juga dapat dilakukan untuk menganalisis data penelitian kualitatif. Model
yang dimaksud Nurdin dalam bukunya yang berjudul “Metodologi
Penelitian Sosial” adalah model analisis data Robert K. Yin. Berdsarkan
model ini, analisis data penelitian kualitatif dapat dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data perjodohan pola, pembuatan penjelasan
dan deret waktu. Ketiga teknik tersebut akan dibahas sebagai berikut.
a. Teknik Analisis Data Perjodohan Pola
Pola yang dimaksud adalah gagasan/ ide berupa teori atau
konsep yang berkaitan dengan data penelitian. Lebih lanjut Robert
mengatakan bahwa gagasan/ ide tersebut terbagai dua yakni:
1) Gagasan/ ide empiris yang ditemukan di lapangan selama
melakukan penelitian
2) Gagasan/ide yang berdasarkan pada kajian literature. Gagasan/ide
berdasarkan literatur menjadi proposisi atau asumsi peneliti atau
disebut juga variabel.
Perjodohan pola yang dimaksud oleh Robert adalah peneliti
mencocokkan atau membandingkan gagasan/ ide yang ditemukan
dalam penelitian dengan gagasan/ ide yang dimiliki oleh peneliti
berdasarkan kajian literatur atau dengan kata lain membandingkan
proposisi peneliti dengan empiris.
b. Teknik Analisis Pembuatan Penjelasan (Eksplanasi)
Maksudnya adalah suatu cara menjelaskan suatu fenomena,
yaitu mencari hubungan fenomena dengan fenomena yang lain.
Selanjutnya hubungan tersebut diinterpretasikan dengan gagasan/ ide
peneliti yang bersumber dari literatur. Jika diperhatikan dengan
saksama, ada kemiripan teknik analisis eksplanasi dengan penjodohan
pola. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
pembuatan penjelasan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti membuat proposisi awal dari data yang ditemukan

29
2) Membandingkan temuan berikut dengan proposisi awal
3) Memperbaiki proposisi dengan mengacu kepada temuan lain
4) Peneliti memperbaiki lagi proposisi yang telah dirumuskan
5) Peneliti membandingkan proposisi dengan temuan berikut
c. Teknik Analisis Data Deret Waktu
Teknik deret waktu adalah teknik analisis yang menemukan
penahapan proses kejadian fenomena. Asumsinya adalah hal-hal
terjadi dalam suatu urutan penahapan waktu. Salah satu dari teknik
analisis deret waktu adalah analisis kronologis, yaitu analisis urutan
kejadian secara kronologi. Prinsip kronologis adalah ada peristiwa
yang terjadi sebelum peristiwa lain terjadi dan suatu peristiwa diikuti
oleh peristiwa yang lain. Analisis deret waktu ini berguna untuk
menyimpulkan proses dan arah kejadian-kejadian atau perkembangan
suatu fenomena sosial.
Peneliti dapat menggunakan ketiga teknik analisis tersebut pada
penelitian studi kasus. Pertama, peneliti melakukan analisis perjodohan
pola dengan membandingkan pola yang diprediksi dengan pola yang
ditemukan pada kasus-kasus, lalu peneliti melakukan analisis deret waktu
untuk melihat penahapan kejadian pada kasus-kasus, kemudian
melakukan analisis penjelasan kasus. Kesimpulan diambil berdasarkan
analisis dengan ketiga teknik analisis tersebut. Peneliti dapat juga
menggunakan salah satu dari dari teknik analisis tersebut tanpa
mengikutsertakan teknik analisis yang lain.

12. Teknik Interpretasi Data


Nurdin (2019:2015-2019) menjelaskan bahwa ada hal lain yang
berkaitan dengan teknik analisis data dalam penelitian yang menggunakan
metode penelitian kualitatif. Hal yang dimaksud adalah interpretasi data.
Data tidak menyatakan sesuatu kepada peneliti, tapi penelitilah yang
harus menemukan sesuatu yang ingin disampaikan oleh data tersebut.

30
Bagaimanakah interpretasi terhadap penggalan wawancara atau
dokumen dapat dibuat? Kita dapat melakukan interpretasi dengan cara
menelaah hubungan atau kaitan semantik antara kata-kata, frasa-frasa atau
kalimat-kalimat. Hubungan atau kaitan semantik adalah hubungan yang
dinyatakan dengan kata-kata, disebut simbol. Spradley menyatakan ada
sepuluh macam hubungan semantik antara tanda dengan tanda yang dapat
ditemukkan dari penuturan informan. Hal yang dia sampaikan ini
merupakan acuan yang berguna untuk menolong kita menafsirkan
penggalan catatan lapangan atau dokumen. Berikut akan disajikan
kesepuluh macam hubungan semantik oleh Spradley:
a. Hubungan atributif. Makna sesuatu dihubungkan dengan penanda
khas yang menunjukkan identitasnya. Misalnya yang memakai jas
putih dengan celana panjang atau rok tidak warna putih, itu adalah
dokter.
b. Hubungan keterkaitan. Makna suatu kata atau frasa terkait atau
dikaitkan dengan kata atau frasa yang mendahuluinya. Umpamanya,
tanah ulayat tanah milik masyarakat hukum adat. Artinya, hanya
masyarakat hukum adat yang memiliki tanah-tanah ulayat. Dengan
cara interpretasi hubungan keterkaitan, pernyataan kedua dipahami
dengan mengaitkannya dengan pernyataan pertama.
c. Hubungan Fungsi. Makna sesuatu dinyatakan dengan menyatakan
manfaatnya atau dengan menyatakan sesuatu sebagai alat. Misalnya,
rumah sakit tempat untuk melakukan pengobatan. Tempat melakukan
pengobatan adalah arti rumah sakit.
d. Hubungan Operasional. Makna sesuatu dihubungkan atau dinyatakan
dengan perbuatan orang terhadapnya. Contoh, lokasi ini digunakan
oleh orang di sini sebagai tempat berdoa. Artinya, ini tempat keramat.
e. Hubungan Perbandingan. Makna sesuatu dinyatakan dengan
membandingkannya dengan sesuatu yang lain. Ini adalah
penyampaian makna dengan cara analogi.

31
f. Hubungan Percontohan. Makna sesuatu dinyatakan dengan mengutip
suatu kejadian. Contoh, kami seperti air dengan tebing. Artinya,
mereka saling menolong atau solidaritas sosial tinggi.
g. Hubungan Cakupan Kelas. Makna sesuatu dinyatakan dengan
keanggotaannya dalam suatu kelompok. Contohnya adalah pohon
beringin suatu pohon keramat. Artinya, pohon beringin keramat.
h. Hubungan Kesamaan. Makna sesuatu dinyatakan dengan menyatakan
kesamaannya dengan yang lain. Sebagai contoh, tanah adat di
Masyarakat Dayak seperti tanah ulayat dalam Masyarakat
Minangkabau. Artinya, tanah adat adalah tanah ulayat.
i. Hubungan Kesamaan. Makna sesuatu dinyatakan dengan kontras
sesuatu itu dengan yang lain. Contoh, miskin tidak kaya. Artinya,
orang miskin bukan orang kaya.
j. Hubungan Sumber. Makna sesuatu dinyatakan dengan menyebutkan
asal sesuatu itu. Contohnya adalah susu dari sapi. Artinya susu adalah
sesuatu hal yang berasal dari sapi atau binatang.

C. PENUTUP
Teknik analisis data kualitatif merupakan suatu cara untuk
mengorganisasikan, mengkode, mengkategorikan, serta menguraikan dan
memproses data peneltian kualitatif untuk menemukan makna yang terdapat
di dalamnya. Sedangkan interpretasi data kualitatif adalah suatu proses untuk
memahami pesan dan informasi yang ingin disampaikan oleh data yang
ditemukan dalam fenomena sosial. Yang menjadi persamaan dari analisis data
dan interpretasi data adalah sama sama ingin menemukan makna yang
tersurat dan tersirat.

32
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Hardani, dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:


Pustaka Ilmu Group.

Kusumastuti, Adhi & Ahmad Mustamil Khoiron. 2019. Metode Penelitian


Kualitatif. Semarang: Lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo.

Mustari, Mohammad & Taufiq Rahman. 2012. Pengantar Metode Penelitian.


Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Nurdin, Ismail & Sri Hartati. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya:
Media Sahabat Cendikia.

Sholahuddin, Agus. 2021. Metode Penelitian Sosial: Perspektif Kuantitatif-


Kualitatif. Malang: Literindo Berkah Karya.

Sidiq, Umar & Miftachul Choiri. 2019. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan. Ponorogo: Nata Karya.

Siyoto, Sandu & Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media.

Suliswiyadi. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Konsep &


Aplikasi). Yogyakarta: Sigma.

Sutikno, Sobry & Prosmala Hadisaputra. 2020. Penelitian Kualitatif. Lombok:


Holistica.

Anda mungkin juga menyukai