Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

TENTANG
“JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF”

KELOMPOK III
Syafnidawati (212032010)
Nurul Wahyuni (212032008)

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. GUSTINA, M.PD

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadi tauladan bagi umat manusia yang merindukan
keindahan syurga.
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah
“Metodologi Penelitian Kualitatif” dengan judul makalah “Jenis-jenis Penelitian
Kualitatif”. Penulis menyadari, sebagai seorang manusia yang pengetahuannya
terbatas, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif agar makalah ini lebih baik lagi serta
berdayaguna di masa yang akan datang. Besar harapan, mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.

Wasalamu'alaikum Wr.Wb

Penulis

Kelompok III

i
JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF

A. PENDAHULUAN
Menurut Salim dan Syahrum (2012:hal.15) mengatakan bahwa
penelitian adalah sarana memperoleh, mengembangkan ilmu (science)
dan teknologi yang tidak bias diabaikan proses kelangsungannya jika
suatu bangsa ingin maju dan menjadi bangsa yang berbudaya tinggi.
Penelitian merupakan kegiatan taat kaidah dalam upaya untuk
menemukan kebenaran dan/ atau menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan/ atau kesenian. Sedangkan, metode penelitian
merupakan cara atau teknik ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara atau teknik ilmiah yang dimaksud adalah
dimana kegiatan penelitian itu dilaksanakan berdasarkan ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.
Penelitian kualitatif merupakan salah satu jenis penelitian.
Penelitian kualitatif itu sendiri merupakan multi metode yang fokus,
melibatkan interpretasi, pendekatan alamiah pada materi subjek. Ini
berarti bahwa penelitian kualitatif studi segala sesuatu dalam setting
alamiah mereka, berusaha mengerti dan menginterpretasi, fenomena
dalam pengertian sesuai arti masyarakatnya (A.M Susilo,2017:hal. 1).
Pada makalah ini, penulis berusaha untuk menjelaskan dan
mepaparkan jeni-jenis penelitian dalam penelitian kualitatif.

1
B. PEMBAHASAN

Didalam penelitian kualitatif terdapat beberapa jenis atau tipe penelitian


sebagai berikut :

1. Penelitian Studi Kasus (Case Study)


Penelitian studi kasus (case study) adalah penelitian yang menempatkan
sesuatu atau objek yang diteliti sebagai „kasus‟. Penelitian studi kasus
merupakan penelitian komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis
individu/seseorang, dengan tujuan untuk mendapatkan pamahaman secara
mendalam terhadap kasus yang diteliti. Menurut Mudjia Raharjo (2017:hal.3)
mengatakan bahwa Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program,
peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang,
lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang
peristiwa tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut
kasus adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung,
bukan sesuatu yang sudah lewat.
Sedangkan yang dimaksud kasus ialah kejadian atau peristiwa, bisa
sangat sederhana bisa pula kompleks. Karenanya, peneliti memilih salah satu
saja yang benar-benar spesifik. Peristiwanya itu sendiri tergolong “unik”.
“Unik” artinya hanya terjadi di situs atau tempat tertentu. Dilihat dari kasus
yang diteliti, menurut Endraswara (2012: 78), Studi Kasus dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu Studi Kasus berupa penyimpangan dari
kewajaran dan Studi Kasus ke arah perkembangan yang positif. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penelitian kasus adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti sebuah peristiwa yang unik untuk mendapatkan pamahaman secara
mendalam terhadap peristiwa tersebut.
Laporan penellitian yang dilakukan dengan pendekatan ini harus
mendeskripsikan secara rinci kondisi subjek dan latar penelitian dalam banyak

2
aspek. Hal ini dimaksudkan agar orang bisa menilai sendiri di mana letak
kekhasannya. Contoh studi kasus di antaranya penelitian terhadap seorang
anak ber-lQ di atas rata-rata tetapi mengalami masalah belajar serius
(Suwartono,2014:hal.125).
Kelemahan penelitian ini sesuai dengan sifat studi kasus bahwa
informasi yang diperoleh sifatnya subyektif, artinya hanya untuk individu
yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama
pada individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi informasi sangat
terbatas penggunaannya (Muhajirin dan Maya,2017:hal.190).

2. Penelitian Deskriptif (Descriptive Research)


Menurut Hidayat Syah dalam Samsu (2017:hal. 63) mengartikan bahwa
penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada
suatu masa tertentu. Dalam pengelolahan dan analisis data, penelitian
deskriptif umumnya menggunakan pengolahan statistik yang bersifat
deskriptif (statistik deskriptif) untuk penelitian deskriptif kuantitatif,
Sedangkan untuk penelitian deskriptif kualitatif bisa menggunakan analisis
data model Spradley, model interaktif menurut Miles dan Huberman, dan
analisis isi (content analysis), atau focus group discussion (FGD).

3. Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research)


Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan
tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu
kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau
akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat
penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi,
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan ini di kalangan pendidikan
dapat diterapkan pada sebuah kelas, sehingga sering disebut Penelitian

3
Tindakan Kelas (classroom action research), atau penelitian tindakan yang
dilakukan oleh kepala sekolah atau pimpinan (Samsu,2017:hal.68).
Terkait dengan jenis penelitian ini, ada beberapa ahli yang
mengemukakan model penelitian tindakan, namun secara garis besar terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Masing-masing tahapan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Pertama : Menyusun Rancangan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian
tindakan yang ideal itu dilakukan berpasangan antara pihak yang
melakukan dengan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.
b. Tahap Kedua : Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini mencakup kegiatan pelaksanaan, yaitu implementasi atau
penerapan isi rancangan di dalam lokasi penelitian.
c. Tahap Ketiga : Pengamatan
Pada hakikatnya kegiatan pengamatan ini dilakukan pada saat
bersamaan dengan pelaksaan tindakan. Kegiatan pengamatan ini dilakukan
terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.
d. Tahap Keempat : Refleksi
Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Guru pelaksana sedang memantulkan
pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam
tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku
tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang
dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Apabila guru
pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan
terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat hal-hal yang

4
sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan
dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

4. Penelitian Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yang secara etimologis berarti
fenomena atau phaenesthai, artinya memunculkan, meninggikan,
menunjukkan dirinya sendiri (Arief dkk,2019:hal.20). Menurut Littlejohn
dalam O. Hasbiansyah (2005:hal.166) mengatakan bahwa fenomenologi
adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran, atau cara
memahami suatu objek atau peristiwa secara sadar. Fenomenologi berupaya
mengungkapkan makna dari pengalaman seseorang. Makna tentang sesuatu
yang dialami oleh seseorang tersebut tergantung bagaimana orang tersebut
berhubungan dengan dengan sesuatu itu. Fenomenologi berkaitan dengan
penampakan suatu objek, peristiwa, atau suatu kondisi dalam persepsi kita.
Pengetahuan berasal dari .pengalaman yang disadari, dalam persepsi kita.
Maka dapat disimpulkan bahwa fenomenologi itu membuat makna itu muncul
dengan cara membiarkan realitas/fenomena/pengalaman itu terbuka dengan
sendirinya sebagai hasil interaksi antara subjek dengan fenomena yang
dialaminya.
Menurut Samsu (2017:hal.71) mengatakan bahwa penelitian
fenomenologi adalah ilmu pengetahuan tentang apa yang tampak mengenai
suatu gejala atau fenomena yang pernah menjadi pengalaman manusia yang
bisa dijadikan tolak ukur untuk mengadakan suatu penelitian. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fenomenologi adalah yang dilakukan guna
mengungkapkan makna dari suatu gejala atau fenomena yang pernah menjadi
pengalaman manusia dengan cara berinteraksi antara subjek dengan fenomena
tersebut.
Terkait dengan penelitian, fenomenologi merupakan strategi penelitian
dimana peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu

5
fenomena tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia
menjadikan pendekatan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian
yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah
subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya guna
mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna (Adhi
Kusumastuti,2019:hal.11).

5. Penelitian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata ethno yang berarti bangsa dan graphy
yang berarti meguraikan. Sedangkan secara istilah dapat diartikan sebagai
kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memahami cara orang-orang
berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati dikehidupan sehari-
hari. Penelitian etnografi termasuk salah satu pendekatan dari penelitian
kualitatif (Samsu.2017:74). Menurut Creswell dalam Adhi Kusumastuti dan
Ahmad Mustamil (2019:hal.8) mengatakan bahwa penelitian etnografi
merupakan penelitian kualitatif dimana peneliti menyelidiki suatu kelompok
kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup
lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara.
Shobry dan Prosmala (2020:hal.77) mengatakan bahwa kata kunci dari
penelitian etnografi adalah “budaya” sebagai sentral dari penelitian kualitatif
ini. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian etnografi adalalah penelitian
yang bertitik focus pada budaya yang bertujuan untuk memahami cara orang-
orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati dikehidupan
sehari-hari.
Agar tidak terjadi distorsi data/informasi, peneliti etnografi harus
menyelupkan diri (immersed) ke dalam dunia masyarakat yang diteliti. Untuk
keperluan penelitian ini seorang etnografer memerlukan seorang key informan
atau gatekeeper yang bisa membantu menjelaskan dan masuk ke dalam
kelompok tersebut. Selain itu seorang etnografer harus mempunyai

6
sensitivitas tinggi terhadap partisipan yang sedang ditelitinya, karena bisa jadi
peneliti belum familiar terhadap karakteristik mereka.
Penelitian etnografi dapat diasosiasikan dengan human instrument.
Pengumpulan data, upaya menjaga keabsahan, serta analisis data penelitian
etnografi sangat bergantung kepada penelitinya. Adapun tahap-tahapan dalam
penelitian etnografi adalah sebagai berikut :
a. Mendefenisikan suatu masalah penelitian
b. Merumuskan hipotesis
c. Membuat defenisi operasional
d. Merancang instrument penelitian
e. Mengumpulkan data
f. Menganalisis data
g. Menggambarkan kesimpulan
h. Melaporkan hasil
Sedangkan menurut Spradley dalam Samsu (2017:hal.76) mengatakan
bahwa siklus penelitian etnografi adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan suatu proyek etnografi
b. Pengajuan pertanyaan etnografi
c. Pengumpulan data etnografi
d. Pembuatan suatu rekaman etnografi
e. Analisis data etnografi
f. Penulisan laporan etnografi
Berikut adalah contoh-contoh penelitian yang menggunakan penelitian
etnografi:
1. Penelitian tentang perilaku seksual etnis tertentu di Papua.
2. Penelitian tentang penanaman disiplin dalam sistem pendidikan yang
diasramakan.
3. Penelitian tentang kegiatan para pengikut sekte atau aliran agama tertentu
(Suwartono:2014,hal.122).

7
6. Penelitian Grounded Theory
Grounded theory adalah suatu metode kualitatif yang bertujuan
menemukan teori baru. Dasar dari metode ini adalah ilmu-ilmu sosial dan
metodologi. Pertanyaan utama yang hendak dijawab adalah teori apa yang
muncul sesudah analisa data lapangan dilaksanakan. Metode ini
dikembangkan oleh Glaser dan Strauss dan dimodifikasi oleh Corbin. (J.R.
Raco,2010:hal.43).
Penelitian grounded theory adalah penelitian kualitatif yang secara
spesifik dimaksudkan untuk membangun suatu teori tertentu yang betul-betul
didasarkan pada data spesifik yang ada di lapangan. Teori yang dihasilkan
dari penelitian semacam ini disebut juga teori substantif (substantive theory),
artinya teori yang betul-betul berbasis pada data yang ada, yang kemungkinan
besar baru berlaku secara lokal di lokasi penelitian tersebut atau pada
kelompok yang keadaannya sama. Jadi teori tersebut bukan atau belum berupa
suatu teori formal, yang berlaku umum. Misalnya, seorang guru matematika
yang sudah bertahun-tahun mengajar di suatu sekolah tertentu yang ada di
daerah terpencil mungkin bisa membangun suatu teori yang hanya atau baru
berlaku di sekolah tersebut tentang bagaimana cara belajar dan mengajar
matematika yang baik di dalam situasi yang penuh keterbatasan
(Suwarsono,2016:hal.5).
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus punya informasi dulu
mengenai ketersediaan teori yang akan menjadi acuan penjelasan masalah.
Teori dalam penelitian kuantitatif memainkan peranan yang sangat penting.
Tanpa tersedianya teori, maka sulit penelitian itu dilanjutkan. Tidak jarang
peneliti dalam kuantitatif harus mencari teorinya dulu dan yakin akan
tersedianya teori yang diperlukan sebagai acuan untuk menjawab masalah
penelitian. Lain halnya dengan metode kualitatif yang satu ini yang bertumpu
pada fakta, realitas dan gejala sesudah itu baru menemukan atau merumuskan
teorinya. Teori yang sudah ada hanya berfungsi sebagai referensi saja untuk

8
membuktikan pentingnya penelitian ini dibuat. Metode kualitatif harus
mampu menawarkan atau merumuskan teori baru atas gejala,fakta atau realita
yangdihadapi dalam konteks tertentu. Jadi tujuannya yaitu mencari dan
menciptakan teori baru (J.R. Raco,2010:hal.43).
Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini adalah penelitian yang dilakukan guna menemukan teori baru yang
didasarkan pada spesifik dilapangan.

7. Penelitian Sejarah (History)


Penelitian sejarah (history) merupakan salah satu jenis penelitian yang
diarahkan untuk menggali aspek-aspek kesejarahan dari perspektif kekinian.
Penelitian sejarah muncul karena banyaknya peristiwa, artefak dan benda-
benda purbakala, yang merupakan warisan peradaban masa lampau yang
belum tergali. Penggalian ini dilakukan untuk mengungkap fakta, realita, serta
keberlangsungan sebuah peradaban, yang boleh jadi bermanfaat untuk
pengembangan peradaban atau keilmuan masa kini. Penelitian sejarah
memiliki wilayah (teritorial) kajian yang sangat luas, sehingga dimungkinkan
untuk diteliti oleh siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap bidang ini.
Karena penelitian ini bersifat historic, maka penelitian ini tentu mengandung
aspek kesejarahan, kepahlawanan, keunggulan, dan keteladanan. Karena itu,
penelitian sejarah memiliki misi kesejarahan, kepahlawanan, keunggulan, dan
keteladanan yang dapat menjadi pelajaran (i’tibar) bagi generasi yang lahir
kemudian. Penelitian sejarah umumnya berkisar pada masalah sejarah
kejayaan, kemunduran, dan kehancuran suatu peradaban masa lampau, benda-
benda purbakala misalnya candi, kuil, masjid kuno, kitab-kitab kuno, sejarah
suku-suku (misalnya migrasi bugis di Jambi), sejarah kedaerahan, sejarah
kepahlawanan, ketokohan, keulamaan, barang antik dengan nilai estetika dan
sejarah yang tinggi, dan sebagainya.

9
Temuan-temuan penelitian sejarah umumnya diidentifikasi melalui
penelitian untuk mengungkap simbol/lambang, bahasa, budaya, peradaban,
dan kategori-kategori masa peradaban misalnya tentang usia batu, manusia
yang hidup pada era paleolitikum, neolitikum dan sebagainya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dari penelitian sejarah adalah untuk
merekonstruksi kejadian-kejadian yang terjadi dimasa lampau yang tidak
hanya terbatas pada aspek manusia saja, tetapi semua jenis peninggalan yang
merupakan jenis peradaban yang diungkap secara logis, sistematis dan
objektif (Samsu,2017:hal.78).

8. Penelitian Hermeneutika
Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani “ hamencuin “ yang berarti
menafsirkan dan kata bendanya hermeneia yang berarti “penafsiran” atau
“interpretasi”, dan kata hermeneutes yang berarti interpreter (penafsir).
Sedangkan menurut istilah Hermeneutika ialah tipe penelitian kualitatif
dengan menelaah serta menafsirkan buku teks. Demikian juga secara
terminologinya hermeneutika bisa diterjemahkan ke dalam tiga pengertian:
1. Pengungkapan fikiran dalam kata kata, penterjamahan dan tindakan
sebagai penafsir.
2. Usaha mengalihkan dari suatu bahasa asing yang maknanya gelap tidak
diketahui ke dalam bahasa lain yang bisa dimengerti oleh si pembaca.
3. Pemindahan ungkapan fikiran yang kurang jelas, diubah menjadi bentuk
ungkapan yang lebih jelas (Rini,2016:hal.33).

10
C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis


penelitian kualitatif terdiri dari :

a. Penelitian studi kasus


b. Penelitian Deskriptif
c. Penelitian Tindakan
d. Penelitian Fenomenologi
e. Penelitian Etnografi
f. Penelitian Grouded Teory
g. Penelitian Sejarah
h. Penelitian Hermeneutika

2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan, perlu adanya kajian mendalam lagi terhadap materi yang
dibahas serta penambahan referensi agar makalah ini menjadi lebih baik dan
dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dan bekal dalam menulis karya
ilmiah nantinya.

11
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:


GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Fitria, Rini. 2016. Memahami Hermeneutika dalam Mengkaji Teks. Syiar.
Vol.16 No.2
J.R. Raco. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: PT Grasindo
Kusumastuti, Adhi dan Ahmad Mustamil .K. 2019. Metode Penelitian
Kualitatif. Semarang: Lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo
Nuryana, Arief dkk. 2019. Jurnal Pengantar Metode Penelitian kepada Suatu
Pengertiam yang Mendalam Mengenai Konsep Fenomenologi.
ENSAINS: Vol. 2 Nomor. 2
O. Hasbiansyah. 2005. Jurnal Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik
Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Terakreditasi Dirjen Dikti
SK No. 56
Panorama, Maya dan Muhajirin. 2017. Pendekatan Praktis Metode Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta
Pradoko, A.M Susilo. 2017. Paradigma Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: UNY Press
Raharjo, Mudjia. 2017. Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya. Malang: Research Repository
Salim dan Sayhrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Citapustaka Media
Samsu. 2017. Metode Penelitian: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development. Jambi: Pusat
Studi Agama dan Kemasyarakatan (PUSAKA)
St. Suwarsono. 2016. Modul Pengantar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta
Sutikno, Shobry dan Prosmala Hadisaputra. 2020. Penelitian Kualitatif.
Lombok: Holistica
Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV.
ANDI OFFSET

Anda mungkin juga menyukai