Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATERI KULIAH

RPS 11: TAHAPAN PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

MATA KULIAH: METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI


Dosen Pengampu: Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si. Ak., CA

Oleh:
Kelompok 4

Anak Agung Dwiagita Ari Priestyaloka (1907531097)


Adelia Aura Az Zahra (1907531102)
Ni Putu Febriyani (1907531267)
Ni Kadek Ayu Cindy Lestari (1907531278)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Tahapan Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data adalah kegiatan pikiran dengan bantuan tangan atau suatu peralatan,
dan mengikuti serangkaian langkah, perumusan atau pola tertentu untuk mengubah data,
sehingga data tersebut, bentuk, susunan, sifat, atau isinya menjadi lebih berguna. Tujuan
pengolahan data adalah sebagai dasar untuk mengadakan generalisasi dari kondisi yang
bersifat khusus sehingga diperoleh kondisi yang bersifat umum.
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Penyajian data ini bertujuan memudahkan pengolahan data dan pembaca
memahami data sebagai dasar pengambilan keputusan. Penyajian data dalam sebuah tabel
ataupun gambar grafik memiliki maksud tertentu, seperti halnya pepatah yang mengatakan
“satu gambar sama halnya dengan seribu kata,” yang bermakna bahwa penyajian data dalam
bentuk gambar akan lebih cepat bisa ditangkap atau dimengerti daripada kata-kata yang
sifatnya puitis.
Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan melalui tahap
memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), proses pembeberan (tabulating),
dan penyajian data. Sewaktu merencanakan semua ini peneliti seharusnya sudah mempunyai
rencana pengolahan data (apakah data akan diolah dengan tangan atau dengan komputer) dan
tabel-tabel yang akan dihasilkan (tabulation plan). Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuisioner
harus mencerminkan apa saja yang akan ditabelkan (sesuai dengan rencana tabulasi).
Pengolahan data dengan komputer akan menghasilkan output dalam bentuk tabel dan grafik
(Supranto, 1997:112, yang dikutip oleh Rahyuda).
1. Editing
Menurut Muhammad Teguh dalam buku “Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan
Aplikasi” menyatakan bahwa editing merupakan kegiatan untuk meneliti kembali
rekaman atau catatan data yang telah dikumpukan oleh pencari data dalam suatu
penelitian.
Lalu menurut Kuncoro dalam bukunya yang berjudul “Metode Riset untuk Bisnis dan
Ekonomi” menyatakan bahwa editing adalah proses yang bertujuan agar data yang
dikumpulkan memberikan kejelasan, dapat dibaca, konsisten, dan komplit. Editing data
agar jelas dan terbaca akan membuat data dengan mudah untuk dimengerti. Penyunting
(editor) akan melihat ada/tidaknya ambiguitas dalam data yang dikumpulkan. Tulisan
tangan yang menimbulkan salah tafsir perlu diperjelas. Dalam kasus wawancara personal,
pewawancara dapat dipanggil untuk memecahkan masalah penyuntingan. Penyuntingan
instrumen survei, karena salah klasifikasi dan salah jawaban, merupakan tanggung jawab
penyunting.
a. Keadaan kelengkapan pengisian jawaban
b. Keterbacaan tulisan
c. Kejelasan makna jawaban
d. Konsistensi jawaban
e. Relevansi jawaban
f. Keseragaman satuan data
Kembali Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan,
karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak logis dan
meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Pada kesempatan ini,
kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki baik dengan
pengumpulan data ulang atau pun dengan interpolasi (penyisipan). Menurut Teguh
(2001:173), beberapa hal yang perlu diedit pada data masuk adalah sebagai berikut:
Burhan Bungin juga mengatakan bahwa apabila dalam proses editing terdapat
kejanggalan-kejanggalan yang sangat mengganggu pada instrumen dan data yang
diperoleh, artinya ada beberapa kesalahan atau kekurangan informasi yang sangat
mengganggu, peneliti atau field worker yang bersangkutan harus melakukan kegiatan
berikut:
a. ke lapangan untuk menemui sumber data yang bersangkutan;
b. Menyisihkan instrumen tersebut sebagai instrumen yang tak terpakai atau rusak;
c. Melakukan cek silang atau berkonsultasi dengan peneliti lain untuk mengecek
kebenaran data yang terkumpul
2. Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu
informasi atau data yang akan dianalisis. Contohnya seperti kode pendidikan, kode
daerah (kabupaten, kecamatan, dan desa).
Pemberian kode pada data adalah menerjemahkan data ke dalam kode-kode yang
biasanya dalam bentuk angka. Tujuannya ialah untuk dapat dipindahkan ke dalam sarana
penyimpanan, misalnya komputer dan analisa berikutnya. Selain itu juga, tujuan coding
adalah untuk mengklasifikasikan jawaban ke dalam kategori-kategori yang penting. Ada
dua langkah penting dalam melakukan coding yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan;
b. Mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.
Kumpulan kategori-kategori ini disebut dengan “coding frame”. Pada pertanyaan
tertutup biasanya coding frame sudah dilengkapi, tetapi pada pertanyaan terbuka sulit
untuk merencanakan coding frame yang bersangkutan. Upaya untuk mengonstruksikan
coding frame akan dilakukan oleh seseorang yang benar-benar mengetahui tujuan peneliti
dan mengetahui bagaimana hasil penelitian akan digunakan. Coding frame ini perlu ditest
terlebih dahulu oleh petugas coding. Hal ini dilakukan selain untuk melatih petugas
coding juga untuk membuka kemungkinan terciptanya coding frame yang lebih baik
(Rahyuda, 2004:82).
Alokasi jawaban pada kategori-kategori di dalam coding frame dapat dilakukan oleh
responden, petugas wawancara, dan oleh petugas coding. Yang dapat dilakukan oleh
responden atau petugas wawancara hanya terbatas pada tipe pertanyaan tertutup. Dalam
tipe pertanyaan terbuka harus dilakukan sepenuhnya oleh petugas coding sesuai dengan
instrumen coding yang benar-benar spesifik. Nasir mengemukakan bahwa mengode
adalah menaruh angka pada tiap jawaban (Nasir, 1998:407). Untuk dapat memberikan
kode pada jawaban tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut:
i. Kode dan Jenis Pertanyaan
Dalam hal ini perlu diperhatikan jenis pertanyaan, jawaban atau pertanyaan
yang dapat dibedakan. Jawaban yang berupa angka, jawaban dari pertanyaan
tertutup, jawaban pertanyaan semi terbuka, jawaban terbuka, dan jawaban
pertanyaan kombinasi.
a. Bila jawaban berupa angka, kode yang digunakan adalah angka itu sendiri;
b. Bila jawaban untuk pertanyaan tertutup, jawabannya sudah disediakan terlebih
dahulu dan responden hanya mengecek jawaban tersebut sesuai dengan
instruksi. Responden tidak boleh menjawab di luar yang telah ditetapkan;
c. Bila jawaban pertanyaan semi terbuka, selain dari jawaban yang telah
ditentukan maka jawaban lain yang dianggap cocok oleh responden masih
diperkenankan untuk dijawab. Jawaban tambahan tersebut perlu diberikan
kode tersendiri;
d. Bila jawaban pertanyaan terbuka, jawaban yang diberikan sifatnya bebas.
Untuk memberikan kode, jawaban-jawaban tersebut harus dikategorikan lebih
dahulu atau dikelompokkan sehingga tiap kelompok berisi jawaban yang
sejenis. Kalau masih ada jawaban yang tidak biasa masuk ke kelompok
tersebut, dapat dibuatkan kategori lain-lain, tetapi tidak boleh terlalu banyak
dan perlu diingat jawaban pertanyaan tidak boleh tumpang tindih;
e. Bila jawaban kombinasi, hampir serupa dengan jawaban pertanyaan tertutup.
Selain ada jawaban yang jelas, responden masih dapat menjawab kombinasi
dari beberapa jawaban.
ii. Tempat Kode
Kode dapat dibuat pada kartu tabulasi ataupun daftar pertanyaan itu sendiri.
Jika data diolah dengan komputer, kode-kode harus dibuat dalam coding sheet.
Setelah tahap editing selesai, maka data-data yang berupa jawaban-jawaban
responden perlu diberikan kode untuk memudahkan dalam menganalisis data. Hal
ini sangat penting artinya, apalagi jika proses pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer. Pemberian kode pada data dapat dilakukan
dengan melihat jawaban dari jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.
Pengodean data dibedakan menjadi beberapa hal yaitu:
a. Pengodean terhadap jawaban yang berupa angka;
b. Pengodean terhadap jawaban jawaban dari pertanyaan tertutup;
• Pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden,
• Pertanyaan dengan jawaban bertingkat.
c. Pengodean terhadap jawaban dari pertanyaan semi terbuka
d. Pengodean terhadap jawaban dari pertanyaan terbuka
Untuk jenis ini sebelum melakukan pengodean, peneliti harus membuat
kategorisasi atas jawaban-jawaban dari pertanyaan terbuka ini. Hal itu penting
karena variasi jawaban yang diperoleh barangkali cukup banyak. Untuk
membuat kategori jawaban harus diperhatikan beberapa hal berikut:
• Perbedaan kategori jawaban harus tegas agar tidak tumpang tindih antara
jawaban yang satu dengan yang lainnya;
• Jika terdapat jawaban yang tidak sesuai dengan kategori yang sudah disusun,
jawaban tersebut dikelompokkan dalam ‘lain-lain’. Namun, persentase
jawaban untuk ‘lain-lain’ harus kecil. Jika terlampau tinggi banyak informasi
yang terbuang
Setelah semua data responden dalam daftar pertanyaan diberikan kode,
langkah berikutnya adalah menyusun buku kode. Buku kode ini sebagai pedoman
untuk memindahkan kode jawaban responden dalam kuisioner ke lembaran kode,
yang kemudian juga akan berguna sebagai pedoman peneliti dalam
mengidentifikasi variabel penelitian yang digunakan dalam analisis data (membaca
tabulasi data).
3. Tabulasi yang Didahului oleh Tahapan Entry Data
Jika data telah selesai diedit dan dicoding, maka data siap untuk ditabulasikan. Tabulasi
adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang
berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel yang dibuat sebaiknya mampu
meringkas semua data yang akan dianalisis. Pemisahan tabel akan menyulitkan peneliti
dalam proses analisis data.
Tabulasi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu tabulasi langsung dan tabulasi data
tidak langsung. Tabulasi langsung digunakan hanya jika data bersifat sangat sederhana.
Sedangkan tabulasi yang digunakan para peneliti adalah tabulasi tidak langsung. Dengan
cara tabulasi ini penulis tidak langsung menghitung data-data yang diterima dari kuesioner
yang telah diisi, tetapi harus melalui beberapa tahapan. Ada satu tahapan dalam sistem
tabulasi tidak langsung, yaitu pembuatan matriks tabulasi dan data entry.
Matriks tabulasi adalah tabel yang terdiri dari kolom-kolom dan baris-baris, yang akan
diisi dengan data-data. Data entry adalah proses “pemindahan” data dari instrumen ke
dalam matriks tabulasi. Instrumen yang dimaksud adalah kuisioner. Data entry bersifat
teknis dan klerikal, tetapi sangat penting artinya. Meskipun instrumen bagus dan proses
pengumpulan data juga bagus, namun bila data entry banyak cacat dan salah, maka hasil
penelitian akan banyak kehilangan validitasnya.
Untuk penghitungan data dalam proses tabulasi, penulis melakukannya dengan
menggunakan rumus presentase:

Keterangan:
P = persentase, f = frekuensi, n = jumlah sampel yang diolah
4. Penyajian Data (Tabel, Grafik)
Data populasi atau data sampel yang sudah terkumpul digunakan untuk keperluan
informasi, baik berupa aturan atau analisis lanjutan dalam penelitian. Data-data tersebut
hendaknya diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang jelas dan komunikatif dalam
bentuk penyajian data yang lebih menarik publik. Agar publik lebih mudah memahami
dan mengartikan data yang sudah diolah tersebut, secara umum ada beberapa cara
penyajian data statistik yang sering digunakan. Menurut Sudjana di dalam bukunya yang
berjudul “Metoda Statistika”, secara garis besar penyajian data yang sering dipakai
adalah tabel atau daftar dan grafik atau diagram.
i. Tabel
Tabel dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu tabel biasa, tabel kontingensi,
dan tabel distribusi frekuensi. Secara garis besar ada beberapa cara dan aturan
dalam pembuatan tabel, yakni:
a. Judul tabel, ditulis ditengah-tengah bagian teratas, dalam beberapa baris,
semuanya dalam huruf besar.
b. Secara singkat dan jelas dicantumkan, meliputi apa, macam, dan klasifikasi,
dimana, dan satuan atau unit data yang digunakan.
c. Tiap baris hendaknya menuliskan sebuah pernyataan lengkap dan sebaiknya
jangan dilakukan pemisahan bagian kata dan/atau kalimat.
d. Judul kolom ditulis dengan singkat dan jelas, bisa dalam beberapa baris
usahakan jangan melakukan pemutusan kata. Demikian halnya dengan judul
baris.
e. Sel tabel adalah tempat nilai-nilai dituliskan. Di kiri bawah tabel terdapat
bagian untuk catatan-catatan yang perlu atau biasa diberikan. Biasanya dari
mana data didapatkan (sumber data). Jika sumber data tidak ada, berarti penulis
yang membuat data sendiri (data karangan atau data fiktif).
Selain hal-hal di atas, ada juga beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan
yaitu:
a. Nama-nama sebaiknya disusun berdasarkan abjad.
b. Waktu disusun secara berurut atau kronologis.
c. Kategori dicatat menurut kebiasaan, misalnya laki-laki terlebih dulu kemudian
perempuan, besar terlebih dulu kemudian kecil, untung terlebih dulu kemudian
rugi.
Selanjutnya berikut ini akan dijabarkan jenis-jenis tabel:
a. Tabel Biasa
Tabel biasa sering digunakan untuk bermacam keperluan baik bidang
ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain untuk menginformasikan data dari hasil
penelitian atau hasil penyelidikan. Tabel biasa ini biasanya masih dalam
bentuk tabel yang sederhana, yang mudah untuk dipahami oleh pembaca atau
publik.
b. Tabel Kontigensi
Tabel Kontigensi khusus data yang terletak antara baris dan kolom
berjenis variabel kategori. Maksudnya untuk data yang terdiri atas dua faktor
atau dua variabel faktor yang satu terdiri atas b kategori dan lainnya terdiri atas
k kategori, maka dapat dibuat tabel kontingensi berukuran b*k dengan b
menyatakan baris dan k menyatakan kolom.
c. Tabel Distribusi Frekuensi
Jika ada data kuantitatif dibuat menjadi beberapa kelompok maka akan
diperoleh daftar distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi adalah penyusunan
suatu data mulai dari terkecil sampai dengan terbesar yang membagi
banyaknya data dalam beberapa kelas. Dalam distribusi frekuensi, banyak
obyek dikumpulkan dalam kelompok- kelompok berbentuk a-b, yang disebut
kelas interval.
Distribusi frekuensi terdiri dari dua, yaitu distribusi frekuensi kategori
dan distribusi numerik. Distribusi frekuensi kategori ialah distribusi
pengelompokkan datanya disusun berbentuk kata-kata atau didasarkan pada
kategori. Distribusi numerik adalah distribusi frekuensi yang penyatuan kelas-
kelasnya didasarkan pada angka-angka.
ii. Grafik
Berdasarkan penjelasan Purwanto dalam bukunya yang berjudul “Metodologi
Penelitian Kualitatif”, data selain disajikan dalam bentuk tabel juga disajikan dalam
bentuk grafik/gambar yang akan lebih informatif. Penyajian data dalam bentuk
grafik umumnya lebih menarik perhatian dan mengesankan. Penyajian data secara
grafis mempunyai berbagai fungsi. Sebagaimana dikemukakan bahwa penyajian
data dalam bentuk grafik adalah menggambarkan data secara visual dalam sebuah
gambar. Penyajian data dalam bentuk grafik lebih mudah dibaca daripada deretan
data mentah.
Grafik adalah lukisan pasang surutnya suatu keadaan dengan garis atau gambar
(tentang turun naiknya suatu statistik). Beberapa bentuk grafik yang umumnya
dikenal adalah histogram, poligon frekuensi, dan ogive. Grafik atau diagram
seringkali digunakan dalam iklan dengan maksud agar konsumen memperoleh
kesan yang mendalam terhadap ciri-ciri produk yang diiklankan.
Penggambaran data dalam sebuah grafik dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis grafik bergantung pada sifat data. Bila data yang akan
disajikan merupakan data nominal, penyajian data menggunakan grafik berupa
batang, lambang, garis, atau lingkaran. Bila data bersifat kontinum, maka penyajian
data biasanya menggunakan histgram, poligon dan kurva.
a. Grafik Batang
Grafik batang adalah grafik yang menggambarkan data menggunakan
batang. Batang menunjukkan data dan ketinggiannya menggambarkan
frekuensinya.
b. Grafik Lambang
Grafik lambang adalah penyajian data dengan menggambarkan data
menggunakan lambang dari data yang dijelaskan. Misalnya data penduduk
digambarkan dengan gambar manusia, data hasil panen digambarkan dengan
ikatan padi, dan sebagainya. Dalam menggambarkan lambang, grafik lambang
menyertakan keterangan unit untuk tiap satu gambar, misalnya satu gambar
televisi = 200.000 unit.
c. Grafik Garis
Grafik garis sering disebut juga peta garis (line chart) atau kurva
(curve), merupakan bentuk penyajian yang paling banyak dipakai dalam
berbagai laporan, baik perusahaan maupun penelitian ilmiah. Data dapat
diklasifikan atas ciri-ciri kronologis, geografis, kuantitatif, dan kualitatif.
Salah satu bentuk data yang dapat diklasifikasikan secara kronologis adalah
data deret berkala (time series).
d. Grafik lingkaran
Grafik ini menarik namun memiliki kelemahan dalam hal tujuan untuk
perbandingan antara sektor-sektor yang terdapat dalam lingkarannya.
Penyajian berbagai data yang besarnya berbeda (ekstrem) dalam diagram yang
sama, merupakan suatu prosedur yang meragukan. Mengingat lingkaran terdiri
dari 360 derajat, maka 3,6 derajat berarti menggambarkan persentase sebesar
1%
e. Histogram
Histogram adalah grafik yang menggambarkan suatu distribusi
frekuensi dengan berbentuk beberapa segiempat. Yang dituliskan pada sumbu
datar pada histogram adalah batas-batas kelas interval. Bentuk histogram
hampir menyerupai diagaram batang hanya di sisi-sisi batang yang
berhimpitan.
f. Poligon Frekuensi
Poligon frekuensi ialah grafik garis yang menghubungi nilai tengah
tiap sisi atas yang berdekatan dengan nilai tengah jarak frekuensi mutlak
masing-masing. Jika tabel distribusi frekuensi mempunyai kelas-kelas interval
yang panjangnya berlainan, maka tinggi diagram tiap kelas harus disesuaikan.
Oleh karena itu, ambil panjang kelas yang sama yang terbanyak terjadi sebagai
satuan pokok. Tinggi untuk kelas-kelas lainnya digambarkan sebagai
kebalikan dari panjang kelas dikalikan dengan frekuensi yang diberikan.
g. Ogive
Ogive ialah distribusi frekuensi kumulatif yang menggambarkan
diagramnya dalam sumbu tegak dan mendatar atau eksponensial.
Contoh Jurnal
Sumber: Didik Prayitno, Einde Evana, Usep Syaipudin. PENGARUH BUDGET PLANNING
MODEL TERHADAP KINERJA PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Volume 24 Nomor 1. 89-103.
Gambar di atas merupakan contoh dari tabulasi yang berisi data-data mengenai
variabel kuesioner yang sebelumnya telah diberi kode (coding) untuk setiap variabel dan
indikatornya. Sebelum pemberian kode, data tersebut telah menjalani proses editing,
sayangnya masih terdapat kesalahan, yaitu pada variabel 1 indikator kedua. Kata ‘alasan’
seharusnya tidak menggunakan huruf kapital.

Gambar di atas merupakan contoh penyajian data dalam bentuk tabel yang di
dalamnya terdapat coding atas jawaban kuesioner tertutup yang diberikan kode SS, S, N, TS,
dan STS.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta

Rahyuda. 2016. Metode Penelitian Bisnis. Denpasar: Udayana University Press.

Rahyuda. 2019. Metode Penelitian Bisnis. Edisi revisi 2019. Denpasar: Udayana University
Press.
Didik Prayitno, Einde Evana, Usep Syaipudin. PENGARUH BUDGET PLANNING MODEL
TERHADAP KINERJA PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Volume 24 Nomor 1. 89-103.

Anda mungkin juga menyukai