Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATA KULIAH RPS III

TUJUAN PEMBANGUNAN, STRATEGI PEMBANGUNAN,

SISTEM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Mata Kuliah: PEREKONOMIAN INDONESIA (EKU207A G1)

Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:

Adelia Aura Az Zahra 1907531102

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
TUJUAN PEMBANGUNAN, STRATEGI PEMBANGUNAN,

SISTEM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

I. Pengantar
Republik Indonesia didirikan untuk tujuan mengadakan pembangunan ekonomi di
Indonesia dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pembukaannya yakni,
yang pada prinsipnya adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material,
spiritual. Tujuan umumnya ialah masyarakat adil-makmur, material dan spiritual, dan
rumusan tujuan lebih umum yakni membangun masyarakat Indonesia seutuhnya.
Masyarakat adil-makmur, material dan spiritual dapat direfleksikan hanya pada masyarakat
adil-makmur. Hal ini dikarenakan aspek material dan spiritual dari masyarakat
direfleksikan melalui pendapatan (terutama pengeluaran) masyarakat, ini juga
menggambarkan masyarakat adil-makmur. Dengan kata lain baik aspek material dan
spiritual maupun aspek adil-makmur keduanya akan dilukiskan oleh tingkat pendapatan
(pengeluaran) yang diperoleh masyarakat, sehingga pembahasan terduksi menjadi hanya
masyarakat adil makmur
II. Tujuan Masyarakat Makmur
Pertumbuhan Ekonomi
Ukuran untuk kemakmuran adalah tingkat pendapatan keluarga, atau dengan kata lain
tingkat pendapatan nasional. Namun salah satu tujuan pembangunan ekonomi pada
umumnya adalah agar pendapatan nasional (total maupun per kapita) tumbuh untuk
memperoleh tingkat kemakmuran (pendapatan nasional) yang lebih tinggi. Dengan
demikian, ukuran mengenai kemakmuran dapat dikatan sebagai tingkat pertumbuhan
ekonomi (tingkat pertumbuhan pendapatan nasional).
Elemen-elemen Pertumbuhan Ekonomi
Terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi setiap bangsa yaitu akumulasi
modal, pertumbuhan penduduk, dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal (capital
accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan
kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Contohnya
seperti pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih untuk
menunjang dan mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif. Pertumbuhan
penduduk dan angkatan kerja (yang menjadi beberapa tahun kemudian setelah
pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang
memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar pasti akan

2
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar
berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Yang terakhir yaitu kemajuan teknologi.
Kemajuan ekonomi (technological progress) merupakan sumber pertumbuha ekonomi
yang penting. Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi
karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menghadapi
pekerjaan tradisional. Terdapat tiga jenis kemajuan teknologi, yaitu kemajuan teknologi
yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan kemajuan teknologi
yang hemat modal.
Pertumbuhan Ekonomi (Kurva Kemungkinan Produksi)
Hubungan yang berlangsung antara kedua komponen utama, yaitu akumulasi modal
dan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja dapat dipelajari melalui kurva
kemungkinan produksi (production possibility curve) guna memahami peningkatan potensi
total output dari suatu perekonomian. Pada tingkat penguasaan teknologi tertentu dan
jumlah sumber daya manusia dan modal fsik yang tertentu pula, kurva kemungkinan
produksi memperlihatkan jumlah output maksimum yang bisa dicapai berupa kombinasi
dua jenis komuditi.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi dapat dianggap sebagai tigkat perkembangan kemakmuran
masyarakat Indonesia. Selama periode pemerintahan orde baru tingkat pertumbuhan
ekonomi sangat rendah, yakni 3 persen untuk periode 1953-1959, dan hanya sekitar 2
persen untuk periode 1960-1965. Pada masa pemerintahan Soeharto, tingkat pertumbuhan
ekonomi relatif tinggi, 6 persen, 7 persen, malah pernah mencapai 8 persen per tahun, untuk
kemudian pada akhir masa jabatannya, 1997, hanya mencapai tingkat pertumbuhan sebesar
4,7 persen, dan pada tahun krisis ekonomi, 1998, diperoleh pertumbuhan yang negatif
sebesar 13, 3 persen. Pada masa reformasi dan demokrasi, pertumbuhan mulai merangkak
dari 0,3 persen pada tahun 1999, dan kemudian mencapai sekitar 4-6 persen sampai
sekarang ini.
III. Tujuan Masyarakat Adil
Distribusi Pendapatan
Keadilan diukur melalui bagaimana kekayaan (pendapatan) didistribusikan di antara
yang berhak. Makin merata pembagiannya makin adil dan sebaliknya makin timpang
pembagiannya makin kurang adil
Mengukur Masyarakat Adil

3
Tingkat keadilan pembagian pendapatan nasional satu negara dapat dihitung
dengan menghitung Rasio Gini dan Rasio Kuznets. Cara lain untuk mengukur
ketimpangan pembagian penghasilan masyarakat adalah dengan memakai kurva
Lorenz, memakai kurva distribusi penghasilan fungsional dan memakai koefisien
variasi distribusi pendapatan perorangan (rumah tangga). Perangkat yang paling
sering digunakan untuk menengukur derajat keadilan atau ketimpangan pendapatan
relative di satu negara adalah rasio Gini. Rasio ini adalah ukuran ketimpangan
agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu
(ketimpangan sempurna). Pada prakteknya, koefisien Gini untuk negara-negara
yang derajat ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, sedangkan
untuk negara-negara yang distribusi pendapatannya relatif merata, angkanya
berkisar antara 0,20 hingga 0,35. Gini rasio antara 0,36 sampai 0,49 menunjukkan
pembagian pendapatan dengan keadilan yang sedang.
Rasio Kuznets adalah perbandingan antara jumlah pendapatan dari 40 persen
individu (rumah tangga) termiskin dengan jumlah pendapatan dari 20 persen
individu (rumah tangga) terkaya. Nilai rasio Kuznets dari 0,20 sampai 0,33
menunjukkan pembagian yang sangat timpang, 0,34 sampai 0,40 menunjukkan
distribusi pendapatan yang sedang, dan di atas 0,40 menunjukkan distribusi yang
relatif baik. Dalam buku lain rasio Kuznets yang dihitung secara terbalik dari pada
cara di atas, yakni jumlah pendapatan dari 20 persen terkaya dibagi dengan jumlah
pendapatan dari 40 persen rumah tangga termiskin. Ketimpangan sedang apabila
nilai rasio Kuznets berkisar antara 2 sampai 3 ,dan ketimpangan baik kalau nilai
rasio Kuznetsnya lebih kecil dari 2.
Pencapaian Masyarakat Adil di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah berusaha memperbaiki keadilan pembagian
pendapatan nasionalnya dengan menjalankan berbagai kebijaksanaan ekonomi.
Terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat memperbaiki kesenjangan
distribusi pendapatan nasional:
1. Undang-undang pokok Agraria tahun 1960. Dalam undang-undang ini
ditentukan batas maksimum pemilikan tanah sawah atau tanah tegalan atau
gabungan dari keduanya. Maksud dari pembatasan ini adalah supaya tidak
terjadi ketimpangan yang mencolok dalam kepemilikan tanah.
2. Pajak penghasilan untuk perorangan dan untuk badan (dari laba). Dari sejak
pemerintahan Belanda sampai sekarang ini pajak ini selalu bersifat progresif,
4
yakni makin tinggi pendapatan seorang (laba satu perusahaan) makin tinggi
prentase pajaknya. Dengan sifat pajak seperti ini diharapkan distribusi
pendapatan antar perorangan (rumah tanga) menjadi lebih merata.
3. Berbagai kebijaksanaan kredit perbankan yang bersifat memihak kepada
rakyat kecil (kaum yang lebih rendah tingkat penghasilannya), seperti KIK,
KMKP, KUT, kredit usaha kecil (KUK), kredit program bimas padi, dan bimas
palawija.
4. Pengeluaran pemerintah secara besar-besaran untuk membangun dam, waduk
dan saluran irigasi untuk para petani, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan
dan keluarga berencana dan wajib belajar sembilan tahun
Di samping kebijaksanaan tersebut, pemerintah juga melaksanakan kebijaksanaan
yang mengutamakan orang kaya, atau membuat modal menjadi lebih murah dari
semestinya dan membuat tenaga kerja relatif mahal, diantaranya adalah:
1. Undang-undang Penanaman Modal Asing, yang memberi fasilitas kepada
investor asing (investor besar) untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.
2. Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri, yang menyediakan fasilitas
kredit kepada investor besar dalam negeri untuk lebih aktif dalam
pembangunan ekonomi.
3. Kredit dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, yang memberikan fasilitas
kredit dengan bunga yang relative rendah atau malah tanpa bunga kepada bank
nasional yang mengalami kesulitan likuiditas.
4. Tingkat bunga kredit yang relatif lebih rendah untuk investasi jangka pnjang
dibandingkan dengan tingkat bunga untuk kredit konsumtif.
5. Pembebasan bea masuk bagi investor yang memasukkan barang modal dari
luar negeri.
6. Nilai rupiah yang dibuat terlalu mahal (over valued currency) oleh pemerintah
terhadap mata uang asing (terutama US$), sehingga pemerintah berkali-kali
melaksanakan kebijaksanaan devaluasi nilai rupiah.
Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan yang ditunjukkan
oleh Gini Rasio di Indonesia termasuk pada kategori ketimpangan sedang.
Sedangkan untuk tahun 2002-2007 rasio Kuznets menunjukkan tidaklah terjadi
ketimpangan yang mencolok, rasio dari bagian yang diterima oleh 20 persen
penduduk terkaya hanyalah sekitar dua kali dan maksimum hanya 2,3 kali dari
bagian yang diterima oleh 40 persen penduduk termiskin.
5
IV. Cara mencapai Masyarakat Adil Makmur
Terdapat dua cara untuk mencapai masyarakat adil-makmur, yakni
a. Makmur dan Adil (Growth and Equity)
b. Makmur dengan Adil (Growth with Equity)
Masyarakat Makmur dan Adil
Cara untuk mengukur masyarakat adil dan makmur adalah dengan cara terpisah antara
masyarakat makmur dan masyarakat adil. Dalam literatur ekonomi pembangunan cara yang
demikian dikenal dengan istilah tujuan pembangunan makmur dan adil (growth and equity
objectives). Dalam cara ini semula dikejar kemakmuran (tingkatan pendapatan nasional
secara maksimum), setelah kuenasionalnya besar baru dikejar keadilan (diadakan
pembagian pendaptan nasional yang lebih adil, tidak terlalu timpang), cara ini yang biasa
diterapkan di negara maju. Pertumbuhan pendapatan nasionalnya dikejar agar terjadi
penggunaan sumber produksi yang efesien (penerapan teori ekonomi tradisional),
kemudian melalui berbagai kebijakan fiskal dikejar pemerataan). Sistem yang terpisah ini
dianggap tidak cocok untuk negara berkembang. Pencapaian tujuan pembanguan di negara
maju biasanya ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sedang (sekitar 3-5 persen per
tahun) dengan tingkat ketimpangan yang kecil (gini rasio kurang dari 0,20).
Masyarakat Makmur dengan Adil
Cara kedua yang dikenal dalam literatur ekonomi pembangun adalah cara gabungan,
masyarakat makmur berkeadilan di mana kemakmuran dan keadilan dikejar dalam waktu
bersamaan. Cara ini dikenal dengan istilah tujuan makmur dengan adil (growth with equity
objectives). Dasar logika dari pendekatan ini adalah bahwa pembangunan ekonomi terdiri
dari serangkaian proyek pembanguan dari A sampai Z. dimana dalam
mengimplementasikan setiap proyek mestinya tidak hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi (penggunaan sumber produksi secara efisien), melainkan sekaligus
mempertimbangkan bagaimana pembagian (distribusi) keuntungan dari proyek tersebut.
V. Manusia (Masyarakat) Indonesia Seutuhnya
Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan alat dari
pembangunan. Dengan kata lain tujuan pembangunan ekonomi tersebut merupakan satu
kesatuan bulat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya untuk membangun
masyarakat Indonesia seutuhnya.
Tujuan Inti Pembangunan

6
Terdapat tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan
pedoman praktis untuk memahami kehidupan yang 'lebih baik' atau 'lebih manusiawi'.
Ketiga nilai inti tersebut adalah kecukupan, harga diri, dan kebebasan yang merupakan
tujuan pokok dan harus digapai oleh setiap orang dan masyarakat melalui pembangunan.
Kecukupan yaitu semua hal yang merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik.
Fungsi dasar dari semua kegiatan ekonomi, pada hakikatnya, adalah untuk menyediakan
sebanyak mungkin masyarakat yang dilengkapi perangkat dan bekal untuk menghindari
segala kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan pangan,
sandang, papan, kesehatan, dan keamanan. Atas dasar itulah, kita bisa menyatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi merupakan prasyarat bagi membaiknya kualitas
kehidupan. Komponen universal yang ke dua dari kehidupan yang serba lebih baik adalah
adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa
diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu, dan seterusnya. Semua ini
dirangkum dalam satu istilah harga diri, atau kepribadian, atau identitas. Nilai universal
yang terakhir adalah konsep kemerdekaan (kebebasan) manusia, yang di sini diartikan
secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh
pengejaran aspek-aspek materiil dalam kehidupan ini. Kebebasan di sini juga harus
diartikan sebagai kebebasan terhadap ajaran-ajaran yang dogmatis.
Indeks Pembangunan Manusia
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama tahun 1990, pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh
manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur
panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap
sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.
Program Pembangunan PBB (UNDP) telah berusaha menyusun alat pengukuran holistis
atas tingkat kehidupan manusia yang disebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM - Human
Development Index, HDI). Indeks ini dapat dipergunakan untuk menganalisis status
pembangunan sosial ekonomi secara sistematis dan komprehensif baik untuk negara maju
maupun negara berkembang serta menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya.
Sebelumnya IPM memberi peringkat pada semua negara dari skala nol (tingkat
pembangunan usia yang paling rendah) hingga 1 (tingkat pemba manusia yang tertinggi)
berdasarkan tiga tujuan atau produk pembangunan yakni masa hidup (longevity), yang
7
diukur dengan angka usia harapan hidup ; pengetahuan (knowledge), yang diukur
kemampuan baca tulis orang dewasa secara tertimbang (dua pertiga) dan rata-rata tahun
bersekolah (sepertiga); serta standar kehidupan (standard of living) yang diukur dengan
PDB per kapita.
a. Menghitung Indeks Komponen
Menghitung IPM Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan
maksimum sebelum digunakan

b. Menghitung IPM

Penghitungan Paritas Daya Beli


Dihitung dari bundel komoditas makanan dan non makanan.

c. Variabel dalam IPM


1. Angka Harapan Hidup Saat Lahir - AHH (Life Expectancy - e )
Angka Harapan Hidup saat Lahir didenisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun
yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat
kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei
kependudukan. Rata-rata Lama Sekolah - RLS(Mean Years of Schooling - MYS)

8
Rata-rata Lama Sekolah didenisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi
normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang
dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun
ke atas.
2. Rata-rata Lama Sekolah - RLS(Mean Years of Schooling - MYS)
Rata-rata Lama Sekolah didenisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi
normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang
dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun
ke atas.
3. Angka Harapan Lama Sekolah - HLS(Expected Years of Schooling - EYS)
Angka Harapan Lama Sekolah didenisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur
berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk
untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk
penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk
lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
4. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita
dan paritas daya beli (Purcashing Power ParityPPP). Rata-rata pengeluaran per kapita
setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota.
Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.
Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana
66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan.
Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao.

9
Daftar Pustaka
Nehen, Ketut. (2018). Perekonomian Indonesia. Denpasar : Udayana University Press

10

Anda mungkin juga menyukai