Anda di halaman 1dari 13

Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS
PEMBANGUNAN MADINAH AL MUNAWWAROH

OLEH:
AGUSMAN

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
1443 H/ 2021 M
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS
PEMBANGUNAN MADINAH AL MUNAWWAROH
Agusman
1Prodi S3 Ilmu Dakwah, Universitas Islam As Syafi'iyah, Indonesia
*email.agusmancz@gmail.com

Abstrak
Abstrak: Periode Madinah merupakan unsur terpenting tegaknya Masyarakat Madani. Konstitusi ini
terbentuk atas konsensus kolektif penduduk Madinah sebagai rujukan bersama dalam kehidupan
bemasyarakat yang multikultural yang beragam agama, ras, suku dan bangsa. Konstitusi ini dibentuk
untuk menciptakan integrasi sosial Masyarakat pasca hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah dan
mengantisipasi munculnya perbedaan kepentingan yang sering memicu konflik horizontal yang
disebabkan fanatisme kesukuan dan agama yang melatarbelakangi kehidupan sosial masyarakat
Madinah. Makalah ini yaitu kualitatif-deskriptif dengan pendekatan sejarah. Studi ini berusaha
mengeksplorasi langkah-langkah strategis pembangunan Madinah dengan merefleksikan nilai-nilai
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW pada Periode Madinah. Hasil penelaahan mendapatkan bahwa
ada tiga garis besar langkah-langkah strategis membangun madinah yang nabi. mengokohkan kaum
muslimin, memperbaiki hubungan antara kaum muslim dan non-muslim madinah, madinah sebagai
sentral dakwah islam

Kata Kunci: Periode Madinah, Konstitusi, Sentral Dakwah.

I. Pendahuluan
Selama 23 tahun masa kerasulan Nabi Muhammad SAW, 13 tahun dihabiskan Nabi
berdakwah di Mekah. Sedangkan 10 tahun sisanya dihabiskan dengan berdakwah di
Madinah. Tiga tahun awal masa dakwahnya, Nabi berdakwah dengan cara sembunyi-
sembunyi (sirr). Ia mulai dari orang-orang terdekatnya. Para shahabat yang menerima
dakwah Nabi turut menyebarkan dakwah sirr kepada kolega mereka. Nabi Muhammad
kemudian melakukan dakwahnya secara terang-terangan (jahr) setelah turun perintah Allah
“wa andzir asyiirotaka al aqrobiin”. Setelah melalui dakwah sirr dan jahr di Mekah selama 13
tahun, kondisi Nabi dan kaum muslimin cukup tertekan dengan penolakan dan intimidasi
dari kafir Quraisy. Allah kemudian memerintahkan Nabi untuk melebarkan ekspansi dakwah
ke luar Mekah melalui hijrah ke Madinah.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dari Mekah ke Madinah
(diperkirakan Juni 622 M) menjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dalam hijrah itu,
Nabi bersama sahabatnya Abu Bakar ash-Shiddiq menempuh perjalanan panjang ratusan
kilometer, termasuk bertahan 3 hari di Gua Tsur, menuju tempat yang bernama jadi Yastrib.
Tahun-tahun menjelang hijrah itu, beliau kehilangan istri tercinta, Khadijah radiallahu anha,
disusul dengan meninggalnya sang paman sekaligus pelindungnya, Abu Thalib. Orang-orang
Mekah semakin terbuka dalam menyerang Nabi. Kondisi ini menjadi langkah awal dakwah
islam berpindah ke Madinah. Setelah melalui proses panjang perjuangan dakwah di Mekah.
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

Fase Madinah merupakan tonggak awal pembangunan peradaban Islam yang menarik
untuk dikaji. Penulisan sejarah dakwah Nabi telah banyak dikaji oleh sejarawan muslim
maupun non-muslim. Sebagian besar ditulis secara deskriptik tanpa kajian analisis, sebagian
yang lain ditulis dengan analisis. Ada yang mengkaji dengan pendekatan psikologis seperti
tulisan “Kepribadian Nabi SAW”, ada pula yang mengkaji dengan pendekatan politik atau
kekuasaan seperti tulisan “Kepemimpinan Nabi SAW”.1
Sekitar 10 tahun Nabi menjalankan dakwahnya di Madinah. Nabi terbukti sukses
mengubah tatanan jahiliyah menjadi peradaban yang berasaskan nilai-nilai Islam.
Keberhasilan tersebut disebabkan oleh manajemen dakwahnya yang tertata rapi. Secara
teoritis Nabi tidak menjelaskan konsep manajemen dalam dakwahnya. Namun pada aplikasi,
beliau dinilai telah mengaplikasikan prinsip-prinsip manajemen. Sistem dakwah dan
pembangunan peradaban muslim di Madinah menarik untuk menjadi sebuah kajian empiris.
Pengelolaan yang baik dan rapi dalam organisasi dakwah menjadi sebuah keharusan
yang mesti menjadi perhatian para da’i. Sebuah organisasi dakwah akan mampu menjadi
media perubahan di masyarakat, jika mengerti mampu mengimplementasikan pola dakwah
Nabi. Secara khusus dengan melihat strategi Nabi membangun peradaban di Madinah.
Tulisan ini akan membahas langkah-langkah strategis pembangunan Madinah Al
Munawarroh.

II. Pembahasan
Nabi Muhammad di Madinah Al-Munawwarah
Madīnah Al-Munawwarah berarti kota yang bercahaya. Madīnah Al-Munawwarah adalah
nama lain dari Kota Madinah yang merupakan ibukota dari Provinsi Madinah dan
merupakan kota kedua tersuci bagi umat islam selain Mekkah. Dahulu kota ini bernama
Yastrib, namun diubah menjadi Madinah Al-Munawwarah.
Makna kata Al-Munawwarah yang artinya bercahaya melekat pada Kota Madinah karena
pada dakwah periode Madinah lah cahaya Islam mulai terang-benderang dan merupakan
lambang masa kejayaan. Pada kota Madinah pula lah hukum Allah mulai ditegakkan.
Sejarah menyebutkan bahwa ketika Rasulullah SAW. Berada di Mekah, ia dengan gigih
menyiarkan Islam, namun usaha itu tidak memperoleh hasil yang menggembirakan. Nabi
dan para sahabat secara politis benar-benar terpojok dan terjepit. Di saat yang sama keadaan
masyarakat Yatsrib (sebelum Madinah) saat itu sedang bergolak. Yatsrib yang terdiri atas
banyak komunitas kesukuan2 dan agama terjadi konflik politik (perang Bu’ăth, perang

1
Alamat Ojs, “MANAJEMEN DAKWAH RASULULLAH: Analisis Dakwah Nabi di Kota Mekah” 1, no. 2 (2016): 22.
2
Diantara komunitas sukunya adalah; komunitas suku/kaum Yahudi (Pendatang), kaum Aus, Khazraj (komunitas arab
selatan), dan kumunitas Badui. Lihat M. Zuhri, Potret Keteladanan Kiprah Pilitik Muhammad Rasulullah cet. ke-1 (Yogyakarta:
LESFI, 2004), p. 29.
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

antara suku Aus dan Khazraj) 3 yang berkepanjangan. Hal ini terjadi karena kepongahan,
praktik monopoli dan dominasi ekonomi dari orang - orang Yahudi.4
Ketika konflik semakin besar, bangsa Yahudi sering berkata “tunggulah, Rasul terakhir
kalian yang akan segera tiba dan dengan pertolongannya, kami akan mengungguli kalian”.5
Hal ini mengakibatkan mereka yang merasa tertindas berkepanjangan selalu berharap
seseorang yang dapat menjadi pemimpin untuk menyelamatkan mereka dari penindasan
ekonomi dan politik.
Ketika kaum Yatsrib mendengar risalah kenabian Muhammad, mereka berdiskusi
panjang sesama tokoh Yatsrib dan mengundang Nabi Muhammad untuk datang ke Yatsrib
sebagai juru damai di antara mereka. 6 Akhirnya setelah beberapa kali bertemu dengan nabi
beberapa di antara mereka memutuskan untuk memeluk Islam sebelum didahului kaum
Yahudi. Pemimpin mereka pergi ke Mekah dan menyepakati sebuah bai’at ‘Aqabah
(perjanjian ‘Aqabah) dengan Rasulullah. Dalam perjanjian ‘Aqabah yang ke dua, salah satu
kesepakatannya adalah untuk saling melindungi antara kaum Yatsrib dengan Rasulullah.
Peristiwa bersejarah inilah yang mengubah arah perjalanan Nabi Muhammad dan
pengikutnya dari kelompok tertindas menjadi kekuatan politik yang kokoh, solid dan
disegani. Hijrahnya Nabi ke Yatsrib dan dijadikannya ia sebagai seorang pemimpin,
merupakan titik awal kehidupan politik bagi Nabi Muhammad sebagai pemimpin Negara
Islam yang masih kecil, yang kemudian diikuti oleh berbagai kejadian, perjanjian, dan
perang, yang semuanya menjadi saksi atas kebesarannya sebagai negarawan yang ber-ibu
kota Madinah.
Proses pengangkatan Nabi sebagai pemimpin di Madinah berdasarkan kesepakatan yang
disebut dalam perjanjian. Dalam ilmu politik, proses ini disebut “kontrak sosial”.7 Implikasi
bai’at adalah proteksi dan kerjasama yang saling menguntungkan. Sama halnya masyarakat
kesukuan menerapkan sebuah sistem politik proteksi, suku yang kuat dapat diminta
melindungi suku yang lemah.
Pada masa awal-awal kehidupan di Madinah, Rasulullah dihadapkan pada situasi yang
sanga sulit kaum Muhajirin (pengungsi dari Mekah) hidup serba kekurangan, tidak berdaya,
dan tidak mempunyai berbagai sarana kehidupan. Sementara itu, kaum Yahudi Madinah
bersekongkol dengan orang-orang musyrik Mekah untuk memusuhi kaum muslim

3
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. ke-II (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), p. 67.
4
Ibid., p. 30.
5
Afzalur Rahman, Muhammad: Encyclopaedia of Seerah, terj. Taufik Rahman cet. ke-1 (Bandung: Pelangi Mizan, 2009), p.
13.
6
Karim, Sejarah., p. 67.
7
Ubaidillah, et. all., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani (Jakarta: IAIN Jakarta Press,
2000), p. 75.
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

mengancam untuk menyerang Madinah, menghacurkan komunitas Muslim yang masih


kecil.8
Menghadapi kenyataan yang sangat sulit itu, Nabi Muhammad mengambil serangkaian
langkah untuk mengukuhkan kepemimpinan Islam di Madinah yang baru didirikan itu baik
secara sosial, politik, maupun ekonomi. Setidaknya ada 3 langkah strategis yang dilakukan
Nabi untuk menghadapi kondisi tersebut. Pertama, mengokohkan kaum muslimin Madinah,
kedua, memperbaiki hubungan antara kaum muslim dan non-muslim Madinah. Ketiga,
menjadikan Madinah sebagai sentral dakwah Islam.
A. Mengokohkan Kaum Muslimin Madinah
Dalam membangun peradaban islam di Madinah, Nabi mulai dari hal yang paling penting.
Beliau mengokohkan internal masyarakat islam melalu beberapa aspek berikut.
(1) Mendirikan sebuah masjid sebagai pusat kegiatan dakwah dan sentra pengembangan
peradaban Islam.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa ini misi kenabian bukan misi militerisme yang akan
menjadi ancaman bagi non-muslim dan bukan pula misi tahta kerajaan yang menjadi
target perjuangan. Ketika Nabi tiba di Quba, sebuah desa di luar kota Madinah, Nabi
sudah meminta agar dibangun sebuah masjid. Dalam pembangunan tersebut Muhammad
memberikan contoh keteladanan kebersamaan yang sangat mengesankan. Dia ikut
menyingsingkan lengan baju mengangkut tanah. Demikian pula ketika dia sampai di kota
Madinah, masjid lah yang pertama kali ia dirikan. Tindakan ini mengandung makna
bahwa pembinaan akhlak dan ketinggian jiwa adalah hal yang pertama dilakukan
sebelum pekerjaan lainnya.9
Inilah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan Rasulullah SAW
kepada Allah swt. Allah berfirman dalam QS At-Taubah ayat 108:
ٞ ‫ا‬ ‫ا‬ ُ ‫ۡ ا َّ ا ۡ ا ا ُّ ا ا‬ ‫ا‬ ۡ َّ ‫ا ا ٗ َّ ا ۡ ٌ ُ ا ا ا‬ ۡ ُ‫ا ا‬
‫جد أسِس لَع ٱتلقوى مِن أو ِل يو ٍم أحق أن تقوم فِيهِِۚ فِيهِ رِجال‬ ِ ‫َل تقم فِيهِ أبداۚ لمس‬
‫ِب ٱل ۡ ُم َّطهرينا‬ ُ َّ ‫ون أان ايتا اط َّه ُر ۚوا او‬
ُّ ‫ٱَّلل ُُي‬ ‫ُ ُّ ا‬
‫ُيِب‬
ِِ
Artinya: Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut
kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan
diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.
(2) Mempersaudarakan sesama muslim (Anshâr dan Muhâjirîn) berdasarkan tali ikatan
agama tanpa ada perbedaan derajat baik karena darah maupun suku.

8
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1984), p. 92.
9
Ridwan Rustandi dan Syarif Sahidin, “Analisis Historis Manajemen Dakwah Rasulullah Saw dalam Piagam
Madinah,” Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 7, no. 2 (1 Desember 2019),
https://doi.org/10.24235/tamaddun.v7i2.5503.
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

Membangun ukhuwah Islamiyah merupakan langkah selanjutnya mempersaudarakan


antara kaum kaum Muhajirin dan Anshar, kaum Aus dan Khazraj yang sudah ratusan
tahun saling berperang. Hal ini mengisyaratkan bahwa agama Islam ditegakkan atas
dasar aqidah dan ukhuwah.10 Rasa persaudaraan mereka, telah menyatu seperti sesosok
tubuh, yang jika ada satu anggota tubuh terkena penyakit, maka seluruh tubuh
merasakannya. Terhadap kelompok muslim ini, Rasulullah sendiri adalah pemimpinnya
dan berlaku semua ketentuan yang diwajibkan oleh agama. Allah swt berfirman dalam Al
quran, Surah Al Hasyr Ayat 9:

‫وره ِۡم‬ ‫د‬


‫ا ۡ ۡ ُ ُّ ا ا ۡ ا ا ا ا ۡ ۡ ا ا ا ُ ا‬
ُ ‫ون ِف ُص‬ ‫د‬ ‫َي‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫م‬‫ه‬ ‫َل‬ ‫إ‬ ‫ر‬‫اج‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ون‬‫ِب‬ ‫ُي‬ ‫م‬‫ه‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ار او ۡٱۡل ا‬
‫يم ا‬ ‫ٱدل ا‬ ‫او َّٱَّل ا‬
َّ ‫ِين اتبا َّو ُءو‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ۡ ‫ ا ا ُ ا ُ َّ ا‬ٞ ‫ا ا ٗ َّ ٓ ُ ُ ا ُ ۡ ُ ا ا ا ٰٓ ا ُ ۡ ا ا ۡ ا ا ۡ ا ا ا‬
‫سهِۦ‬ ِ ‫سهِم ولو َكن بِهِم خصاصة ۚ ومن يوق شح نف‬ ِ ‫حاجة مِما أوتوا ويؤث ِرون لَع أنف‬
‫ا ُ آٰ ا ُ ُ ۡ ُ ۡ ُ ا‬
‫فأولئِك هم ٱلمفلِحون‬
Artinya: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah
kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang
beruntung.
(3) Tegaknya shalat maktubah bil jama’ah, pelaksanaan shalat lima waktu disempurnakan
dan ditetapkan oleh Rasulullah.
Selain merupakan ibadah mahdhoh, di sisi lain shalat berjama’ah adalah gambaran hidup
atau miniatur bentuk kemasyarakatan Islam di luar masjid. Pada masa awal
perkembangan Islam, Rasulullah SAW mendapatkan perintah untuk melaksanakan
shalat lima waktu. Kiblat yang pertama adalah menghadap Masjidil Aqsha (Bait al-
Maqdis) di Palestina. Rasulullah menghadap ke Masjid al-Aqsha tersebut selama delapan
belas bulan, enam belas bulan saat di Mekah dan dua bulan setelah hijrah ke Madinah. 11
Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai
berikut:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna Telah menceritakan kepada
kami Yahya dari Sufyan Telah menceritakan kepadaku Abu Ishaq dia berkata; Aku
mendengar Al Barra ra berkata: “Kami shalat bersama Rasulullah SAW dengan menghadap
ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan. Lalu beliau merubahnya dengan
menghadap kiblat.”.
Shalat berjamaah merupakan perkara penting yang harus menjadi perhatian setiap
muslim. Melalui shalat berjamaah kaum muslimin memiliki kesempatan untuk menjalin

10
https://minanews.net/ust-ahi-lima-langkah-strategis-rasulullah-tata-masyarakat-islam-saat-hijrah/ (diakses 12
Oktber 2021, 08:51 pm)
11
Rizki Muhammad Haris, “HUKUM SALAT YANG TIDAK SESUAI ARAH KIBLAT:” 1, no. 1 (2017): 13.
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

silaturahmi, dapat menumbuhkan kebersamaan dalam kebaikan serta menjadikan para


shahabat berusaha untuk berlomba dalam kebaikan.
B. Memperbaiki Hubungan Antara Kaum Muslim dan Non-muslim Madinah
Setelah mengokohkan kaum muslimin dalam bingkai ketaatan kepada Allah dan
persaudaraan antara sesame kaum muslimin, maka Rasulullah membangun hubungan baik
dengan non-muslim. Aspek yang Nabi tempuh adalah membangun sebuah masyarakat
bernegara yang didukung oleh seluruh penduduk Madinah dan sekitarnya tanpa
memandang asal keturunan dan agama yang dianut.
Masyarakat bernegara ini diikat oleh satu tali kepentingan dan cita-cita bersama, yang
harus ditegakkan, dibangun dan dibela bersama-sama. Setiap warga negara dituntut untuk
mentaati kontrak sosial yang dibuat bersama-sama. Masyarakat bernegara yang dibangun
oleh Muhammad SAW lahir berdasarkan konsensus bersama seluruh masyarakat Madinah
dan sekitarnya yang terekam dalam suatu piagam yang dikenal dengan nama “Piagam
Madinah”.
Piagam Madinah yang dibuat sebelum Perang Badar ini jelas sekali memperlihatkan
karakter masyarakat yang majemuk (plural), baik ditinjau dari asal keturunan maupun dari
segi agama dan budaya. Di dalamnya terdapat Arab Muslim, Yahudi dan Arab non-Muslim.
Piagam Madinah itu ditetapkan berdasarkan atas: (1) kebebasan beragama, (2) persamaan,
(3) kebersamaan, (4) keadilan, (5) perdamaian dan berkeadilan, dan musyawarah.12
Dalam Piagam Madinah itu ditetapkan berbagai konsensus bersama baik sesama umat
Islam (Anshâr dan Muhâjirîn) maupun antar umat Islam dengan umat Yahudi. Di dalamnya
terdapat kon-sensus atau acuan bersama (common denominator) mengenai kebebasan
beragama; larangan saling mengganggu, saling menyerang dan berbuat keonaran; secara
bersama-sama menghadapi berbagai ancaman dan serangan yang datang dari luar; hidup
berdampingan dengan damai; penegakkan hukum (law enforcement) secara adil dan
menjunjung tinggi persamaan dan lain-lain.
Seperti diketahui, bahwa selain umat Islam, masyarakat Madinah pada saat itu terdiri
dari berbagai kelompok keagamaan Yahudi. Kelompok-kelompok Yahudi itu adalah Banu
‘Auf, Banu al-Harits, Banu Sa’idah, Banu Jusham, Banu al-Najjar, Banu Amir ibn ‘Auf, dan Banu
al-Nabit. Sebelum Muhammad memimpin kota Madinah, antara berbagai kelompok itu selalu
terjadi peperangan. Jadi, melalui Piagam Madinah ini, Muhammad tidak hanya berhasil
membuat perjanjian damai antara umat Islam dengan umat Yahudi, tetapi juga berhasil
mendamaikan antara berbagai kelompok (sub-clan) Yahudi tersebut, yang sebelumnya
antara kelompok Yahudi yang satu dengan kelompok Yahudi lainnya saling bermusuhan.
Butir-butir Piagam Madinah jelas menggambarkan prinsip-prinsip tata negara modern,
sebagai dasar untuk membangun masyarakat madani atau civil society, yang tidak

12
Hielmy, Irfan.Masyarakat Madani; Suatu Ikhtiar dalam Menyongsong Millenium Baru. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

membedakan manusia dari asal-usul suku, golongan, agama, budaya dan lain-lainnya serta
menyatukannya dalam wadah negara.
Piagam Madinah yang dideklarasikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu memuat 47
tujuh pasal, yang di dalamnya tertuang ketentuan yang mengatur sistem perpolitikan,
keamanan, kebebasan beragama, kesetaraan di muka hukum, perdamaian, dan
pertahanan.13 Dalam bidang politik-pertahanan, misalnya, disebutkan bahwa:
(1) Seluruh kaum Muslimin dan Yahudi yang tergabung dalam perjanjian, dikategorikan
sebagai satu umat dan wajib berjuang bersama-sama dalam menciptakan keamanan
nasional dan bela negara bila sewaktu-waktu ada serangan musuh dari luar.
(2) Semua kaum Muslimin dengan berbagai latar belakang suku, seperti suku Quraisy, bani
Auf, Saidah, al-Hars, Jusyam, an-Najjar, Amr bin Auf, dihimbau untuk tetap kompak
bekerja sama, seperti halnya dalam membayar diat dan membebaskan tawanan.
(3) Sesama muslim dan juga Yahudi yang tergabung dalam perjanjian tidak diperbolehkan
membuat persekutuan baru tanpa seizin pemerintahan Rasulullah.
(4) Sesama kaum Muslimin dan Yahudi berada dalam satu barisan menentang orang-orang
zalim dan berbuat kerusakan.
(5) Madinah adalah kota suci sehingga diharamkan berperang dan pertumpahan darah,
kecuali kepada mereka yang melakukan pelanggaran, mengancam stabilitas negara, dan
mengoyak kerukunan beragama.
Dalam hal kebebasan beragama, perlindungan, dan kesetaraan di mata hukum, misalnya,
disebutkan bahwa:
(1) Siapa pun yang berbuat zalim dan jahat, baik dari kalangan Muslimin maupun Yahudi,
tidak boleh dilindungi oleh siapa pun, bahkan harus ditentang bersama-sama.
(2) Kaum Muslimin dilarang main hakim sendiri dan bersekongkol dengan pihak lawan.
(3) Selama tidak melakukan pelanggaran, kelompok Yahudi dan sekutu-sekutunya berhak
atas perlindungan, pertolongan, dan jaminan negara.
(4) Baik kaum Muslimin maupun kaum Yahudi bersama sekutunya diberi kebebasan untuk
menjalankan agama masing-masing.
(5) Jika pendukung piagam diajak berdamai, dan semua pihak yang terlibat perjanjian
memenuhi perdamaiannya, maka kaum Muslimin wajib memenuhi ajakan damai
tersebut.
C. Madinah Sebagai Sentral Dakwah Islam
Dakwah nabi Muhammad SAW periode Madinah memiliki kesuksesan yang luar biasa
dengan terbentuknya Negara Madinah, semakin bertambahnya pemeluk Islam yang berasal

13
https://islam.nu.or.id/post/read/114786/mengenal-isi-piagam-madinah--cara-nabi-ciptakan-keadilan-dan-
kesetaraan (diakses 12 oktober 2021, 09.45 pm)
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

dari berbagai suku dan golongan serta umur. Strategi yang dilakukan nabi dengan
membangun masjid sebagai pusat kegiatan termasuk ibadah dan musyawarah,
mendamaikan suku ‘Aus dengan suku Kharaj, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan
Ansar, serta perjanjian dengan non-muslim madinah yang terdapat dalam “piagam Madinah”
menjadi dokumen outentik sebagai dasar terbentuknya Negara Madinah.14
Terciptanya persatuan dan kesatuan baik sesama muslim maupun non-muslim
menciptakan suasana yang kondusif dalam internal Negara Madinah yang nantinya akan
menumbuhkan solidaritas yang tinggi serta mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas politik dalam negeri yang berdampak pada kemajuan peradaban Negara. Selain itu,
dakwah nabi Muhammad dengan memberikan teladan ataupun contoh serta instruksi dan
penjelasan-penjelasan dalam melaksanakan berbagai kegiatan baik perorangan, kelompok,
maupun umat secara keseluruhan juga merupakan faktor keberhasilan dakwah nabi
Muhammad.
Setelah berhasil mengkondisikan masyarakat, Nabi menjadikan Madinah sebagai sentral
dakwah dan penyiaran Islam. Dari Madinatul Munawarah, Rasul mengirim mujahid-mujahid
dakwah ke segala penjuru pelosok untuk mengajak manusia pada hidayah islam. Sehingga
Madinah menjadi sentral kegiatan dunia baru Islam, cahaya menerangi kegelapan jahiliyah
lama maupun jahiliyah modern.
(1) Dakwah dengan Pengiriman Surat (Al-Murosalah)
Baginda Rasulullah bukan saja berdakwah dengan menggunakan ucapan, bahkan
baginda menyampaikan Pesan dakwah dengan tulisan yang ditulis oleh para sahabatnya.
Kebanyakan surat-surat beliau terbagi 3 bagian15:
a) Seruan yang berisi ajakan untuk memeluk Islam. Surat seperti ini biasanya ditujukan
kepadan non-muslim seperti Yahudi, Kristian, Majusi dan Musyrikin.
b) Surat yang berisi ajaran Islam tentang panduan suatu perkara kepada masyarakat Islam.
Biasanya surat ini ditujukan kepada orang Islam yang ingin mengetahui sesuatu perkara
dalam Islam.
c) Surat yang berisi panduan Islam bagi non muslim yang berada dibawah kepimpinan
Islam. Ia khusus bagi mereka yang ingin berdamai dengan umat Islam.
(2) Pengiriman Da’i
Hal ini merujuk kepada pengiriman para sahabat ke berbagai daerah di luar Madinah Al-
Munawarah. Ini merupakan lanjutan terhadap pendekatan tarbiyah Rasulullah untuk
mempersiapkan para da’i profesional yang telah menjalani didikan dari Rasulullah secara
langsung.

14
M Faizul Amirudin, “DAKWAH NABI MUHAMMAD DI MADINAH,” t.t., 16.
15
https://muhammadnazirul.wordpress.com/2013/12/11/manhaj-manhaj-dakwah-rasulullah-di-madinah/
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

(3) Jihad
Menurut Ibnu Qayyim jihad terbagi ke dalam tiga bentuk, yaitu jihad mutlaq, jihad hujjah
dan jihad 'amm. Pembagian ini dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada saat itu,
sehingga Ibn Qayyim membagi jihad berdasarkan cara yang dipergunakan dalam
menegakkan keadilan dan kebenaran.
Jihad mutlaq adalah bersabar menghadapi musuh di medan perang. Islam membenarkan
umat lslam untuk mempertahankan diri dan kehormatan, namun Islam melarang umat Islam
memulai suatu masalah, bahkan dalam melakukan peperangan, ajaran Islam memberikan
aturan-aturan yang sangat ketat sehingga etika dan moralitas senantiasa terjaga meskipun
di medan perang. Kontak senjata dalam pandangan Islam adalah jalan terakhir yang tidak
bisa dihindari yaitu disaat semua jalan diplomasi sudah tertutup.
Jihad hujjah adalah jihad yang dilakukan oleh para ulama dalam rangka memberikan
penjelasan dan dalil-dalil yang logis tentang risalah Islam yang bersifat rahmatan lil'alamin.
Jihad semacam ini juga dikenal dengan da'wah bi al-lisan.
Jihad 'amm yaitu jihad yang merangkumi seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat
moral maupun material. Jihad ini dapat dilakukan melalui harta, jiwa, tenaga, waktu, dan
ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jihad dalam konteks ini melibatkan seluruh umat Islam
tanpa kecuali. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan bahwa pekerjan yang paling disenangi
oleh Allah SWT adalah pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Adapun jumlah peristiwa-peristiwa penting yang popular pada setiap tahun hijriyah
sampai intiqal-nya Rasulullah SAW secara urutan tahun adalah sebanyak 10 tahun sebagai
berikut:
D. Peristiwa-peristiwa Penting Selama 10 Tahun di Madinah
Tahun Pertama: Pada tahun ini, Nabi SAW membangun masjid dan tempat-tempat
tinggal beliau SAW (beliau SAW melakukan pembangunan ini dengan tangan beliau sendiri
untuk memberikan semangat kaum muslimin dalam kerja mereka). pada awal hijrah ini
Rasulullah juga mempersaudarakan antara sahabat Muhajirin dan Anshar. Yang tak kalah
penting, yakni masuk Islamnya Abdullah bin Salam ra, seorang rabbi dan pemimpin Kaum
Yahudi Yastrib (Madinah). Selain itu, tahun ini diisyariatkannya adzan dan iqamah dan Allah
Ta’ala mengizinkan kaum muslimin untuk memerangi (membalas) musuh-musuh mereka,
setelah para musuh ini menentang Nabi SAW.16
Tahun Kedua: Di tahun ini, arah kiblat dirubah ke Ka’bah setelah 16 atau 17 bulan dari
hijrah Nabi SAW di bulan sya’ban. Pada tahun ini, diwajibkan puasa sebulan di bulan
Ramadan, diwajibkan zakat fitrah dan zakat mal, dan disyariatkan shalat dua hari raya. Pada
tahun ini terjadi perang Badar Al Kubra di bulan Ramadan.

16
https://tebuireng.online/peristiwa-peristiwa-penting-selama-10-tahun-hijrah-nabi-saw-ke-madinah/
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

Tahun Ketiga: Di tahun ini, terjadi beberapa peperangan dan detasemen (pengiriman
peleton pasukan). Perang Uhud pada hari sabtu, tanggal 7 Syawal, perang Badar shughra
pada awal bulan Dzul Qa’dah dan perang Bani an Nadhir. Pada tahun ini Allah
mengharamkan khamer setelah perang Uhud.
Tahun Keempat: Di tahun ini, turun hukum syarat qashar shalat, dan turunnya Jibril
dalam perang Dzatur Riqa’ dengan turunnya syariat shalat khauf. Dalam peperangan ini
turun ayat tayammum. Terjadi perang khandaq, pengepungan sekutu-sekutu musyrikin
pada kota Madinah selama lima belas hari. Kemudian Allah Azza wa Jalla mengalahkan
mereka, mengirim angin dan pasukan untuk memporak-porandakan mereka. Pada perang
ini, banyak terbunuh, para qurra’ (ahli Al Quran) ra. di Sumur Ma’unah.
Tahun Kelima: Di tahun ini, terjadi perang Daumatul Jandal, perang Bani Quraizhah, dan
perang bani Musthaliq. Di antara para tawanan dari Bani Musthaliq ada Barrah puteri
pimpinan bani Musthaliq. Lalu Rasulullah SAW menikahinya dan memberinya nama
Juwairiyah ra. Ketika Bani Musthaliq mendengar pernikahan ini, mereka masuk Islam
semuanya dan mereka berbalik menjadi penolong kaum muslimin setelah mereka menjadi
musuh. Pada tahun ini, diturunkannya ayat hijab dan kewajiban haji.
Tahun keenam: Di tahun ini, terjadi perang Hudaibiyah dan Bai’atur Ridlwan (Baiat
Ridwan adalah Sumpah setia yang diikrarkan pada sahabat Nabi di hadapan Rasulullah di
bawah sebuah pohon di tepi telaga. Di tengah-tengah perjalanan pulang Beliau SAW dari
Hudaibiyah ke Madinah turunlah surat Al Fath, maka berbahagialah kaum muslimin dengan
berita gembira penaklukkan kota Makkah), terjadi gerhana matahari, dan turun ayat Dzihar.
Tahun ketujuh: Di tahun ini, terjadi perang Khaibar dan gencatan senjata yaitu
perdamaian dengan penduduk Makkah. Terjadinya umrah qodho’ pada bulan Dzul Qa’dah.
Tahun ini, Turun pula pelarangan nikah mut’ah dan makan daging keledai piaraan.
Tahun kedelapan: Di tahun ini, terjadi perang Mu’tah dan Dzatus Salasil. Di tahun ini,
terjadi penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah) di bulan Ramadan dan penghancuran
berhala-berhala yang berada di sekeliling Ka’bah, bai’at kaum pria dan wanita dari penduduk
Makkah. Tahun ini, juga terjadi perang Hunein dan Thaif.
Tahun kesembilan: Di tahun ini, terjadi Perang Tabuk dan di tahun ini juga Nabi SAW
berturut-turut mengirim utusan-utusan ke berbagai negeri.
Tahun kesepuluh: Di tahun ini, Rasulullah SAW melaksanakan haji wada’ (haji
perpisahan). Beliau SAW berkhutbah di Arafah dengan yang isinya mengajarkan banyak hal
tentang ushuluddin dan furu’nya kepada umat Islam. Di tahun ini, beliau SAW mengutus Ali
bin Abu Thalib ra, Mu’adz bin Jabal ra, dan Abu Musa al Asy’ari ra. ke negeri Yaman.
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

III. Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa langkah strategis dalam membangun
Madinah:
(1) Mengokohkan kaum muslimin Madinah. Langkah pertama dalam membangun
peradaban islam di Madinah, Nabi mulai dari hal yang paling penting. Beliau
mengokohkan internal masyarakat islam melalu beberapa aspek berikut.
- Mendirikan sebuah masjid sebagai pusat kegiatan dakwah dan sentra pengembangan
peradaban Islam.
- Mempersaudarakan sesama muslim (Anshâr dan Muhâjirîn) berdasarkan tali ikatan
agama tanpa ada perbedaan derajat baik karena darah maupun suku.
- Tegaknya shalat maktubah bil jama’ah, pelaksanaan shalat lima waktu
disempurnakan dan ditetapkan oleh Rasulullah.
(2) Memperbaiki Hubungan Antara Kaum Muslim dan Non-muslim Madinah. Rasulullah
membangun hubungan baik dengan non-muslim. Aspek yang Nabi tempuh adalah
membangun sebuah masyarakat bernegara yang didukung oleh seluruh penduduk
Madinah dan sekitarnya tanpa memandang asal keturunan dan agama yang dianut. Hal
ini ditandai dengan disepakatinya Piagam Madinah. Piagam Madinah itu ditetapkan
berdasarkan atas: (1) kebebasan beragama, (2) persamaan, (3) kebersamaan, (4)
keadilan, (5) perdamaian dan berkeadilan, dan musyawarah.
(3) Madinah Sebagai Sentral Dakwah Islam. Nabi menjadikan Madinah sebagai sentral
dakwah dan penyiaran Islam. Dari Madinatul Munawarah, Rasul mengirim mujahid-
mujahid dakwah ke segala penjuru pelosok untuk mengajak manusia pada hidayah islam.
Sehingga Madinah menjadi sentral kegiatan dunia baru Islam, cahaya menerangi
kegelapan jahiliyah lama maupun jahiliyah modern.

IV. Daftar Pustaka

Amirudin, M Faizul. “Dakwah Nabi Muhammad Di Madinah” t.t, 16.


Haris, Rizki Muhammad. 2017. “Hukum Salat yang Tidak Sesuai Arah Kiblat:” 1, no. 1: 13.
Hielmy, Irfan. 1999. Masyarakat Madani; Suatu Ikhtiar dalam Menyongsong Millenium Baru.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M, Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. ke-II. Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, p. 67.
M, Zuhri. 2004. Potret Keteladanan Kiprah Politik Muhammad Rasulullah cet. ke-1.
Yogyakarta: LESFI, p. 29.
Ojs, Alamat. 2016. “Manajemen Dakwah Rasulullah: Analisis Dakwah Nabi di Kota Mekah” 1,
no. 2: 22.
Rustandi, Ridwan, dkk. 2019. “Analisis Historis Manajemen Dakwah Rasulullah SAW dalam
Piagam Madinah.” Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 7, no. 2 (1
Makalah (Dakwah & Pengembangan Masyarakat)

Desember 2019). https://doi.org/10.24235/tamaddun.v7i2.5503.


https://minanews.net/ust-ahi-lima-langkah-strategis-rasulullah-tata-masyarakat-islam-
saat-hijrah/ (diakses 12 Oktber 2021, 08:51 pm)
https://islam.nu.or.id/post/read/114786/mengenal-isi-piagam-madinah--cara-nabi-
ciptakan-keadilan-dan-kesetaraan (diakses 12 oktober 2021, 09.45 pm)
https://tebuireng.online/peristiwa-peristiwa-penting-selama-10-tahun-hijrah-nabi-saw-
ke-madinah/ (diakses 4 November 2021, 09:19 pm)

Anda mungkin juga menyukai