Anda di halaman 1dari 15

Makalah

DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH


(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dakwah I)
Dosen Pengampu: Rubiyanah, S.Ag, MA.

Disusun oleh:
Rika Salsabilla 11190511000004
Atika Pusagawanti 11190511000021

JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perjuangan Rasulullah dan umat Islam dalam memperjuangkan agama Allah
sangat berat dan tidak semudah yang dibayangkan. Sebagaimana Rasul dan
pengikutnya yang berasal dari Mekkah mengalami banyak gangguan oleh kaum kafir
Quraisy. Sebenarnya, bukan tanpa sebab para kafir Quraisy sangat menolak apa yang
dilakukan oleh Rasul. Persoalan yang serius terkait moral masyarakat jahiliyah yang
pada saat itu masih buta akan sebuah kebenaran menjadi sebuah ujian yang nyata.
Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling banyak
mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan kawasan yang
luas, yang didalamnya terdapat kemajemukan rasial dan budaya.Islam adalah agama
yang universal, yaitu agama yang pemberlakuannya tidak dibatasi oleh tempat dan
waktu tertentu. Ia sesuai dengan semua golongan manusia. Islam juga tidak pernah
membedakan warna kulit, Bahasa, bangsa, pangkat, derajat, dengan ini lah Islam
mudah mempengaruhi hati dan fikiran manusia tanpa membeda-bedakan.1
Melihat realitas peradaban Islam sebelumnya sudah mengenal kehidupan politik,
sosial, ekonomi, bahasa, dan seni tapi semua itu masih sangat sederhana dan sangat
ironis. Namun setelah Islam datang yang merupakan rahmatan lil alamin (rahmat bagi
seluruh alam), dan akhirnya kehidupan umat pun makin terarah. Islam secara bertahap
menghapus tradisi jahiliyah yang telah berurat berakar dalam suku Quraisy di Mekkah
dan suku-suku lainnya di luar Jazirah Arab pada umumnya. 2 Perjuangan Rasul,
keluarga dan sahabatnya terus berlanjut. Sebagaimana yang diketahui, umur
Rasulullah saw terlalu dini meninggalkan Islam, yaitu hanya dua puluh tiga tahun
mendakwakan ajaran Islam, di Mekkah sepuluh tahun dan tiga belas tahun di
Madinah. Oleh karena itu, makalah ini tertuju pemabahasan mengenai historis dakwah
Rasulullah yang sebelumnya adalah Mekkah, dan saat ini akan membahas dakwah
Rasul pada periode Madinah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Karakteristik dan Metode Dakwah Rasul Periode Madinah?

1
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 21.

2
Moh Ali Aziz, Ibid., h. 23.
2. Apa yang Menjadi keistimewaan Rasulullah dalam Berdakwah?
3. Apa tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW di tengah pluralitas
masyarakat Madinah?
PEMBAHASAN

1. Sejarah Dakwah Rasul Periode Madinah


Pada periode Madinah Nabi Muhammad menghadapi masyarakat yang berbeda
dengan masyarakat Mekkah. Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang bervariasi.
Hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya beberapa suku dan menganut juga
beberapa agama.3 Penduduknya menjelang hijrah Nabi terdiri dari bangsa Arab dan
bangsa Yahudi yang terbagi ke dalam beberapa suku. Sementara Suku bangsa Arab
yang terkemuka adalah suku Aus dan suku Khazraj yang bermigrasi dari Arabia
selatan. Bangsa Yahudi terdiri dari tiga suku utama Bani Quraizah, Bani Nadhir, dan
Bani Qainuqa’. Dalam segi Agama, masyarakat Madinah menganut beberapa agama
yaitu agama paganisme (menyembah berhala) agama Yahudi dan agama kristen tetapi
minoritas. Sejarah masuknya orang Yahudi ke Madinah gelombang pertama tidak
banyak diketahui dengan pasti. Bisa jadi mereka tinggal di Madinah sejak sebelum
masehi, tetapi gelombang perpindahan mereka yang utama terjadi akibat pengusiran
oleh Kaisar Hardian (Kaisar Romawi) pada tahun 135M (Armstrong, 2002: 194-195).
Sebelum kedatangan Nabi, masyarakat Madinah selalu diliputi konflik antar sesama
suku, dan masyarakat Madinah telah lama mengalami perang saudara. Klimaksnya
terjadi pada peperangan Bu’ ats pada tahun 618 M di mana hampir semua suku-suku
Arab di Madinah terlibat di dalamnya, demikian juga suku-suku Yahudi, semuanya
bersekutu dengan kelompoknya masing-masing (Engineer, 1999: 46). Hal ini
disebabkan oleh pola struktur masyarakat Arab yang didasarkan pada organisasi klan,
yang mengikat semua anggota keluarga dengan pertalian darah. Sistem hubungan ini
menumbuhkan solidaritas yang kuat di antara keluarga-keluarga suku. Oleh para ahli
disebut ashabiyat. Dengan semangat ini dapat menimbulkan chauvinisme yang
mendalam.
Pada periode awal dalam perjuangan menyiarkan Islam di Makkah, situasi yang
dialami Nabi Muhammad SAW dan umat Islam begitu berat. Nabi Muhammad SAW
dan kaum muslimin lainnya saat itu mendapati kenyataan bahwa mereka menanggung
3
Ahmad Anas, Hendri Hermawan Adinugraha, 2017, Dakwah Nabi Muhammad terhadap Masyarakat
Madinah Perspektif Komunikasi Antarbudaya dalam Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies
Volume 11 Nomor 1, h.54.
berbagai tekanan, penyiksaan, pemboikotan, bahkan ancaman pembunuhan dari orang
kafir Quraisy.4 Kota Yastrib akhirnya dipilih sebagai tempat dan pusat syiar Islam
dengan alasan adanya tawaran dan permintaan orang Yastrib yang telah masuk Islam.
Nabi Muhammad SAW pun kemudian memindahkan pusat syiar Islamnya ke tempat
ini. Madinah atau Yastrib, merupakan wilayah yang dipilih oleh Allah SWT sebagai
tempat hijrah Rasulullah SAW dan sebagai pusat dakwah Islam menuju dunia luas;
juga kita dapat menggambarkan awal kelahiran masyarakat Islam yang berdiri
sesudah munculnya Islam- maka kita harus mengetahui kedudukannya secara sosial
ekonomi dan hubungan antar suku-suku yang berdiam di sana. 5 Termasuk
kebijaksanaan Allah SWT dalam memilih Madinah sebagai dar al-hijrah (tempat
hijrah) dan markaz ad-dakwah (pusat dakwah).10 Selain kehendak Allah SWT untuk
memuliakan penduduknya dan rahasia-rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun
selain Allah SWT, juga karena keistimewaan Madinah dengan letaknya yang
strategis.6
Sementara pada periode Madinah, Nabi Muhammad SAW menghadapi
masyarakat yang berbeda dengan masyarakat Makkah. Masyarakat Madinah adalah
masyarakat yang plural. Kenyataan adanya pluralitas itulah yang terjadi dalam
masyarakat Madinah, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, etnis dan agama.
Pluralitas penduduk kota Madinah telah ada sejak sebelum kehadiran Nabi
Muhammad SAW, bahkan telah menjadi bagian dari kehidupan yang bersifat integral.
Dalam segi agama, masyarakat Madinah menganut beberapa agama, yaitu agama
Paganisme (menyembah berhala), agama Yahudi dan agama kristen tetapi minoritas.
Sejarah masuknya orang Yahudi ke Madinah gelombang pertama tidak banyak
diketahui dengan pasti. Bisa jadi mereka tinggal di Madinah sejak sebelum masehi,
tetapi gelombang perpindahan mereka yang utama terjadi akibat pengusiran oleh
Kaisar Hardian (Kaisar Romawi) pada tahun 135 M.7
Peristiwa awal hijrah tersebut mengisahkan permulaan yang sangat baik.
Penduduk Yastrib setelah mengetahui bahwa Rasulullah SAW telah berangkat

4
Abdul Malik Ibnu Hisyam, Shirah Nabawiyah, Beirut: Darrul Kutub Al-Ilmiah, 1971, h. 191.
5
Abul Hasan Ali Al-Hasan An-Nadwi, Shirah Nabawiyah, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW,
Cet. ke-6, Penerjemah: M. Halabi Hamdi dkk., Yogyakarta: Darul Manar, 2011, h. 173-174.
6
Abul Hasan Ali Al-Hasan An-Nadwi, Ibid., h. 173.
7
Karen Amstrong, Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis, Penerjemah: Sirikit Syah, Surabaya:
Risalah Gusti, 2001, h. 174-175.
menuju negeri mereka, mereka menunggu kedatangan beliau. Setelah Rasulullah
SAW tiba di Madinah, dan manusia telah berbondong-bondong masuk agama Islam,
mulailah Rasulullah SAW membentuk suatu masyarakat baru, dan meletakkan dasar-
dasar untuk suatu masyarakat yang besar yang sedang ditunggu-tunggu oleh sejarah. 8
Maka sangat menakjubkan sekali jika Rasulullah SAW telah berhasil mengubah kota
Madinah sebagai awal mula terbentuknya negara muslim. Mengingat Madinah tidak
hanya terdiri dari beberapa kepercayaan, namun dari beberapa kepercayaan itu terbagi
atas beberapa suku. Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam melakukan dakwahnya
untuk mengubah masyarakat menjadi pemeluk agama Islam rahmatan lil-„alamin,
khususnya di Madinah tidak lepas dari penerapan metode dakwah yang digunakan.
Permulaan kaum Anshar menganut Islam
Setiap musim haji tiba Rasulullah saw selalu menemui kabilah-kabilah yang
datang ke Baitul-Haram, membacakan kitab Allah kepada mereka dan mengajak
untuk mentauhidkan Allah. Tetapi tidak seorangpun yang menyambut ajakannya.
Pada tahun kesebelas kenabian, Rasulullah saw mendatangi kabilahkabilah
sebagaimana yang sering dilakukannya setiap tahun. Ketika berada di Aqabah (suatu
tempat antara Mina dan Mekkah, tempat melempar Jumrah) nabi saw bertemu dengan
sekelompok orang dari kabilah Khazraj yang sudah dibukakan hatinya oleh Allah
untuk menerima kebaikan. Rasulullah saw bertanya
kepada mereka, “kalian siapa?”, “Kami orang-orang dari kabilah Khazraj.”
Beliau bertanya lagi, “ Apakah dari orang-orang yang bersahabat dengan orang
Yahudi?” Mereka menjawab, “Ya benar.” Nabi saw bertanya, “Apakah kalian
bersedia duduk bersama kami untuk bercakap-cakap?” Jawab mereka, “Baik.” Lalu
mereka duduk bersama nabi saw. Rasulullah saw mengajak mereka beriman kepada
Allah, menawarkan Islam kepada mereka dan akhirnya mereka menerima Islam
sebagai ajarannya. Setelah pembaiatan tersebut, para tahun berikutnya dua belas orang
lelaki dari Anshar datang di musim haji menemui Rasulullah saw, kemudian mereka
berbaiat kepada Rasulullah saw. Setelah pembaiatan, para utusan kaum Anshar itu
pulang ke Madinah. Bersama dengan mereka Rasulullah saw mengikutsertakan
Mush’ab bin Umair untuk mengajarkan al-Qur’an dan hukumhukum agama kepada
mereka. Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat muda nabi saw yang masuk
sebelum hijrah. Ia adalah seorang pria tampan dan pintar, penuh dedikasi dan

8
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid -1, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994, h. 116.
dermawan. Ia pernah ikut dalam perang Badar bersama Rasulullah saw dan perang
Uhud, dan pada akhirnya ia terbunuh sebagai syahid. Mush’ab bin Umair adalah
orang pertama melakukan shalat Jum’at di Madinah.9
ALUR SEJARAH
Ibnu Sa’d di dalam kitabnya ath-Thabaqat menyebutkan riwayat dari Aisyah ra:
ketika jumlah pengikutnya mencapai tujuh puluh orang. Rasulullah saw merasa
senang, karena Allah telah membuatnya suatu “benteng pertahanan” dari suatu kaum
yang memiliki keahlian dalam peperangan, persenjataan, dan pembelaan. Tapi
permusuhan dan penyiksaan kaum musyrik terhadap kaum muslim pun semakin
gencar dan berat. Mereka menerima cacian dan penyiksaan yang sebelumnya tidak
pernah mereka alami, sehingga para sahabat mengadu kepada Rasulullah saw dan
permintaan ini dijawab oleh Rasulullah saw: “Sesungguhnya akupun telah diberitahu
bahwa tempat hijrah kalian adalah Yatsrib. Barang siapa yang hendak keluar, maka
hendaklah ia keluar ke Yatsrib.”10
Maka para sahabat pun bersiap-siap, mengemas semua keperluan perjalanan
kemudian berangkatlah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Sahabat yang
pertama kali sampai di Madinah ialah Abu Salamah bin Abdul-Asad kemuadian Amir
bin Rab’ah bersama istrinya. Laila binti Abi Hasymah, dialah wanita yang pertama
kali datang ke Madinah. Setelah itu para sahabat Rasulullah saw datang secara
bergelombang. Mereka turun di rumah-rumah kaum Anshar mendapatkan tempat
perlindungan.
Dalam beberapa riwayat yang shahih disebutkan bahwa setelah Abu Bakar ra
melihat kaum muslim yang berangkat ke Madinah, ia datang kepada Rasulullah saw
meminta izin untuk berhijrah. Tetapi dijawab oleh Rasulullah saw: “Jangan tergesa-
gesa aku ingin memperoleh izin dulu dari Allah.” Abu Bakar bertanya, “Apakah
engkau juga menginginkannya?” jawab nabi saw, “Ya” kemudian Abu Bakar ra
menangguhkan keberangkatannya untuk menemani Rasulullah saw. Iya lalu membeli
dua ekor unta dan dipeliharanya selama empat bulan. Selama masa tersebut Quraisy
mengetahui bahwa Rasulullah saw telah memiliki pendukung dan sahabat dari luar
Mekkah. Mereka hawatir janganjangan Rasulullah saw keluar dari Mekkah kemudian
menghimpun kekuatan di sana dan menyerang mereka. Maka diadakanlah pertemuan

9
Taqi Falsafi, Warna Warni Kehidupan Remaja dalam Islam (Bogor: Cahaya, 2003), h. 14.

10
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, h. 95.
di Darun-Nadwah (rumah Qushayyi bin Qilab, tempat kaum Quraisy memutuskan
segala perkara) untuk membahas apa yang harus dilakukan terhadap Rasulullah saw.
Akhirnya diperoleh kata sepakat untuk mengambil seorang pemuda yang kuat dan
perkasa dari setiap kabilah Quraisy. Kepada masing-masing pemuda itu diberikan
sebilah pedang yang ampuh kemudian secara bersama-sama mereka serentak
membunuhnya, agar Bani Manaf tidak berani melancarkan serangan terhadap semua
orang Quraisy.11
Setelah ditentukan hari pelaksanaannya. Jibril as datang kepada Rasulullah saw
memerintahkan berhijrah dan melarangnya tidur ditempat tidurnya pada malam itu.
Kemudian Rasulullah saw menemani Ali bin Abi Thalib dan memerintahkan untuk
menundah keberangkatannya hingga selesai mengembalikan barang-barang titipan
setiap orang di Mekkah yang merasa khawatir terhadap barang miliknya yang
berharga, mereka selalu menitipkannya kepada Rasulullah saw kerena mereka
mengetahui kejujuran dan kesetiaan beliau di dalam menjaga barang amanat. Rencana
keji orang kafir Qurais diketahui oleh Nabi Muhammad saw melalui firman Tuhan
yang diturunkan malaikat Jibril. Nabi saw memilih saudaranya Ali untuk
menggantikan tidur diatas dipan dengan mempertarukan hidupnya demi keselamatan
Nabi saw beliau pun berhijrah dari Mekkah ke Madinah dalam keadaan gelap.
Setelah Nabi Saw menempuh perjalanan yang melelahkan, Nabi Saw tiba di Quba,
sebuah tempat dekat dengan kota Madinah. Dakwah pertama yang dilaksanakan Rasul
adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Serta dilaksanakanya
membangun sebuah masjid Quba sebagai tempat sholat dan menyusun tugas-tugas
dakwah. Pembangunan Masjid Quba berjalan dengan lancar, Nabi Saw pun turut
mengulurkan tangan dalam menyelesaikan pembangunan. Sesudah mesjid itu
rampung, Nabi Saw sholat Jum’at dan bertindak selaku khatib.
Selanjutnya, adalah membuat perjanjian dengan penduduk Madinah Non-Islam
yang tertuang dalam Piagam Madinah yang di dalamnya terdapat tiga suku Yahudi
yaitu: Qainuqa, Nazir dan Quraizah. Sebelum lahirnya Piagam Madinah hak
kemanusiaan tergantung kepada adat istiadat atau bisa disebut hukum adat yang
terdapat pada setiap suku. Perang antara kabilah adalah fenomena biasa dikalangan
masyarakat Arab. Jaminan keamanan individu tergantung pada kekuasaan pemimpin
kabilah masing-masing, pemimpin kaum juga segala undang-undang, adat, dan

11
H. Fuad Hashem, Sirah Muhammad Rasulullah Suatu Penafsiran Baru (Bandung: Mizan, 1995), h. 44.
keadilan sosial. Dalam piagam Madinah tersebut ditemukan kaidah-kaidah umum
yang mengatur kehidupan sosial.12 Jelas di sini bahwa, Rasul memfokuskan dakwah
bukan lagi soal ketauhidan tetapi, ibadah muamalat terhadap kehidupan dunia.
Dakwah Rasul periode Madinah yang berjalan selama 10 tahun telah membawa

Sesudah menetap di Madinah, dan mulai berdakwah. Ujian-ujian hidup beliau


juga tak kunjung reda, bahkan beliau pernah disihir oleh seorang Yahudi bernama
Labid bin al-„Asham. Namun beliau segera sembuh karena diberitahu oleh malaikat
Jibril. Beliau juga pernah diracuni oleh seorang wanita Yahudi lewat daging kambing
goreng yang dihadiahkan.13 Itulah beberapa contoh tantangan dan ujian hidup beliau
dalam menjalankan tugas dakwah. Dan tampaknya sudah menjadi kelaziman, bahkan
merupakan watak, bahwa dakwah akan selalu berhadapan dengan tantangantantangan,
baik tantangan terhadap dakwah itu sendiri, maupun tantangan terhadap pelaku
dakwah. Oleh karena itu, agak aneh kedengarannya apabila seoarang juru dakwah
enggan menghadapi tantangan-tantangan.

2. Karakteristik dan Metode Dakwah Rasul Periode Madinah


Prof. Dr. Abd al-Karim Zaidan, Guru Besar Jurusan Agama Fakultas Adab
Universitas Baghdad, menuturkan bahwa komponen dakwah (ushul al-dakwah) itu
ada empat yaitu materi dakwah, da‟i (pelaku dakwah), mad’u (obyek dakwah), dan
wasail (metode dan saran dakwah).14 Dalam pelaksanaan dakwah empat komponen
ini, memiliki relasi antara yang satu dengan yang lain. Begitu pula apabila kita
berbicara tentang karakteristik dakwah Nabi SAW dalam menyampaikan dakwah
dengan metode-metode dakwah yang beliau tempuh. Yaitu:
 Memberikan peringatan (Al-Indzar)
Al-Indzar adalah penyampaian dakwah dimana isinya merupakan peringatan
terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.

12
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian Perbandingan
Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang Majemuk (Jakarta: UI Press, 1995), h. 78.
13
Muhammad bin Sa‟ad bin Mani‟ al-Hasyimi al-Basri al-Ma‟rufi bi ibni Sa‟ad, thabaqat al-Khubra,
Juz 2, Beirut-Lebanon, Darul Kutub Ilmiyah, 1990, h. 196.
14
Abdul Karim Zaidan, Ushulud da‟wah, Baghdad: Maktabah Al-Manar, 1981. h. 5. Diakses online
pada tanggal 5 September 2020.
Al-Indzar ini sering dibarengi dengan ancaman hukuman bagi orang-orang yang
tidak mengindahkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Al-Quran banyak menyebut Nabi
Muhammad SAW, begitu pula nabi-nabi sebelumnya, sebagai nadzir atau mundzir,
yang berarti orang yang memberi peringatan. Al-Quran juga menyebutkan mereka
sebagai basyir atau mubasysyir, yaitu orang yang memberikan kabar gembira. Namun
apabila dihitung jumlah kedua sebutan itu, maka sebutan nadzir atau mundzir ternyata
jauh lebih baik daripada sebutan basyir atau mubasysyir. 15 Nadzir atau mundzir
disebutkan tidak kurang dari 59 kali, sementara basyir atau mubasysyir hanya
disebutkan 18 kali. Al-Indzar dalam dakwah ini ditunjukkan kepada orang-orang
kafir, atau orang-orang muslim yang masih suka berbuat maksiat.

 Menggembirakan (al-Tabasyir)
al-Tabasyir adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar gembira. yang ikut
dakwah. Seperti dituturkan di depan, Al-Quran juga banyak menyebutkan predikat
basyir atau mubasysyir untuk Nabi Muhammad SAW dan Nabi-Nabi sebelumnya,
hanya saja jumlahnya lebih sedikit dibanding nadzir atau mundzir.16 Pendekatan
dakwah dengan corak indzar ini ditempuh karena pada dasarnya para manusia itu
telah memiliki keimanan dasar, dimana secara fitrah ia mengakui adanya pencipta
alam raya ini, seperti sudah disinggung di depan. Keimanan dasar ini menurut para
ulama disebut dengan tauhid rububiyah (semua manusia), baik yang mukmin maupun
yang kafir, pasti mengakui hal itu. Namun, sekedar pengakuan saja belum cukup
untuk membuat manusia menjadi taat kepada Allah, sebab yang diperintahkan Allah
adalah ketaatan mutlak manusia kepada-Nya. Untuk itulah diperlukan adanya
peringatan (indzar) kepada manusia secara terus-menerus, agar manusia membuktikan
loyalitas kepada-Nya.
 Kasih sayang dan lemah lembut (al-Rifq wa al-Lin)
Rasul dalam menjalankan dakwah bersikap kasih sayang dan lemah lembut. Sikap
beliau ini lakukan terutama apabila beliau menghadapi orang-orang yang tingkat
budayanya masih rendah. Misalnya, ketika ada seorang badui yang kencing di Masjid,
para sahabat bermaksud mengusirnya, tetapi Nabi SAW justru membiarkannya

15
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu‟jam Al-Mufahras li Al-Fadhul Qur‟anul Karim, Kairo: Darrul
Kutubul Mishriyah, 1945. h. 120.
16
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008. h. 50.
sampai ia selesai membuang air. Sesudah itu beliau menyuruh para Sahabat untuk
mengambil air dan menyiramkannya pada tempat yang dikencingi badui tadi.
Kemudian Nabi SAW bersabda, “kalian diutus untuk mempermudah, bukan
untuk mempersulit”.17
Dan sebagai salah satu karakteristik dakwah, sikap kasih sayang dan lemah
lembut baik dalam perlakuan maupun tutur kata ini tidak hanya dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW saja. Tetapi menjadi prilaku Nabi-Nabi sebelumnya. Bahkan
kepada orang yang mengaku Tuhanpun Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi
Harun untuk bertutur kata yang lembut. Hal itu tertuang dalam surah Thaha ayat 43-
44.
 Memberikan Kemudahan (al-Taisir)
Agama Islam yang didakwahkan Nabi Muhammad SAW memiliki kemudahan.
Banyak aturan-aturan di dalamnya yang menurut sebagian orang dianggap
menyulitkan, padahal tidak. Orang yang tidak dapat menjalankan shalat dengan
berdiri, ia boleh shalat dengan duduk. Apabila shalat dengan duduk pun tidak dapat,
maka ia dapat shalat dengan berbaring, begitu pula dengan hal bersuci, apabila ia
tidak mendapatkan air, ia boleh bersuci dengan tayamum. Begitulah, Islam mengenal
adanya dispensasi (rukhshah), yaitu kemudahan-kemudahan yang diperoleh karena
adanya sebab-sebab tertentu.
Bahkan dalam keadaan darurat, babi yang haram dimakan itu justru wajib
dimakan. Namun demikian Islam melarang pemeluknya untuk mempermudah dalam
menjalankan agamanya. Sementara Nabi Muahammad SAW dalam menjalankan
dakwahnya banyak memberikan petunjuk-petunjuk agar manusia memperoleh
kemudahan-kemudahan. Sahabat Anas bin Malik yang pernah lama menjadi pelayan
Nabi SAW, menuturkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, “permudahlah urusan
orang-orang yang kalian hadapi dan janganlah mempersulit mereka. Berikanlah
kabar-kabar yang mengembirakan, dan jangan buat mereka lari meninggalkan
kalian.”18
 Tegas dan Keras (al-Syiddah)

17
Ali Mustafa Yaqub, op.cit., hlm. 51.
18
Al-Imam Abi „Abdillah Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Mughirah Ibnu Bardazabah Al-
Bukhari Al-Ja‟fiyyi,, Shahih Bukhari, Juz 1, Beirut-Libanon: Darrul kutub Ilmiyah, 1992. h. 24.
Tidak hanya sikap-sikap yang lemah lembut dan tidak mempersulit, pada saat-saat
tertentu Rasul juga menunjukkan sikap yang tegas dan keras. Sikap seperti ini
biasanya beliau perlihatkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah
aqidah, hak Allah, dan masalah dimana seorang sahabat misalnya masih mau
melanggar larangan pada hal ia sudah mengetahui hal itu. Contoh ketegaran Rasul
dalam masalah aqidah ketika orang-orang musyrikin baik di Mekkah dan Madinah
mengajak beliau untuk melakukan kompromi dalam peribadatan. Beliau dengan tegas
menolaknya seraya membacakan ayat-ayat surah alKafirun yang baru diturunkan
kepada beliau. Begitu pula ketika orang-orang musyrikin merayu beliau agar
menghentikan dakwahnya, dan sebagai imbalan mereka akan memberikan kedudukan,
harta, bahkan wanita kepada beliau. Tetapi beliau menolak tawaran itu dan tetap
menjalankan dakwah.19
 Sarat Tantangan dan Ujian (al-Tahaddiyat)
Dakwah ini tantangannya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sejak insan
dakwah pertama kali diciptakan, yaitu Nabi Adam AS, tantangan dakwah yang berupa
rayuan Iblis agar beliau melanggar larangan Allah sudah menyertainya. maka,
tantangan dakwah akan selalu ada selagi dakwah itu ada. Tantangan-tantangan ini
terkadang berupa hambatan-hamabatan dakwah baik internal maupun eksternal. Rasul
pun mengalami hal tersebut. Hal itu berbentuk ujian-ujian hidup bagi pelaku dakwah
itu sendiri. Dan sebagai insan-insan dakwah, para Nabi justru yang paling parah
menghadapi ujian-ujian hidup. Hal ini dituturkan sendiri oleh Rasul ketika menjawab
pertanyaan sahabat Saad bin Abi Waqqash, “Siapakah orang yang paling pedih ujian
hidupnya di dunia ini ?” Beliau menjawab “para Nabi, kemudian orang-orang
tingkatannya mendekati Nabi dan seterusnya.20
 Ofensif dan aktif (Hujumi wa Fa’ali)
Dalam ilmu tata bahasa Arab (al-Nahw wa al-Sharf), kata kerja seperti ini disebut fi’il
muta’addi. Sementara kategori yang paling cocok dengan pengertian dakwah yang
dibahas dalam buku ini adalah kategori arti yang ketiga, yaitu mengajak,
meengundang, memanggil dan menyeru. Mengajak, mengundang, memanggil, dan
menyeru adalah pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, yaitu ofensif
dan aktif. Karenanya, dari sini dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah upaya yang

19
Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buti, Fiqih al-Sirah, Beirut: Darrul Fikr, 1980. h. 110-112.
20
Ali Mustafa Yaqub, op.cit. hlm. 63
bersifat ofensif, karena ia memulai perbuatan lebih dahulu. Ia tidak bersifat defensive
(bertahan) yang hanya berbuat apabila ada orang lain yang memulai. Dakwah juga
bersifat aktif, karena ia merupakan upaya persuasif yang berusaha untuk meyakinkan
pihak lain agar mau mengikuti isi dakwah itu. Dakwah tidak bersifat reaktif, yang
hanya melakukan sesuatu apabila mendapat umpan.21
Metode Dakwah Rasulullah
 Metode Dakwah Bil Qolam
Dakwah melalui tulisan (Dakwah Bil Qalam) merupakan salah satu metode
dakwah dalam bentuk tulisan dan wahana untuk mengajak beriman bagi kaum
tertentu. Dakwah melalui tulisan bukanlah cara baru dalam tradisi dakwah Islam,
justru yang menjadi tokoh pertama adalah Rasulullah. Beliau yang pertama
mengenalkan metode dakwah melalui tulisan yang ditunjukkan kepada para penguasa
non muslim saat itu. Salah satu cara dakwah beliau adalah dakwah dengan
menggunakan media surat kepada para raja yang disampaikan oleh duta-duta
Rasulullah.22
Salah satu contoh dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad ketika
menyampaikan ajaran Islam adalah melalui surat. Apalagi pesan tersebut disampaikan
secara damai dan tidak mudah dalam perjalanan yang dilalui.
 Metode Dakwah Bil Hal
Dakwah Bil Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini di
maksudkan agar penerima dakwah mengikuti jejak da‟i.dakwah jenis ini mempunyai
pengaruh yang besar pada diri seorang penerima dakwah. Dakwah bil hal adalah
semua tindakan non-verbal yang merupakan wujud perlahiran dari pengetahuan dan
penghayatan seseorang terhadap ajaran Islam yang menerpa orang lain sebagai mad’u.
Meliputi segala perbuatan dan perilaku termasuk di dalamnya keikutsertaan umat
muslim terhadap kebajikan yang dapat mendorong seseorang atau kelompok orang
lain untuk merubah dirinya dari suatu keadaan ke keadaan yang lebih baik dan lebih
sesuai dengan ajaran Islam.
Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata seperti yang dilakukan
Nabi Muhammad SAW, terbukti bahwa pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan

21
Ali Mustafa Yaqub, op.cit, h. 60-62.
22
Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta:Kencana, 2007).h. 57.
adalah pembangunan masjid Quba, mempersatukan Anshar dan Muhajirin dalam
ikatan ukhuwah Islamiyah dan seterusnya.
 Dakwah Bil Lisan
Seperti yang dituliskan oleh Murodi dalam Murodi, Dakwah Islam dan Tantangan
Masyarakat Quraisy: Kajian Sejarah Dakwah pada Masa Rasulullah SAW, dakwah
Bil Lisan adalah sebagai penyamaian pesan dakwah yang melalui lisan, berupa
ceramah atau komunikasi antar da’i dan mad’u yang menjelaskan pokok-pokok dari
ajaran Islam. Dakwah Bil Lian merupakan Dakwah lisan yang dilakukan oleh
Rasulullah yaitu Islamisasi via ucapan. Beliau berkewajiban menjelaskan pokok-
pokok dan intisari ajaran Islam kepada umatnya kaum muslimin melalui dialog dan
khutbah yang berisi nasehat dan fatwa. Contoh metode ini adalah saat Rasulullah
berkhutbah.Ketika Rasulullah sholat Jumat di Padang Bani Salim, kedatangan
Rosulullah bertepatan dengan hari jumat. Ketika Nabi sampai di padang Bani Salim,
di pinggir kota Madinah, waktu zuhur pun telah tiba.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Moh Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Press.


Anas, Ahmad. Adinugraha, Hendri. 2017. Dakwah Nabi Muhammad terhadap
Masyarakat Madinah Perspektif Komunikasi Antarbudaya dalam Ilmu Dakwah:
Academic Journal for Homiletic Studies Volume 11 Nomor 1. Bandung: UIN Sunan
Gunung Djati.
Ibnu Hisyam, Abdul. 1971. Shirah Nabawiyah, Beirut: Darrul Kutub Al-Ilmiah.
An-Nadwi, Abul Hasan. 2011. Shirah Nabawiyah, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad
SAW, Cet. ke-6, Penerjemah: M. Halabi Hamdi dkk., Yogyakarta: Darul Manar.
Amstrong, Karen. 2001. Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis, Penerjemah:
Sirikit Syah. Surabaya: Risalah Gusti.
A. Syalabi. 1994. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid -1, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Zaidan, Abdul Karim. 1981. Ushulud dakwah. Baghdad: Maktabah Al-Manar.
Diakses online pada tanggal 5 September 2020 pukul 21:19.
Abdul Baqi, Muhammad Fuad. Al-Mu‟jam Al-Mufahras li Al-Fadhul Qur‟anul
Karim. 1945. Kairo: Darrul Kutubul Mishriyah, diakses online pada tanggal 5
September 2020 pukul 20:15.
Yaqub, Ali Mustafa. 2008. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Al-Imam Abi Abdillah,dkk. 1992. Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu
Mughirah Ibnu Bardazabah Al-Bukhari Al-Ja’fiyyi,, Shahih Bukhari, Juz 1, Beirut:
Darrul kutub Ilmiyah, diakses dalam situs https://docplayer.info/30332461.html pada
tanggal 5 September 2020 pukul 21:26.
Ramadhan Al-Buti,Muhammad Said. 1980. Fiqih al-Sirah, Beirut: Darrul Fikr.
Hefni,Harjani. 2007. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta:Kencana.
Murodi. 2013. Dakwah Islam dan Tantangan Masyarakat Quraisy: Kajian Sejarah
Dakwah pada Masa Rasulullah SAW, Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai