Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DAKWAH RASULULLAH SAW DI MADINAH

PEMBIMBING : Dra. HANIK MUYASSAROH, M.ag


KELAS X IPA 6
ANGGOTA KELOMPOK 4:
1. Ahmad Dwi Saputra N (01)
2. Ilham Oktora Pujiramadhan (07)
3. Ita Uzzakiyah (09)
4. M. Amril Ibad (13)
5. M. Hafidz Ferdiansyah (12)
6. M. Gilang Ramadhan (27)

SMA NEGRI 1 KEDUNGPRING


Jln.mayangkara No.11 mekanderejo

KEC.KEDUNGPRING KAB.LAMONGAN
Tahun ajaran 2021/2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Memahami Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad SAW 3
1. Hijrah Rasulullah SAW di Madinah 3
2. Titik Awal Dakwah Rasulullah SAW di Madinah 4
B. Substansi Dakwah Nabi SAW di Madinah
1. Membina Persaudaraan antara Kaum Ansar dan Kaum Muhajirin 4
2. Membentuk Masyarakat yang Berlandaskan Ajaran Islam 6
C. Strategi Dakwah Nabi SAW di Madinah 9
1. Meletakkan Dasar-dasar Kehidupan Bermasyarakat 9
2. Surat Nabi Muhammad SAW kepada Para Raja 13
3. Penaklukan Mekah 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 18

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di
Madinah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita
termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah Meneladani
Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di Madinah ini. Harapan kami semoga makalah
Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di Madinah yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di Madinah ini menjadi lebih baik
lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari aspek
kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni didasari
oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran
kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di
kemudian hari.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan yang baik semestinya menjadi tempat ideal bagi kaum muslimin untuk dijadikan
tempat tinggal. Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pribadi dan
perilaku seseorang. Orang yang tinggal di lingkungan yang baik akan memiliki karakter dan
pribadi yang baik pula. Sementara orang yang hidup dan tinggal di lingkungan yang buruk,
maka lambat atau cepat akan terpengaruh perilaku buruk dari lingkungannya. Orang yang
baik adalah orang yang berada di lingkungan yang buruk, namun dia tidak begitu saja akan
terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Bahkan lebih dari itu, ia akan berupaya mengubah
lingkungan buruk tersebut menjadi lingkungan yang baik.
Demikian halnya dengan Rasulullah SAW, Ia hidup dan tinggal di dalam lingkungan yang saat
itu jauh dari peradaban. Lingkungan yang oleh para sejarawan disebut dengan lingkungan
jahiliah. Ia lahir di tengah-tengah masyarakat yang sangat jauh dari nilai-nilai kesusilaan.
Mabuk-mabukan, merampok, memperkosa, membunuh, berzina, dan bahkan mereka
menyembah benda yang sama sekali tidak memberikan kebaikan buat mereka sendiri, yaitu
berhala. Namun demikian, lingkungan yang buruk tersebut sama sekali tidak menjadikan Nabi
Muhammad SAW terpengaruh karenanya. Ia bahkan menjadi orang yang sangat membenci
perilaku jahiliah lingkungannya tersebut. Bahkan, tidak hanya membencinya, Nabi
Muhammad SAW pun, berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat jahiliah agar
meninggalkan perbuatan-perbuatan jahil tersebut.
Keteladan Rasulullah SAW dalam membina lingkungannya, mestilah menjadi perhatian
kaum muslimin sebagai umatnya. Rasulullah SAW mengajarkan bagaimana sikap yang harus
ditunjukkan oleh orang-orang yang beriman agar ia tidak ikut terbawa arus negatif lingkungan
sekitarnya. Ia bahkan diwajibkan menjadi bagian perubahan positif bagi lingkungan
sekelilingnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Rasulullah Berhijrah ke Madinah
Terjadinya perlawanan yang menentang penyebaran agama Islam dari Mekkah,
menyebabkan Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Tetpi sebelum
hijrah dilakukan, telah terjadi peristiwa yang sangat penting, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj pada
tanggal 27 Rajab tahun 621 M.
Keadaan di Madinah sangat jauh berbeda dengan di Mekkah, kalau diMekkah, Nabi
Muhammad SAW islam dimusuhi dan mendapat perlawanan sehingga tidak mungkin untuk
berkembang sedangkan di Madinah Nabi Muhammad SAW disambut dengan gembira, karena
kedatangan Nabi sudah lama diharapkan.
Di Madinah perkembangan agama Islam cukup pesat dan penganutnya Dakwah Rasulullah
yang dilakukan si Mekkah baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan berlangsung
selama 13 tahun. Rintangan makin lama makin bertambah karena itu Allah Menyediakan Tempat
yang subur untuk da’wah yaitu Madinah. Disinilah membangun umat untuk dijadikan duta keseluruh
pelosok dunia.
Kondisi Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad SAW

Kota Madinah sekarang ini berada di wilayah kekuasaan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi,
terletak sekitar 160 km dari Laut Merah dan pada jarak kurang lebih 350 km sebelah utara dari kota
makkah. Kondisi tanah kota Madinah dikenal subur. Di sana terdapat oase-oase untuk tanah pertanian,
oleh karena itu penduduk kota ini memiliki usaha pertanian, selain berdagang dan beternak. Usaha
pertanian ini menghasilkan sayur-sayuran dan buah-buahan. Tentunya kondisi Madinah berbeda
dengan kondisi Makkah yang tandus dan gersang. Sebelum Nabi hijrah Kota Madinah disebut dengan
Yastrip. Penamaan Madinah secara bahasa mempunyai akar kata yang sama dengan “tamaddun” yang
berarti peradaban.
Kondisi masyarakat Yastrip sebelum Islam dating terdiri atas dua suku bangsa, yaitu bangsa
Arab dan bangsa Yahudi. Bangsa Arab yang tinggal di Yastrip terdiri atas penduduk setempat dan
pendatang dari Arab Selatan yang pindah ke Yastrip karena pecahnya bendungan Ma’arib.
Persoalan yang dihadapi masyarakat Yastrip waktu itu adalah tidak adanya kepemimpinan
yang membawahi semua suku Yastrip. Hanya ada pemimpin-pemimpin suku yang saling berebut
pengaruh. Akibatnya, perang antar-suku pun sering terjadi.
B. Memahami Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad saw.
1. Hijrah, Titik Awal Dakwah Rasulullah saw. Di Madinah
Wafatnya istri tercinta Siti Khadijah dan pamannya Abu Talib, yang selalu menjadi pembela
utama dari ancaman para kafir Quraisy, beban Rasulullah saw. Dalam berdakwah menyebarkan ajaran
Islam makin berat. Di sisi lain, kesediaan penduduk Madinah (Yasrib) memikul tanggung jawab bagi
keselamatan Rasulullah saw. Merupakan tanda yang jelas bagi kelanjutan dakwah Rasulullah saw.
Beberapa faktor yang mendorong Rasulullah saw. Hijrah ke Madinah antara lain sebagai berikut :
a. Pada tahun 621 M, telah datang 13 orang penduduk Madinah menemui Rasulullah saw. Di Bukit
Aqaba. Mereka berikrar memeluk agama Islam.
b. Pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang dari Madinah ke Mekah yang terdiri
atas suku Aus dan Khazraj yang pada awalnya mereka datang untuk melakukan ibadah haji, tetapi
kemudian menjumpai Rasulullah saw. Dan mengajak beliau agar hijrah ke Madinah. Mereka berjanji
akan membela dan mempertahankan Rasulullah saw. Dan pengikutnya serta melindungi keluarganya
seperti mereka melindungi anak dan istri mereka.
Faktor lain yang mendorong Rasulullah saw. Untuk hijrah dari Kota Mekah adalah pemboikotan
yang dilakukan oleh kafir Quraisy kepada Rasulullah saw. Dan para pengikutnya (Bani Hasyim dan
Bani Mutallib). Pemboikotan yang dilakukan oleh para kafir Quraisy mencakup hal-hal berikut :
a. Melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pendukung Nabi Muhammad saw.
b. Tidak seorang pun berhak mengadakan ikatan perkawinan dengan orang muslim.
c. Melarang keras bergaul dengan kaum muslim.
d. Musuh Nabi Muhammad saw. Harus didukung dalam keadaan bagaimana pun.
Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas sahifah atau plakat yang digantungkan di dinding
Ka’bah dan tidak akan dicabut sebelum Nabi Muhammad saw. Menghentikan dakwahnya. Teks
perjanjian tersebut disahkan oleh semua pemuka Quraisy dan diberlakukan dengan sangat ketat.
Blokade tersebut berlangsung selama tiga tahun dan sangat dirasakan dampaknya oleh kaum
Muslimin. Kaum Muslimin merasakan derita dan kepedihan atas blokade ekonomi tersebut. Namun,
semua itu tidak menyurutkan kaum muslimin untuk tetap bertahan dan membela Rasulullah saw.
Setelah melalui pemikiran yang mendalam disertai perintah langsung dari Allah Swt. Untuk
berhijrah ke Madinah, disusunlah rencana Rasulullah saw. Dan seluruh kaum muslimin untuk hijrah
ke Madinah. Peristiwa hijrah Rasulullah saw. Dari Mekah ke Madinah dilakukan dengan perencanaan
yang sangat matang. Kaum muslimin diperintahkan terlebih dahulu untuk menuju Madinah tanpa
membawa harta benda yang selama ini menjadi milik mereka. Sementara Rasulullah saw. Dan
beberapa sahabat merupakan orang terakhir yang hijrah ke Madinah. Hal itu dilakukan mengingat
begitu sulitnya beliau keluar dari pantauan kaum kafir Quraisy.
C. Substansi Dakwah Nabi saw. Di Madinah
1. Membina Persaudaraan antara Kaum Ansar dan Kaum Muhajirin
Kehadiran Rasulullah saw. Dan Kaum Muhajirin (sebutan bagi pengikut Rasulullah saw. Yang
hijrah dari Mekah ke Madinah) mendapat sambutan hangat dari penduduk Madinah (Kaum Ansar).
Mereka memperlakukan Nabi Muhammad saw. Dan para Muhajirin seperti saudara mereka sendiri.
Mereka menyambut Rasulullah saw. Dengan kaum Muhajirin dengan penuh rasa hormat selayaknya
seorang tuan rumah menyambut tamunya. Bahkan, mereka mengumandangkan sya’ir yang begitu
menyentuh qalbu. Bunyi sya’ir yang mereka kumandangkan adalah seperti berikut :
“Telah muncul bulan purnama dari Saniyati Wadai’, kami wajib bersyukur selama ada yang
menyeru kepada Tuhan, Wahai yang diutus kepada kami. Engkau telah membawa sesuatu yang harus
kami taati.”
Sejak itulah, Kota Yasrib diganti namanya oleh Rasulullah saw. Dengan sebutan “Madinatul
Munawwarah”.
Strategi Nabi mempersaudarakan Muhajirin dan Ansar untuk mengikat setiap pengikut Islam yang
terdiri atas berbagai macam suku dan kabilah ke dalam suatu ikatan masyarakat yang kuat, senasib,
seperjuangan dengan semangat persaudaraan Islam. Rasulullah saw. Mempersaudarakan Abu Bakar
dengan Kharijah Ibnu Zuhair Ja’far, Abi Talib dengan Mu’az bin Jabal, Umar bin Khattab dengan
Ibnu bin Malik dan Ali bin Abi Talib dipilih untuk menjadi saudara beliau sendiri. Selanjutnya, setiap
kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Ansar dan persaudaraan itu dianggap seperti saudara
kandung sendiri. Kaum Muhajirin dalam penghidupan ada yang mencari nafkah dengan berdagang
dan ada pula yang bertani mengerjakan lahan milik kaum Ansar.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas r.a, katanya: Ketika orang-orang Muhajirin baru tiba
di Madinah, orang-orang Muhajirin biasa mewarisi (harta) orang-orang Anshar, walaupun di antara
mereka tidak ada hubungan kekerabatan sedikit pun, hanya karena mereka telah dipersaudarakan oleh
Rasulullah saw.
Ketika turun ayat di bawah ini:

ِ ‫ك ْال َوالِد‬
َ‫َان َوااْل َ ْق َربُوْ ن‬ َ ‫ولِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا َم َوالِ َي ِم َّماتَ َر‬...
َ
“Dan untuk masing-masing (laki-laki dan perempuan) kami telah menetapkan para ahli waris atas apa
yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan karib kerabatnya…” (Qs. An Nisa’: 33)
Maka hal itu dihapuskan. Demikian yang terdapat dalam riwayat ini, bahwa yang menghapus
hukum saling mewarisi di antara sesama teman sekutu adalah ayat ini. Sebagai tambahan, bahwa
yang menghapuskan adalah turunnya ayat:
‫َي ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ِ ‫ْض فِي ِك ٰت‬
ْ ‫ب هللاِ ۗ اِ َّن هللاَ ِب ُكلِّ ش‬ ٰ ُ ‫ولِٓئكَ ِم ْن ُك ۗ ْم َواُولُوْ ا ااْل َرْ َح ِام بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم اَوْ لى بِبَع‬
ٰ ُ ‫َاجرُوْ ا َو َجاهَ ُدوْ ا َم َع ُك ْم فَا‬
َ ‫والَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ۢن بَ ْع ُد َوه‬َ
“Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya
(daripada yang bukan kerabat) menurut kitab Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Qs. Al Anfal: 75)
Al Hafizh mengatakan bahwa ayat inilah yang bisa dijadikan sandaran.
Dan bisa jadi penghapusan hukum tersebut terjadi dua kali, Yang pertama, di mana muaqid (orang
yang diberi janji) saja yang mewarisi, dan para kerabat tidak. Kemudian turun ayat: ( Dan untuk
masing-masing (laki-laki dan perempuan) kemudian mereka semua bisa mewarisi bersama-sama.
Dan dalam hal inilah, hadits Ibnu Abbas r.a dimunculkan. Kemudian ayat al Anfal menghapus hal
itu dan hak warisan dikhususkan untuk kerabat saja, sedang untuk muaqid hanya mendapat hak
pertolongan dan pemberian, serta yang semisal itu. Dalam hal inilah, riwayat-riwayat yang tersisa
muncul. Ibnu Sa’d telah menceritakan dengan beberapa sanad al Waqidi yang sampai kepada
segolongan Tabi’in, di mana mereka berkata: Ketika Rasulullah saw. Sampai di Madinah, Rasulullah
saw. Telah mempersaudarakan di antara sesama Muhajirin, dan mempersaudarakan sahabat Anshar
dengan sahabat Muhajirin agar mereka saling tolong menolong. Mereka biasa saling memberikan
warisan. Jumlah mereka sekitar 90 orang, terdiri dari orang Muhajirin dan Anshar. Dikatakan juga
bahwa jumlah mereka adalah 100 orang. Ketika turun ayat: “Orang-orang yang mempunyai hubungan
kerabat”, maka batallah hak waris berdasarkan persaudaraan yang telah dibentuk itu.
Setelah kaum Muhajirin menetap di Madinah, Nabi Muhammad saw. Mulai mengatur strategi
untuk membentuk masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan (intimidasi). Pertalian
hubungan kekeluargaan antara penduduk Madinah (kaum Ansar) dan kaum Muhajirin dipererat
dengan mengadakan perjanjian untuk saling membantu antara kaum muslimin dan nonmuslim. Nabi
Muhammad saw. Juga mulai menyusun strategi ekonomi, sosial, serta dasar-dasar pemerintahan
Islam.
Kaum Muhajirin adalah kaum yang sabar. Meskipun banyak rintangan dan hambatan dalam
kehidupan yang menyebabkan kesulitan ekonomi, namun mereka selalu sabar dan tabah dalam
menghadapinya dan tidak berputus asa.
Nabi Muhammad saw. Dalam menciptakan suasana agar nyaman dan tenteram di Kota Madinah,
dibuatlah perjanjian dengan kaum Yahudi. Dalam perjanjiannya ditetapkan dan diakui hak
kemerdekaan tiap-tiap golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya.
Isi perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad saw. Dengan kaum Yahudi sebagai berikut :
a. Kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum Muslimin.
b. Kedua belah pihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing.
c. Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong-menolong dalam melawan siapa saja yang
memerangi mereka.
d. Orang-orang Yahudi memikul tanggung jawab belanja mereka sendiri dan sebaliknya kaum
muslimin juga memikul belanja mereka sendiri.
e. Kaum Yahudi dan kaum muslimin wajib saling menasihati dan tolong-menolong dalam
mengerjakan kebajikan dan keutamaan.
f. Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dijaga dan dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu.
g. Kalau terjadi perselisihan di antara kaum Yahudi dan kaum muslimin yang dikhawatirkan akan
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, urusan itu hendaklah diserahkan kepada Allah Swt.
Dan Rasul-Nya.
h. Siapa saja yang tinggal di dalam ataupun di luar Kota Madinah wajib dilindungi keamanan dirinya
kecuali orang zalim dan bersalah sebab Allah Swt. Menjadi pelindung bagi orang-orang yang baik dan
berbakti.
2. Membentuk Masyarakat yang Berlandaskan Ajaran Islam
a. Kebebasan Beragama
Tujuan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Adalah memberikan ketenangan kepada
penganutnya dan memberikan jaminan kebebasan kepada kaum Muslimin, Yahudi, dan Nasrani
dalam menganut kepercayaan agama masing-masing. Dengan demikian, Nabi Muhammad saw.
Memberikan jaminan kebebasan beragama kepada Yahudi dan Nasrani yang meliputi kebebasan
berpendapat, kebebasan beribadah sesuai dengan agamanya, dan kebebasan mendakwahkan
agamanya. Hanya kebebasan yang memberikan jaminan dalam mencapai kebenaran dan kemajuan
menuju kesatuan yang integral dan terhormat.
Menentang kebebasan berarti memeprkuat kebatilan dan menyebarkan kegelapan yang oada
akhirnya akan mengikis habis cahaya kebenaran yang ada dalam hati nurani manusia. Cahaya
kebenaran yang menghubungkan manusia dengan alam semesta (sampai akhir zaman), yaitu
hubungan rasa kasih sayang dan persatuan, bukan rasa kebencian dan kehancuran.
b. Azan, Salat, Zakat, dan Puasa
Ketika Nabi Muhammad saw. Tiba di Madinah, bila waktu salat tiba, orang-orang berkumpul
bersama tanpa dipanggil. Lalu terpikir untuk menggunakan terompet, seperti Yahudi, tetapi Nabi tidak
menyukainya, lalu ada yang mengusulkan menabuh genta, seperti Nasrani. Menurut satu sumber atas
usul Umar bin Khattab dan kaum muslimin serta menurut sumber lain berdasarkan perintah Allah
Swt. Melalui wahyu, panggilan salat dilakukan dengan azan. Selanjutnya Nabi Muhammad saw.
Memerintahkan kepada Abdullah bin Zaid bin Sa’labah untuk membacakan lapaz azan kepada Bilal
dan menyerukannya manakala waktu salat tiba karena Bilal memiliki suara yang merdu.
Bila waktu salat tiba, Bilal naik ke atas rumah seorang perempuan Bani Najjar yang berada di
dekat masjid dan lebih tinggi daripada masjid untuk menyerukan azan dengan lafal :
٢ ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬x
٢ ُ‫اَ ْشهَ ُد اَ ْن اَل اِ ٰلهَ اِاَّل هللا‬x
٢ ِ ‫َأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا‬x
٢ ‫ َح ِّی َعلَی الصَّال ِة‬x
٢ ‫ َح ِّی َعلَی ْالفَالح‬x
‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬،

ُ ‫ال ِالَهَ ِإالَّ هّللا‬


Kewajiban salat yang diterima pada saat mi’raj, menjelang berakhirnya periode Mekah terus
dimantapkan kepada para pengikut Nabi Muhammad saw. Sementara itu, puasa yang telah dilakukan
berdasarkan syariat sebelumnya, kini telah pula diwajibkan setiap bulan Ramadan. Demikian pula
halnya dengan zakat. Bahkan, setelah kekuasaan Islam berkembang ke seluruh jazirah Arab, Nabi
Muhammad saw. Mengutus pasukannya ke negeri di luar Madinah untuk memungut zakat.
c. Prinsip-Prinsip Kemanusiaan
Pada tahun ke-10 H (631 M) Nabi Muhammad saw. Melaksanakan haji wada’ (haji terakhir).
Dalam kesempatan ini, Nabi Muhammad saw. Menyampaikan khutbah yang sangat bersejarah. Ketika
matahari telah tergelincir, dengan menunggang untanya yang bernama al-Qaswa’ , Nabi Muhammad
saw. Berangkat dan tiba di lembah yang berada di Uranah. Di tempat ini, dari atas untanya Nabi
Muhammad saw. Memanggil orang-orang dan diulang-ulang panggilan itu oleh Rabi’ah bin Umayyah
bin Khalaf.
Setelah berucap syukur dan puji kepada Allah Swt., Nabi Muhammad saw. Menyampaikan
pidatonya. Khutbah Nabi saw. Itu antara lain berisi :
-Larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq.
-Larangan mengambil harta orang lain dengan batil karena nyawa dan harta benda adalah suci.
-Larangan riba.
-Larangan menganiaya.
-Perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut.
-Perintah menjauhi dosa.
Semua pertengkaran antara mereka di zaman jahiliyah harus saling dimaafkan, balas dendam dengan
tebusan darah sebagaimana berlaku pada zama jahiliyah tidak lagi dibenarkan, persaudaraan dan
persamaan di antara manusia harus ditegakkan, hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik,
mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan berpakaian seperti apa yang dipakai tuannya,
dan yang terpenting adalah umat Islam harus selalu berpegang kepada al-Qur’an dan sunnah.
Badri Yatim, dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, menyimpulkan isi
khutbah Nabi Muhammad saw. Berisi prinsip-prinsip kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial,
keadilan ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.
3. Mengajarkan Pendidikan Politik, Ekonomi, dan Sosial
Dalam bukunya 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah, Michael H. Hart
yang menempatkan Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw. Pada urutan pertama menyatakan bahwa
beliau adalah satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil, baik dalam hal keagamaan
maupun keduniaan. Dalam urusan politik Rasulullah saw. Menjadi pemimpin politik yang amat
efektif.
D. Strategi Dakwah Nabi saw. Di Madinah
Usaha-usaha Rasullullah SAW dalam mewujudkan mayarakat Islam adalah sebagai berikut:
1. Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba
yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba ini dibangun pada tanggal 12 Rabiul
Awal tahun pertama hijriah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah Saw menetap di Madinah, pada setiap hari sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba
untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasullullah Saw dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di
Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong royong oleh kaum Muhajirin dan Anshar, yang peletakan
batu kedua, ketiga, keempat, dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar
r.a , Umar bin Khattab r.a, Ustman bin Affan r.a, dn Ali bin Abu Thalib k.w.

Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
 Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam dibidang akidah, ibadah, dan akhlak.
 Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih,
salat Idul Fitri, dan Idul Adha. ( Q.S Al-Jinn, 72: 18).
 Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada
Al-Quran dan Hadis.
 Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesame Muslim
(ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
 Menjadikan majid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan
zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama
pada fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
 Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan para
penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan
orang-orang kafir. Sejarah mencatat adanya seorang perawat wnita terkenal pada masa
Rasullullah SAW yang bernama “ Rafidah”.
 Rasullullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabatnya.
Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara lain : usaha-usaha untuk mengatasi
kesulitan, usaha-usaha untuk memajukan umat Islam, dan strategi peperangan melawan
musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.

2. Mempersaudarakan antara Kaum muhajirin dan Anshar


Muhajirin adalah para sahabat Rasullullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke
Madinah. Anshar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang memberikan
pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasullullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khattab tentang
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar , sehingga terwujud persatuan yang tangguh. Hasil
musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan mengangkat seorang dari
kalangan Anshar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT.
Demikian juga sebaliknya orang Anshar.
Rasullullah SAW memberi contoh dengan mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai
saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasullullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabatnya
misalnya:
Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang pemberani bersaudara
dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah
SAW.
a. Abu Bakar Ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
b. Umar bin Khattab bersaudara dengan Itban bin Malik Al-Khazraji (Ansar).
c. Utsman bin Affan bersaudara debgan Aus bin Tsabit.
d. Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Anshar, termasuk Muhajirin setelah
hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang-sepasang, layaknya seperti saudara
senasab.
Persaudaraan secara sepasang-sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil sesama
Muhajirin dan Anshar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling mencintai,
saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolongdalam kebaikan dan ketakwaan.
Kaum Anshar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa tempat tinggal,
sandang pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin juga tidak diam berpangku
tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya
Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abu Thalib
menjadi petani kurma.

Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh Rasullullah SAW
ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut suffa dan mereka dinamakan Ahlus
Suffa ( penghuni Suffa ). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum Muhajirin dan Anshar
secara bergotong royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu antara lain mempelajari dan menghafal Al-Quran
dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum
Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut berperang.

3. Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Islam dan Umat Non-Islam


Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga golongan,
yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir, dan Bani Quraizah), an orang-orang Arab
yang belum masuk Islam.
Rasulullah SAW membuat perjanijian dengan penduduk madinah non-Islam dan tertuang dalam
Piagam Madinah. Isi Piagam Madinah itu antara lain:
Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan, dan
politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah berhak menjatuhkan hukuman
kepada orang yang membuat kerusakan dan member keamanan kepada orang yang mematuhi
peraturan.
Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
Seluruh penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi, dan orang-orang Arab
byang belum masuk Islam sesame mereka hendaknya saling membantu dalam bidang moril dan
materil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus bantu-membantu
dalam mempertahnkan kota Madinah.
Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan peselisihan besar
yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Raasulullah SAW untuk diadili sebagaimana
mestinya..

4.Meletakkan Dasar-Dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi Terwujudnya Masyarakat
Madani
Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi mengajarkan juga bidang
politik, ekonomi, dan social, yang kesemuanya bersumber kepada Al-Quran dan Hadis.
Pada masa Raulullah SAW , penduduk Madinah mayoritas sudah beragama Islam, sehingga
masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan.
Rasulullah SAW selain sebagai seorang nabi dan rasul, juga tampil sebagai seorang kepala Negara
(khalifah).
Sebagai kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi system poltik Islam, yakni
musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala
pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan
syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntunan Al-Quran dan Hadis.
Dalam bidang ekonomi Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bahwa system ekonomi Islam itu
harus dapat menjamin terwujudnya keadilan sosial.
Dalam bidang social kemasyarakatan, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar. Antara lain adanya
persamaan derajat diantara semua individu, semua golongan, dan semua bangsa. Sesuatu yang
membedakan derajat manusia ialah amal salehnya atau hidupnya bermanfaat

5.Piagam Madinah
Piagam Madinah adalah sebuah perjanjian yang disusun oleh Rasulullah SAW. Piagam
Madinah ini berisi tentang perjanjian antara Rasulullah saw dengan semua suku dan kaum penting di
Madinah.
Dengan adanya perjanjian tersebut, masyarakat Madinah semakin kokoh dan Rasulullah SAW juga
mendidik para sahabat agar menjadi pribadi mukmin yang berkualitas, berakhlak mulia, penuh kasih
sayang, berjiwa suci, beribadah dan taat kepada Allah SWT.
E. Rintangan Dakwah di Madinah
Setelah hijrah ke Madinah, tugas yang diemban Nabi Muhammad Saw dan kaum muslimin
begitu berat. Hal itu disebabkan makin kerasnya penentangan kaum Quraisy. Mereka tetap berusaha
keras untuk menghancukan kaum muslimin dengan berbagai cara. Perlawanan dari oang-orang diluar
Islam khususnya kaum kafir Quraisy Mekkah menghasilkan beberapa peperangan dan peristiwa besar,
diantaranya adalah ;
1.Perang Badar
Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan tahun kedua Hijriah.
Perang Badar melibatkan 314 pasukan umat Islam yang melawan lebih dari 1.000 orang dari kaum
Quraisy. Perang badar merupakan perang pertama yang dijalani umat Islam sejak peristiwa hijrahnya
Nabi Muhammad SAW pada 622 Masehi.

2.Perang Uhud
Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan kaum kafir
Quraisy pada tanggal 23 Maret 625 M. Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu
setelah Pertempuran Badar. Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah
3.000 orang.
3.Perang Khandak
Pertempuran Khandaq juga dikenal sebagai Pertempuran Al-Ahzab, Pertempuran
Konfederasi, dan Pengepungan Madinah terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah atau pada tahun
627 Masehi, pengepungan Madinah ini dipelopori oleh pasukan gabungan antara kaum kafir Quraisy
makkah dan yahudi bani Nadir.
4.Perang Hunain
Perang Hunain adalah pertempuran yang terjadi antara Nabi Muhammad dan para
pengikutnya melawan Suku Badui dari Bani Hawazin dan Tsaqif. Pertempuran yang juga disebut
Perang Hawazin ini terjadi di Hunain, sebuah lembah yang berada sekitar 12 mil dari Mekkah.

5.Perang Tabuk
Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Nabi Muhammad SAW. Perang
ini terjadi karena kecemburuan dan kekhawatiran Heraklius atas keberhasilan Nabi Muhammad SAW
menguasai seluruh jazirah Arab. Untuk itu, Heraklius menyusun kekuatan yang sangat besar di utara
Jazirah Arab dan Syria yang merupakan daerah taklukan Romawi. Dalam pasukan besar ini
bergabung Bani Gassan dan Bani Lachmides.
Menghadapi peperangan ini, banyak sekali kaum muslimin yang “mendaftar” untuk turut
berperang. Oleh karena itu, terhimpun pasukan yang sangat besar. Melihat besarnya jumlah tentara
Islam, pasukan Romawi menjadi ciut nyalinya dan kemudian menarik diri, kembali ke negerinya.
Nabi Muhammad SAW tidak melakukan pengejaran, tetapi berkemah di Tabuk. Dalam kesempatan
ini, Nabi membuat perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian, wilayah perbatasan itu
dapat dikuasai dan dirangkul masuk dalam barisan Islam.

4.Haji Wada’

Dalam kesempatan ibadah haji yang terakhir, haji wada’ tahun 10 Hijriah (631 M), nabi
Muhammad menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain; larangan
Menumpahkan darah kecuali dengan yang Haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan yang
Batil, karena nyawa dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan menganiaya; perintah
Untuk memperlakukan istri dengan baik dan lemah lembut serta menjauhi dosa; semua pertengkaran
Antara mereka di zaman jahiliah harus saling memaafkan balas dendam dengan tebusa darah
Sebagaimana opada zaman jahiliah harus dihapuskan; dan yang terpenting adalah umat Islam harus
Selalu berpegang teguh pada Al qur’an dan sunah nabi. Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip
yang mendasari gerakan Islam
Setelah itu beliau kembali ke madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah
Memeluk Islam. Petugas keamanan dan para da’i di kirim keberbagai daerah dan kabilah untuk
Mengajarkan Islam, mengatur peradilan dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, nabi menderita
Sakit demam. Tenaga nya dengan cepat berkurang. Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 11 H/ 8
Juni 632 Nabi Muhammad Saw wafat di rumah istrinya Aisyah.
Dalam perjalanan sejarah nabi, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad Saw, disamping beliau
sebagai pemimpin agama, juga sebagai seorang negarawan, pemimpin politik, dan administrasi yang
Cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi politik, beliau berhasil menundukkan seluruh
Jazirah Arabia dalam kekuasaannya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah rasulullah di Madinah dilakukan selama sepuluh tahun. Dakwah yang ditujukan
kepada umat Islam dan umat yang belum masuk Islam. Hijrah rasulullah ke Madinah merupakan
babak batu dalam perkembangan Islam, dalam berdakwawh di Madinah Rasulullah menggunakan
strategi yang berbeda dengan dakwah nya di Mekkah, strategi yang beliau gunakan dalam berdakwah
di Madinah adalah membangun masjid dengan menjadikannya sebagi pusat kegiatan bagi umat
muslimin, mempersaudarakan antar kaum muhajirin dan anshar, meletakan dasar-dasar politik,
ekonomi yang islami, membuat perjanjian dengan umat non muslim dan juga dibuatnya dustur
(undang-undang) dalam hal ini kita kenal ndengan piagam Madinah yang mengatur aspek kehidupan
rakyat Madinah.
Dalam berdakwah di Madinah nabi Muhammad beserta pengikutnya mendapatkan rintangan
yang banyak membawa hikmah yang besar, diantaranya adalah terjadinya perang Badar, dalam
peperangan ini Islam mengalami kemenangan dan menjadi peperangan yang menentukan bagi umat
muslimin, perang Uhud, dimana dalam peperangan ini umat Islam mengalami kekalahan akibat dari
sebagian pasukan muslim yang tidak amanah, kemudian perang Khandak dengan strategi perang
membuat parit atas usulan Salman al Farisi.
Jika diperhatikan dengan jeli dan detail perjanjian Hudaibiyah membawa kebaikan
yangdemikian besar bagi umat muslim, diantaranya adalah orang-orang Quraisy mengakui eksistensi
kaum muslimin, banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam setelah perjanjian ini.
Sebelum Nabi Muhammad wafat beliau sempat melaksanaka haji wada’ dengan berkhotbah
di hadapan pengikutnya yaitu menyeru kepada prinsip kemanusiaan, keadilan ekonomi, kebajikan,
solidaritas dan yang terpenting adalah umat islam harus perpegang teguh pada Al qur’an dan sunah
nabi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan
makalah kami dimasa yang akan datang.

Daftar Pustaka

https://notemuza.blogspot.com/2019/03/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html?m=1

https://doc.lalacomputer.com/makalah-meneladani-perjuangan-dakwah-rasulullah-saw-di-
madinah/

Anda mungkin juga menyukai