Anda di halaman 1dari 4

BERKORBAN ADALAH CIRI SEORANG MUSLIM

KHUTBAH PERTAMA 
‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫هللا أكبر‬/
‫هللا أكبر‬.
،‫ وأشهد أن ﻻ إله إﻻ هللا وحده ﻻشريك له‬،‫ ومكور الليل على النهار‬،‫ مكور النهار على الليل‬،‫ العزيز الغفار‬،‫الحمد هلل الواحد القهار‬
‫ وكتب على الناس اﻷسفار‬،‫ وباعد بين اﻷقطار‬،‫ وعمر اﻷرض بالديار‬،‫خلق اﻷمصار‬.
‫ وسكن‬،‫ وأقام وسافر‬،‫ وسار ونزل‬،‫ ومكث وانتقل‬،‫ خير من حل وارتحل‬،‫ المصطفى المختار‬،‫وأشهد أن محمدا عبد هللا ورسوله‬
‫ صلى هللا‬،‫ وإقامتنا وظعننا‬،‫ دلنا على الخير في سفرنا وحضرنا‬،‫ ورحل فكان الظفر في رحلته‬،‫ وأقام فكان الخير في إقامته‬،‫وهاجر‬
‫ ما تعاقب‬،‫ واقتدى به في حضره وسفره‬،‫ وسار على أثره‬:‫ ومن اهتدى بهديه‬،‫ وصحبه اﻷبرار‬،‫ وعلى آله اﻷطهار‬،‫عليه وسلم‬
‫الحديدان الليل والنهار‬.
‫أما بعد‬:
‫فإن تقوى هللا هي الزاد والعدة‬-‫عباد هللا‬-‫فاتقوا هللا‬.
Pada saat ini, umat muslim dari seluruh penjuru dunia, dari beragam suku, beraneka budaya,
bermacam warna, pria maupun wanita, berkumpul memenuhi panggilan Allah melaksanakan
ibadah haji. Saat ini, saudara-saudara kita berada di Mina, tadi malam bermalam di
Muzdalifah, adapun kemarin melakukan wuquf di Arafah seharian. Mereka datang ke tanah
haram memenuhi panggilan Allah.
‫ إن الحمد والنعمة لك والملك ال شريك لك‬. ‫ لبيك ال شريك لك لبيك‬. ‫لبيك اللهم لبيك‬
“Aku datang memenuhi panggilanMu, Ya Allah. Aku datang memenuhi PanggilanMu. Tiada
Sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan hanya milikMu, dan juga kerajaan.
Tiada Sekutu bagiMu.”
Adapun umat muslim lainnya yang tidak melaksanakan ibadah haji, ikut larut dalam
meyambut hari besar hari raya Idul Adha, hari raya kurban. Seluruh umat muslim turut
menggemakan kalimat takbir, kalimat tahmid sebagai wujud ketaatan dan pengakuan
seorang hamba akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, Tuhan semesta alam raya.
Hari raya Idul Adha atau hari raya kurban tidak dapat terlepas dari kisah teladan yang
digambarkan dalam Al-Quran melalui seorang yang mulia yaitu Nabi Ibrahim AS yang
mampu menjalankan perintah Allah SWT untuk mengorbankan anaknya Nabi Ismail dengan
cara menyembelihnya. Namun, pada akhirnya tanpa diduga, Allah mengganti Nabi Ismail
dengan seekor domba yang gemuk. Sungguh sangat luar biasa, ujian yang dialami oleh Nabi
Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dapat kita bayangkan, seorang nabi pun mendapatkan ujian
dari Allah SWT, apalagi kita sebagai manusia biasa. Hal ini, menunjukkan bahwasanya
keislaman, keimanan dan ketakwaan kita akan terus diuji oleh Allah SWT untuk melihat di
mana, pada level apa dan kualitas apa kita berada.
Pada kali ini hari raya Idul adha 1438, kita sebagai bangsa Indonesia baru saja memperingati
hari dan bulan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebuah kemerdekaan yang tidak dicapai
dengan satu malam, namun butuh perjuangan selama bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun
dan beratus-ratus tahun lamanya. Perjuangan pada pendahulu dan pejuang kita tersebut,
tentu tanpa henti dan tak kenal lelah. Adapun pengorbanan para pejuang kita juga tak
terhitung dan tak ternilai. Mereka berkorban fikiran, tenaga, waktu, anak, isteri, saudara,
harta, bahkan jiwa raga turut dikorbankan. Sehingga, dengan rahmat Allah SWT dan
pengorbanan para pejuang, Indonesia dapat meraih kemerdekaan.
Namun, pada saat ini di Indonesia pasca kemerdekaan, kita dihadapkan beraneka ragam
krisis. Mulai dari krisis ekonomi, krisis alam, sampai dengan puncaknya adalah krisis
kepercayaan dan krisis moral. Kita saat ini mengalami krisis kepercayaan sehingga sulit
membedakan mana yang bermoral dan mana yang sebaliknya. Mana berita yang benar dan
mana yang salah. Mana yang berkorban, dan mana yang mendzalimi. Mana yang berjuang
untuk umat, dan mana yang sebenarnya mengorbankan umat. Krisis moralitas ini kemudian
menimbulkan krisis-krisis ketidakadilan ekonomi, ketidakadilan hukum dan akhirnya kita
semua saling dan hampir putus asa untuk saling percaya. Pada saat ini, sangat sulit mencari
pemimpin yang siap berkorban, menteri yang siap berkorban, anggota DPR/MPR yang siap
berkorban, pejabat yang siap berkorban, pendidik yang siap berkorban, dan siswa yang siap
berkorban. Kebanyakan dari mereka lebih memilih memikirkan diri sendiri, isi perut sendiri,
untung rugi sendiri, kecuali mereka yang mendapat rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Idul Adha ini adalah pelajaran pengorbanan, pengorbanan yang dicontohkan oleh Nabi
Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam mengorbankan sesuatu yang paling dicintai karena
Allah Azza wa Jalla.
Namun, bagi sebagian kita, mungkin berkorban adalah sesuatu yang tidak rasional, suatu hal
yang tidak logis. Bagaimana mungkin, kita memberi dan mengorbankan harta kita yang telah
kita raih dengan susah payah. Kok enak sekali, kita bekerja keras, banting tulang, kemudian
kita korbankan untuk orang lain. Inilah mungkin logika banyak dimiliki manusia saat ini, maka
pantaslah kita menyaksikan beragam krisis terjadi.
Bagi orang Muslim, mu’min, logika tersebut adalah logika yang salah, Bagi orang Muslim,
mu’min, logika yang benar adalah:
pertama: “pemberi rizki adalah Allah SWT”
Allah berfirman:
‫ إن هللا هو الرزاق ذوالقوة المتين‬.‫ مآأريد منهم من رزق ومآأريد أن يطعمون‬:،‫وما خلقت الجن واﻹنس إال ليعبدون‬.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(). Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi-Ku makan.() Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Al-Dzariyat 56-58)
Jika pemberi rizki satu-satunya adalah Allah, jika pemberi kemudahan satu-satunya adalah
Allah, maka jalan yang paling masuk akal untuk mendapatkan rezeki, mendapatkan
kemudahan adalah dengan meminta kepadaNya, berharap kepadaNya.
Maka Allah berjanji, jika mau tambahan rizki dan kemudahan yang tidak dapat kamu
bayangkan, maka jalannya adalah ketakwaan yaitu jalan mengikuti perintahNya, menjauhi
laranganNya. Allah SWT berfirman.
‫ ويرزقه من حيث اليحتسب‬،‫ومن يتق هللا يجعل له مخرجا‬.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. ()
dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Al-Thalaq 2-3).
‫ومن يتق هللا يجعل له من أمره يسرا‬.
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.(Al-Thalaq 4)
Kedua: orang muslim, mu’min meyakini bahwa “kadar rizki setiap orang sudah ditentukan”
Allah SWT berfirman.
‫ض فيِ الرِّ ْز ِق‬
ٍ ْ‫ض ُك ْم َعلَى َبع‬ َّ ‫وهللاُ َف‬.َ
َ ْ‫ض َل َبع‬
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, (An-Nahl
71)
Jika kadar rizki sudah ditentukan berbeda-beda, maka apalah guna dengki hati, iri hati, sakit
hati kepada orang lain. Toh semua sudah diberi jatah terbaiknya sesuai kadar keperluan
dirinya, kadar keperluan keluarganya oleh Allah SWT. Bukankah Allah Maha Mengetahui
segala kebutuhan kita?
Kalau rizki kita sudah dijamin dan ditentukan kadarnya oleh Allah, kenapa kita menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan rizki, kenapa kita sibuk-sibuk menjerumuskan diri ke dalam
pekerjaan yang dimurkai Allah. Sungguh sangat tidak masuk dalam logika seorang muslim,
takut kelaparan, takut kekurangan, takut kekurangan karena meninggalkan pekerjaan yang
haram, toh Allah sudah menjaminnya, toh kadar rizki kita juga sudah ditentukan. Dan
tentunya, jika kadar rizki sudah dijamin dan ditentukan, kenapa kita enggan berkorban,
karena pengorbanan yang keluarkan, tidak akan mengurangi sedikitpun kadar rizki kita,
bahkan Allah berjanji akan menambahnya.
Ketiga: walaupun sudah ditentukan kadar rizki, orang muslim, mu’min faham betul bahwa
“rizki harus dicari dan harus diusahakan”.
Allah SWT berfirman:
‫فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل هللا واذكروا هللا كثيرا لعلكم تفلحون‬.
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Al-Jum’ah 10)
Jika pemberi rizki hanya Allah, kadar rizki sudah ditentukan dan kita diwajibkan untuk
berusaha mencarinya, maka yang ada bagi kita hanyalah berusaha keras, bekerja keras,
berfikir keras, berkarya besar. Pendek kata, yang perlu difikirkan oleh seorang muslim adalah
bagaimana berkorban semaksimal mungkin karena Allah. Tidak perlu berfikir saya dapat
apa? Dapat berapa? Toh hal itu Allah yang mengatur untuknya. Dalam bahasa Gontor:
Bondo, Bahu, Pikir, lek Perlu sak nyawane pisan. Inilah bahasa pengorbanan secara total,
berkorban harta, tenaga, fikiran, kalau perlu nyawapun dikorbankan, demi amanah dari Allah
SWT.
Maka dari itu, ciri seorang muslim adalah totalitas dalam menjalankan amanah yang sedang
diembankannya, baik sebagai mahasiswa, sebagai dosen, sebagai pedagang, sebagai
petani, sebagai pegawai, bahkan sebagai presiden. Seorang muslim akan selalu berbuat
total, berjuang dan berkorban. Bukan sebaliknya, mencari keuntungan sendiri,
mengorbankan orang lain, dan bahkan mendzalimi orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
Hal ini tidak perlu bagi seorang muslim, karena baginya, hanya Allahlah yang akan
mencukupinya lahir batin, dunia dan akhirat.
Namun demikian, ujian terhadap logika Islam ini akan selalu ada, ujian terhadap
pengorbanan yang kita lakukan, ujian terhadap keimanan dan ketakwaan kita, bahkan ujian
terhadap keikhlasan akan terus ada. Allah dalam surat Yusuf mengabadikan nasehat Ya’kub
kepada anak-anaknya
‫هللا إِالَّ ال َق ْو ُم ال َكافِر ُْو َن‬
ِ ‫ إِ َّن ُه الَ َيا ْي َئسُ مِنْ رَّ ْو ِح‬،‫هللا‬
ِ ‫والَتا َ ْي َئس ُْوا مِنْ رَّ ْو ِح‬.َ
Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir” (Yusuf 87)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
‫ وإنا هللا لمع المحسنين‬،‫والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا‬
Dan bagi mereka yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
berbuat baik. (Al-Ankabut: 69)
Lantas, sudahkan kita mau dan siap berkorban untuk umat, untuk bangsa, untuk pondok, dan
untuk universitas ini lillahi ta’ala. Berkorban fikiran, tenaga, harta dan perasaan. Kesiapan diri
untuk berkorban sangatlah ditentukan oleh idealisme, cita-cita dan orientasi hidup kita. Bila
hidup kita, kita niatkan untuk berjuang dan memperjuangkan agama Allah, maka tidaklah
akan terasa berat untuk berkorban. Ini adalah masalah keyakinan, keimanan dan ketaqwaan
kita kepada Allah SWT, besar atau kecil. Keyakinan bahwa jika kita mau memikirkan orang
lain, membantu orang lain, pasti Allah SWT akan memikirkan dan membantu kita. Apalagi
jika kita siap memperjuangkan agama Allah, pastilah Allah akan menjamin hidup kita dan
memperjuangkan urusan kita. Inilah logika religi, logika Allah SWT.
Sebaliknya, betapa akan terasa berat untuk melakukan hal-hal tersebut di atas, bila kita
menjadi manusia pragmatis, individualis apalagi oportunis. Model manusia seperti ini, yang
dipikirkan hanyalah mencari keuntungan materi dan keuntungan dirinya sendiri. Sikap
hidupnya selalu berhitung untung rugi, kaya miskin, apa yang didapatkan, bukan apa yang
dipersembahkan. Inilah musuh perjuangan, musuh pengorbanan. Karena sesungguhnya
tidak ada orang yang kaya karena pelit, dan miskin karena dermawan. Pelit yang dimaksud
tidaklah terbatas pada pelit terhadap materi, tetapi pelit terhadap fikiran, tenaga dan
perasaan.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang istiqomah dalam berjuang, berkorban dan
berbuat baik di jalan Allah SWT.
‫ َج َعلَ َنا هللاُ َو ِايَّا ُك ْم م َِن عباده‬ .‫ِي ْال َمأْ َوى‬َ ‫هوى َفاِنَّ ْال َج َّن َة ه‬
َ َ‫س َع ِن ْال‬ َ ‫اف َم َقا َم ر ِّب ِه و َن َه َي ال َّن ْف‬ ِ ‫هلل م َِن ال َّش ْي َط‬
َ ‫ َواَمَّا َمنْ َخ‬.‫ان الرَّ ِجي ِْم‬ ِ ‫اَع ُْو ُذ ِبا‬
ْ ْ ُ َ ُ ُ ُ
ِ ‫المتقين َواَ ْد َخلَ َنا َو ِايَّاك ْم فِى ز ْم َر ِة عِ َبا ِد ِه الصَّالِ ِحي َْن َواَق ْو ُل َق ْولِى َهذا َواسْ َت ْغفِ ُر لِى َولَك ْم َول َِوالِ َديَّ َولِ َسائ ِِر المُسْ لِ ِمي َْن َوالمُسْ لِ َما‬
‫ت َفاسْ َت ْغفِروه‬
‫ ِا َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬.
KHUTBAH KEDUA
‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫هللا أكبر‬.

‫ َوأَ ْش َه ُد أَنْ الَ إِل َه‬،‫ َوأَ ْش ُك ُرهُ َعلَى َما أَسْ َدى َوأَ ْن َع َم‬،‫ان َما لَ ْم َيعْ لَ ْم‬ ِ ‫الى – َعلَّ َم‬
َ ‫اإل ْن َس‬ َ ‫ أَحْ َم ُدهُ – َت َع‬،‫ َو َخال ِِق اللَّ ْو ِح وال َقلَ ِم‬،‫ئ ا ل َّن َس ِم‬ ِ ‫الحم ُد هلل با َ ِر‬َ
‫صحْ ِب ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ َو‬،ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِه‬ َ
َ ،‫لى ال َس ِبي ِْل األ ْق َو ِم‬ َ ِ‫هللا َو َرس ُْولُ ُه الهاَدِي إ‬ َ َ
ِ ‫ َوأ ْش َه ُد أنَّ َن ِبيَّنا َ م َُحم ًَّدا َع ْب ُد‬.ُ‫ك لَه‬
َ ‫إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.
‫حق تقاته فقد فاز المتقون‬ ّ ‫أما بع ُد فيا عباد هللا أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى هللا‬.
Jama’ah salat Idul Adha rahimakumullah,
dari khutbah pertama tadi, dapat disimpulkan bahwa bagi seorang Muslim berkorban dijalan
Allah secara total baik harta, tenaga, fikiran bahkan nyawa adalah satu-satunya jalan yang
logis dan masuk akal untuk mendapatkan rizki dan segala kemudahan. Karena rizki dan
kemudahan hanya milik dan dari Allah, dan Allah berjanji bagi siapa saja yang takwa, taat
kepadaNya, memberi dan berkorban, maka Allah akan memberikan rizkinya dari jalan-jalan
yang tidak pernah disangka oleh manusia beserta segala kemudahannya.
Bagi seorang muslim, yang ada hanyalah berbuat maksimal dan total dalam mengemban
amanah apapun yang sedang dijalaninya, tentunya amanah yang diridhai oleh Allah SWT.
Maka seorang muslim selalu memilih amanah, pekerjaan yang halal dan berbuat maksimal
mengorbankan segala kemampuannya dan kemudian hanya kepada Allah dia
menggantungkan imbalan dari apa yang dilakukannya.
Pribadi dengan kepasrahan total kepada Allah, dan pengorbanan maksimal dalam
menjalankan tugas inilah sifat dasar seorang muslim. Dengan kepribadian ini, maka setiap
orang muslim dapat mengambil contoh dari Nabi yang paling dicintainya, sehingga setiap
orang muslim dapat mencontoh rasulnya dalam menjadi rahmat bagi segenap alam. Maka
hanya di tangan orang muslim yang kaffah sajalah, Indonesia akan dapat dihantarkan
kepada kesejahteraan, dan keadilan yang sesungguhnya.
Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Akhirnya marilah kita berdoa, menundukkan kepala, memohon kepada Allah Yang Maha
Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita dan umat Islam di mana saja berada:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َح ِاب ِه أَجْ َم ِعي َْن‬ َ ‫ك م َُح َّم ٍد‬
َ ِ‫ك َو َرس ُْول‬ َ ‫اركْ َعلَى َع ْب ِد‬
َ ‫ك و َن ِب ِّي‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو َب‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬.
‫اغفِرْ لَ َنا َول َِوالِ ِد ْي َنا َوارْ َح ْم ُه ْم َك َما َرب َّْو َنا صِ َغارً ا‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم‬.
‫ر َّب َنا َظلَ ْم َنا أَ ْنفُ َس َنا َوإِنْ لَّ ْم َت ْغفِرْ لَ َنا َو َترْ َح ْم َنا لَ َن ُك ْو َننَّ م َِن ْال َخاسِ ِري َْن‬. َ
‫ك َرؤُ ْوفٌ َر ِح ْي ٌم‬ َ ‫ًّّ لِلَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َربَّنـَا إِ َّن‬:‫ان َوالَ َتجْ َع ْل فِيْ قُلُ ْو ِب َنا غِ ًال‬ ِ ‫اغفِرْ لَ َنا َوإلِ ْخ َوا ِن َنا الَّ ِذي َْن َس َبقُ ْو َنا ِباإلِ ْي َم‬ ْ ‫ر َّب َنا‬. َ
‫ب إِلَ ْي َها مِنْ َق ْو ٍل َو َع َم ٍل‬ ِ ‫ك َوال َّن‬
َ َّ‫ار َو َما َقر‬ َ ِ‫ك مِنْ َس َخط‬ َ ‫ب إِلَ ْي َها مِنْ َق ْو ٍل َو َع َم ٍل َو َنع ُْو ُذ ِب‬ َ َّ‫ك َو ْال َج َّن َة َو َما َقر‬ َ ‫ضا‬ َ ‫ك ِر‬ َ ُ‫اَللَّ ُه َّم إِ َّنا َنسْ أَل‬.
ِ ‫ك َيا َحيُّ َيا َقي ّْو ُم َيا َذا ْال َجالَ ِل َو‬
‫اإل ْك َر ِام‬ َ ‫ك َوحُسْ ِن عِ َبا َد ِت‬ َ ‫ش ْك ِر‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم أَعِ َّنا َعلَى ذ ِْك ِر‬.
ُ ‫ك َو‬
‫ك م َِن ال َّشرِّ ُكلِّ ِه َعا ِجلِ ِه َوآ ِجلِ ِه َما َعلِمْ َنا ِم ْن ُه َو َما لَ ْم َنعْ لَ ْم‬ َ ‫ك م َِن ْال َخي ِْر ُكلِّ ِه َعا ِجلِ ِه َوآ ِجلِ ِه َما َعلِ ْم َنا ِم ْن ُه َو َما لَ ْم َنعْ لَ ْم َو َنع ُْو ُذ ِب‬ َ ُ‫اَللَّ ُه َّم إِ َّنا َنسْ أَل‬.
ِ ‫ك َيا َحيُّ َيا َقي ّْو ُم َيا َذا ْال َجالَ ِل َو‬
‫اإل ْك َر ِام‬ َ ‫ك َعمَّنْ سِ َوا‬ َ ِ‫ك َو ِب َفضْ ل‬ َ ‫ك َعنْ َمعْ صِ َي ِت‬ َ ‫ك َو ِب َطا َع ِت‬َ ‫ك َعنْ َح َرا ِم‬ َ ِ‫اَللَّ ُه َّم ْاكفِ َنا ِب َحالَل‬.
ٍ ‫ك فِي ُك ِّل َم َك‬
‫ان‬ َ ِ‫اَللَّ ُه َّم ا ْنصُرْ إِ ْخ َوا َن َنا ْالمُسْ لِ ِمي َْن ْالم َُجا ِه ِدي َْن فِي َس ِب ْيل‬.
‫ك َو َع ُدوِّ ِه ْم‬َ ِّ‫ِّت أَ ْقدَا َم ُه ْم َوا ْنصُرْ ُه ْم َعلَى َع ُدو‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم أَ ْف ِر ْغ َعلَي ِْه ْم‬.
ْ ‫صبْرً ا َو َثب‬
‫ب ال َّسالَ َم َة َعلَى أَحْ َيائ ِِه ْم‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم ْاك ُت‬.
ِ ‫ب ال َّش َها َد َة َعلَى َم ْو َتا ُه ْم َوا ْك ُت‬
‫ار‬ َ ‫ر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬.
ِ ‫اب ال َّن‬ َ
‫ت ال َّتوَّ ابُ الرَّ ِح ْي ُم‬َ ‫ك أَ ْن‬ َ ‫ك أَ ْن‬
َ ‫ت ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم َو ُتبْ َعلَ ْي َنا إِ َّن‬ َ ‫ر َّب َنا َت َق َّب ْل ِم َّنا إِ َّن‬. َ
ِّ‫ َو ْال َحمْ ُد هّلِل ِ َرب‬.‫ َو َسالَ ٌم َعلَى ْالمُرْ َسلِي َْن‬.‫ك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ ْو َن‬ َ ‫ ُسب َْح‬.‫صحْ ِب ِه أَجْ َم ِعي َْن‬
َ ‫ان َر ِّب‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫َو‬
‫ال َعالَ ِمي َْن‬. ْ
‫ فاذكروا هللا‬.‫ إن هللا يأمر بالعدل واإلحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون‬،‫عباد هللا‬
‫العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم وادعوه يستجب لكم ولذكر هللا أكبر‬.
‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai