Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

” Peradaban Islam Rosulullah Periode Makkah. ( 622- 632 M )


Arti Hijrah Nabi di Madinah, Dasar Berpolitik negri Madinah,
dan Piagam Madinah : Darus salam dan Darul Islam”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Peradaban Islam dan Islam Nusantara
Dosen Pengampu :
Bambang Eko Aditiya, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

Mardiyah : 203101020001
Anisatul Karimah : 202101020064
Ilham Firdausi Nuzula : 204101020004
Kelas B4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHASA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala nikmat dan
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Peradaban Islam Rosulullah Periode Mekah. ( 622- 632 M ) Arti Hijrah Nabi di
Madinah Dasar Berpolitik negri Madinah Piagam Madinah : Darus salam dan
Darul Islam” pada mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara, serta tak
lupa sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw.
Berkat pertolongan dan petunjuk-Nya Allah Swt. Makalah ini dapat kami buat
sebaga isyarat untuk memenuhi tugas kelompok serta menambah pengetahuan dan
wawasan kami. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tanpa satu
halangan apapun.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, makadari itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah kami berikutnya, Akhir kata kami berharap
semoga dengan adanya makalah tentang “Peradaban Islam Rosulullah Periode
Mekah. ( 622- 632 M ) Arti Hijrah Nabi di Madinah Dasar Berpolitik negri
Madinah Piagam Madinah : Darus salam dan Darul Islam” dalam Mata Kuliah
Peradaban Islam dan Islam Nusantara, semoga dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Bambang , selaku dosen pengampu
Mata Kuliah Peeradaban, yang telah memberi motivasi dan dorongan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Atas pperhatian dan dukungan dari semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Jember, 18 Februari 2023

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Peradaban Islam Rasulullah Periode Makkah ( 622 – 623 M ) ............................. 3
B. Arti Hijrah Nabi di Madinah ............................................................................... 13
C. Dasar Berpolitik Negri Madinah .......................................................................... 15
D. Piagam Madinah : Darus salam dan Darul islam .................................................. 17
BAB III : PENUTUP ...................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal dakwah Rasulullah SAW di kota mekkah mendapatkan
tantangan yang besar dari berbagai kalangan kaum Quraisy. Sebab pada
masaitu mereka mempunyai sesembahan sendiri yaitu berhala yang dibuat
olehmereka sendiri.
Dakwah rasulullah pada saat itu dilakukan dengan sembunyi-
sembunyidikarenakan jumlah orang yang masuk islam sangat sedikit.
Kemudiankeadaan ini berubah ketika orang yang memeluk islam semakin
banyakkemudian Allah SWT memerintahkan Rasullah untuk berdakwah
secaraterang-terangan.
Sejarah merupakan perjalanan dari masa lalu, ke masa kini, dan
melanjutkan perjalanannya ke masa depan. Dalam perjalanan suatu sejarah
selalu mengalami pasang naik dan pasang surut yang berbeda-beda tidak
terkecuali dengan peradaban Islam. Peradaban Islam merupakan
manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologis. Dalam pengertian itulah
peradaban Islam akan dibahas. Pembahasan ini akan lebih menekankan
pada peradaban Islam periode Makkah.
Pada periode Makkah ini keadaan bangsa Arab diketahui bahwa
pada saat itu masih menyembah berhala, berjudi, mabuk-mabukan,
membunuh, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang tidak baik.
Dalam kondisi inilah Islam pertama kali lahir di Makkah untuk mengubah
masyarakat Makkah yang mempunyai akhlak dengan ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk itu pembahasan lebih
mendalam akan dipaparkan dalam makalah ini.

1
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana peradaban Makkah sebelum islam?
b) Bagaimana dakwah Nabi Muhammad di Makkah?
c) Apa arti hijrah nabi ke Madinah?
d) Bagaimana dasar berpolitik negri Madinah?
e) Apa isi piagam Madinah : Darus salam dan Darul Islam?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui peradaban Makkah sebelum islam.
2) Untuk menngetahui dakwah Nabi Muhammad di Makkah.
3) Untuk mengetahui arti hijrah nabi ke Madinah.
4) Untuk mengetahui dasar berpolitik negri Madinah.
5) Untuk mengetahui isi piagam Madinah : Ddarus salam dan Darul
Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradaban Islam Rasulullah periode Makkah
1. Peradaban Arab sebelum Islam
Jazirah Arab dalam bahasa Indonesia diartikan semenanjung
Arabia, sebuah kawasan tempat Islam dilahirkan. Secara geografis, Syalabi
membagi jazirah Arab kedalam dua wilayah, yaitu tengah dan bagian
pinggiran. Bagian tengah terdiri dari gurun dan bukit pasir serta beberapa
pegunungan yang tidak begitu tinggi hingga hujan tidak banyak turun.
Akibatnya penduduk hidup berpindah-pindah (nomaden) dari satu tempat
ketempat lain mengikuti turunnya hujan dan mencari tanah yang subur
guna menghidupi unta dan ternaknya.
bagian pinggiran merupakan bagian maritim, karena itu
penduduknya tidak nomaden, sehingga mereka bisa mengambangkan
kebudayaan jauh memungkinkan dibandingkan dengan masayarakat Badui
yang nomaden, misalnya mereka dapat mendirikan kota dan kerajaan.
Kerajaan yang besar pada saat itu adalah Yaman dan Hijaz. Di wilayah
Hijaz inilah islam di lahirkan. Karena Hijaz dapat mempertahankan
kemerdekaannya, tidak pernah dijajah dan diduduki atau dipengaruhi oleh
negara lainnya. Sebab secara ekonomis negara itu tergolong negara
miskin, sehingga negara lain tidak bergairah untuk menjajahnya.
Hijaz dilihat dari sejarahnya merupakan pusat lahirnya agama
besar, misalnya agama Nabi Ibrahim. Nabi ibrahimlah yang membangun
Ka’bah disekitar sumur zamzam pemberian Allah. Dengan hadirnya air
zamzam di Ka’bah itulah kota Makkah menjadi pusat interaksi dan
kebudayaan bangsa Arab.
Menurut catatan sejarah bahwa sebelum agama Islam datang,
masyarakat Arab menyembah berhala . terdapat sekitar 360 patung
berhala yang disembah, diantaranya yang terbesar adalah: Latta, Uzza dan
Manata.
kepercayaan selain menyembah berhala adalah Zoroasta

3
(penyembah api), penyembah binatang lan langit, khususnya dianut bagian
Arab Timur. Penganut agama Yahudi juga ada. Jaman sebelum lahirnya
Islam di tanah Arab adalah jaman Jahiliyah. Arab jahiliyah ini bukan
hanya buta aksara, akan tetapi lebih dari itu, yaitu bangsa yang tidak
mempunyai peradaban, tidak mengenal aturan (norma). 1
1 Adat Kebiasaan
kehidupan yang sangat getir dan keras ditengah gurun
pasir menyababkan orang arab mempunyai kebiasaan buruk,
diantaranya :
a. Memandang rendah derajat manusia, membunuh bayi-bayi
perempuan yang baru lahir. Wanita diperjual belikan untuk
menjadi pelampiasan kaum laki-laki.
b. Suka minum Khamr.
c. Suka berjudi, mencuri, merampok dan menghalalkan segala
cara untuk mewujudkan keinginan.
d. Menyembah berhala yang diletakkan disetiap rumah dan
sudut kota.
e. Membunuh anak perempuan sejak tradisi nenek moyang
karene takut akan mendatangkan aib bagi keluarga dan
takut kelaparan.
f. Suka peperangan yang dipicu hanya karena hal-hal sepele,
seperti menghina anggota Kabilah lain, yang ujungnya
terjadi perselisihan.2
2 Pemerintahan
Masyarakat Arab sebelm datangnya Islam tidak mengenal
pemerintahan pusat. Masing-masing Kabilah mempunyai
pemerintahan sendiri yang diketuai oleh seorang syeikh. Di
samping itu ada juga hakim yang bertugas mengadili sesame
kabilah apabila ada perselisihan. Kabilah yang paling disegani pada

1
Machfud Syaifudin, Dinamika Peradaban Islam, (Yogayakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta), 2013,
hlm. 4
2
Machfud Syaifudin, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 5-6

4
saat tiu adalah kabilah Quraisyi dan mempunyai tugas sebagai
berikut :
a) Al-Hijabah, bertugas mengurusi ka’bah, seperti menjaga,
membuka, dan menutup serta menjaga keamanan dan
ketertiban Ka’bah.
b) Dar al-Dakwah, adalah suatu majelis permusyawaratan
rakyat , bertugas mengurusi masalah perundang-undangan
bidang politik, social dan budaya.
c) Diyat, adalah suatu majelis yang mengurusi masalah
pengadilan, baik pidana maupun perdata.
d) Al-Qiyadah, adalah majelis yang mengurusi angkatan
perang negeri Makkah, yang mempunyai angkatan
bersenjata yang terdiri dari pasukan perang dan penjaga
keamanan, dan tugas yang lainnya.
3 Keagamaan
Sebelum Islam datang ke negeri Arab, orang Arab sudah
mempercayai akan kesaan Allah sebagai tuhan. Kepercayaan ini
diwariskan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Agama tersebut dalam
Al-Quran disebut agama Hanif. Berkaitan dengan ayat ini Al
Quran menyebutkan bahwa masih mempercayai Keesaan Allah
SWT. Sebagai pencipta pengatur dan pemelihara alam semesta.
Jika ditanyakan kepada bangsa Arab, mengapa mereka menyembah
patung dan berhala, mereka menjawab bahwa semua itu dilakukan
demi mendekatkan diri kepada Allah. 3 Sebagaimana diterangkan
dalam Al Qur’an :
‫ما نعبدهم اال ليقر بونا الى هللا زلفى‬
“kami tidak menyembah kepada mereka, tetapi hanya agar mereka
mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat-dekatnya”. (Az-Zumar :
3).4

3
Machfud Syaifudin, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 6-7
4
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Bebudayaa,n Arab, (Jakarta: KDT), 1997, hlm. 9

5
Tetapi pada saat itu orang-orang arab mencampurnya
dengan agama-agama lain, seperti kepercayaan menyembah roh,
jin, pohon dan matahari. Menurut mereka, benda tersebut
mempunyai kekuatan yang menjadikan makmur dan sejahtera.
Agama yang menyimpang tersebut dinamakan agama Watsaniyah.
Misalnya mereka juga mencampurnya dengan mengelilingi Ka’bah
tanpa busana. 5
4 Ekonomi
Bangsa Arab termasuk bangsa yang gemar berdagang,
dalam bidang ekonomi Makkah telah menjadi jalur perdagangan
dunia yang penting pada saat itu, karena posisinya mnghubungkan
antara utara (Syam), selatan (Yaman), timur (Persia), dan barat
(Mesir dan Abessinia). Keberhasilan Makkah menjadi pusat
perdagangan internasional. Kegiatan peredaran dagang mereka,
dikisahkan atau dicatatkan dalam Qur’an, sebagaimana berbunyi :
‫أليلف قريش الفهم رحلة الشتاء والصيف فليعبدوا رب هذا البيت الذي اطعمهم من جوع‬
‫وامنهم من خوف‬
Artinya: “Karena Tuhan telah membiasakan kaum Quraisy dalam
perjalanan di musim dingin dan musim panas, karena itu hendaklah
menyembah Tuhan Ka’bah ini, yang memberi makan di waktu
kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan”. (Quraisy: 1-
4)6
5 Seni budaya
pada kehidupan bangsa arab, sastra mempunyai arti penting
dalam kehidupan mereka. Bangsa Arab mengabdikan peristiwa-
peristiwa dalam syair yang di perlombakan setiap tahun dipasar
seni Ukaz, Majinnah, dan Zu Majaz. Bagi yang memiliki syair
yang bagus, ia akan mendpat hadiah, dan menjadi kehoramatan
bagi suku dan kabilahnya serta syairnya digantungkan di Ka’bah

5
Machfud Syaifudin, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 7
6
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Bebudayaa,n Arab, hlm. 11

6
dinamakan almu’allaq al-sab’ah. 7
2. Dakwah Makkah Nabi Muhammad di Makkah
Inti kehidupan Nabi Muhammad SAW, di Makkah adalah
melaksanakan tugas-tugas kerasulannya. Untuk itu beliau
melakukan dakwah berdasarja petunjuk-petunjuk wahyu, yang
dijalankan dengan sabar dan ikhlas. Strategi dakwah yang
dilakukan nabi Muhammad dibagi menjadi empat metode, yaitu :
1) Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi.
2) Dakwah melalui silaturrahmi keluarga besar bani Hasyim.
3) Tahapan dakwah secara terang-terangan.
4) Dakwah menggunakan segala sarana, politik, ekonomi,
perkawinan, perdamaian, dan surat-menyurat.8
Ajakan Rasulullah untuk mengagungkan Tuhan dimulai
dari lingkungan keluaraga, mula-mula khadijah yang percaya
terlebih dahulu, kemudian Ali bin Abi Thalib yang masih belim
baligh ketika ia melihat Nabi Muhammad dan khadijah sedang
shalat dan menanyakan kepada keduanya bahwa kepada siapa
mereka bersujud, rasulullah menerangkan bahwa “kami bersujud
kepada Allah, yang mengutusku menjadi nabi dan memerintahku
mengajak manusia menyembah Allah”. Dan Nabi mengajaknya
masuk Islam. Zaid ben Harisah, seorang mantan sahaya Nabi
adalah orang ketiga yang masuk Islam. Demikianlah Islam baru
tersiar secara diam-diam di kalangan keluarga.
Kemudian diajaknya orang yang pertama kali masuk Islam
dari luar keluarga, ia adalah teman akrab Rasulullah, Abu Bakar
ibn Abi Quhafah dari Kabilah Taim yang dikenalnya bersih dan
jujur serta dapat dipercaya. Dari Abu Bakarlah Islam di Syiarkan
kepada teman-teman lainnya yang dapat dipercaya, seperti Ustman
bin Affan, Zubair ibn al-Awwam serta Abu Ubaidah ibn al-Jarrah

7
Machfud Syaifudin, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 8-9
8
Machfud Syaifudin, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 12-13

7
dan masih banyak lagi.
setelah tiga tahun berjalan dakwah Islam secara diam-diam,
maka disuruhalah Nabi mengumumkan Islam dengan terang-
terangan sebagaimana difirmankan oleh Allah asy Syu’ara : 214.
َ‫ِيرتَكَ ْاأل َ ْق َربِين‬
َ ‫عش‬َ ‫َوأ َ ْنذ ِْر‬
dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat,”
Berdasarkan ayat tersebut Nabi Muhammad mengajak
kaum keluarganya, Bani Hasyim untuk masuk Islam, akan tetapi
mereka menghiraukannya, bahkan pamannya, Abu Lahab
mencemooh Rasulullah sehingga turunlah surat al-Lahab.
Kaum Quraisy merasa terancam dengan berkembangnya
dakwah Islam. Mereka berusaha menghalang-halangi dakwah
tersebut dengan berbagai cara, antaralain dengan memutuskan
hubungan antara kaum Mulimin dan Quraisy, menyiksa mereka
yang lemah, sampai-sampai ada yang dibunuh sehingga nabi
memerintahkannya berhijrah ke Abesinia (Ethiopia), dan inilah
hijrah pertama kali dalam Islam yang terjadi pada tahun kelima
dari kenabian atau 615 M. mereka tidak berani menyakiti nabi
sendiri karena belia mendapat perlindungan dari Abu Thalib,
pamannya yang disegani oleh kam Quraisy, walau pamannya itu
tidak masuk Islam. Kaum muslimin yang hijrah abesinia terdiri
dari dua gelombang, yang pertama terdiri dari sebelas orang pria
dan empat orang wanita, kemudian mereka kembali ke Makkah
lagi setelah mendengar bahwa Quraisy tidak menganiaya kaum
Muslimin lagi. Ternyata sesampainya di Makkah justru Quraisy
menyiksanya lebih kejam yang sudah-sudah. Oleh karena itu
mereka berhijrah lagi untuk kedua kalinya ke Abesinia dengan
rombongan yang elbih besar, yakni delapan puluh orang pria tanpa
ada wanita. Mereka tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya
beragama Kristen dan rajanya, Najasyi (Negus), menghormati

8
kaum Muslimin itu yang berada di sana sampai setelah Nabi hijrah
ke Madinah.
Orang Quraisy tidak senang dengan hijrahnya kaum
Muslimin ke Abesinia, mereka mengutus dua orang, yakni Amr bin
As dan Abdullah ibn Abi Rabiah dengan membawa banyak hadiah.
Mereka meminta kepada Raja agar supaya mau mengembalikan
kaum Muslimin ke negeri asalnya. Tetapi Raja Najasyi tidak mau
mengabulkan permintaan Quraisy setelah mendengar keterangan
tentang agama baru itu, Islam, yang mengakui bahwa Nabi Isa
sebagai hamba-Nya, bahkan raja melindungi mereka dengan baik.
Kaum Quraisy memboikot kaum Muslimin dengan
menggantungkan piagam di atas Ka’bah agar mereka tidak
berhubungan dengan kaum Muslim. Kaum Muslimin bersama Nabi
saw. Menyelamatkan diri ke celah-celah gunung di luar Makkah.
Mengalami penderitaan yang sangat karena kekurangan
makanan. Piagam itu telah dimakan rayap setelah berjalan lebih
dari tiga tahun, tanpa hasil yang memuaskan untuk mencegah
kaum Muslimin agar supaya keluar dari Islam, yang akhirnya
piagam itu mereka batalkan.
Kemudian Nabi Muhammad mendapat kesulitan baru lagi
setelah meninggalnya dua orang yang dicintainya, yakni Abu
Thalib (usia 87 tahun) dan Khadijah (usia 50 tahun) dalam waktu
yang bersamaan yaitu hanya berselang tiga hari saja. Tahu ini
dinamakn ‘Amul Khuzni, tahun kesedihan dengan wafatnya dua
orang yang selalu melindunginya.
Orang-orang Quraisy semakin keras menggangu Rasulullah
saw. Sehingga beliau merasa tertekan sekali. Nabi saw ingin
menyiarkan agama ke Taif di tengah suku Saqif, namun beliau
ditolak oleh penduduk Taif bahkan mereka menyakitinya dengan
melempari batu. Beliau berlindung ke kebun milik Utbah dan
Syaibah anak-anak Rabi’ah yang memperhatikan keadaanya.

9
Budak mereka, Addas, yang beragama Nasrani memberinya buah
anggur yang dipetik dari kebun itu, dan ia heran dengan bacaan
Basmalah yang diucapkan oleh orang asing itu ketika mulai makan
buah pemberiannya. Nabi menanyakan dari mana asalnya dan apa
agamanya. Setelah mengetahui identitas pribadinya, Nabi pun
berkata bahwa Nineveh, tempat tinggal Addas, adalah negeri
tempat orang-orang baik, Yunus anak Matta. ‘Addas berkata :”dari
mana tuan tau Yunus anak Matta?” Nabi berkata:”ia saudaraku, ia
seorang Nabi dan aku juga Nabi”.
Nabi saw tidak putus asa menyiarkan dakwah Islam ke
kebilah-kabilah yang ada di Makkah seperti mendatangi rumah-
rumah Bani Kindah, Bani Kalb, Bani Amir dan Bani Hanifah ibn
Sa’sa’ah. Namun mereka menlolak dakwahnya. Setelah masa
berkabung berlalu berfikirlah Nabi untuk kawin lagi, dengan
harapan dapatlah perkawinan itu menghibur hatinya. Maka
dipilihlah Aisyah binti Abi bakar yang masih berumur tujuh tahun,
karenanya hanya akad nikah yang dilaksanakan, sedangkan
perkawinannya dilakukan dua tahun kemudian. Perkawinan itu
dimaksudkan untuk memper erat tali persaudaraan dengan Abu
Bakar yang telah menemani Nabi sejak awal mula Islam. Setelah
itu Nabi pun kawin dengan Saudah, seorang janda yang suaminya
pernah ikut ke Abesinia. 9
Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun kesepuluh
kenabian 27 Rajab 621, Allah meng Isra’mi’raj kannya, untuk
diperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaran Allah swt. Saat itu
nabi sedang duduk di atas Hijir Ismail. Kemudian Jibril datang
membawa beliau untuk menghadap Allah SWT. Untuk
mendapatkan perintah Shalat Lima waktu. Ketika di Sijratul
Muntaha Nabi diperlihatkan Surga dan Neraka.
Dalam kesempatan lain Nabi melihat Malaikat yang tak

9
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Bebudayaa,n Arab, hlm. 17-19

10
terbilang jumlahnya. Sebagia bersujud kepada Allah, sebagian lagi
tak henti-hentinya bertasbih dan bertahlil serta takbir. Semua
kegiatan Malaikat dirangkum menjadi aktivitas khusus bagi Rasul
dan umatnya dalam bentuk Shalat lima waktu.
Adapun peristiwa pembedahan dada Rasul dan pencucian
hati dengan air zam-zam sebelum berangkat ke Baitul Maqdis
merupakan gambaran beberapa hal. Pertama persiapan menghadap
Allah harus bersih dan Ikhlas dari segala kotoran hati agar shalat
menjadi khusyu’. Kedua Jibril memerintahkan Nabi agar ber
wudhu dulu sebelum Isra’, sebagai gambaran untuk menghadap
Allah (shalat) harus suci dari hadas kecil dan besar.10
Nabi saw pada saat itu sedang menginap di rumah
sepupunya bahwa ia telah pergi ke baitul Maqdis dan shalat disana.
Ummu hani’ menyarankan kepada nabi bahwa jangan
menceritakan peritiwa itu kepada mereka. Nabi di Isyra’kan
diperjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju masjidil
Aqsha di Palentine, kemudian di mi’rajkan, atau dinaikkan dari
Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha dan di perlihatkan surga dan
neraka serta menghdap ke hadiratNya untuk menerima Shalat lima
kali sehari semalam. Nabi saw menceritakan Isra’ dan Mi’raj
kepada Abu Bakar sebelum memberitahukan kepada umat, dan
sahabatnya itu langsung mempercayainya sehingga ia diberi gelar
as-Sidiq, yang membenarkan, sejak peristiwa itu . peristiwa itu di
perjelas oleh ayat al-Qur’an surah al-Isra’ayat 1. 11

َ ‫ِى أَس َْر َٰى ِب َع ْب ِدِۦه لَي اًْل ِمنَ ْٱل َمس ِْج ِد ْٱل َح َر ِام ِإلَى ْٱل َمس ِْج ِد ْٱأل َ ْق‬
‫صا‬ ٓ ‫سُ ْب َٰ َحنَ ٱلَّذ‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ ‫س ِمي ُع ْٱل َب‬
َّ ‫ٱلَّذِى َٰ َب َر ْكنَا َح ْولَ ۥهُ ِلنُ ِر َي ۥهُ ِم ْن َءا َٰ َيتِنَا ٓ ۚ ِإنَّ ۥهُ ه َُو ٱل‬
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha
yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan

10
Abd, Adzim Irsad, Makkah,(Jogajakarta: A+PLUS BOOKS), 2009, hlm. 71-72
11
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Bebudayaa,n Arab, hlm. 20-21

11
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”
Setelah peristiwa itu, dakwah Islam menemui kemajuan,
sejumlah penduduk Yastrib datang ke Mekkah untuk berhaji,
mereka terdiri daru suku Aus dan Khazraj yang masuk Islam dalam
tiga golongan:
1) Pada tahun ke-10 kenabian. Hal ini berawal dari pertikaian
antara suku Aus dan Khazraj, dimana mereka
mendambakan perdamaian.
2) Pada tahun ke 12 kenabian. Delegasi Yastrib (10 orang
suku Khazraj, 2 orang Aus serta seorang wanita) menemui
nabi di sebuah tempat yang dinamakan Aqabah dan
melakukan ikrar kesetiaan yang dinamakan Aqabah
pertama, yaitu yang berisi Mereka akan berjanji tidaj akan
menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan
berzina, tidak akan membunuh anak-anak, tidak akan
memfitnah dan tidak akan mendurhakai nabi Muhammad.
Ketika mereka kembali ke Yastrib, Nabi mengutus Mus’ab
ibn Umair untuk mengajarkan Islam diatara mereka.
3) Pada tahun ke-13 (622), jama’ah haji Yastrib berjumlah 73
orang, atas nama penduduk Yastrib mereka meminta Nabi
untuk pindah ke Yastrib, mereka berjanji untuk membela
Nabi. Kemudian juga mengadakan perjanjian yang
dinamakan perjanjian Bai’ah Aqabah II, yaitu mereka
berjanji akan membela Nabi baik dengan jiwa maupun raga,
dan mengangkat sebagai pemimpinya.
Sebagian dari mreka mengiginkan Nabi Muhammad
untuk pindah ke Yatrib agar membantu mendamaikan suku-
suku yang sering bertikai. Atas nama penduduk Yastrib
mereka berjanji akan membela nabi dari ancaman.

12
Setelah mengetahui perjanjian tersebut, orang kafir
Quraisy melakukan tekanan dan intimidasi lebih kejam lagi
terhadap kaum Muslimin. Karena hal inilah, akhirnya Nabi
memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk Hijrah ke
Yastrib. Dalam waktu dua bulan, kurang lebih 150 orang
telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan Abu
Bakar yang tetap bersama Nabi saw, akhirnya Nabi pun
hijrah ke Yastrib bersama mereka, karena kafir Quraisy
sudah merencanakan pembunuhan terhadap Nabi
Muhammad SAW. 12

B. Arti hijrah Nabi ke Madinah


Kata hijrah (‫ ) ِهج َْرة‬berasal dari akar kata hajara (‫ ) َه َج َر‬yang berarti
berpindah (tempat, keadaan, atau sifat), atau memutuskan, yakni memutuskan
hubungan antara dirinya dengan pihak lain, atau panas menyengat, yang memaksa
pekerja meninggalkan pekerjaannya.
Hijrah menurut bahasa memiliki dua arti, pertama secara zhahiriy, yaitu
perpindahan dari suatu tempat menuju ke tempat yang lebih baik. Dan kedua
secara ma'nawiy, yaitu perubahan dari satu kondisi kepada kondisi yang lebih
baik. Hijrah yang berakar kata hajara juga memiliki arti
meninggalkan/menjauhkan diri. 13
Pada periode Mekah, dakwah Nabi saw lebih di fokuskan kepada
pengajaran tauhid. Sementara, pada periode Madinah, Nabi Muhammad saw
membina masyarakat dengan membangun tauhid tersebut. Penentangan yang
keras datang dari kaum Quraisy, karena ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi saw
merupakan perubahan yang besar yang menyangkut bebrbagai aspek kehidupan
mereka. Mekah tidak menjanjikan adanya situasi yang menguntungkan bagi
dakwah Nabi saw dan perkembangan masyarakat Muslim. Hal ini lah yang
mendorong Nabi saw dan pengikutnya untuk berhijrah.

12
Machfud Syaifudin, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 14-15
13
Ibrahim Musa, hijrah yang bermakna, Juli 29, 2002

13
Sejumlah sebab yang membuat Nabi saw dan para pengikutnya pindah ke
Madinah antara lain : 14
1. Perbedaan iklim antara kota Mekah dan Madinah, yang mendorong
mempercepat dilakukannya hijrah. Udara Madinah lebih sejuk dan watak
penduduknya pun relative lebih tenang. Keadaan ini menumbuhkan
harapan bagi penyebaran dan pengembangan agama Islam yang baik.
Sebaliknya keadaan kota Mekah, selain lebih panas, penduduknya terdiri
dari kaum Quraisy itu, cenderung lebih banyak memusuhi Nabi
Muhammad saw dan orang-orang Islam
2. Nabi-nabi pada umumnya tidak dihormati dinegaranya sendiri. Demikian
pula halnya dengan Nabi Muhammad yang tidak diterima oleh sebagian
besar kaumnya di Mekah. Meski demikian, ia diterima oleh utusan-utusan
dari Madinah yang kemudian melakukan ikrar ‘Aqabah. Bahkan mereka
mengundang Nabi saw untu datang ke Madinah dan menjadi penengah
diantara mereka yang sedang mengalami pertikaian antara suku.
3. Tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad saw di Madinah tidaklah
sekeras seperti yang telah dialaminya ketika berada di Mekah. Golongan
pendeta dan Bangsawan Quraisy menganggap Islam bertentangan dengan
kepentingan mereka sementara, penduduk Madinah, justru mengangap
Islam sebagai penengah bagi mereka yang sedang berkonflik.
Sejak kepindahan Nabi tersebut, kota yastrib dikenal dengan sebutan “al-
Madinah”. Tahun Rasulullah berhijrah dari Mekah ke Madinah ditetapkan sebagai
permulaan tahun Islam atau tahun Hijrah.Peristiwa hijrah tersebut dipandang
sebagai suatu peristiwa besar yang pernah terjadi dalam sejarah bangsa Arab.Oleh
karena itu, kaum Muslim mengambil peristiwa hijrah tersebut sebagai permulaan
tahun dan ditetapkan pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar ibn al-Khattab.
Hijrah adalah suatu peristiwa sejarah yang tidak bisa dikecilkan arti
pentingnya, terutama oleh kalangan Muslim. Hamper tidak ada suatu masa bagi
kaum Muslim tanpa memperingati peristiwa hijrah tersebut. Sebab, dalam

14
Dr. Wilaela, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam Reinterpretasi Sejarah Islam Klasik,. Pekanbaru:
Suska Press, 2011 hlm. 46-47

14
peristiwa tersebut, banyak hal yang dapat dipetik atai diambil I’tibar dan
faedahnya. Diantaranya adalah :15
a) Kebesaran jiwa Muhammad saw tampak dengan jelas pada kemaunnya
yang kuat dan ketabahan hatinya dalam menghadapi kesulitan dan kesukaran
yang ada. Nabi saw tidak mengenal putus asa dan tetap terus berjuang.
Beberapa kali berhasil, tetapi kadangkala ia juga menderita kegagalan. Tatkala
harapan untuk mendapatkan keberhasilan di Mekah menjadi tipis, maka hijrah
menjadi jalan keluar. Tanah kelahiran, harta benda dan lain-lain ditinggalkan.
b) Peristiwa hijrah juga memperlihatkan suatu contoh tentang bagaimana
kesetiaan kepada kawan, tatkala kawan sedang berada dalama kesulitan.
Seperti apa yang dilakukan oleh Abu Bakar dan ‘Ali ibn Thalib terhadap nabi
saw.

C. Dasar Berpolitik Negri Madinah


a) Piagam Madinah Sebagai Dasar Kesatuan Politik
Sebagaimana diketahui, ketika Rasul saw mendirikan negara Madinah,
masyarakat madinah terdiri dari beberapa kelompok. Pertama, kelompok kaum
muslim dari kalangan kaum muhajirin dan anshar, dan ini adalah kelompok
mayoritas. Kedua, kelompok musyrik yang berasal dari kabilah-kabilah yang ada
di Madinah.Mereka sudah terwarnai oleh opini Islam dan tidak lagi nampak
sebagai masyarakat tersendiri. Ketiga, kelompok Yahudi dari berbagai kabilah
yang tinggal di wilayah Kota Madinah, termasuk Yahudi Bani Qainuqa, dan
kelompok yahudi yang tinggal di luar kota madinah yaitu Yahudi Bani Nadhir dan
Bani Quraidzah. Kelompok Yahudi ini merupakan komunitas yang terpisah
dengan komunitas kaum muslim, pemikiran dan perasaan mereka berbeda dengan
kaum muslim. Begitu pula metode pemecahan masalah diantara mereka.Sehingga
mereka merupakan kelompok masyarakat tersendiri yang terpisah dari masyarakat
Madinah.
Yahudi sejak lama telah mengintimidasi masyarakat Madinah.Oleh karenanya
mereka merupakan masalah yang mungkin muncul paling awal ketika negara

15
Ibid hlm. 49-50

15
Madinah baru berdiri.Masalah ini memerlukan solusi. Maka segera setelah
Rasulullah Saw hijrah dan melakukan peleburan dan penyatuan seluruh kaum
Muslimin hingga kondisinya stabil dan kokoh, baik melalui strategi muakho
(mempersaudarakan kaum Muslim dengan persaudaraan yang kuat dan
berimplikasi pada aspek mu’amalah, harta dan urusan mereka) maupun
pembangunan mesjid yang berpengaruh pada pembinaan ruhiyah mereka, pada
tahun 622 M Rasulullah saw menyusun teks perjanjian yang mengatur interaksi
antar kaum muslim dan sesama warga negara, hak dan kewajiban warga negara
dan hubungan luar negeri. Piagam ini juga secara khusus mengatur dan membatasi
secara tegas posisi kaum Muslim dan kaum Yahudi, mengatur interaksi di antara
mereka dan merumuskan kewajiban-kewajiban yang harus mereka pikul dengan
kebijakan khusus. Dengan kata lain, sebagaimana disebutkan oleh Jaih Mubarak ,
Piagam Madinah telah menjadi dasar persatuan penduduk Yatstrib yang terdiri
atas Muhajirin, Anshar dan Yahudi.
Dengan piagam inilah, kewibawaan negara Islam dan supremasi hukumnya
bisa tegak.Dan ini merupakan modal awal bagi negara yang baru berdiri untuk
menjaga stabilitas dalam negerinya dan fokus pada upaya membangun berbagai
aspek yang menjadi jalan bagi terealisasinya pengaturan berbagai urusan umat,
baik di dalam maupun di luar negeri. Melaui Piagam Madinah, semua warga
Madinah saat itu meskipun mereka berasal dari berbagai suku (plural/heterogen)
dipersatukan sebagai satu komunitas (ummah). Hubungan antara sesama warga
yang muslim dan yang non muslim didasarkan atas prinsip-prinsip bertetangga
yang baik, saling membantu dalam menghadapi agresi dari luar dan menghormati
kebebasan beragama. Melalui perjanjian ini pula seluruh warganegara (baik
muslim maupun non muslim), maupun negara bertetangga yang terikat dengan
perjanjian terjamin hak dan kewajiban politiknya secara adil dan merata.
Dari semua penjelasan di atas, jelas, bahwa persyaratan sebuah negara,
walaupun masih sederhana, telah terpenuhi di Madinah, yakni ada wilayah,
pemerintahan, negara, rakyat, kedaulatan dan ada konstitusi.Hal ini sekaligus
menampik pendapat-pendapat ya ng menolak adanya hubungan antara agama
Islam dengan politik kenegaraan.

16
D. Piagam Madinah : Darus salam dan Darul Islam
Piagam Madinah disepakati tidak lama sesudah umat muslim pindah ke
Yatsrib yang waktu itu masih tinggi rasa kesukuannya. Oleh karena itu ada
baiknya kita mengetahui motif apa yang menjadi latar belakang hijrahnya umat
Muslim Mekkah ke Madinah yang waktu itu masih bernama Yatsrib. Hal ini
penting untuk kita mengetahui mengapa agama Islam yang lahir di Mekkah itu
justru malah kemudian dapat berkembang subur di Madinah. Dan kemudian
mendapat kedudukan yang kuat setelah adanya persetujuan Piagam Madinah.
Dakwah Nabi di Mekkah dapat dikatakan kurang berhasil. Sampai kepada
tahun kesepuluh kenabian baru sedikit orang yang menyatakan diri masuk Islam.
Bahkan ada beberapa diantaranya yang memeluk agama Islam dengan sepenuh
hati mereka. Sebelum Nabi melaksanakan hijrah, Beliau banyak mendapat
ancaman dari kafir Quraisy. Tidak hanya gangguan psikis yang Beliau alami, tapi
juga diancam secara fisik. Bahkan beberapa kali diancam untuk dibunuh. Tapi
Nabi selalu sabar dalam menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Dasar yang
dipakai Nabi dalam menghadapi gangguan kaum kafir Quraisy tersebut adalah
surat Fushshilat ayat 34, yang berbunyi :

َ ُ‫سنُ فَإِذَا الَّذِي بَ ْينَكَ َوبَ ْينَه‬


‫عدَ َاوة‬ َ ‫ِي أَ ْح‬
َ ‫سنَةُ َوالَ الس َِّيئَةُ ادْفَ ْع ِبالَّتِي ه‬
َ ‫َوالَ تَ ْستَ ِوي ْال َح‬
}34 : ‫ي َح ِميم {فصلت‬ ٌّ ‫َكأَنَّهُ َو ِل‬
Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (QS.
Fushshilat : 34).16
Kota Yatsrib mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Nabi. Bukan
saja karena Makkah dan Yatsrib sama-sama berada di propinsi Hijaz, tetapi juga
beberapa faktor lain yang ikut menentukan, yaitu :

16
Al-Qur’an, Surat Fushsilat ayat 34, yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1983, hlm. 775

17
a. Abdul Muthalib, kakek Nabi lahir dan dibesarkan di Madinah ini sebelum
akhirnya menetap di Makkah. Apalagi hubungan kakek dan cucu ini
sangat erat dan penuh kasih sayang. Maka hubungan kakek nabi yang erat
dengan Madinah juga membawa bekasnya pada diri Nabi.
b. Ayah Rasulullah, Abdullah ibn Abdul Muthalib wafat dan dimakamkan di
Madinah. Nabi pernah ziarah ke sana bersama ibundanya. Ibunda Nabi
wafat dalam perjalanan pulang dari ziarah tersebut. Dengan demikian
Madinah bukan tempat yang asing bagi Nabi. Setidak-tidaknya Nabi
pernah berhubungan dengan kota atau penduduk kota tersebut.
c. Penduduk Madinah dari suku Arab bani Nadjar punya hubungan
kekerabatan dengan Nabi. Kedatangan Nabi di Madinah disambut
layaknya kerabat yang datang dari jauh, bukan orang asing.
d. Sebagian besar penduduk kota Yatsrib punya mata pencaharian sebagai
petani, di samping itu iklim di sana lebih menyenangkan dari pada kota
Makkah. Untuk itu dapat dimaklumi bila penduduknya lebih ramah
dibandingkan penduduk kota Makkah.
e. Selain berbagai faktor di atas, juga khabar akan datangnya Rasul akhir
jaman sudah di dengar orang-orang Yatsrib dari orang-orang Yahudi d
Yatsrib. Mereka mengharap-harap dan menunggu-nunggu untuk mendapat
kehormatan membantu agama ini.
Demikian beberapa faktor yang membantu diterimanya Nabi di Madinah
dan mengapa Nabi memilih kota Yatsrib atau Madinah sebagai kota tempat tujuan
Hijrahya, selain itu juga merupakan petunjuk Allah yang memberi jalan bagi
terbukanya syiar agama Islam.
Demikianlah reaksi penduduk Madinah bagaimana mereka menanti
kedatangan Rasul mereka. Selain itu dakwah yang disampaikan Nabi setiap
musim haji di Baitullah, juga perjanjian Baitul Aqabah pertama dan kedua yang
disepakati pada tahun kedua belas dan ketiga belas dari kenabian semakin
memuluskan jalan bagi Nabi untuk diterima di Madinah. Perjanjian Aqabah I dan

18
II mempersiapkan Nabi dan kaum Muslimin secara psikologis dan sosiologis
dalam pelaksanaan hijrah yang amat bersejarah. 17
Madinah adalah sebuah kota kurang lebih berjarak 400 kilometer di
sebelah utara kota Makkah. Penduduk kota Yatsrib terdiri dari beberapa suku
Arab dan Yahudi. Suku Yahudi terdiri Bani Nadzir, Bani Qainuna, dan Bani
Quraidzah yang mempunyai kitab suci sendiri, lebih terpelajar dibandingkan
penduduk Yatsrib yang lain. Sedangkjan suku Arabnya terdiri dari suku Aus, dan
Khazraj, di mana kedua suku itu selalu bertempur dengan sengitnya dan sukar
untuk didamaikan.18
Nabi Muhammad datang dengan membawa perubahan. Beliau
mengajarkan penghapusan kelas antara orang kaya dengan orang miskin,
golongan buruh dengan golongan juragan. Yang ada hanyalah hubungan
persaudaraan, saling mengasihi dan menyantuni pada yang membutuhkan. Beliau
telah dapat menciptakan jalinan yang suci dan murni dan telah berhasil mengikat
suku Aus dan Khazraj dalam suatu hubungan cinta kasih dan persaudaraan.
Sejak Nabi hijrah ke Madinah dan sesudah menetap di sana dan setelah
masjid dan rumah beliau siap didirikan, tidak lain yang menjadi fikirannya adalah
menyiarkan agama Islam, sebagai tujuan utama beliau.Sebagai seorang pemimpin,
maka beliau merasa punya tanggung jawab besar terhadap diri dan pengikutnya.
Beliau tidak saja harus giat menyiarkan agama Islam, tetapi juga sebagai seorang
pemimpin tidak boleh membiarkan musuh-musuh dari dalam dan dari luar
mengganggu kehidupan masyarakat muslim. Pada tahap ini beliau menghadapi
tiga kesulitan utama :
a. Bahaya dari kalangan Quraisy dan kaum Musyrik lainnya di Jazirah Arab.
b. Kaum Yahudi yang tinggal di dalam dan di luar kota dan memiliki
kekayaan dan sumberdaya yang amat besar.
c. Perbedaan di antara sesama pendukungnya sendiri karena perbedaan
lingkungan hidup mereka.19

17
Nurcholis Majid, Islam, Agama dan Peradaban, Jakarta : Paramadina, t.th., hlm. 41.
18
Ibid.
19
Ja’far Subhani, Ar-Risalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah Saw, Jakarta : Lentera, 1996, hlm.
294.

19
Dan karena perbedaan lingkungan hidup, maka kaum muslimin Anshar
dan Muhajirin mempunyai latar belakang kultur dan pemikiran yang sangat
berbeda. Hal ini masih di tambah lagi dengan permusuhan sengit yang telah
terjadi selama 120 tahun lebih antara dua suku Anshar, yaitu Bani Aus dan Bani
Khazraj. Sangat sulit bagi Nabi mengambil jalan tengah untuk mempersatukan
mereka dalam kehidupan religius dan politik secara damai.
Tetapi akhirnya Nabi dapat mengatasi masalah tersebut secara damai
dengan cara yang amat bijaksana. Mengenai masalah yang pertama dan kedua,
beliau berhasil mengikat penduduk Madinah dalam suatu perjanjian yang saling
menguntungkan yang akan di bahas nanti. Sedangkan untuk mengatasi masalah
yang ketiga beliau berhasil memecahkannya dengan jalan keluar yang amat bijak
dan sangat jenius.
Untuk mengatasi adanya perbedaan di antara kaum muslimin, maka Nabi
mempersaudarakan di antara mereka layaknya saudara kandungan yang saling
pusaka mempusakai. Jika salah satu dari kedua bersaudara yang baru dipersatukan
tersebut wafat, maka saudara angkatnya berhak atas seperenam harta warisannya.
Perlu diketahui hukum waris sebagaimana kita kenal sekarang belum berlaku saat
itu.
Upaya yang dilakukan Rasul itu telah menjadi alat yang ampuh untuk
mematikan segala perang saudara dan permusuhan yang dulu selalu timbul di
antara mereka. Iklim baru ini sangat menunjang perkembangan agama Islam di
Madinah. Sehingga dalam tempo yang amat pendek, tidak lebih dari dua belas
bulan sesudah Rasul menetap di Madinah, menurut keterangan Ibnu Ishaq yang
wafat dalam temp hari tidak ada lagi satu rumah orang Madinah yang belum Islam
selain daripada suku kecil dari suku Aus. 20
Selama beberapa minggu di Madinah, Rasul menelaah situasi kota
Madinah dengan mempelajari keadaan politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Beliau berusaha mencari jalan bagaimana agar penduduk asli dan kaum muhajirin

20
H. Zainal Arifin Abbas, Peri Hidup Muhammad Rasulullah Saw, Medan : Firma Rahmat, 1964,
hlm. 1246

20
dapat hidup berdampingan dengan aman. Untuk mengatasi kesulitan yang pertama
dan kedua Nabi Muhammad membuat suatu perjanjian dengan penduduk Madinah
baik Muslimin, Yahudi ataupun musyrikin.
Dalam perjanjian itu ditetapkan tugas dan kewajiban Kaum Yahudi dan
Musyrikin Madinah terhadap Daulah Islamiyah di samping mengakui kebebasan
mereka beragama dan memiliki harta kekayaannya. Dokumen politik, ekonomi,
sosial dan militer bagi segenap penduduk Madinah, baik Muslimin, Musyrikin,
maupun Yahudinya. Secara garis besar perjanjian itu memuat isi sebagai berikut :
a. Bidang ekonomi dan sosial
Keharusan orang kaya membantu dan membayar utang orang miskin,
kewajiban memelihara kehormatan jiwa dan harta bagi segenap penduduk,
mengakui kebebasan beragama dan melahirkan pendapat, menyatakan kepastian
pelaksanaan hukum bagi siapa saja yang bersalah, dan tidak ada perbedaan antara
siapapun di depan pengadilan.

b. Bidang militer
Antara lain menggariskan kepemimpinan Muhammad bagi segenap
penduduk Madinah, baik Muslimin, Yahudi ataupun Musyrikin, segala urusan
berada di dalam kekuasaannya. Beliaulah yang menyelesaikan segala perselisihan
antara warga negara. Dengan demikian jadilah beliau sebagai Qaaid Aam
(panglima tertinggi) di Madinah. Keharusan bergotong royong melawan musuh
sehingga bangsa Madinah merupakan satu barisan menuju tujuan. Dan tidak boleh
sekali-kali kaum Musyrikin Madinah membantu Musyrikin Makkah (Quraisy).
Baik dengan jiwa ataupun harta, dan menjadi kewajiban kaum Yahudi membantu
belanja perang selama kaum Muslimin berperang. 21
Adapun isi perjanjian itu sebagaimana terlampir.
1. Arti Penting Piagam Madinah
Adapun Piagam Madinah itu mempunyai arti tersendiri bagi semua
penduduk Madinah dari masing-masing golongan yang berbeda. Bagi Nabi
Muhammad, maka Ia diakui sebagai pemimpin yang mempunyai kekuasaan

21
Hasymy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1975, hlm. 55.

21
politis. Bila terjadi sengketa di antara penduduk Madinah maka keputusannya
harus dikembalikan kepada keputusan Allah dan kebijaksanaan Rasul-Nya. Pasal
ini menetapkan wewenang pada Nabi untuk menengahi dan memutuskan segala
perbedaan pendapat dan permusuhan yang timbul di antara mereka.
Hal ini sesungguhnya telah lama diharapkan penduduk Madinah,
khususnya golongan Arab, sehingga kedatangan Nabi dapat mereka terima.
Harapan ini tercermin di dalam Baitul Aqabah I dan II yang mengakui
Muhammad sebagai pemimpin mereka dan mengharapkan peranannya di dalam
mempersatukan Madinah.
Sedangkan bagi umat Islam, khususnya kaum Muhajirin, Piagam Madinah
semakin memantapkan kedudukan mereka. Bersatunya penduduk Madinah di
dalam suatu kesatuan politik membuat keamanan mereka lebih terjamin dari
gangguan kaum kafir Quraisy. Suasana yang lebih aman membuat mereka lebih
berkonsentrasi untuk mendakwahkan Islam. Terbukti Islam berkembang subur di
Madinah ini.
Bagi penduduk Madinah pada umumnya, dengan adanya kesepakatan
piagam Madinah, menciptakan suasana baru yang menghilangkan atau
memperkecil pertentangan antar suku. Kebebasan beragama juga telah
mendapatkan jaminan bagi semua golongan. Yang lebih ditekankan adalah
kerjasama dan persamaan hak dan kewajiban semua golongan dalam kehidupan
sosial politik di dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian.
Piagam Madinah ternyata mampu mengubah eksistensi orang-orang
mukmin dan yang lainnya dari sekedar kumpulan manusia menjadi masyarakat
politik, yaitu suatu masyarakat yang memiliki kedaulatan dan otoritas politik
dalam wilayah Madinah sebagai tempat mereka hidup bersama, bekerjasama
dalam kebaikan atas dasar kesadaran sosial mereka, yang bebas dari pengaruh dan
penguasaan masyarakat lain dan mampu mewujudkan kehendak mereka sendiri. 22

22
J. Suyuti Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah, Jakarta : Rajawali
Press, 1994, hlm. 67.

22
Muhammad Jad Maula Bey, dalam bukunya “Muhammad al-Matsalul Kamil”
menyimpulkan, bahwa di dalam waktu yang relatif pendek tersebut Nabi telah
sukses menciptakan tiga pekerjaan besar, yaitu:
a. Membentuk suatu umat yang menjadi umat yang terbaik
b. Mendirikan suatu “negara” yang bernama Negara Islam; dan
c. Mengajarkan suatu agama, yaitu agama Islam

2. Pendapat Beberapa Ahli Tentang Keberadaan Piagam Madinah


Perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan para ahli dalam melakukan
penilaian terhadap naskah atau dokumen politik tertua dalam sejarah tersebut
karena ada yang kemudian menggolongkannya sebagai suatu Piagam, ada yang
menggolongkannya sebagai suatu undang-undang negara, ada pula yang setelah
melakukan penelitian memasukkan dalam kelompok Charter, ada yang
menggolongkannya dalam definisi perjanjian. Tetapi beberapa ahli sepakat untuk
memasukkannya ke dalam kelompok yang lebih tinggi, di mana dokumen yang
sangat bersejarah tersebut dimasukkan dalam golongan Konstitusi. Dan inilah
penilaian tertinggi untuk piagam tersebut. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas
satu persatu.
a. Piagam Madinah sebagai suatu Perjanjian
 Maulvi Muhammad Ali dalam bukunya “Muhammad the Prophet”
menamakannya “Pact between the Muslim and the Jews” (Perjanjian
antara kaum Muslimin dengan kaum Yahudi). 23
 Emile Dermenghem, mengatakan sebagai “Pledge of mutual aid”
(perjanjian untuk saling membantu).

b. Piagam Madinah sebagai Charter atau Piagam


 Dr. Khalifa Abdul Hakim dalam bukunya “Islamic Ideology” menegaskan
bahwa piagam ini jauh lebih tinggi tujuannya dari pada Magna Charta

23
H. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad Saw, Jakarta : Bulan Bintang, 1973, hlm.
68.

23
Inggris pada abad ke 13 dahulu, dan lebih baik daripada Athlantic Charter
pada abad ke 20.
 Haroon Khan Serwani dalam bukunya yang berjudul “Studies in Muslim
Political thought and administration” mengatakan : Piagam Madinah
merupakan piagam yang besar untuk kebebasan pendapat dan pikiran
umum penduduk.

c. Piagam Madinah sebagai suatu Undang-Undang Negara


 Prof. H.A.R Gibb dalam bukunya yang berjudul “Mohammadanisme”
mengatakannya “legislative enactment” (penetapan legislatif). 24
 Emile Dermenghem dalam bukunya “The Live of Mohammed”
mengatakan bahwa Nabi Muhammad setelah berada di Madinah adalah
seorang Nabi, seorang Legislator, seorang politikus dan seorang pahlawan.
 George E. Kerk menamakannya “act” (undang-undang) yang dikeluarkan
Muhammad sebagai lawgiver (pembuat undang-undang), di dalam
bukunya “A Short History of the Middle East”.25

d. Piagam Madinah sebagai suatu Konstitusi


 Dr. Muhammad Hamidullah menerangkan dalam bukunya yang berjudul
“The First Written Constitution of The World” bahwa inilah konstitusi
yang tertulis yang pertama di dunia.
 Muhammad Marmaduke Dickthal, dalam bukunya “The Meaning of The
Glorius Koran” (Terjemahan kitab Agung Qur'an” menerangkan tentang
konstitusi yang dibuat Nabi Muhammad.
 W. Montgomery Watt berjasa besar dalam mempopulerkan piagam ini
sebagai suatu konstitusi. Ia menamakan piagam ini dengan “The
Constitution of Medina” (konstitusi Madinah).26

24
Ibid, hlm. 57
25
Ibid,. Hlm. 58
26
Ibid,. Hlm. 74

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam membawa perubahan di Makkah setelah Muhammad membawa
ajaran-ajaran Islam yang memperbaiki moral mereka dalam beragama. Pada
periode Makkah Muhammad berkonsentrasi terlebih dahulu untuk
memperbaiki tauhid penduduk Makkah yang pada saat itu masih menyembah
berhala dan masih setia pada ajaran nenek moyang mereka. Walaupun
demikian usaha Muhammad menyebarkan Islam tidak mudah dibandingkan
ketika Muhammad menyebarkan Islam ke Madinah.
Dari paparan singkat ini, jelas bahwa dari sisi komposisi masyarakat
Madinah yang diakui dalam Piagam Madinah itu memang terdiri dari
beberapa kelompok komunitas (plural). Namun semua kelompok itu tunduk
kepada sistem dan hukum Islam .Dalam masalah mu’amalah dan uqubat,
orang-orang musyrik dan komunitas Yahudi, semuanya tunduk kepada sistem
dan hukum Islam, sebagaimana juga warga negara Muslim.Setiap
persengketaan terkait masalah-masalah mu’amalah dan uqubat yang terjadi di
antara mereka, baik yang seagama maupun antar agama, seluruhnya
dikembalikan pada hukum-hukum Islam.Sementara dalam masalah aqidah,
ibadah dan ahwal asy-syakhsiyah, mereka dibiarkan dengan keyakinan
masing-masing dan tidak dipaksa untuk memeluk Islam.
Seluruh warga negara, Muslim maupun Non Muslim berkedudukan
sama di hadapan hukum, memiliki hak dan kewajiban yang sama dan adil
tanpa ada diskriminasi. Mereka juga berkewajiban menjaga stabilitas negara
secara bersama-sama, tidak bebas membentuk kelompok atau
bekerjasama/berkonspirasi dengan komunitas lain, tanpa perkenan dari Rasul
saw sebagai kepala negara. Merekapun tidak boleh keluar dari Madinah tanpa
ijin Rasulullah saw. Menurut piagam Madinah itu, kekuasaan ada ditangan
Rasul dan kaum muslim. Karena komunitas kaum musyrik dan komunitas
kaum Yahudi justru tunduk kepada Rasulullah saw sebagai kepala Negara

25
Islam Madinah.
Dengan adanya Piagam Madinah, maka tercipta suasana baru yang
menghilangkan atau memperkecil pertentangan antara suku. Di samping itu,
Piagam tersebut juga telah merubah masyarakat yang semula hanya
sekelompok manusia menjadi masyarakat politik yaitu masyarakat yang
berdaulat dan mempunyai otoritas politik di wilayah Madinah.
Rasulullah telah berhasil menyatukan kemajemukan yang ada dengan
mengadakan perjanjian di antara kaumnya. Menurut hemat penulis, Piagam
Madinah lebih condong kepada Darul Islam karena Darul Islam merupakan
yang diatur oleh Nabi berdasarkan apa yang tercantum dalam Piagam
Madinah.
B. Saran
Makalah yang dapat kami buat, sebgai manusia biasa kita menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

26
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, H. Zainal Arifin, Peri Hidup Muhammad Rasulullah Saw, Medan :
Firma Rahmat, 1964.
Ahmad, H. Zainal Abidin, Piagam Nabi Muhammad Saw, Jakarta : Bulan
Bintang, 1973.
Ahmad, H. Zainal Abidin, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang,
Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Dr. wilaela, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam Reinterpretsi Sejarah Islam
Klasik, Pekanbaru : Suska Press, 2011
Hasymy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1975.
Karya, Soekama, dkk., Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam,
cet. 2, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1998.
Majid, Nurcholis, Islam, Agama dan Peradaban, Jakarta : Paramadina, t.th.
Pulungan, J. Suyuti, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah,
Jakarta : Rajawali Press, 1994.
Subhani, Ja’far, Ar-Risalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah Saw, Jakarta :
Lentera, 1996.

27

Anda mungkin juga menyukai