Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONDISI JAZIRAH ARABRIAH DITINJAU DARI ASPEK


RELIGI, GEOGRAFIS, EKONOMI, dan SOSIAL BIDAYA
SERTA PEMERINTAHAN.

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Peradaban Islam

Dosen pengampu : Syaiful Rijal, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Zannuba Izza Afkarina (212104030015)

Prisma Mailani (212104030027)

Program Studi dan Sastra Arab

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Shidiq Jember

Maret 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
serta hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul "Kondisi jazirah Arabia ditinjaun dari aspek religi, geografis,
ekonomis, dan sosial budaya serta pemerintahan."

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita


Rasulullah Saw yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
terang benderang yakni Addinul Islam wal iman .

Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini, dalam kesempatan ini kami


kami menyampaikan ribuan terimakasih kepada Syaiful Rijal, M. Pd. I selaku
pengampu mata kuliah Metodologi Penemlitian Bahasa dan Sastra

dan semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini. Kami harap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya Mahasiswa UIN
KHAS JEMBER.

Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan/sarana dalam proses


pembelajaran. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna dan banyak
terdapat kesalahan maupun kekurangan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca.

Kelompok 1

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Sejarah Masuknya Islam ke Jazirah arab .................................... 3


B. Kondisi Jazirah Arabiah .............................................................. 4
a. Agama ............................................................................. 4
b. Geografis ......................................................................... 6
c. Ekonomi .......................................................................... 10
d. Budaya............................................................................. 12
e. Politik .............................................................................. 13

BAB III PENUTUP ............................................................................... 16

Kesimpulan ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 17

III
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Peradaban kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan dari
masa kemasa. Hal ini dapat dilacak melalui history atau sejarah peradaban
manusia itu sendiri. Sejarah merupakan peristiwa masa lalu yang terjadi dan
dapat di ketahui melalui peninggalan-peninggalan dari peristiwa tersebut.
Sejarah senantiasa berkaitan dengan waktu dan peristiwa. Perkembangan zaman
menjadi faktor penting terhadap perubahan pola pokir dan cara pandang
manusia terhadap kehidupan. Maka seiring dengan perkembangan zaman itu
pulalah peradaban manusia mengalami perubahan, baik menuju kemajuan
ataupun kemundurannya.
Setelah wafatnya Nabi Isa AS. kepemimpinan dunia mengalami
kekosongan. Manusia makin banyak yang menyimpang dari ajaran yang telah
dianut. Mereka memasukkan ajaran- ajaran yang ada serta mengubah isi kitab
sucinya. Dalam “kegelapan” dan "kegersangan" ini, Allah SWT. mengutus
Muhammad Saw. Sebagai utusan (Rasul) dengan membawa ajaran Islam.
Kenabian merupakan desain Tuhan yang tidak bisa diberikan karena usaha
manusia. Allah SWT. lebih tahu di mana dan kepada siapa kenabian diberikan.
Muhammad Saw. adalah pilihan Allah SWT. yang disiapkan untuk membawa
risalah kenabian ke seluruh dunia untuk seluruh umat manusia melintas batas
etnis, bangsa dan bahkan dunia. Muhammad SAW. mendapat perintah Allah
SWT. untuk menyampaikan amanat tersebut menurut kemampuan akal,
pengetahuan dan kecerdasannya. Karena kebijaksanaan dan kegigihannya
dalam memperjuangkan agama Islam akhirnya beliau berhasil merombak adat
Jahiliyyah yang rusak dalam waktu yang relatif singkat yaitu selama kurang
lebih 23 tahun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka titik fokus penulisan ini
ialah:

1
1. Bagaimana sejarah masuknya islam ke jazirah arab?
2. Bagaimana Kondisi jazirah Arabiah ditinjau dari aspek religi, geografis,
ekonomis, dan sosial budaya serta pemerintahan.?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini ialah:
1. Mengetahui sejarah masuknya islam ke jazirah arab
2. Mengetahui Kondisi jazirah Arabiah ditinjau dari aspek religi, geografis,
ekonomis, dan sosial budaya serta pemerintahan

2
BAB II

Pembahasan

A. Sejarah Masuknya Islam Ke Jazirah Arab


Sejarah perkembangan Islam di Arab di mulai sejak hadirnya Islam di sana
ketika Rasulullah di angkat menjadi seorang Nabi dengan wahyu pertamanya di
gua Hira’. Di awal hadirnya Islam ini, Rasul hanya mensyiarkannya pada
keluarga dan teman-teman dekatnya saja. dakwah pada masa awal di
turunkannya agama Islam ini sering di sebut dengan dakwah secara sembunyi-
sembunyi. Dakwah Rasulullah secara sembunyi-sembunyi tentu saja tidak
membawa banyak umat masuk Islam. Namun, ini juga tidak berlangsung dalam
kurun waktu yang lama. Belum genap 3 tahun, Allah sudah memerintahkan
Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan terbuka. Akhirnya
beliaupun melakukannya.Sayang sekali, dakwah secara terbuka ini menuai
banyak kecaman dari kaum kafir Quraisy. Hingga akhirnya muncullah berbagai
macam hal buruk bagi kaum muslim di awal perkembangannya.Mulai dari di
olok-olok, di siksa, bahkan hingga di bunuh. Penyerangan terhadap kaum
muslim ini bermual karena faktor agam maupun politik.
Melihat akan banyak penyerangan yang terjadi, akhirnya Rasulullah
mencoba untuk berhijrah ke beberapa tempat. Namun akhirnya kembali ke
Makkah. Dan yang terakhir, Rasulullah kembali hijrah ke Madinah setelah
terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj dan Ammul Husni di mana istri serta paman
Rasulullah, yakni khadijah dan Abu Thalib yang selalu melindungi beliau wafat.
Berbeda dengan Makkah, di Madinah masyrakat menyambut Islam, Rasulullah
dan para sahabat muhajirin dengan begitu terbuka. Bahkan kesempatan
menyebarluaskan Islam di sini semakin tinggi dengan kekuatan dan keamanan
yang lebih kuat.
Hingga pada akhirnya kedaulatan Islam di akui oleh yahudi dan Nashrani
setelah Islam memenangkan berbagai perang usai turunnya perintah perang.
Pada masa ini, bangsa Arab mulai menemukan persatuannya dengan Islam
sebagai kiblat utama yang di pimpin oleh Rasulullah. Hal ini pun berlangsung

3
hingga beliau wafat. Pasca wafatnya Rsaulullah, dalam sejarah Islam di jazirah
Arab, kekhalifahan Islam di lanjutkan oleh khulafaur Rasyidin yang fokus pada
ekspansi dan beberapa bidang lainnya dalam Islam.
Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin ini, Arab
mulai di kuasai berbagai dinasti secara bergantian. Mulai dari Dinasti Umayyah,
Abbasiyah, hingga Turki Utsmani. Dengan kata lain, perkembangan Islam di
Arab berbanding lurus dengan perkembangan Islam sesuai masa pemimpinnya.
Dan hingga kini Arab tetap menjadi negara Islam dengan banyak peninggalan.
B. Kondisi Jazirah Arabiah
a. Agama Bangsa Arab Pra Islam
Agama bangsa Arab sebelum kedatangan Islam sangat beragam, ada
yang menyembah Allah, ada yang menyembah Matahari, Bulan, Bintang,
bahkan ada pula yang menyembah patung dan api. Ada pula yang beragama
Nasrani dan Yahudi. Ka’bah menjadi pusat tempat mereka beribadah.
Menurut riwayat, dalamKa’bah itu terdapat 360 buah patung yang
bermacam-macam bentuk dan warna menurut kemauan masing-masing
kabilah dan suku.1
Dalam lingkungan masyarakat ini, yang menyandarkan
peradabannya sejak ribuan tahun kepada sumber agama, dilahirkan para
Rasul yang membawa agama-agama yang kita kenali sampai saat ini.
Berhadapan dengan agama Masehi yang terbesar, berdiri pula kesatuan
agama majusi di Persia. Selama beberapa abad itu Austria dan Mesir yang
membentang sepanjang Funisia (sekarang Lebanon), telah merintangi
terjadinya suatu pertarungan langsung antara kepercayaan, peradaban Barat
dan Timur. Tetapi dengan masuknya Mesir dan Funisia ke dalam lingkungan
Masehi telah pula menghilangkan rintangan itu.
Paham Masehi Barat dan Majusi Timur sekarang sudah saling
berhadapan. Selama berabad-abad berturut-turut, baik Barat maupun Timur,
dengan hendak menghormati agama masing-masing, yang sedianya

1
(Muhammad Husain Haekal, 2007).

4
berhadapan dengan rintangan moril, masing-masing mereka perlu dengan
sekuat tenaga berusaha mempertahankan kepercayaannya, dan satu sama
lain tidak saling mempengaruhi kepercayaan dan peradabannya, sekalipun
peperangan antara mereka itu berlangsung terus menerus sampai sekian
lama.
Mayoritas penganut Yahudi tersebut bercocok tanam dan membuat
alat-alat besi, seperti perhiasan, dan persenjataan. Begitu juga penganut
Kristen, karena mereka sama-sama terpengaruh dari kebudayaan
Hellenisme dan pemikiran Yunani. Aliran Kristen yang masuk ke Jazirah
Arab ialah aliran Nesturian di Hirrah dan aliran Jarob Barady di Ghasan.
Daerah Kristen yang terpenting adalah Najran, sebuah daerah yang subur.
Penganut agama Kristen tersebut berhubungan dengan Habasyah
(Ethiopia), negara yang melindungi agama ini.
Kepercayaan terhadap agama tauhid ini lama-kelamaan berubah
menjadi penyembahan terhadap berhala. Menurut riwayat Ibnu Khalbi
dalam kitab al-Ashnam (Berhala-berhala), perubahan kepercayaan itu
terjadi karena adat bangsa Arab untuk membawa batu yang diambil dari
sekeliling ka’bah bila mereka akan meninggalkan kota Makkah. Hal
tersebut dilakukan karena mereka mencintai kota Makkah dan Ka’bahnya.
Dimanapun mereka berada, batu yang mereka bawa dari sekeliling Ka’bah
itu dipujanya sebagaimana mereka melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah.
Kemudian di antara batu-batu yang mereka puja itu dipindahkan di
sekeliling Ka’bah. Maka penuhlah Ka’bah itu dengan berhala-berhala.
Sebenarnya masih ada orang yang tetap mempercayai adanya Tuhan Yang
Maha Esa (Allah), tetapi terkontaminasi pada pemujaan berhala, sehingga
mereka menjadikan berhala itu sebagai perantaranya. Sebagaimana
dilukiskan dalam Al-Qur’an:
“Kami tidak menyembah mereka, melainkan (berharap) agar
mereka (berhala-berhala itu) mendekatkan kami kepada Allah sedekat-
dekatnya.” (QS. Az-Zumar [39]: 3)

5
Agama bangsa Arab bisa disebut humanisme suku artinya makna
kehidupan itu terwujud dalam keunggulan sifat manusia, yaitu semua
kualitas yang bisa sejalan dengan cita-cita kemanusiaan atau keberanian
bangsa Arab. Sifat keunggulan ini berada di tangan suku, bukan terletak di
individu, hal ini karena ia menjadi anggota suku. Yang menjadi tujuan setiap
orang adalah menjaga kehormatan suku. Kehidupan akan bermakna bagi
dirinya jika kehidupan itu terhormat dan semua tindakan yang menimbulkan
aib dan rasa malu harus dihindari sebisa mungkin. Kota terpenting di daerah
ini adalah Makkah. Kota suci tempat berdirinya Ka’bah. Pada masa itu
bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut asli Makkah tetapi juga
orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.
b. Geografis
Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti
kepulauan, Arab secara etimologi berasal dari kata arabia berarti gurun pasir
atau sahara. Menurut Nuldeke, seorang Orientalis (Ahli Ketimuran) dari
Jerman, sebab sebagian besar wilayah Arab terdiri dari gurun pasir. Tetapi
menurut Muhammad Hasyim Athiyah, kata Arab berasal dari kata abar
artinya rahlah atau kembara, sebab bangsa Arab adalah bangsa yang suka
berpindah.2
Dari segi geografis sebenarnya Arab bukanlah sebuah kepulauan,
sebab dari empat penjuru perbatasannya masih ada satu yang tidak
berbatasan dengan laut, yaitu di sebelah Utara Jazirah Arab berbatasan
dengan gurun Iran dan gurun Syiria, di sebelah Selatan berbatasan dengan
samudera Hindia, di sebelah Barat berbatasan dengan laut Merah, dan di
sebelah Timur berbatasan dengan teluk Persia. Jazirah Arab terletak di
sebelah Barat daya Asia, terbagi atas dua bagian, yaitu bagian tengah dan
bagian tepi.3
Jazirah Arab menurut Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam
Pra Kenabian Hingga Islam di Nusantara, terbagi ke dalam lima bagian,

2
(A. W. Munawir, 1997).
3
(Muhammad Husain Haekal, 2008)

6
yaitu: 1) Tihamah, yaitu daerah yang terbentang di sepanjang pesisir laut
merah, dinamakan Tihamah menurut bahasa Arab dapat diartikan sangat
panas. 2) Hijaz, adalah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi. Wilayah
ini terletaknya kota suci Islam Mekkah dan Madinah, Hijaz berarti
penghambat, karena yang menghambat tanah rendah Tihamah dengan tanah
tinggi Najd. 3) Najd, terletak di tengah Jazirah Arab. Sebelah Selatan
dimulai dari ujung Negeri Yaman, dan berakhir di Samawah. Bagian
timurnya, adalah Tihamah dan di pinggir tanah Irak. Najd artinya Tinggi
karena merupakan bagian yang tertinggi. Najd terbagi dua, yaitu bagian
utara ialah Negeri Hail dan sekitarnya dan bagian Selatan Tanah Negeri. 4)
Arudh, yaitu negeri-negeri Yamamah, Bahrain dan sekitarnya, termasuk
sedikit bagian Najd dan Ghur. Kata Arudh artinya berhadapan, karena ia
terhampar di antara negeri Yaman, Najd, dan Irak. Arudh berada di dekat
tepi laut, dan pada beberapa daerah tanahnya rendah. 5) Yaman, terletak di
sebelah Selatan Najd sampai ke tepi pantai Laut Hindia, dan memanjang
timur sampai ke batas Hadramaut, Shihab dan Oman, termasuk sedikit
bagian dari Najd dan Tihamah.4
Jazirah Arab (Jazirat al-Arabiyyah), adalah sebuah jazirah
(semenanjung besar) di Asia Barat Daya pada persimpangan benua Asia dan
Afrika. Wilayah perbatasan jazirah di barat daya, adalah Laut Merah dan
Teluk Aqabah; di sebelah tenggara Laut Arab; dan di timur laut Teluk Oman
dan Teluk Persia. Secara politik moderen, Jazirah Arab meliputi negara:
Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain.
Dari uraian di atas, pertama penulis akan membahas tentang keadaan
Jazirah Arab bagian tengah. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari tanah
pegunungan yang tandus, karena itulah penduduknya nomaden, yakni hidup
berpindah-pindah, mencari daerah yang subur, untuk memberi makan ternak
mereka. Penduduk daerah ini dinamakan suku Badui yang mendiami daerah
gurun pasir. Orang Badui ini senang hidup bebas, mereka enggan menetap

4
(Hamka, 2016)

7
dan enggan bercocok tanam. Wilayah ini termasuk di dalamnya adalah
daerah Najed dan al-Ahqaf. Karena penduduknya berpindah-pindah maka
mereka tidak tenang untuk menciptakan kebudayaan dan peradabannya.
Penduduk padang pasir, karakteristiknya memiliki sifat pemberani,
karena terdorong oleh kondisi alam dan keadaan yang mereka hadapi. Tetapi
keberanian ini sering disalahgunakan, di antaranya untuk menguasai
penduduk dan daerah yang subur. Sebab itu, sering terjadi konflik untuk
memperebutkan tempat-tempat subur di antara bangsa yang mendiami
daerah tersebut.
Adapun keadaan Jazirah Arab bagian tepi, terdiri dari tanah yang
subur karena curah hujan cukup, dan penduduknya bukanlah pengembara.
Wilayah ini adalah Yaman, Hijaz, Oman, Hadramaut. Karena mereka
menetap, maka mereka berhasil menciptakan berbagai bentuk kebudayaan,
mendirikan kerajaan-kerajaan, di antaranya adalah kerajaan Saba’ yang
terkenal dengan kepemimpinannya, yaitu Ratu Bilqis, kerajaan Himyar
Manadhirah, dan kerajaan Chassniyah. Mengenai Negeri Saba’, dijelaskan
dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di
tepi tempat kediaman mereka, yakni dua buah kebun di sebelah kanan dan
di sebelah kiri (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki
yang (Dianugerahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) dan sedang (Tuhan-mu)
adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS. Saba’ [34]: 15).
Penduduk Yaman sudah memiliki sistem pengairan dengan
membuat bendungan air untuk mengairi kebun-kebun dan tanah pertanian.
Karena bangsa ini sebagian besar penduduknya adalah pedagang, maka
mereka juga berkunjung ke daratan lain seperti Hindia, Tiongkok dan
Sumatra.
Gurun pasir sekitar Makkah, tempat kelahiran Islam adalah tempat
yang tidak ramah, dan memperlihatkan cara hidup yang primitif. Philip K.
Hitti dalam karyanya yang terkenal, History of The Arabs, dengan jelas

8
menggambarkan, permukaan Arab hampir seluruhnya gurun pasir dengan
daerah sempit yang dapat dihuni di sekitar pinggiran. Ketika jumlah
penduduknya bertambah melampaui kapasitas tanah yang dapat
menampungnya mereka harus mencari tanah yang luas. Tetapi mereka tidak
dapat bergerak ke dalam karena gurun pasir atau keluar karena adanya laut.
Keduanya merupakan batas-batas yang diklaim masa pra Islam hampir tidak
dapat dilalui. Mereka kemudian menemukan satu jalan terbuka menuju Tepi
Barat semenanjung Arab dan terus menuju Arab Utara dan semenanjung
Sinai dan berakhir di lembah sungai Nil.5
Sebagian besar daerah Arab adalah padang pasir sahara yang terletak
di Tengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda, karena itu ia
masih bisa dibagi menjadi tiga bagian:
1. Sahara Langit, memanjang 225 kilometer dari Utara ke Selatan dan
289 kilometer dari Timur ke Barat, disebut juga Sahara Nufud, Oase
dan mata air sangat jarang. Tiupan angin sering kali menimbulkan
kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
2. Sahara Selatan, yang membentang, menyambung Sahara Langit ke
Timur sampai ke Selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan
daratan yang keras, tandus dan pasir bergelombang. Daerah ini juga
disebut dengan ar-Rub al-Khali (bagian yang sepi)
3. Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berdebu
hitam bagaikan terbakar gugusan batu-batu hitam yang menyebar di
keluasan Sahara ini yang jumlahnya mencapai 29 buah.

Makkah tempat kelahiran Islam berada di pinggiran gurun pasir


yang sangat luas. Gurun pasir ini dihuni oleh penduduk yang disebut Badui.
Sebagaimana keturunan Semit (bangsa yang merupakan keturunan Sam bin
Nuh as), mereka adalah kelompok suku nomad, hanya beberapa yang
tinggal di dekat Oase dan menjalani kehidupan yang menetap. Bagi
kebanyakan suku Badui, nomadisme (berpindah tempat) adalah watak

5
(Phillip K. Hitti, 2013).

9
mereka. Seperti halnya masyarakat industri yang telah menghasilkan
kebiasaan dan cara hidup tertentu, masyarakat nomad juga mempunyai
lembaga, kebiasaan dan kebudayaan mereka sendiri. Mungkin kita setuju
dengan Philip K. Hitti yang menyatakan bahwa nomadisme gurun pasir
Arab itu sama dengan industrialisme di Detroit atau Manchester, yakni
dalam menjalani realitas kehidupan sosial yang mereka pahami.

c. Ekonomis
Kehidupan ekonomi di Jazirah Arab dapat diketahui dari perniagaan
yang
dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Perniagaan di masa kerajaan Saba’ dan
Himyar meliputi perniagaan di laut dan di darat. Perniagaan di laut yaitu ke
India dan Tiongkok, dan perniagaan di darat ialah dalam Jazirah
Arab.Masyarakat Arab sangat buta dalam bidang industri. Mereka tidak
menyukai bidang industri, dan menyerahkannya untuk dikuasai orang-orang
non Arab atau kaum bangsawan. Bahkan ketika bermaksud untuk
membangun Ka’bah mereka meminta bantuan seseorang yang beragama
Kristen Koptik.
Dalam bidang pertanian dan perindustrian memang jazirah Arab
kurang cocok, namun ia merupakan kawasan yang sangat strategis, yaitu
sebagai jalur persimpangan antara Afrika dan Asia Timur. Pada waktu
kawasan ini sangat strategis untuk menjadi sentra bisnis tingkat
internasional yang sangat maju. Mereka yang terjun di dunia bisnis rata-rata
tinggal di daerah perkotaan. Terutama kota Makkah, ia menjadi pusat
perdagangan yang luar biasa. Di samping itu juga, tidak dipungkiri bahwa
dalam pandangan masyarakat Arab kawasan ini merupakan Tanah Haram
(yang dimuliakan). Jadi, tidak ada alasan untuk tidak meliriknya, karena dari
kacamata bisnis kawasan ini sangat menguntungkan. Allah menggambarkan
keistimewaan Kota Makkah.6

6
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, 1996

10
Terkait di bidang bisnis, bangsa Quraisy, kabilah terbesar di kawasan
ini memiliki dua musim perjalanan bisnis yang sangat masyhur. Pada musim
dingin mereka melakukan perjalanan dagang ke negeri Yaman. Sedangkan
pada musim panas mereka melakukan perjalanan niaga ke negeri
Syam(Suriah). Dengan aman, mereka melakukan perjalanan di kedua
musim tersebut Setelah negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyi dan
kemudian oleh bangsa Persia, maka kaum penjajah itu dapat menguasai
perniagaan di laut. Akan tetapi perniagaan dalam Jazirah Arab berpindah ke
tangan penduduk Makkah, karena kaum penjajah itu tidak dapat menguasai
bagian dalam Jazirah Arab
Ada faktor-faktor yang menolong Makkah dapat memegang peranan
dalam perniagaan. Terutama orang-orang Yaman yang telah berpindah ke
Makkah, sedang mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang
perniagaan. Dalam pada itu kota Makkah, dari hari ke hari bertambah
masyhur, keberadaan bangunan Ka’bah, dan jamaah haji pun berdatangan
dari segenap penjuru Jazirah Arab tiap tahun. Penduduk Arab suka merantau
untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang utama dan sumber yang terpenting
bagi penghidupan mereka. Dengan demikian perniagaan suku Quraisy
menjadi giat serta mendapatkan kemajuan dan kemasyhuran dan kemajuan
besar di dalam dan di luar Jazirah Arab.7
Pengaruh dari budaya perdagangan bagi pengembangan dakwah
adalah tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para pedagang
tersebut. Tipologi seorang pedagang yang mempunyai jiwa ekspansif,
dinamis dan agresif, turut mempengaruhi cepat berkembangnya ajaran-
ajaran Islam yang mereka bawa. Mereka berdakwah sambil berdagang.
Mereka berdakwah dengan persuasif dan memberi teladan yang baik dalam
berdagang. Dengan sikap seperti itu, para relasi mereka banyak yang
menaruh simpatik dan akhirnya mengikuti ajaran Islam sebagaimana yang
didakwakan oleh para mubaligah dan pedagang tersebut.

7
(Muhammad Qal’aji, 1988).

11
d. Sosial Budaya
Kebudayaan masyarakat Arab pra-Islam yang paling menonjol
adalah bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Negeri Yaman
adalah tempat tumbuh kebudayaan yang amat penting yang pernah
berkembang di Jazirah Arab sebelum Islam datang. Bangsa Arab termasuk
bangsa yang memiliki rasa seni yang tinggi. Salah satu buktinya ialah bahwa
seni bahasa Arab (syair) merupakan suatu seni yang paling indah yang amat
dihargai dan dimuliakan oleh bangsa tersebut. Mereka amat gemar
berkumpul mengelilingi penyair-penyair untuk mendengarkan syair-
syairnya. Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul yaitu pasar
Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz.
Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi dalam
masyarakat Arab. Bila pada suatu suku/kabilah muncul seorang penyair,
maka berdatanganlah utusan dari kabilah-kabilah lain untuk mengucapkan
selamat kepada kabilah itu. Untuk itu, kabilah tersebut mengadakan acara-
acara dan jamuan besar-besaran dengan menyembelih binatang ternak.
Untuk upacara ini, wanita-wanita cantik dari kabilah tersebut keluar untuk
menari, menyanyi, menghibur para tamu. Upacara yang diadakan adalah
untuk menghormati sang penyair. Dengan demikian penyair dianggap
mampu menegakkan martabat suku atau kabilahnya.
Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair
itu dapat meninggikan derajat orang yang tadinya hina, atau sebaliknya,
dapat menghinakan orang yang tadinya mulia. Sebagai contoh, ada seorang
yang bernama Abdul Uzza ibnu Amir. Dia adalah seorang yang mulanya
hidupnya miskin. Putra-putrinya banyak, akan tetapi tidak ada pemuda-
pemuda yang mau menikahinya mereka. Kemudian dipuji-puji oleh Al Asya
seorang penyair ulung. Syair yang berisi pujian itu tersiar ke mana-mana.
Dengan demikian, menjadi masyhurlah Abdul Uzza itu, dan akhirnya
kehidupannya menjadi baik, dan berebutlah pemuda-pemuda meminang
putri-putrinya. Mereka mengadakan perlombaan bersyair dan syair-syair
yang terbagus biasanya mereka gantungkan di dinding ka’bah tidak jauh

12
dari patung-patung pujaan mereka agar dinikmati banyak orang, jika
syairnya itu telah digantungkan di dinding ka’bah, sudah pasti suku dan
kabilah tersebut naik pula martabat dan kemuliaannya. Dengan demikian,
kondisi seluruh kebudayaan bangsa Arab telah tertuang dan tergambar di
dalam karya syair-syair mereka.
e. Pemerintahan
1. Pemilihan Pemimipin
Penduduk jazirah Arab terbagi menjadi dua: penduduk kota dan
penduduk badui. Aturan yang berlaku di sana adalah adat kesukuan.
Bahkan aturan adat kesukuan ini berlaku hingga di lingkungan kerajaan
yang notabene merupakan lingkungan kota di jazirah Arab. Seperti
kerajaan Yaman di Arab bagian selatan, kerajaan Hairah di Arab bagian
timur laut, dan kerajaan Ghassaniyah di Arab bagian barat laut, nama
Ghassān merujuk kepada kerajaan suku Ghassaniyah, yang merupakan
kerajaan Kristen Arab kuno di Levant. Mereka tidak melebur menjadi
satu golongan, akan tetapi terpecah menjadi beberapa kabilah dan setiap
kabilah fanatik dengan kabilahnya masing-masing. Kabilah Arab terdiri
dari sekelompok orang yang diikat dengan hubungan satu darah, satu
nasab, dan satu golongan. Untuk memayungi kehidupan mereka
dibuatlah undang-undang adat yang mengatur hubungan antar individu
dan jama’ah mereka. Prinsip solidaritas dan kesetiakawanan sangat
dijunjung tinggi oleh mereka dalam menjalankan hak dan
kewajibannya. Dan undang-undang adat inilah yang kemudian mereka
pegang teguh dalam mengatur kehidupan politik dan sosial mereka.8
Pemimpin kabilah dipilih dan diangkat oleh kalangan mereka sendiri
dan untuk menjadi pemimpin kabilah harus memiliki beberapa kriteria
tertentu, di antaranya adalah pemberani, berwibawa, karismatik, dan
lain sebagainya. Pemimpin kabilah memiliki hak baik yang bersifat
moral maupun material. Di antara hak moral bagi pemimpin kabilah

8
(Muhammad Qal’aji, 1988).

13
adalah mendapatkan penghormatan, penghargaan dan dipatuhi segala
perintahnya, memutuskan, dan menjatuhkan hukuman. Adapun hak
materialnya adalah dia mendapatkan seperempat dari harta rampasan
perang, dan sebelum harta rampasan perang dibagikan dia juga berhak
untuk mengambil sebagiannya atas nama pribadi.9
Sebagai konsekuensinya, seorang pemimpin kabilah memiliki
tanggung jawab dan kewajiban, di antaranya adalah pada masa damai
seorang pemimpin kabilah dituntut agar bersikap dermawan dan murah
hati, pada saat perang dia berada di garda terdepan. Dia juga memiliki
tugas untuk memutuskan genjatan senjata dan mengagendakan
perjanjian.
2. Administrasi Negara
Untuk mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah,
kota suci tempat Ka’bah berdiri, didirikanlah suatu pemerintahan yang
pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu Jurhum,
sebagai pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi
Ibrahimas) sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan
politik kemudian berpindah ke suku Khuza’ah dan akhirnya ke suku
Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang kemudian
mengatur urusan-urusan politik dan urusan- urusan yang berhubungan
dengan Ka’bah. Semenjak itu suku Quraisy menjadi suku yang
mendominasi masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagi-
bagikan kepada kabilah-kabilah asal suku Quraisy, yaitu hijabah,
penjaga kunci-kunci Ka’bah; siqayah, penjaga mata air Zam-zam untuk
digunakan oleh para peziarah; diyat, kekuasaan hakim sipil dan
kriminal; sifarah, kuasa usaha negara atau duta; liwa’, jabatan
ketentraman; rifadah, pengurus pajak untuk orang miskin; nadwah,
jabatan ketua dewan; khaimmah, pengurus balai musyawarah;

9
(Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, 1996).

14
khazimah, jabatan administrasi keuangan; dan azlam, penjaga panah
peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.

15
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Jazirah Arab merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat
daya asia. Jazirah adalah padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas
wilayahnya 120.000 mil persegi. Jazirah Arab merupakan wilayah strategis dalam
peta dunia zaman kuno, ketika benua Australia dan Amerika belum dikenal orang,
karena letaknya berada pada posisi pertemuan tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan
Afrika. Wilayah bagian utara Arab berbatasan dengan lembah gurun Syria, sebelah
timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia, sedangkan sebelah barat berbatasan
dengan Laut Merah. Kepulauan Arabia atau Jazirah Arabia adalah sebutan untuk
Arab karena wilayahnya dikelilingi laut pada ketiga sisinya. Wilayah Arab
daerahnya terdiri dari gurun-gurun yang udaranya sangat panas dan berangin tenang
wilayah ini adalah daerah Tihamah, sedangkan wilayah yang berupa lembah di
celah-celah pegunungan adalah daerah Hijaz.

Keadaan sosial masyarakat Arab Pra Islam berdasarkan kesukuan-kesukuan


yang terus memelihara ajaran nenek moyangnya, dengan terus mempertahankan
tradisi misalnya berperang, pembunuhan terhadap bayi perempuan, penyembahan
berhala, suka berjudi, mencuri, minum khamr, merampok dan menghalalkan segala
cara untuk mewujudkan keinginan.

Kebudayaan masyarakat Arab pra-Islam yang paling menonjol adalah


bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Negeri Yaman adalah tempat
tumbuh kebudayaan yang amat penting yang pernah berkembang di Jazirah Arab
sebelum Islam datang. Bangsa Arab termasuk bangsa yang memiliki rasa seni yang
tinggi. Salah satu buktinya ialah bahwa seni bahasa Arab (syair) merupakan suatu
seni yang paling indah yang amat dihargai dan
dimuliakan oleh bangsa tersebut.

16
Daftar Pustaka

Tabrani, Ahmad, and Agus Sutiyono. "Kondisi Bangsa Arab Pra Islam dan Awal
Islam." DKI Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kemenag
RI (2023).

Nasution, Abdul Gani Jamora, et al. "Mengenal keadaan alam, keadaan sosial, dan
kebudayaan masyarakat Arab sebelum Islam di Buku SKI di MI." Journal
of Administrative and Social Science 4.1 (2023): 172-182.

Naldi Danu, and Mahfuzh Hafizul, et al “Sejarah Bangsa arab Pra Islam” Historia
Madania volume 7 (2) 2023

Wahyoeni, “Sejarah Islam Di Arab” √ Sejarah Islam di Arab dan Perkembangannya


(wisatanabawi.com)

17

Anda mungkin juga menyukai