Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERADABAN PADA MASA PRA-ISLAM


REVISI
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Mualamatul Musawamah, M.S.I.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Salung Nafika Rahmadhani (2240110077)
Muhammad Taukhid (2240110081)
Kartika Putri Wulandari (2240110093)

Kelas: C4BKI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Peradaban Pada Masa Pra-Islam”. Pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami jauh dari kata sempurna,
dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, kami harap kritik dan saran yang
membangun makalah ini agar dapat bermanfaat bagi kami dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Kudus, 08 Maret 2023


Tertanda

Penulis
DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................2
Tujuan Masalah....................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
Agama Bangsa Arab Pada Zaman Pra-Islam.......................................................3
Ekonomi di Jazirah Pada Zaman Pra-Islam.........................................................6
Pendidikan pada masa Pra islam..........................................................................9
BAB III..................................................................................................................10
KESIMPULAN.................................................................................................10
SARAN..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, kehidupan manusia selalu mengalami
perubahan. Sejarah atau sejarah peradaban manusia saja bisa digunakan
untuk menelusuri hal tersebut. Sejarah merupakan catatan peristiwa-
peristiwa terdahulu yang ada dan dapat dipahami dari sisa-sisanya. Sejarah
selalu dikaitkan dengan peristiwa dan waktu. Perkembangan masyarakat
mempunyai dampak yang signifikan terhadap cara orang berpikir dan
memandang dunia. Oleh karena itu, seiring berkembangnya zaman,
peradaban pun ikut berkembang. Manusia mengalami perubahan, baik ke
arah kemajuan maupun ke arah kemunduran.1Peradaban Islam mencakup
seluruh kejadian sejarah yang ditemui manusia sebagai inkarnasi atau
ekspresi praktik umat Islam yang bersumber dari prinsip-prinsip Islam. Di
negara Arab pra-Islam tentu saja, ada banyak permasalahan yang
berkaitanagama, politik, masyarakat, dan budaya.2
Masa peradaban Arab pra-Islam disebut sebagai Era Jahiliyyah,
atau masa kebodohan. Penamaan ini tidak murni Dikarenakan kebodohan
mereka dalam Berbagai segi dan tidak berperadaban, namun juga karena
ketidaktahuan mereka terhadap politik, agama, adat istiadat sosial, dan Ke-
Esaan Allah.3Selain itu, negara ini dianggap sebagai negara yang sangat
maju secara ekonomi sebelum masuknya Islam di negara-negara Arab. Hal
ini menandakan bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Arab sudah
mempunyai peradaban. Masa itu ditandai dengan Mekah yang pusat utama
perdagangan internasional.4
1
Danu Resfi Naldi and others, ‘Sejarah Bangsa Arab Pra Islam’, 7, 265–81
<http://abibulah.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-bangsa-arab-pra-islam.html,>.
2
Mardinal Tarigan, Natasha Olivia Ningrum, Ismail Aulia Siregar, Mairidha Utari
Siregen, Hanna Harapan , “Sejarah Peradaban Islam dan Peradaban Arab Pra Islam”, Jurnal
Pendidikan dan Konseling , 4.6, (2022)
3
Yuangga Kurnia Yahya, “Pengaruh Penyebaran Islam di Timut Tengah dan Akrika
Utara: Studi Geobudaya dan Geopolitik”, Al-Tasaqafa: Jurnal Peradaban Islam 16.1 (2019),
hal:46.
4
Anjar Fikri Haikal, Mahmudah, and Kholid Mawardi, ‘Arab Pra-Islam (Sistem Politik
Dan Kemasyarakatan Sistem Kepercayaan Kebudayaan)’, Journal on Education, 6.1 (2023),

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah agama bangsa Arab pada zaman Pra-Islam?


2. Bagaimana ekonomi di Jazirah pada zaman Pra-Islam?
3. Bagaimana pendidikan pada zaman Pra-Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui tentang sejarah agama bangsa Arab pada zaman pra-islam.


2. Mengetahui tentang ekonomi di Jazirah pada zaman Pra-Islam.
3. Mengetahui tentang pendidikan pada zaman Pra-Islam.

1462–70 <https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/3096>.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Agama Bangsa Arab Pada Zaman Pra-Islam

Sejarah dalam kamus bahasa Indonesia adalah asal-usul


(keturunan) silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau. Sedangkan peradaban dalam kamus tersebut adalah identik
dengan "kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Kaitannya
dengan hal ini terkadang ada yang masih bingung membedakan antara
peradaban dengan kebudayaan, padahal keduanya memiliki perbedaan
yang mendasar dan signifikan. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
"buddhayah" jamak dari buddhi artinya "budi" atau "akal" kalau bahasa
arab "tsaqofah" dan bahasa Inggris "culture" sehingga maksud dari ke-
budaya-an adalah hal hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Jika
diartikan secara luas (konsep) kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.5
Sebelum kedatangan Islam, agama di kalangan bangsa Arab sangat
beragam. Ada yang menyembah Allah, Matahari, Bulan, Bintang, bahkan
patung dan api. Ada juga yang mengikuti agama Nasrani dan Yahudi.
Ka'bah menjadi pusat ibadah bagi mereka, dengan 360 patung di
dalamnya, masing-masing sesuai keinginan suku dan kabilah. Dalam
lingkungan ini, lahir para Rasul yang membawa agama yang dikenal
hingga kini. Ada pula agama Majusi di Persia, yang berhadapan dengan
agama Masehi terbesar. Meski Austria dan Mesir menjadi penghalang bagi
pertarungan langsung antara Barat dan Timur, masuknya Mesir dan
Funisia ke dalam lingkungan Masehi menghilangkan rintangan itu. Meski
Barat dan Timur saling menghormati agama masing-masing, peperangan
terus berlangsung tanpa saling mempengaruhi kepercayaan dan

5
S M JL and M A Wicaksono, ‘Konsep Dasar Sejarah Islam’, JPT: Jurnal Pendidikan
Tematik, 4.1 (2023), 162–70 <https://siducat.org/index.php/jpt/article/download/833/616>.

3
peradaban.6 Tidak semua bangsa Arab pada masa Jahiliah menganut
agama Wasaniyah; ada juga yang mengikuti agama Yahudi dan Nasrani.
Bangsa Arab Aribah atau Qathaniyah di wilayah selatan Semenanjung
Arab berhasil mendirikan kerajaan-kerajaan besar, membangun kota-kota
dan istana-istana megah dengan arsitektur berkualitas tinggi. Mereka
menguasai pertanian dengan sistem irigasi, memiliki keahlian dalam seni
ukir, ilmu nujum, kekuatan militer yang tangguh, dan menjalin hubungan
dagang dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Maka dari itu, Yahudi dan
Kristen merupakan dua dari banyak agama yang dianut di Arab sebelum
Islam.7
Mayoritas penduduk Jazirah Arab pada masa itu menyembah
berhala. Dari waktu ke waktu, praktek penyembahan berhala telah terus
berkembang. Setiap kabilah dan keluarga memiliki patung kesayangan
yang disembah di rumah pada waktu-waktu tertentu. Pada masa
sebelumnya, terdapat berhala bernama Manat, yang ditempatkan di dekat
pantai Laut Merah, dekat Qudaid. Selanjutnya, mereka mendirikan patung
berhala Latta di Ta'if, berhala Latta juga dikenal sebagai berhala paling tua
dan Uzza di Wadhi Nakla, ketiganya merupakan berhala terbesar dan ada
juga berhala Bernama Hubal. Penduduk Jazirah Arab yang menyembah
berhala minoritas Kristen dari Najran di Arab Selatan, Yahudi dari
Yatsrib, dan beberapa Hanif dari Makkah. 'Amru ibn Luhay dari Syam
adalah yang pertama kali mendirikan agama pagan di Makkah, dengan
Bani Khuza'ah, keturunan 'Amru, yang mengelola Ka'bah pada saat itu.
Pertumbuhan agama pagan ini begitu pesat sehingga mayoritas penduduk
Mekah mengadopsinya. Mekah, dengan Ka'bah sebagai pusat kegiatan
keagamaan, menjadi terkenal di seluruh dunia dan pusat perdagangan yang
berkembang.8 Ini karena lokasinya yang strategis, menghubungkan jalur

6
Ahmad Tabrani, Agus Sutiyono, Agus Khunaifi, Dwi Istiyani. “Kondisi Bangsa Arab
Pra Islam dan Awal Islam”, Direktorat Jenderal Pendidikan, DKI Jakarta (2023).
7
Mariam,”Bangsa Arab” Ensiklopedi Islam (2013).
8
Gusniarti Nasution and others, ‘Situasi Sosial Keagamaan Masyarakat Arab Pra Islam’,
TSAQIFA NUSANTARA: Jurnal Pembelajaran Dan Isu-Isu Sosial, 1.1 (2022), 85
<https://doi.org/10.24014/tsaqifa.v1i1.16541>.

4
perdagangan antara Abyssinia, Irak, Yaman, dan Suriah. Mekah, sebagai
tempat suci dan ibadah, awalnya didirikan sebagai pusat perdagangan
lokal dan kegiatan keagamaan, tetapi menjadi tempat yang nyaman bagi
para pengunjung. Karena perang dilarang di Mekah, penduduk dan
pengunjung yakin akan perlindungan jiwa mereka. Suku-suku sekitar
menjaga keamanan di sepanjang rute perdagangan, terutama selama bulan-
bulan suci. Kesuksesan sistem ini mendorong peningkatan perdagangan
dan pembentukan lokasi perdagangan lainnya.9
Di Arab pra-Islam telah ditemukan beberapa tradisi turun temurun
yang berkaitan dengan ritual keagamaan. Ada beberapa tradisi keagaaman
yang dianut suku arab sebagai berikut:
1. Haji dan Umrah, Seperti yang dilakukan Muslim sekarang orang-orang
Arab pra-Islam melakukan haji dan umrah, dan kebiasaan ini diikuti
setiap bulan sepanjang bulan Zul-Hijjah. Bagi orang Arab, bulan ini
disebut sebagai bulan haji, atau bulan ibadah, di mana perperangan
juga dilarang pada waktu itu.
2. Jum’at, Pada hari Jum’at Masyarakat Arab pra-islam sering
mengadakan suatu pertemuan karena di anggap hari Istimewa.
3. Memuliakan juga menghormati bulan Ramadhan, serta menganggap
sakral bulan-bulan terlarang: Dzulqa`dah, Dzulhijjah, Muharram dan
Rajab.Dalam mematuhi tradisi agama asli (mutahannifun), Ramadhan
juga diperingati. Misalnya, Abdul Muthalib, kakek Nabi,
menginstruksikan para pengikutnya untuk memberikan jamuan pada
orang-orang yang kurang mampu sepanjang bulan Ramadhan saat
tinggal di gua hira. Masyarakat Arab menghormati bulan Dzul-Qa'dah,
Dzulhijjah, dan Muharram karena selama tiga bulan inilah ibadah haji
dilakukan, dan Rajab adalah bulan di mana Umrah dilakukan.
4. Shalat, Orang-orang Arab telah mengenal dan mempraktekkan shalat
untuk waktu yang lama sebelum kedatangan Islam. Sementara orang
Kristen beribadah(shalat) di gereja sesuai dengan waktu yang

9
Nasution and others.

5
ditentukan, orang-orang Yahudi beribadah di sinagoga, yang
merupakan tempat ibadah, para penyembah bersujud dan shalat
menghadap matahari saat tengah hari, matahari terbenam, dan matahari
terbit.
5. Puasa, sebuah tradisi di kalangan orang-orang Ahlul kitab, juga
dikenal di Penduduk Yatsrib sudah familiar dengan model puasa
Yahudi Orang-orang Arab di Irak dan Syam juga akrab dengan puasa
gaya Kristen, karena beberapa warganya menganut agama ini.
Masyarakat Makkah, khususnya agama Hanif, juga mengakui puasa
Ahli Kitab dengan duduk diam dan menyendiri sambil merenungkan
keagungan langit dan bumi Orang-orang Yahudi di Madinah dan
Khaybar juga berpuasa Dalam tradisi Jahiliyyah, puasa berarti juga
dilakukan oleh pemuka agama suku Jahiliyah.10

B. Ekonomi di Jazirah Pada Zaman Pra-Islam

Era Arab pra-Islam terkadang disebut sebagai Era Jahiliyyah


(kebodohan). Perekonomian di Jazirah Arab tercermin dalam aktivitas
perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Selama masa
kerajaan Saba’ dan Himyar, perdagangan meliputi jalur laut menuju India
dan Tiongkok, serta perdagangan di darat di seluruh Jazirah Arab.
Meskipun demikian, masyarakat Arab kurang tertarik dalam sektor
industri dan lebih cenderung mengandalkan orang non-Arab atau kaum
bangsawan dalam hal ini. Bahkan, saat mereka merencanakan
pembangunan Ka’bah, mereka meminta bantuan seorang Kristen Koptik.
Bangsa Quraisy, sebagai kabilah terbesar di wilayah tersebut, memiliki
dua musim perdagangan terkenal. Mereka melakukan perjalanan dagang
ke Yaman pada musim dingin, dan ke Syam (Suriah) pada musim panas.
Meskipun negeri Yaman kemudian dijajah oleh bangsa Habsyi dan Persia,
perdagangan di Jazirah Arab beralih ke tangan penduduk Makkah,

10
Salman Yafi, Afif Putra Nazwan, and Radhiatul Hasnah, ‘Perspektif Islam Dalam
Menyikapi Kepercayaan Arab Pra Islam’, 7 (2023), 29408–15.

6
terutama dengan bantuan orang-orang Yaman yang berpindah ke sana
dengan pengalaman luas dalam perdagangan. Dukungan ini, bersama
dengan keberadaan Ka’bah dan arus jamaah haji, membuat Makkah
semakin terkenal. Penduduk Arab gemar merantau untuk berdagang,
menjadikan perdagangan suku Quraisy berkembang dan mendapat
pengakuan di dalam dan di luar Jazirah Arab.11

Bangsa Arab pra-Islam mencapai kemajuan ekonomi, khususnya di


bidang perdagangan dan pertanian. Orang-orang Arab mampu membangun
bendungan Ma’arib yang sangat besar bahkan pada saat itu. Perekonomian
penduduk Arab di Yaman merupakan negara memiliki tanah subur.
Sehingga pertanian tumbuh sangat pesat di sekitar bendungan Ma'rib.
Dalam pertanian juga memanfaatkan berbagai pupuk alami, seperti pupuk
kandang untuk meningkatkan kesuburan lahan, dan melakukan
menyilangkan pohon tertentu untuk menghasilkan benih yang lebih baik.12
Selain itu, para pedagang melakukan bagi hasil dan sewa tanah kepada
penggarap. Pendekatan yang mereka lakukan dalam mengelola lahan,
termasuk mengelola sawah, mereka juga melakukan kerja sama dengan
penggarap. Lalu dalam perindustrian seperti industri tekstil kapas dan
pembuatan senjata seperti pedang, tombak, dan tali kekang juga
berkembang pesat pada masa itu. Namun bukannya menghargai, mereka
malah mengabaikan perintah Allah. Akibat pengingkaran tersebut,
bendungan Ma'rib dirobohkan oleh Allah.

Selain itu, bangsa Arab Pra-Islam mencapai kemajuan dalam


bidang perdagangan. Ekspor dan impor yang mereka lakukan
menunjukkan hal ini. Mereka mengimpor bahan bangunan, seperti bulu
burung unta, logam berharga, batu mulia, sutra, gading, rempah-rempah,
permata, dan barang-barang lainnya dari Afrika, Persia, Asia Selatan, dan
Cina. Tidak hanya mengimpor saja, mereka juga mengekspor barang-
11
Ahmad Tabrani, Agus Sutiyono, Agus Khunaifi, Dwi Istiyani. “Kondisi Bangsa Arab
Pra Islam dan Awal Islam”, Direktorat Jenderal Pendidikan, DKI Jakarta (2023).
12
Mardinal Tarigan and others, ‘Peradaban Islam : Peradaban Arab Pra Islam’, Journal on
Education, 05.04 (2023), 12821–32.

7
barang seperti dupa, gaharu, parfum, kulit binatang, kismis, dan lain
sebagainya. Namun terlepas dari prestasi mereka di bidang perdagangan
dan pertanian, masyarakat Arab Pra-Islam mengalami kesulitan ekonomi
yang mengakibatkan terjadinya penguburan bayi, khususnya di antara
suku Bani Tamim dan Bani Asad. Adat ini ditegakkan dengan alasan
bahwa anak (kebanyakan perempuan) adalah akar kemiskinan dan rasa
malu dalam keluarga. Mereka membunuh bayi yang baru lahir karena dua
alasan, dan sebagian besar korbannya adalah perempuan. setelah
hancurnya bendungan Ma’arib di Yaman, orang-orang pindah ke Mekah,
Madinah, Damaskus, dan kota-kota lain.13

Makkah merupakan persimpangan jalan bagi perekonomian global,


Karena menghubungkan Abysinia dan Makkah ke Afrika Tengah. Dari
Mekah ke Damaskus dan kemudian ke pedalaman Eropa. Dari Da’
Makkah, wilayah Melayu dicapai melalui Singking (Sinjian), Zaitun dan
Kanton, Kabul, Kashmir, dan al-Machin (Persia). Selain itu, kepulauan
India, dari Makkah ke Aden melalui laut, hingga Kanton (al-Haddad). Hal
ini mengakibatkan Penduduk Makkah mempunyai peran strategis dalam
perekonomian internasional.14

Mereka terbagi menjadi tiga kelompok: konglomerat pemilik


modal; para pedagang yang menangani modal dan konglomerat; dan
perampok serta masyarakat biasa yang menawarkan jaminan keamanan
kepada khafilah pedagang dari Peranatuan dengan imbalan sepuluh persen
pendapatan laboratorium. Karena mahalnya harga komoditas ini
khususnya produk impor yang dikenakan pajak sangat tinggi, para
pedagang ini menjualnya kepada perusahaan, lembaga pemerintah,
personel militer, dan keluarga penguasa. Mereka menerima koin yang
terbuat dari emas, perak, atau logam asli lainnya yang digunakan dalam

13
Harun Arrasyid, ‘Sejarah Perekonomian Di Jazirah Arab’, Correspondencias &
Análisis, 15018, 2016, 1–23.
14
Jaya Miharja, ‘Sistem Aktivitas Ekonomi (Bisnis) Masyarakat Arab Pra-Islam’, El-
Hikam, 3.1 (2010), 42–53.

8
uang Romawi dan Persia sebagai pembayaran. Mata uang tersebut masih
dipajang di beberapa museum Timur Tengah hingga saat ini.

C. Pendidikan pada masa Pra islam

Bangsa Arab merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim AS, sehingga


pemikiran dan kebudayaan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW
pada dasarnya merupakan warisan dari Nabi Ibrahim AS. Salah satu
warisan Nabi Ibrahim yang terpelihara adalah Ka'bah, yang menjadi
pusat budaya Arab. Di sana, mereka melakukan aktivitas perdagangan
dan kompetisi penghafalan syair. Bagi pemenang syair, namanya akan
diabadikan di Ka'bah dan dihormati oleh kabilah-kabilah Arab. Pada
masa sebelum Islam, pendidikan bangsa Arab terbatas pada tradisi lisan,
dengan pengetahuan disampaikan melalui hikayat dan cerita dari generasi
ke generasi. Pendidikan lebih menekankan puisi (Syi'r) sebagai media
ekspresi dan pemeliharaan tradisi, di mana puisi dianggap memiliki nilai
lebih dibandingkan prosa untuk menyampaikan gagasan. Bangsa Arab
pra-Islam tercermin dalam bahasa, puisi, perumpamaan, dan kisah.
Mayoritas bangsa Arab pada saat itu belum bisa menulis dan membaca,
diberi label "ummi". Hadirnya ajaran pemikiran pendidikan Islam
mengoptimalkan aktivitas menulis dan membaca, dengan Rasulullah
memerlukan bantuan dari para sahabat yang terampil dalam bidang
tersebut. Rasulullah bahkan menyeleksi mereka untuk menjadi sekretaris
negara saat pengaruh Islam meluas di seluruh Jazirah Arab, bahkan
hingga ke Romawi dan Persia. Puisi Jahiliyah (pra-Islam)
mengungkapkan kemenangan suku, etos keberanian, kemurahan hati,
kehormatan, dan keunggulan keturunan, bukan konflik pribadi. Tradisi
Arab pra-Islam juga menyoroti al-Ansab (keturunan), di mana
pengetahuan tentang nasab dianggap penting, dengan setiap anggota
keluarga menghafalkan silsilah untuk menjaga kebanggaan terhadap
kabilah mereka. Identitas sosial berpusat pada komunitas, di mana
kabilah dipimpin oleh seorang syaikh dan menekankan solidaritas

9
kelompok. Peperangan antarsuku sering terjadi, menurunkan nilai
penghormatan terhadap wanita. Meskipun Badui memiliki pemimpin,
mereka hanya tunduk dalam konteks peperangan, pembagian harta
rampasan, dan pertempuran tertentu. Kesimpulan tentang kondisi
masyarakat Arab Jahiliyah adalah bahwa solidaritas di antara anggota
kabilah sangat kuat, namun tidak ada solidaritas lintas kabilah. Mereka
menghabiskan energi untuk berperang karena persaingan dalam
memperebutkan sumber kehidupan dan kehormatan serta kursi
kepemimpinan. Bangsa Arab pada masa itu cenderung tidak
memprioritaskan kemajuan dalam pemikiran pendidikan Islam atau
intelektualitas. Namun lebih fokus pada puisi, ilmu pidato, dan astrologi.
Minat terhadap ilmu pengetahuan terbatas, dengan penekanan pada
penghafalan syair sebagai indikator kecerdasan. Kekuasaan masih
didasarkan pada nepotisme, dengan pemimpin dipilih berdasarkan
nasab.15

15
Rahmayani Siregar. “Pemikiran Pendidikan Islam Masa Pra Awal”, Makalah Sejarah
Pemikiran Pendidikan Islam (2018).

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebelum kedatangan Islam, agama di kalangan bangsa Arab sangat


beragam. Ada yang menyembah Allah, Matahari, Bulan, Bintang, bahkan
patung dan api. Ada juga yang mengikuti agama Nasrani dan Yahudi.
Mayoritas penduduk Jazirah Arab pada masa itu menyembah berhala. Dari
waktu ke waktu, praktek penyembahan berhala telah terus berkembang.
Setiap kabilah dan keluarga memiliki patung kesayangan yang disembah
di rumah pada waktu-waktu tertentu. Beberapa patung berhala yang
terkenal itu seperti Hubal, Manata, Lata, dan Uzza ditempatkan di sekitar
Ka'bah.

Peradaban Arab pra Islam sering pula dikenal dengan nama Era
Jahiliyyah (kebodohan). Bangsa Arab pra-Islam memiliki kemajuan di
bidang perekonomian,khususnya dalam aspek pertanian dan perdagangan.
Bahkan pada masa itu bangsa Arab sudah mampu membuat sebuah
bendungan yang besar yang bernama Ma’arib. Namun dibalik kemajuan
dalam bidang pertanian dan perniagaan bangsa Arab Pra-Islam
mempunyai masalah ekonomi yang menyebabkan terjadinya kasus
penguburan anak hidup-hidup khususnya pada suku Bani Tamim dan Bani
Asad.

Bangsa Arab pada masa itu cenderung tidak memprioritaskan


kemajuan dalam pemikiran pendidikan Islam atau intelektualitas. Namun
lebih fokus pada puisi, ilmu pidato, dan astrologi. Minat terhadap ilmu
pengetahuan terbatas, dengan penekanan pada penghafalan syair sebagai
indikator kecerdasan. Kekuasaan masih didasarkan pada nepotisme,
dengan pemimpin dipilih berdasarkan nasab.

11
B. SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam


penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari
kata sempurna. Adapun nantinya, penulis akan segera melakukan
perbaikan dalam susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun inspirasi dalam
penulisan ataupun materi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rahmayani Siregar (2018). “Pemikiran Pendidikan Islam Masa Pra Awal”,


Makalah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam.

Ahmad Tabrani, Agus Sutiyono, Agus Khunaifi, Dwi Istiyani (2023).


“Kondisi Bangsa Arab Pra Islam dan Awal Islam”, Direktorat
Jenderal Pendidikan, DKI Jakarta.

Anjar Fikri Haikal, Mahmudah, and Kholid Mawardi(2023), ‘Arab Pra-


Islam (Sistem Politik Dan Kemasyarakatan Sistem Kepercayaan
Kebudayaan)’, Journal on Education, 6.1.

Gusniarti Nasution and others(2022), ‘SituasiSosialKeagamaan


Masyarakat Arab Pra Islam’, TSAQIFA NUSANTARA:
JurnalPembelajaran Dan Isu-IsuSosial, 1.1.

Harun Arrasyid (2016), ‘Sejarah Perekonomian Di Jazirah Arab’,


Correspondencias&Análisis, 15.01.

Mariam (2013),”Bangsa Arab” Ensiklopedi Islam.

Miharja, Jaya(2010), ‘Sistem Aktivitas Ekonomi (Bisnis) Masyarakat


Arab Pra-Islam’, El-Hikam, 3.1.

Naldi, Danu Resfi, Hafizul Mahfuzh, Zairil Hamit, and Ilhamuddin


Arrasyid (2023), ‘Sejarah Bangsa Arab Pra Islam’, 7.2.

S M JL and M AWicaksono(2023), ‘Konsep Dasar Sejarah Islam’, JPT:


Jurnal Pendidikan Tematik, 4.1.

Salman Yafi, Afif Putra Nazwan, and Radhiatul Hasnah(2023), ‘Perspektif


Islam Dalam MenyikapiKepercayaan Arab Pra Islam’, 7.3.

13
Mardinal Tarigan, Natasha Olivia Ningrum,Ismail Aulia Siregar, Meiridha
Utari Siregan, Manna Harahap(2022), ‘Sejarah Peradaban Islam
Arab Pra Islam’, Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4.6.

Tarigan, Mardinal, Ayu Lestari, Khaiyirah Rahmadhani Lubis, Mita


Fitria(2023), Universitas Islam Negeri, Sumatera Utara, and others,
‘Peradaban Islam : Peradaban Arab Pra Islam’, Journal on
Education, 05.04.

Yuangga Kurnia Yahya (2019), “PengaruhPenyebaran Islam di Timut


Tengah dan Akrika Utara: Studi Geobudaya dan Geopolitik”, Al-
Tasaqafa: JurnalPeradaban Islam 16.1.

14

Anda mungkin juga menyukai