Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH ARAB PRA-ISLAM DAN MUNCULNYA PERADABAN ISLAM


PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Perkembangan Peradaban dan


Pemikiran dalam Islam

Dosen Pengampu: 1. H. Husnul Fatarib, Ph. D

2. Dr. Abdul Mujib, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. KOSIM
2. NURLAILI IHDANISA
3. DEDI MARYANTO

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

144I H / 2019 M

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kita nikmat sehingga kita dapat bernafas dan menjalani kehidupan sampai
sekarang ini. Dan atas rahmat dan pertolongannyalah sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam ini yang berjudul “Sejarah Arab
Pra Islam dan Munculnya Peradaban Islam Pada Periode Nabi Muhammad SAW”
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang menjadikan kita suri tauladan yang baik.

Ucapan terima kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah
memberikan kepercayaan, bimbingan, dorongan, dan juga ilmu yang bermanfaat
bagi kita. Lalu kepada rekan-rekan yang telah memberi saya motivasi dan
dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Atas segala perhatian dan
bantuan semua pihak saya mengucapkan terima kasih.

Sekalipun penulisan Makalah ini saya selalu upayakan seoptimal mungkin,


agar dapat dijadikan bahan acuan referensi bagi pengetahuan tentang Sejarah
Peradaban Islam. Saya berharap kritik dan saran rekan-rekan selalu tersampaikan
guna memperbaiki, menambahkan, dan juga mengoptimalkan makalah ini. Dan
agar dapat berguna bagi ilmu pengetahuan. Amin.

Metro, 11 September 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembahasan .............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keadaan Geografis Bangsa Arab Sebelum Islam ................................ 3

2.2 Pembagian Bangsa Arab ....................................................................... 5

2.3 Sistem Politik atau Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam............ 6

2.4 Islam Pada Masa Nabi Muhammad. ..................................................... 7

2.5 Periode Mekah ...................................................................................... 8

2.6 Periode Madinah .................................................................................. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12


3.2 Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peradaban adalah keseluruhan yang kompleks dari kehidupan masyarakat
manusia yang meliputi pengetahuan, politik, kepercayaan, kebudayaan, tradisi
sosial, dan semua kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat1. Kita bisa belajar banyak dari peradaban yang telah lampau.
Suatu peradaban dimulai ketika manusia melakukan hal-hal yang luar biasa dan
menarik bagi kita untuk menggali lebih dalam tentang peradaban-peradaban yang
telah ada. Salah satunya ialah peradaban bangsa arab. Yang dimana akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu Peradaban Arab Pra-islam. Arab memiliki peradaban
yang menjadi cikal bakal diturunkannya agama islam. Sebelum Arab menjadi
negara Islam terselip berbagai hal yang membentuk suatu peradaban pada masa
itu. Baik dari segi kebudayaan politik , kemasyarakatan, sosial, agama dan
sebagainya. Pada masa peradaban ini, Arab masih berada pada masa yang disebut
masa Jahiliyah.

Ada banyak manfaat mempelajari peradaban. Terutama bagi umat islam


dalam meneladani setiap kejadian yang telah terjadi untuk diambil pelajaran bagi
umat di masa selanjutnya. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal tersebut
dengan referensi yang telah penulis masukkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana politik pada masa pra-islam di Arab ?
2. Apa kepercayaan pada masa pra-islam di Arab ?
3. Bagaimana kebudayaan pada masa pra-islam di Arab ?
4. Bagaimana masyarakat pada masa pra-islam di Arab ?
5. Bagaimana Arab Pra Islam Periode Nabi Muhammad ?

1
Moh. Nurhakim, 2012, Jatuhnya Sebuah Tamadun, Jakarta, Kementrian agama RI, hal 4

1
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui politik pada masa pra-islam di Arab.
2. Mengetahui kepercayaan pada masa pra-islam di Arab.
3. Mengetahui kebudayaan pada masa pra-islam di Arab.
4. Mengetahui kemasyarakatan pada masa pra-islam di Arab.
5. Mengetaui Arab Pra Islam Periode Nabi Muhammad.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Geografis Bangsa Arab Sebelum Islam


Semenanjung Arab adalah semenanjung yang terletak di sebelah barat
daya Asia. Wilayahnya memiliki luas 1.745.900 kilometer persegi.2Semenanjung
ini dinamakan jazirah karena tiga sisinya berbatasan dengan air, yakni di sebelah
timur berbatasan dengan teluk Oman dan teluk Persi, di sebelah selatan berbatasan
dengan Samudra Hindia dan teluk Aden, di sebelah barat berbatasan dengan laut
merah. Hanya di sebelah utara, jazirah ini berbatasan dengan daratan atau padang
pasir Irak dan Syiria. 3

Secara geografis, daratan jazirah Arab didominasi padang pasir yang luas,
serta memiliki iklim yang panas dan kering. Hampir lima per enam daerahnya
terdiri dari padang pasir dan gunung batu.4 Luas padang pasir ini diklasifikasikan
Ahmad Amin sebagai berikut:

1. Sahara Langit, yakni yang memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180
mil dari timur ke barat. Sahara ini disebut juga sahara Nufud. Di daerah ini, jarang
sekali ditemukan lembah dan mata air. Angin disertai debu telah menjadi ciri khas
suasana di tempat ini. Hal itulah yang menyebabkan daerah ini sulit dilalui.

2. Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung Sahara Langit ke


arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras,
tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan daerah sepi (al-
Rub’ al-Khali).

2
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riadi,
(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), 16.
3
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Malang: UIN Malang
Press, 2008), 43.
4
Ibid., 43-44.

3
3. Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang terdiri dari tanah liat berbatu hitam.
Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di seluruh sahara ini. 5

Secara garis besar, jazirah Arab dibedakan menjadi dua, yakni daerah
pedalaman dan pesisir. Daerah pedalaman jarang sekali mendapatkan hujan,
namun sesekali hujan turun dengan lebatnya. Kesempatan demikian biasa
dimanfaatkan penduduk nomadik dengan mencari genangan air dan padang
rumput demi keberlangsungan hidup mereka. Sedangkan daerah pesisir, hujan
turun dengan teratur, sehingga para penduduk daerah tersebut relatif padat dan
sudah bertempat tinggal tetap. Oleh karena itu, di daerah pesisir ini, jauh sebelum
Islam lahir, sudah berkembang kota-kota dan kerajaan-kerajaan penting, seperti
kerajaan Himyar, Saba’, Hirah dan Ghassan. 6

Sebelum Islam lahir, bangsa Arab yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak
geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di makkah
menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping juga didorong oleh
faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam,7 dan bahkan
bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan diantaranya Saba’, Ma’in dan
Qutban serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman.8

Di sisi lain, kenyataan bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi


Muhammad SAW dan diturunkan dalam konteks geografis Arab,
mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif
terhadap al-Qur’an hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus melacak
pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat dan lingkungan mereka yang
menjadi audiens pertama al-Qur’an, yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat
itu dengan segala kultur dan tradisinya. Dan untuk memiliki pengertian yang
sebenar-benarnya tentang asal mula Islam, maka satu hal yang perlu diketahui

5
Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: Maktabah Najdah al-Mishriyyah, 1975), 1-2.
6
Ahmad Mujahidin, “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan Negara-
Negara Sekitarnya”, Jurnal Akademika, Volume 12, Nomor 2 (Maret, 2003), 4.
7
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam , (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), 13.
8
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1997), 6.

4
adalah bagaimana keadaan Arab sebelum adanya Islam, Muhammad, dan sejarah
Islam terdahulu.

Menjelang kelahiran islam, Jazirah arab di apit oleh dua kerajaan besar
yaitu Romawi timur di sebelah barat sampai ke laut Adriatik dan Persia di sebelah
timur sampai ke sungai Dijlah. Kedua kerajaan besar itu disebut hegemoni di
wilayah sekitar timur tengah. Sebenarnya jazirah arab bebas dari pengaruh kedua
kerajaan tersebut, kecuali daerah-daerah subur seperti: Yaman dan daerah-daerah
sekitar teluk Persia. Wilayah jazirah arab di teluk Persia termaksud daerah
kekuasaan kerajaan Persia. Dengan demikian daerah hijau bebas dari pengaruh-
pengaruh politik dan budaya dari luar. Islam yang dasar-dasarnya diletakkan oleh
nabi di Mekkah dan di Madinah adalah: agama yang murni, tidak dipengaruhi
baik oleh perkembangan agama-agama yang ada di sekitarnya maupun kekuasaan
politik yang meliputinya. 9

2.2 Pembagian Bangsa Arab

Bangsa Arab adalah bangsa tertua yang hidup setelah banjir ( Nabi Nuh
AS). Mereka berasal dari keturunan Yaqzhan atau Qathan. Bangsa Arab adalah
bangsa yang memiliki kelebihan fisik dan keberanian yang handal. Para ahli
sejarah membagi bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu : Arab Ba’idah (yang
punah) Arab ‘Aribah ( leluhur asli bangsa Arab) dan Arab Musta’ribah
(Campuran).

1. Arab Ba’idah

Arab Ba’idah adalah nenek moyang bangsa Arab yang jejak sejarahnya
secara rinci telah hilang tertekan zaman, karena sudah jauh masanya, sementara
tidak ada alat-alat ilmu pengetahuan yang bisa digunakan untuk menyelidiki

9
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Muchtar Yahya, (Jakarta: Djaya Murni,
jilid 1,1970), 22.

5
bekas-bekas peninggalan mereka. Mereka antara lain adalah kaum ‘Ad, Tsamud,
Thusam, dan Jurhum pertama.

2. Arab ‘aribah

Arab ‘aribah, mereka adalah keturunan Saba’. Nama aslinya ‘Abdu Syams
bin Yasjub bin Ya’rib bin Qathan. Dinamai Saba’ karena dia gemar berperang dan
menawan musuh. Menawan bahasa Arabnya Saba’. Anaknya banyak, antara lain :
Himyar, kahlan, ‘ Umar, Asy’ar, dan Amilah. Seluruh kaum Tubba’ di Yaman
berikut raja-rajanya adalah keturunan Saba’. Mereka semua berasal dari keturunan
Hamyar bin Saba’, kecuali ‘Imran dan Mauzriqia. Keduanya adalah anak-anak
Amir bin Hartsah binUmru’ Al-Qais bin Tsa’lab bin Mazin bin Al-Uzd dan Al-
Uzd adalah anak Kahlan bin Saba’. Mereka di sebut ‘Aribah, karena tinggal di
pedalaman, bekas tempat tinggal Arab Ba’idah, dan mewarisi tradisi-tradisnya.

3. Arab Mustaribah

Arab Mustaribah yaitu menjadi arab atau peranakan di sebut demikian


karena waktu jurhum dari suku bangsa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal
bersama nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan keturunan
Arab, mengawini wanita suku Jurhum. Arab Musta‟ribah sering juga disebut Bani
Ismail bin Ibrahim ismail (Adnaniyyun).10

2.3 Sistem Politik atau Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab


adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur.
Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazi>rah Arab,
bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan
faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan serta adanya
tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa

10
Ali Mufrodi, Islam di kawasan, 5 -8.

6
loyal ke kabilahnya. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah
kekuatan politik di luar kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal
konsep negara.11

Sementara menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara dalam struktur


masyarakat Arab pra Islam, disebabkan karena konstitusi kesukuan tidak tertulis.
Sehingga pemimpin tidak mempunyai hak memerintah dan menjatuhkan hukuman
pada anggotanya.12 Namun dalam bidang perdagangan, peran pemimpin suku
sangat kuat. Hal ini tercermin dalam perjanjian-perjanjian perdagangan yang
pernah dibuat antara pemimpin suku di Mekkah dengan penguasa Yaman,
Yamamah, Tamim, Ghassaniah, Hirah, Suriah, dab Ethiopia.

Model organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model


kabilah). Kepala sukunya disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang dipilih
antara sesama anggota. Shaikh dipilih dari suku yang lebih tua, biasanya dari
anggota yang masih memiliki hubungan famili. Fungsi pemerintahan Shaikh ini
lebih banyak bersifat penengah (arbitrasi) dari pada memberi komando. Shaikh
tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-tugas atau
mengenakan hukuman-hukuman. Hak dan kewajiban hanya melekat pada warga
suku secara individual, serta tidak mengikat pada warga suku lain. 13

Pada masyarakat Arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara
pengaturan dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa
sistem-sistem yang ada di masyarakat, salah satunya adalah system politiknya.
Pada garis besarnya penduduk jazirah dapat di bagi berdasarkan territorial kepada
dua bagian yaitu:

Penduduk kota (al-hadharah) yang tinggal di kota perniagaan jazirah


Arabia, seperti Mekkah, Madinah. Kota Mekkah merupakan kota penghubung

11
‘Abd al-‘Azīz al-Dawrī, Muqaddimah fī Tarīkh hadr al-Islam (Beirut: Markaz Dirāsah al-
Wahdah al-‘Arabīyah, 2007), 41.
12
R.A Nicholson, A Literary History of The Arabs (Cambridge: Cambridge University Press,
1997), 83.
13
Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dari Segi Geografi, Sosial, Budaya
dan Peranan Islam, terj. Said Jamhuri (Jakarta: Ilmu Jaya, 1994), 10.

7
perniagaan Utara dan selatan, para pedagang dengan khalifah-khalifah yang
berani membeli barang dagangan dari India dan cina di yaman dan menjualnya ke
Syiria di Utara.

Penduduk pedalaman yang mengembara dari satu tempat ketempat lain.


Cara mereka hidup adalah nomaden, berpindah dari suatu daerah ke daerah lain,
mereka tidak mempunyai perkampungan yang tetap dan mata pencaharian yang
tepat bagi mereka adalah memelihara ternak, domba dan unta. 14

2.4 Islam Pada Masa Nabi Muhammad.

Kondisi bangsa arab sebelum kedatangan islam, terutama di sekitar Mekah


masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan. Yang dikenal
dengan istilah paganisme. Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab
ada pula yang menyembah agama Masehi(Nasrani), agama ini dipeluk oleh
penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di samping itu juga agama Yahudi yang
dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah, serta agama
Majusi, yaitu agama orang-orang persia.

Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April
571 M. Ketika itu Raja Yaman Abrahah dengan gajahnya menyerbu Mekah untuk
menghancurkan Ka’bah. Sehingga tahun itu dinamakan Tahun Gajah. Beliau telah
menjadi yatim piatu ketika berumur delapan tahun, dan beliau diasuh oleh kakek
dan pamannya, Abdul Muthalib dan Abu Thalib. Pada umur 12 tahun Nabi
Muhammad sudah mengenal perdagangan, sebeb pada saat itu beliau telah diajak
berdagang oleh paman beliau, Abu Thalib ke Negeri Syam. Dari pengalamannya
berdagang, maka setelah beranjak dewasa, beliau ingin berusaha berdagang
dengan membawa barang dagangan Khadijah, seorang saudagar wanita yang pada
akhirnya menjadi istri beliau.

Fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau bertahannus atau


menyepi di Gua Hira, sebagai imbas keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa

14
Ibid, 11.

8
Arab yang menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu yang
pertama, yang berupa surat Al-‘Alaq 1-5. Dengan wahyu yang pertama ini, maka
beliau telah diangkat menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad
belum diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya, namun setelah turun wahyu
kedua, yaitu surat Al-Mudatsir ayat 1-7, Nabi Muhammad saw diangkat menjadi
Rasul yang harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad dibagi
menjadi dua periode, yaitu :

2.5 Periode Mekah

Pada periode ini, tiga tahun pertama dakwah islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di
lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, yang
menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat
beliau, lalu Zaid bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang
masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan julukan
Assabiqunal Awwalun(orang-orang yang lebih dahulu masuk islam), mereka
adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur
Rahmanbin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarhah, dan Al-
Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan markas untuk
berdakwah(rumah Arqam). Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, nabi
Muhammad saw memulai dakwah secara-terang-terangan. 15

Dalam menyebarkan agama islam, Nabi Muhammad melakukannya dengan tiga


cara, yaitu:

a. Rahasia. Pada tahapan ini Nabi menyempaikannya hanya pada kalangan


keluarganya sendiri dan teman dekatnya.

b. Semi Rahasia. Beliau menyebarkan Agama Islam dalam ryang lingkup yang
lebih luas, termasuk Bani Muthalib dan Bani Hasyim.

15
Ali Mufrrodi, Islam di Kawasan.., 5.

9
c. Terang-Terangan(Demonstratif). Nabi dalam berdakwah secara terang-terangan
ke segenap lapisan masyarakat, baik kaum bangsawan maupun hamba sahaya.

Dakwah yang disampaikan Nabi ini mendapatkan penolakan masyarakat Quraisy


dalam berbagai cara. Penolakan tersebut diantaranya:

a. Lunak. Cara ini dilakukan dengan menyebar propaganda. Bahwa Nabi


Muhammad adalah seorang pembohong, penjahat, dan juga pembuat
perpecahan di kalangan bangsa arab dan lainnya

b. Semi Lunak. Yaitu dengan membujuk Nabi Muhammad untuk menghentikan


dakwah islamiyah

c. Kasar/Keji. Yaitu dengan melakukan penyiksaan atau penganiayaan baik secara


fisik maupun nonfisik

Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw tidak mudah karena mendapat
tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa faktor,
yaitu sebagai berikut :

1. Bidang Politik Kekuasaan. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian


dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi
Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib

2. Sosial (persamaan derajat sosial). Nabi muhammad menyerukan persamaan hak


antara bangsawan dan hamba sahaya

3. Agama dan Keyakinan. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun
mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat

4. Budaya. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada
bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama
nenek moyang dan mengikuti agama islam

10
5. Ekonomi. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang
rezeki. 16

2.6 Periode Madinah

Sebab utama Rasulullah bersama para sahabat melakukan hijrah ke Madinah,


yaitu :

1. Perbedaan iklim di kedua kota mempercepat dilakukannya hijrah. Iklim


Madinah lembut dan watak rakyatnya yang tenang sangat mendorong
penyebaran dan pengembangan agama islam. Sedangkan kota Mekah
sebaliknya.

2. Nabi-Nabi umumnya tidak dihormati di negara-negaranya sehingga Nabi


Muhammadpun tidak diterima oleh kaumnya sendiri

3. Tantangan yang nabi hadapi tidak sekerasa di Mekkah.17

Dalam periode ini, pengembangan islam lebih ditekankan pada dasar-dasar


pendidikan masyarakat islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena
itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat islam di Madinah, sebagai
berikut:

a. Mendirikan Masjid

Tujuan Rasulullah mendirikan masjid ialah untuk mempersatukan umat


islam dalam satu majelis, sehingga di majelis ini umat islam bisa bersama-sama
melaksanakan shalat berjamaah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan
musyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum
muslimin dan mempererat tali ukhuwah islamiyah.

b. Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin

16
Philip K. Hitti, History of The Arabs, 28.
17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 11.

11
Rasulullah saw mempersatukan keluarga-keluarga islam yang terdiri dari
Muhajirin dan Anshar. Dengan cara mempersaudarakan kedua golongan ini,
Rasulullah saw telah menciptakan suatu pertalian yang berdasarkan agama
pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya.

c. Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan


muslimin

Nabi Muhammad saw hendak menciptakan toleransi antar golongan yang


ada di madinah, oleh karena itu Nabi membuat perjanjian antara kaum mus;limin
dan nonmuslimin.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bangsa Arab sebelum datangnya islam mempunyai kebudayaan yang baik
dan buruk yang telah ada ketika bangsa arab mengalami masa kegelapan.
Kebudayaan yang buruk terutama dalam segi Akhlak dan agama, mereke
menyembah berhala, sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah
diantaranya minum-minuman keras, berjudi, membunuh anak perempuan yang
baru lahir, merendahkan harkat martabat wanita. Membunuh anak-anak, jika
kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka
bahwa kemiskinan akan mereka alami. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita
terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu
berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang
memujinya. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu
melakukan hubungan seksual secara terselubung. Prostitusi. Memasang tanda atau
bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu
adalah pelacur. Fanatisme kabilah atau kaum dan masih banyak lagi.

Tapi dari semua keburukan tersebut masih ada hal yang baik dari bangsa
Arab pada saat itu diantaranya: juga berkembangasa ilmu pengetahuan dalam
bidang astronomi atau perbintangan, dalam bidang dagang, dan adanya kebiasaan
masyarakat yang melekat yaitu rasa solidaritas diantara sesame klan atau suku,
dermawan, pantang mundur jika menhadapi sesuatu dan lai-lain.

3.2 Saran
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan untuk
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), 16.
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Malang: UIN
Malang Press, 2008), 43.
Ibid., 43-44.
Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: Maktabah Najdah al-Mishriyyah, 1975), 1-2.
Ahmad Mujahidin, “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan
Negara-Negara Sekitarnya”, Jurnal Akademika, Volume 12, Nomor 2 (Maret,
2003), 4.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam , (Bandung : Pustaka Bani Quraisy,
2004), 13.
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1997), 6.
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Muchtar Yahya, (Jakarta: Djaya
Murni, jilid 1,1970), 22.
Ali Mufrodi, Islam di kawasan, 5 -8.
‘Abd al-‘Azīz al-Dawrī, Muqaddimah fī Tarīkh hadr al-Islam (Beirut: Markaz
Dirāsah al-Wahdah al-‘Arabīyah, 2007), 41.
R.A Nicholson, A Literary History of The Arabs (Cambridge: Cambridge
University Press, 1997), 83.
Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dari Segi Geografi, Sosial,
Budaya dan Peranan Islam, terj. Said Jamhuri (Jakarta: Ilmu Jaya, 1994), 10.
Ibid, 11.
Ali Mufrrodi, Islam di Kawasan.., 5.
Philip K. Hitti, History of The Arabs, 28.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 11.
A. Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, buku I, terj. M. Sanusi Latief
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), 29.

14

Anda mungkin juga menyukai