Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN

HUKUM ISLAM MASA RASULULLAH SAW

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Tasyri
Dosen Pengampu : M. Farid Azmi, M.H.

Disusun oleh :
1. Nur Iskandar (1119122)
2. M. Zulfani Bahtiar (1119139)
Kelas : HKI D

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
IAIN PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat taufik serta hidayah-Nya, sehingga makalah Sejarah Pembentukan dan
Perkembangan Hukum Islam Masa Rasulullah SAW. ini dapat terselesaikan dengan
baik guna memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Tasyri. Makalah ini merupakan
kumpulan materi yang bersumber dari buku dan internet dengan harapan makalah
ini dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang Sejarah Pembentukan
dan Perkembangan Hukum Islam Masa Rasulullah SAW .
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu bukan hanya untuk mahasiswa
saja namun juga kepada pelajar dan masyarakat umum. Kami menyadari
sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
sehingga kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk penyajian
dan isinya agar kedepannya kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.

Pekalongan, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Kondisi sosial arab pra islam..................................................................................3
B. Sumber hukum islam masa Rasulullah...................................................................5
C. Ijtihad yang dijalankan Rasulullah.........................................................................7
D. Implikasi adat bangsa arab terhadap hukum islam.................................................8
E. Kondisi hukum islam pada masa Rasulullah........................................................10
BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Simpulan..............................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib adalah seorang Nabi dan
Rasulullah serta sebagai manusia revolusioner sejati. Keberhasilannya mengubah
pola kehidupan masyarakat arab hingga seluruh belahan dunia dalam berbagai
aspek kehidupan. Menjadikannya layak mendapat julukan ini. Setidaknya
pendapat ini diyakini oleh semua umat islam dan sebagian orientalis. Michel Hart
dalam bukunya yang berjudul 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia
menempatkan Nabi Muhammad dalam urutan pertama. Ia mengatakan bahwa
Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang berhasil memimpin dan
menyebarkan agama islam hingga seluruh dunia. Ini tidak lepas dari
kesempurnaan hukum dan ajaran islam yang dibawanya.
Berbicara Islam pada masa kini tidak dapat dilepaskan dari sejarah
kelahiran dan pertumbuhan Islam pada masa silam. Kemunculan Agama Islam
sekitar abad keenam masehi tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial masyarakat
Arab pada masa itu yang kita kenal dengan zaman jahiliyahnya. Sehingga dapat
kita katakan bahwa kondisi sosial suatu masyarakat atau bangsa akan berpengaruh
terhadap produk hukum yang diberlakukan dalam masyarakat tersebut. Hukum
Islam lebih cenderung bersifat tegas terutama dalam masalah jinayah (hukum
pidana).
Fokus utama pada makalah ini yaitu hukum islam pada masa Rasulullah.
Disini kami mencoba memaparkan beberapa penjelasan antara lain yaitu tentang
kondisi sosial bangsa arab pra islam, sumber hukum islam masa Rasulullah,
ijtihad yang dilakukan rasulullah, implikasi adat bangsa arab dalam sumber
hukum islam, dan kondisi hukum islam pada masa Rasulullah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi sosial arab pra islam ?
2. Apa saja sumber hukum islam pada masa Rasulullah ?
3. Bagaimana ijtihad yang dijalankan Rasulullah ?
4. Bagaimana implikasi adat bangsa arab terhadap hukum islam ?
5. Bagaimana kondisi hukum islam pada masa Rasulullah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi sosial arab pra islam.
2. Untuk mengetahui sumber hukum islam pada masa Rasulullah.
3. Untuk mengetahui ijtihad yang dijalankan Rasulullah.
4. Untuk mengetahui implikasi adat bangsa arab terhadap hukum islam.
5. Untuk mengetahui kondisi hukum islam pada masa Rasulullah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi sosial arab pra islam

Bisa dikatakan bahwa sejarah bangsa Arab Kuno hampir tidak dikenal
sama sekali, hal ini karena masyarakat Arab sebelum Islam bersifat kesukuan dan
tidak adanya kesatuan politik. Selain itu masyarakat Arab tidak mengenal tulisan,
kecuali masyarakat yang berada di jazirah Arab Selatan, seperti masyarakat
kerajaan saba’ dan ma’in.1 Negeri Arab  secara geografis terletak di barat daya
Asia. Merupakan semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga arah, yakni laut
merah, samudra hindia, dan teluk Persia. Bangsa Arab menamakan negeri mereka
dengan Jazirah Arab.

Negeri Arab pada umumnya adalah padang pasir. Tetapi bukan berarti
semua Jazirah Arab adalah padang pasir. Berdasarkan kondisi alamnya, para ahli
sepakat membagi Jazirah Arab menjadi lima wilayah, yaitu Tihamah, Hijaz,
Nejed, Yaman, dan Al-Arudh.

Tanah arab di diami oleh dua kelompok bangsa Arab, yaitu Bangsa Arab
Badawi (kampung) dan Bangsa Arab kota. Bangsa Arab Badawi adalah Bangsa
yang tinggal di padang pasir. Sedangkan Bangsa Arab kota adalah penduduk Arab
yang tinggal di kota-kota yang aktif dengan pertanian dan perdagangan.

Masyarakat Arab adalah suatu masyarakat yang memiliki sistem yang


baku dalam perkawinan. Mayoritas mereka baru memperistri seorang wanita
sesudah mendapat restu keluarga pihak istri.

Di antara perilaku buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah menanam bayi


perempuan hidup-hidup (wa’dul banat) karena takut hinaan atau noda. Hanya saja
tradisi ini tidak memasyarakat di seluruh bangsa Arab. Motif lain dari penanaman
bayi perempuan hidup-hidup di kalangan masyarakat kelas bawah adalah karena
takut jatuh miskin, terutama di lingkungan masyarakat Bani Asad dan Tamim.

1
Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2006), hlm. 1

3
Perlakuan terhadap anak laki-laki adalah penuh kasih sayang, kecuali sebagian
kecil di lingkungan masyarakat miskin anak laki-laki juga di bunuh.2

Sedangkan saudara dan keponakan dalam tradisi pada masyarakat Arab


Jahiliyah akan selalu ditolong dan dibela baik dalam posisi benar maupun salah.
Solidaritas antar sesama anggota satu kabilah sangat kuat, sedang perasaan
tersebut terhadap kabilah lain tidak ada. Tenaga mereka habis untuk berperang,
oleh karena dua hal yaitu bersaing memperebutkan sarana penghidupan, seperti
padang rumput dan sebagainya dan bersaing memperebutkan kehormatan dan
kursi kepemimpinan.

Fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah
sangatlah panjang. Oleh sebab itu, di antara mereka banyak ditemukan tradisi
yang sangat buruk. Berikut ini adalah contoh beberapa tradisi buruk masyarakat
Arab Jahiliyah :

1. Perjudian atau maisir.
2. Minum arak (khamr) dan berfoya-foya.
3. Nikah Istibdha, yaitu jika istri telah suci dari haidnya kemudian sang
suami mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka atau
keturunan baik dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
4. Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami
mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka
takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
5. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera
mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan
mereka alami.
6. Bertabarruj (bersolek), Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah
sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum
lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya.
7. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik atau sebaliknya, lalu
melakukan hubungan seksual secara terselubung.

2
Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2006), hlm. 14

4
8. Prostitusi, Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah
seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
9. Fanatisme kabilah atau kaum.
10. Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta
benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah
yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
11. Orang-orang yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang
kuda, berperang, bersyair, dan saling menyombongkan keturunan dan
harta. Sedang budak-budak mereka diperintah untuk bekerja yang
lebih keras dan sulit.

B. Sumber hukum islam masa Rasulullah


Berbicara sumber hukum pada masa Rasulullah,  bahwa segala permasalah
an yang ada ditanyakan kepada Rasulullah sendiri. Dan Rasulullah mengambil
hukum  tersebut sesuai dengan wahyu yang turun pada-Nya. Jika tidak turun
wahyu barulah Rasulullah menggunakan ijtihad-Nya. Referensi utama untuk
mengetahui hukum-hukum syara’ saat itu hanya Rasulullah sendiri, sebab Allah
telah memilihnya untuk menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia,
seperti dalam QS.Al-Ma’idah : 67

ُ َ
َ ‫ِّك َوإِن لَّ ْم َت ْف َع ْل َف َما َبلَّ ْغ‬
‫ت ِر َسا َل َت ُه‬ ِ ‫َيا أ ُّي َها الرَّ سُو ُل َبلِّ ْغ َما أ‬
َ ‫نز َل إِ َلي‬
َ ‫ْك مِن رَّ ب‬
َ ‫اس إِنَّ هَّللا َ اَل َي ْهدِي ْال َق ْو َم ْال َكاف ِِر‬
‫ين‬ َ ‫َوهَّللا ُ َيعْ صِ م‬
ِ ‫ُك م َِن ال َّن‬

Artinya : Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
  Maka penjelasan sumber-sumber tersebut ialah sebagai berikut :
1. Al-Quran

5
Al-Quran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Rasulullah
SAW yang mengandung petunjuk kebenaran bagi kebahagiaan umat
manusia. Ketika terjadi sesuatu yang menghendaki adanya pembentukan
hukum dikarenakan suatu peristiwa, perselisihan, pertanyaan, permintaan
fatwa, maka Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah satu atau
beberapa ayat Al-quran yang menjelaskan hukum yang hendak
diketahuinya. Kemudian Rasulullah menyampaikan kepada umat Islam
apa-apa yang sudah diwahyukan kepada beliau itu, dan wahyu itu menjadi
undang-undang yang wajib diikuti. Ada karakteristik yang sangat
menonjol dari Al-quran yaitu, bahwa meskipun Al-quran diturunkan
dalam ruang waktu tertentu dan sebab tertentu, tetapi esensi kalam tuhan
tersebut adalah universal, sehingga tetap menjadi rujukan sampai
sekarang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sasaran Al-quran dan
juga sebab turunnya adalah kemanusiaan, baik pada masa Nabi, masa kini
dan masa seterusnya.3

Pada era kenabian, Al-quran belum tertulis seperti kita lihat


sekarang. Sahabat menuliskan setiap wahyu yang turun dan dibacakan
oleh Nabi pada dedaunan, lembaran-lembaran kulit, bebatuan, pelepah
kurma, dan bahan-bahan lainnya. Nabi menyuruh penulis-penulis wahyu
itu untuk menulisnya setelah terlebih dahulu di bacakan kepada mereka
dan mereka menghafalkan dihadapan Rasulullah.

2. Sunnah

Sunnah adalah sumber fiqih kedua setelah Al-quran. Dalam


terminologi muhaddisin, fuqaha dan ushuliyyin sunnah berarti setiap
sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad, baik perkatan,
perbuatan dan ketentuan. Sebagaimana Al-quran, sunnah juga tidak
muncul dalam satu waktu, tetapi secara bertahap mengikuti fenomena
umum dalam masyarakat, atau lebih tepat disebut mengikuti
3
Mun’im A Sirry, Sejarah Fiqih Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 27

6
perkembangan turunnya syariat. Oleh karena itu dalam banyak hal,
kita akan melihat bahwa sunnah bertujuan menerangkan, merinci,
membatasi dan menafsirkan Al-quran.4

C. Ijtihad yang dijalankan Rasulullah


Pada saat Rasulullah masih hidup, penentuan hukum berdasarkan atas dua
sumber yaitu wahyu Allah dan ijtihad Rasulullah SAW. Terjadinya suatu
peristiwa yang menghendaki adanya hukum dapat timbul karena adanya suatu
pertanyaan atau perselisihan bahkan atas permintaan Rasul, maka Allah
mewahyukan kepada Rasul-Nya ayat-ayat Al-quran yang menjelaskan hukum
yang dikehendaki untuk disampaikan kepada umatnya. Para ulama berikhtilaf
tentang ijtihad Nabi Muhammad SAW terhadap sesuatu yang tidak ada ketentuan
nash dari Allah. Ulama berbeda pendapat mengenai apakah Nabi Muhammad
SAW diperbolehkan menetapkan hukum yang tidak ada nashnya atau tidak.

Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa apabila Nabi dihadapkan pada


suatu peristiwa hukum, beliau menunggu wahyu. Jika ternyata tidak ada wahyu
mengenai hal tersebut, maka Nabi berijtihad. Ulama Asy’ariyyah, Mu’tazilah, dan
Mutakallimin (ahli teologi) berpendapat bahwa Rasulullah SAW tidak melakuan
ijtihad dalam menetapkan hukum-hukum syari’at yang berkenaan dengan hal-hal
yang behubungan dengan halal dan haram. Menurut mereka, Nabi berijtihad untuk
hal-hal yang berhubungan dengan peperangan saja.5 Abd al-Jalil ‘Isa
mengungkapkan beberapa contoh ijtihad yang dilakukan Nabi Muhammad SAW,
diantaranya sebagai berikut :6

1. Ketika ditanya tentang cara memperlakukan anak-anak Musyrikin


yang ikut dalam berperang, Nabi Muhammad SAW menjawab,
“mereka diperlakukan seperti bapak-bapaknya.”
4
Mun’im A Sirry, Sejarah Fiqih Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 28
5
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’ : Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Msa ke
Masa, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 41
6
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2003), hlm. 30

7
2. Qiblat umat Islam sebelum ditetapkan oleh Allah SWT adalah Bait al-
Maqdis. Umat Islam shalat menghadap ke Bait al-Maqdis selama 16
atau 17 bulan. Shalat ke Bait al-Maqdis adalah ijtihad Nabi
Muhammad SAW.
3. Abdullah bin Ubai (tokoh munafik) datang kepada Nabi Muhammad
SAW dan kemudian nabi Muhammad SAW memohon kepada Allah
agar Abdullah bin Ubai diampuni. Disamping itu, Nabi Muhammad
SAW memohon kepada Allah agar Abdullah bin Ubai diberi petunjuk
oleh Allah. Kemudian Allah berfirman “kamu memohonkan ampun
bagi mereka (orang-orang munafik) atau kamu tidak memohonkan
ampun bagi mereka (adalah sama saja).” (QS. at-Taubah: 80)
Demikian beberapa contoh ijtihad yang dikemukakan oleh Abdul Jalil
‘Isa dan Muhammad Salam Madkur. Karena melakukan ijtihad, Nabi
Muhammad SAW kemungkinan salah dalam ijtihadnya. Dalam
menanggapi hal ini, ulama berbeda pendapat.

Menurut al-Syafi’iyyah, Nabi Muhammad SAW tidak akan salah dalam


berijtihad, Kejadian itu menunjukkan terjadinya ijtihad pribadi Rasulullah.
Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya dengan menyatakan bahwa ijtihad
Rasulullah bisa salah namun tidak berterusan, karena akan datang wahyu Allah
yang membenarkannya. Kesalahan itu menurut beliau tidak bertentangan dengan
sifat Ishmah (terjaga dari kesalahan) yang dimiliki Rasulullah.7

D. Implikasi adat bangsa arab terhadap hukum islam


Dalam paradigma masyarakat, Islam dianggap sebagai agama yang lahir
dengan membawa risalah baru. Dalam hal ini, Islam dianggap sebagai sebuah
agama yang muncul untuk merubah seluruh sistem kebudayaan, khususnya Arab
pra Islam. Dalam konsep yang ada, masa pra-Islam seringkali dianggap sebagai
masa kebodohan (jahiliyyah). Bila jahiliyah terkait dengan sistem etika sosialnya
yang tidak manusiawi, mungkin bisa dianggap benar. Akan tetapi bila jahiliyyah

7
Mun’im A Sirry, Sejarah Fiqih Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 31

8
ditujukan untuk seluruh sistem budaya yang berkembang di masyarakat Arab,
maka hal tersebut tidak bisa dibenarkan. Anggapan bahwa pra Islam dianggap
sebagai masa jahiliyah tidak relevan dengan asumsi sebagai berikut :

1. Al-quran menantang bangsa Arab dengan retorika untuk


mendatangkan surat yang sepadan dan menyamai Alquran. Tantangan
ini tentunya tidak ditujukan kepada orang lemah. Dengan demikian
tantangan al-quran mengindikasikan bahwa masyarakat Arab telah
berada pada tingkat kemajuan fantastik dalam stilistika, epistemik, dan
peradaban, sebagai sebuah sisi yang menjadi tema tantangan Al-quran.
2. Dalam faktanya, Islam banyak mewarisi peninggalan-peninggalan
bangsa Arab serta mengadopsi sistem (pranata) yang berkembang
dikalangan mereka.

Dari fakta yang ada, banyak budaya yang ada di masa pra Islam diadopsi
dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad. Hal ini mengindikasikan bahwa Islam
lahir tidak dalam rangka menghilangkan seluruh kebudayaan yang berkembang
dan dijalankan oleh masyarakat Arab pra-Islam. Nabi Muhammad banyak
menciptakan aturan-aturan yang melegalkan hukum adat masyarakat Arab,
sehingga memberi tempat bagi praktek hukum Adat di dalam sistem hukum Islam.
Sebagai bukti dari hal tersebut adalah adanya konsep sunah taqririyyah. Nabi
Muhammad. Hal ini mengindikasikan bahwa Nabi tidak melakukan tindakan-
tindakan perubahan terhadap hukum yang berlaku di masyarakat Arab, sepanjang
hukum tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran fundamental Islam.

Seperti Dalam hal ibadah, Islam menjalankan ibadah haji dan umrah
sebagaimana telah dipraktekkan dalam masyarakat Arab jauh sebelum Islam
datang. Masyarakat Arab menjalankan ritual-ritual tersebut sebagaimana
dijalankan oleh umat Islam sekarang ini, yaitu talbiyyah, ihram, wukuf dan lain
sebagainya. Setelah kedatangan Islam, kemudian praktek tersebut diteruskan
dengan penggunaan istilah yang sama. Akan tetapi Islam kemudian
membersihkan ibadah ini dari perilaku syirik, seperti ungkapan talbiyyah mereka
yang masih bernuansa syirik.

9
Selain dalam hal ibadah, hukum Islam juga mengadopsi budaya yang lain,
misalnya sistem qisas dan diyat. Kedua hal tersebut merupakan praktek budaya
masyarakat pra-Islam kemudian diadopsi dalam hukum pidana Islam. Demikian
juga terkait dengan beberapa sistem transaksi yang berkembang di masyarakat
pra-Islam juga diadopsi dalam sistem hukum Islam.

E. Kondisi hukum islam pada masa Rasulullah


Dalam pembentukan hukum Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
terbagi menjadi dua periode yaitu Periode Mekkah dan Periode Madinah.

1. Periode Mekkah

Rasulullah SAW melaksanakan dakwah di Mekkah selama kurang


lebih 13 tahun. Dalam periode ini, nabi telah mencurahkan perhatiannya
untuk memperbaiki kepercayaan masyarakat Arab dengan menanamkan
dan memperhamba diri kepada Allah. Oleh karena itu, ayat-ayat Al-quran
yang diturunkan di Mekkah sebelum hijrah berisi tentang larangan untuk
menyekutukan Tuhan, dan menyeru mereka dengan menerangkan para
nabi terdahulu dan sejarah umat-umat yang lalu, mengajarkan mereka
untuk meninggalkan tradisi-tradisi buruk yang diwariskan oleh nenek
moyang. Oleh sebab itu, kebanyakan ayat Makiyah berisikan hal-hal yang
berkaitan dengan akidah dan keyakinan, akhlak dan sejarah masa lalu.8
Wahyu pada periode ini turun untuk memberikan petunjuk dan arahan
kepada manusia kepada dua perkara utama:

8
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam (dari Kawasan Jazirah Arab Sampai Indonesia),
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 61

10
A. Mengkokohkan akidah yang benar dalam jiwa atas dasar iman
kepada Allah, beriman kepada Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul
dan Hari Akhir.
B. Membentuk akhlak agar manusia memiliki sifat yang mulia dan
menjauhkan sifat tercela. Al-quran memerintahkan berkata
jujur, menepati janji, adil, saling tolong-menolong, memuliakan
tetangga. Selain itu Al-qur’an juga melarang dari akhlak
tercela. Seperti berdusta, menipu, ingkar janji, berbuat zalim,
menganiaya dan perilaku lain yang dianggap melampaui batas.

Namun, Rasulullah SAW tidak mendapatkan tempat di hati


masyarakat Mekkah. Beliau telah menjumpai bermacam-macam hal yang
menyakitkan dan bermacam-macam fitnah. Orang-orang musyrik
menghalangi penduduk Mekkah mendengarkan Al-quran, dan menerima
ajakan Rasulullah dengan kedustaan yang mereka perbuat. Orang-orang
Mekkah (yang masuk Islam) terpaksa meninggalkan Mekkah menuju
Habsyi dengan melarikan diri demi agama, karena pada saat itu mereka
tidak mempunyai kekuatan apapun karena pada fase Mekkah jumlah
muslim masih minoritas, kekuatan yang dimiliki masih sangat lemah dan
dikucilkan dari masyarakat Mekkah saat itu.

2. Periode Madinah
Periode Yastrib atau Madinah di mulai pada hijrahnya Nabi
Muhammad SAW bersama para sahabat pada tanggal 12 Rabiul Awal
tahun pertama hijriah (28 Juni 622 M). Hijrah adalah perpindahan Nabi
Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Tujuan hijrahnya beliau
beserta para sahabatnya tertuang dalam firman Allah QS. An-Nahl : 41-42
yang artinya “Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman
dan kekerasan kaum kafir Quraisy. agar mendapat keamanan dan
kebebasan dalam beribadah serta berdakwah”

Pada periode Madinah disyariatkan hukum kemasyarakatan yang


mencakup muamalah, ijtihad, jinayah, mawaris, wasiat, talak, sumpah, dan

11
peradilan. Ketika menetap di Madinah, hukum-hukum amaliah dan
kemasyarakatan mulai ditetapkan. Periode ini berlangsung selama 10
tahun dan disebut dengan fase pembentukan undang-undang.9

Pada periode Madinah ini membahas masalah yang berkaitan


dengan masalah hukum. Hukum itu akan dapat dilaksanakan bila
dilindungi oleh kekuatan politik. Dalam periode Madinah, kekuatan politik
itu sudah dibangun dengan disepakatinya piagam Madinah dengan
mengukuhkan Nabi sebagai kepala negara. Pada saat Rasulullah hijrah ke
Madinah, beliau disambut dengan meriah oleh pengikut pengikutnya,
selain itu umat muslim sudah bisa meninggalkan aqidah lamanya. Ciri-ciri
masyarakat fase Madinah sebagai berikut :10
a. Jumlahnya telah banyak serta berkualitas.
b. Mengeliminasi permusuhan dalam rangka mengesakan Allah
SWT.
c. Telah adanya syariat Islam untuk mencapai kebaikan dalam
masyarakat.
d. Membentuk aturan damai dalam perang.

Pada periode ini Islam sudah kuat dan berkembang dengan


pesatnya, jumlah umat Islam pun sudah betambah banyak dan mereka
sudah memiliki suatu pemerintahan yang gilang gemilang. keadaan inilah
yang mendorong perlunya mengadakan tasyri dan pembentukan undang-
undang untuk mengatur perhubungan antara individu dari suatu bangsa
dengan bangsa lainnya, dan untuk mengatur pula perhubungan mereka
dengan bangsa yang bukan Islam baik di waktu damai maupun perang.

Ada tiga aspek yang perlu dijelaskan dari proses perkembangan


syariat pada periode ini:

9
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’ : Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke
Masa, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 23
10
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2003), hlm. 22

12
a. Metode Nabi dalam menerangkan hukum. Dalam banyak hal
syariat Islam Turun secara global nabi sendiri tidak
menjelaskan apakah perbuatannya itu wajib atau sunnah,
bagaimana syarat dan rukunnya dan lain sebagainya. Seperti
ketika nabi salat para sahabat melihat shalat nabi dan mereka
mengikutinya tanpa menanyakan syarat dan rukunnya.
b. Kerangka hukum syariat. Ada hukum yang disyariatkan untuk
suatu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, seperti
bolehkah menggauli istri ketika mereka sedang haid, bolehkah
berperang pada bulan haji. Dan ada pula yang disyariatkan
tanpa didahului oleh pertanyaan dari sahabat atau tidak ada
kaitannya dengan persoalan yang mereka hadapi, termasuk
didalamnya adalah masalah ibadah dan beberapa hal yang
berkaitan dengan muamalat.
c. Turunnya syariat secara bertahap (periodik). Maksudnya
pembentukan kondisi masyarakat yang layak dan siap dan
menerima Islam harus menjadi prioritas yang diutamakan.
Pada fase ini kekuasaan hukum didasarkan kepada Rasulullah
SAW secara langsung tanpa campur tangan orang lain. Sementara sumber
yang digunakan adalah wahyu, baik yang matlu yaitu Al-quran ataupun
ghoiru matlu yaitu Sunnah, sehingga pada masa ini belum pernah terjadi
perselisihan dalam hukum. Dan kebanyakan dari ayat-ayat yang
diturunkan berkenaan atau sesuai dengan suatu peristiwa atau menjadi
jawaban dari pertanyaan. Oleh karena itu, pada fase ini Islam telah terbina
menjadi satu kekuatan dalam pemerintahan. Dan sumber hukum bukan
hanya Al-quran dan Hadist tetapi telah diakui bahwa nabi berijtihad dalam
sebagian hukum mengakui ijtihad sahabat dari sebagian yang lain. Orang
Islam sudah memiliki moral yang kuat, akidah yang mapan serta akhlak
yang baik, dimana hal tersebut akan menjadi landasan yang kokoh dalam
nelaksanakan tugas-tugas baik mengenai agama ataupun negara.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Fase kehidupan tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah
panjang, khususnya bangsa Arab . Sehingga kemudian islam datang dengan
perantara Rasulullah sebagai utusan Allah, sebagai pembawa rahmat dan untuk
menghilangkan segala kemaksiatan di bumi.

Sumber hukum pada masa Rasul terpusat kepada Alquran yang turun
secara berangsur-angsur dan Sunah Nabi sebagai penguat, penjelas, penafsiran
atau penambahan terhadap hukum yang ada dalam Al-quran.

14
Ijtihad Nabi telah terjadi dalam perkara yang tidak ada nash-nya, dan
semua ijtihad ini dikelilingi oleh wahyu dari segala sisi, jika baginda salah dalam
ijtihadnya maka wahyu tidak akan membirakannya begitu saja tetapi akan
meluruskannya.

Hukum Islam tidak selamanya dari Rasulullah semata. namun juga


mengadopsi budaya yang lain, misalnya dalam ibadah haji, qiyas dan diyat. Hal
tersebut merupakan praktek budaya masyarakat pra-Islam kemudian diadopsi
dalam Islam. Demikian juga terkait dengan beberapa sistem transaksi yang
berkembang di masyarakat pra-Islam juga diadopsi dalam sistem hukum Islam.

Kondisi hukum islam pada masa Rasulullah SAW terbagi dalam dua
periode yaitu periode Mekah yang berlangsung selama 13 tahun dan periode
Madinah selama 10 tahun. Pada periode Mekah pembinaan hukum lebih ke akidah
dan akhlak secara umum berbeda dengan periode Madinah, Periode Madinah
pembinaan hukumnya lebih terperinci.

B. Saran
Kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya pagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Hasan. 2006. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Khon, Abdul Majid. 2013. Ikhtisar Tarikh Tasyri’ : Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa
ke Masa. Jakarta: Amzah.

Mubarok, Jaih. 2003. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.

Sirry, Mun’im A. 1996. Sejarah Fiqih Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

15
Supriyadi, Dedi. 2010. Sejarah Hukum Islam (dari Kawasan Jazirah Arab Sampai Indonesia).
Bandung: CV Pustaka Setia.

16

Anda mungkin juga menyukai