Anda di halaman 1dari 15

I

ARAB PRA ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata
Kuliah

Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

Ridho Rokamah, S.Ag., M.Si.

Disusun oleh:

‘Uyuunul Husniyyah (401190001)

Achmad Zaenal Arifin (401190004)

Amara Eriya Putri (401190014)


II

Kelas: ES.A

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) PONOROGO

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, ialah tuhan yang menurunkan agama
melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasul pilihan-Nya, Muhammad Saw.
Alhamdulillah berkat ridho Allah dan kedua orangtua, kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Arab Pra
Islam”. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang keadaan geografis,
keadaan sosial, kebudayaan, ekonomi, agama bangsa Arab sebelum islam.

Kami menyadari jika mungkin ada yang salah dalam penulisan mohon
kritik dan saran yang membangun. Kami mohon maaf jika ada kalimat atau kata-
kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Allah Swt.

Demikian kami ucapkan terimakasih atas waktu yang anda luangkan untuk
membaca makalah ini.
III

Ponorogo, 4 September 2019

(Penulis)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II

DAFTAR ISI ........................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. keadaan geografis jazirah Arab ............................................................................... 3


IV

B. keadaan sosial dan budaya bangsa Arab sebelum islam ......................................... 4


C. keadaan sosial dan budaya bangsa Arab sebelum islam ......................................... 6
D. agama bangsa Arab sebelum islam ......................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
V

Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut


masa jahiliyyah. Julukan semacam ini disebabkan terbelakangnya moral
masyarakat Arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu
dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya
hidup berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan.
Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut,
mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai
kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan
kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan
harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung
hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu
sama sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya
Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan
ekonomi. Makkah misalnya pada waktu itu merupakan kota dagang
bertaraf internasional.
Pada makalah ini pembaca akan diajak untuk mengerti dan
memahami keadaan geografis, keadaan sosial, kebudayaan, ekonomi,,
agama bangsa Arab sebelum islam.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan geografis jazirah Arab?
2. Bagaimana keadaan sosial dan budaya bangsa Arab sebelum
islam?
3. Bagaimana ekonomi bangsa Arab sebelum islam?
4. Bagaimana agama bangsa Arab sebelum islam?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keadaan geografis jazirah Arab.
VI

2. Untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya bangsa Arab


sebelum islam.
3. Untuk mengetahui ekonomi bangsa Arab sebelum islam.
4. Untuk mengetahui agama bangsa Arab sebelum islam.

BAB II PEMBAHASAN
VII

A. Keadaan Geografis Jazirah Arab

Semenanjung Arab merupakan semenanjung barat daya Asia, se-


buah semenanjung terbesar dalam peta dunia. Wilayahnya, dengan luas
1.745.900 km2, Semenanjung ini dinamakan jazirah karena tiga sisinya
berbatasan dengan air, yakni di sebelah timur berbatasan dengan teluk
Oman dan teluk Persi, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
Hindia dan teluk Aden, di sebelah barat berbatasan dengan laut merah.
Hanya di sebelah utara, jazirah ini berbatasan dengan daratan atau padang
pasir Irak dan Syiria.

Dihuni oleh sekitar empat belas juta jiwa. Arab Saudi, dengan luas
daratan sekitar 1.014.900 km2 (tidak termasuk al-Rab berpenduduk sekitar
tujuh juta jiwa; Yaman lima juta jiwa; dan selebihnya tinggal di Kuwait,
Qatar, Emirat Arab, Oman dan Masqat, dan Aden. Para ahli geologi
mengatakan bahwa wilayah itu pada awalnya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari dataran Sahara (kini dipisahkan oleh lembah Nil dan
Laut Merah) dan kawasan berpasir yang me-nyambungkan Asia melalui
Persia bagian tengah ke Gurun Gobi.

Dahulu kala, arus laut Samudera Atlantik dari barat, yang kini
menjadi sumber hujan bagi dataran tinggi Suriah-Palestina, pasti pernah
juga menjadi sumber hujan bagi kawasan Semenanjung Arab 1. Dan selama
satu periode tertentu pada Abad Es, daerah-daerah gurun itu merupakan
padang rumput yang bisa dihuni manusia. Karena pencairan es tidak
pernah mencapai lebih jauh dari bagian selatan pegunungan Asia Kecil,
Semenanjung Arab tetap menjadi wilayah yang bisa dihuni karena tidak
tersentuh glasiasi.2

1
Philip K. Hitti, History Of The Arabs (Jakarta: Serambi, 2014) ,16
2
Ibid., 17
VIII

Daratan jazirah Arab didominasi padang pasir yang luas, serta


memiliki iklim yang panas dan kering. Hampir lima per enam daerahnya
terdiri dari padang pasir dan gunung batu. Luas padang pasir ini
diklasifikasikan Ahmad Amin sebagai berikut:

1. Sahara Langit, yakni yang memanjang 140 mil dari utara ke


selatan dan 180 mil dari timur ke barat. Sahara ini disebut juga sahara
Nufud. Di daerah ini, jarang sekali ditemukan lembah dan mata air. Angin
disertai debu telah menjadi ciri khas suasana di tempat ini. Hal itulah yang
menyebabkan daerah ini sulit dilalui.

2. Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung


Sahara Langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya
merupakan dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga
disebut dengan daerah sepi (al-Rub’ al-Khali).

3. Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang terdiri dari tanah liat
berbatu hitam. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di seluruh sahara
ini.3

Secara garis besar, jazirah Arab dibedakan menjadi dua, yakni


daerah pedalaman dan pesisir. Daerah pedalaman jarang sekali
mendapatkan hujan, namun sesekali hujan turun dengan lebatnya.
Kesempatan demikian biasa dimanfaatkan penduduk nomadik dengan
mencari genangan air dan padang rumput demi keberlangsungan hidup
mereka. Sedangkan daerah pesisir, hujan turun dengan teratur, sehingga
para penduduk daerah tersebut relatif padat dan sudah bertempat tinggal
tetap. Oleh karena itu, di daerah pesisir ini, jauh sebelum Islam lahir,
sudah berkembang kota-kota dan kerajaan-kerajaan penting, seperti
kerajaan Himyar, Saba’, Hirah dan Ghassan.

3
Badri Yatim, sejarah peradaban islam (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014) ,10
IX

B. Keadaan Sosial Dan Budaya Bangsa Arab Sebelum Islam

Masyarakat Arab terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu


penduduk kota (Hadhary) dan penduduk gurun (Badui). Penduduk kota
bertempat tinggal tetap. Mereka telah mengenal tata cara mengelola tanah
pertanian dan telah mengenal tata cara perdagangan. Bahkan hubungan
perdagangan mereka telah sampai ke luar negeri. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka telah memiliki peradaban cukup tinggi.

Sementara masyarakat Badui hidupnya berpindah-pindah dari satu


tempat ke tempat lainnya guna mencari air dan padang rumput untuk
binatang gembalaan mereka. Di antara kebiasaan mereka adalah
mengendarai unta, mengembala domba dan keledai, berburu serta
menyerang musuh. Kebiasaan ini menurut adat mereka adalah pekerjaan
yang lebih pantas dilakukan oleh laki-laki. Oleh karena itu, mereka belum
mengenal pertanian dan perdagangan. Karenanya, mereka hidup berpindah
dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari kehidupan, baik untuk diri
dan keluarga mereka atau untuk binatang ternak mereka. Dalam perjalanan
pengembaraan itu, terkadang mereka menyerang musuh atau menghadapi
serangan musuh. Dari situlah terjadi kebiasaan berperang di antara suku-
suku yang ada di wilayah Arabia.

Akibat peperangan yang terus-menerus budaya mereka tidak


berkembang. Karena itu bahan-bahan penelitian arab pra islam sangat
langka didapatkan di dunia arab dan berbahasa arab. Ahmad Syalabi
menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira
150 tahun menjelang lahirnya agama Islarn. Pengetahuan itu diperoteh
melalui syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair. Dengan
begitulah sejarah dan sifat masyarakat Badui Arab dapat diketahui, antara
lain, bersemangat tinggi dalam rnencari nafkah. sabar menghadapi
X

kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta


kebebasan.4

Selain berperang kebiasaan buruk bangsa arab pra islam adalah


minum arak, main judi, tidak beradab, dan membunuh anak perempuan5

Selain itu, sistem perbudakan juga merajalela. Budak diperlakukan


majikannya secara tidak manusiawi. Mereka tidak mendapatkan kebebasan
untuk hidup layaknya manusia merdeka. Bahkan para majikannya tidak
jarang menyiksa dan memperlakukan para budak seperti binatang dan
barang dagangan yang dijual.

Secara garis besar kehidupan sosial masyarakat Arab secara


keseluruhan dan masyarakat kota Mekkah secara khusus benar-benar
berada dalam kehidupan sosial yang tidak benar atau jahiliyah. Akhlak
mereka sangat rendah, tidak memiliki sifat-sifat perikemanusiaan dan
sebagainya. Dalam situasi inilah agama Islam lahir di kota Mekkah dengan
diutusnya Muhammad saw. sebagai nabi dan rasul Allah.

C. Ekonomi Bangsa Arab Sebelum Islam


Perdagangan merupakan unsur penting dalam perekonomian
masyarakat Arab pra Islam. Makkah misalnya, karena letak geografisnya
yang sangat strategis maka ia menjadi tempat persinggahan para kafilah
dagang yang datang dan pergi menuju pusat perniagaan 6. Mereka
berdagang bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan non-Arab.
Kemajuan perdagangan bangsa Arab pra Islam dimungkinkan antara lain
karena pertanian yang telah maju.

4
Ibid., 11
5
A. Djamil, Sejarah Dan Kebudayaan Islam (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1984),
13
6
Abdurrahman Asy Syarkowi, Muhammad Sang Pembebas (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2003), 10
XI

Kemajuan ini ditandai dengan adanya kegiatan ekspor-impor yang


mereka lakukan. Para pedagang Arab selatan dan Yaman pada 200 tahun
menjelang Islam lahir telah mengadakan transaksi dengan Hindia, Afrika,
dan Persia. Komoditas ekspor Arab selatan dan Yaman adalah dupa,
kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis, dan
anggur.
Sedangkan yang mereka impor dari Afrika adalah kayu, logam,
budak; dari Hindia adalah gading, sutra, pakaian dan pedang; dari Persia
adalah intan. Data ini menunjukkan bahwa perdagangan merupakan urat
nadi perekonomian yang sangat penting sehingga kebijakan politik yang
dilakukan memang dalam rangka mengamankan jalur perdagangan ini.

D. Agama Bangsa Arab Sebelum Islam

Sebelum kedatangan Islam di arab terdapat berbagai agama


diantara ada yang beragama Yahudi, kristen dimana mayoritas penganut
agama Yahudi tersebut pandai bercocok tanam dan membuat alat-alat dari
besi seperti perhiasan dan persenjataan7. Mari kita bahas satu-satu dari
agama yang dianut oleh bangsa arab sebelum islam.

1. Agama Yahudi
Agama Yahudi pada dasarnya berpijak pada hukum agama
yang di bawa Nabi Musa AS, yaitu berdasarkan tauhid yang
mengakui ke esaan Allah SWT. Tetapi sepeninggal Nabi Musa AS,
oleh para ulama mereka diadakan perubahan-perubahan yang
akhirnya agama yahudi itu bercampur dengan syirik. Terjadinya
perubahan-perubahan tersebut dikarenakan : rasa kebangsaan
yahudi yang berlebihan, sehingga menganggap bangsanya yang
paling dekat dengan tuhan. Pengaruh dari bangsa romawi yang
pernah menguasai yerussalem. Diakala mereka dalam pembuangan

7
Yatim, sejarah, 15
XII

menyembah Yahweh yang dianggap bersemayam diatas peti ark.


Didepan peti itu mereka menyembah tuhan.
Dengan demikian agama Yahudi bercampur dengan
kepercayaan syirik. Kitab suci mereka adalah Taurat yang dibawa
oleh Nabi Musa AS, atau sekarang oleh orang Nasrani disebut
perjanjian lama.8
2. Agama Kristen/Nasrani

Disebelah selatan Yerusalem ada sebuah kota suci bernama


Nazerth, bangsa arab menyebutnya Nasirah, kemudian menjadi istilah
Nasrani untuk menyebut nama agama yang dibawa oleh Nabi Isa AS.
Agama ini juga bernama Kristen, yang diambil dari nama kristus, suatu
gelar kehormatan keagamaa untuk Yesus dari nazerth. Secara khusus
kristus diartikan kerajaan tuhan dengan kedamaianya.

Dari kodrat irodat Allah SWT, Nabi Isa lahir dari rahim
Maryam tanpa berayah. Ketika usia 30 tahun beliau diangkat menjadi
Rasul Allah SWT dan memulai tugasnya menyiarkan agama yang
dibawanya. Nabi Isa AS mendapat pengikut banyak tetapi bangsa
Yahudi tidak mempercayainya. Bahkan berusaha membunuhnya, dan
usaha itu berhasil kemudian Nabi Isa AS mati disalib di bukit Golgota.
Menurut Al-Qur’an bukan beliau yang disalib, melainkan orang lain
yang diserupakan oleh Allah dengan Nabi Isa AS.9

selain dua agama diatas yang penulis kutip dalam bukunya


Badri Yatim. Ternyata, penduduk Arab juga menganut agama
Paganisme. Paganisme adalah agama mayoritas mereka. Ratusan
berhala dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar Ka’bah.
Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-berhala itu: sanam, wathan,
nusub, dan hubal. Sanam berbentuk manusia dibuat dari logam atau

8
Djamil, Sejarah, 2
9
Ibid., 3
XIII

kayu. Wathan juga dibuat dari batu. Nusub adalah batu karang tanpa
suatu bentuk tertentu. Hubal berbentuk manusia yang dibuat dari batu
akik. Dialah dewa orang Arab yang paling besar dan diletakkan dalam
Ka’bah di Mekah.

Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang


selain tiga agama di atas adalah Hanifiyah, yaitu sekelompok orang
yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi
oleh nafsu penyembahan berhala-berhala, juga tidak menganut agama
Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah.

Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di sisi Allah


adalah Hanifiyah, sebagai aktualisasi dari millahIbrahim. Gerakan ini
menyebar luas ke berbagai penjuru Jazirah Arab khususnya di tiga
wilayah Hijaz, yaitu Yathrib, Taif, dan Mekah.10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Daratan jazirah Arab didominasi padang pasir yang luas, serta
memiliki iklim yang panas dan kering. Hampir lima per enam
daerahnya terdiri dari padang pasir dan gunung batu.
2. Keadaan sosial bangsa arab, masyarakat Arab terbagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu penduduk kota (Hadhary) dan penduduk gurun
(Badui). Penduduk kota bertempat tinggal tetap, sedangkan penduduk
gurun berpindah-pindah tempat tinggal.

10
Muhammah Sa’id Ramadhan al-Buthy, Sirah Nabawiyah (Jakarta: Robbani Press, 2006),
21
XIV

3. Kebudayaan bangsa arab pra islam sangatlah tidak berperikemanusiaan


seperti: berperang, berjudi, minum-minuman keras, mengubur anak
perempuan hidup-hidup, dll.
4. Perdagangan merupakan unsur penting dalam perekonomian
masyarakat Arab pra Islam.
5. masyarakat Arab pra Islam memeluk berbagai macam agama, di
antaranya Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hanifiyah. Agama-agama
ini merupakan agama warisan dari pendahulu-pendahulunya. Keadaan
tersebut masing terus berlangsung sampai datangnya Islam sebagai
agama yang hak, serta penyempurna dari agama-agama samawi
sebelumnya

DAFTAR PUSTAKA

Asy Syarkowi, Abdurrahman, Muhammad Sang Pembebas, Yogyakarta: Mitra

Pustaka 2003

Djamil A., Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Semarang: CV. Toha Putra Semarang

1984

Hitty Philip K., History Of The Arabs, Jakarta: Serambi2014


XV

Sa’id Romadhan al-Buthy, Muhammad, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Robbani 2006

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2008

Anda mungkin juga menyukai