Anda di halaman 1dari 18

PERADABAN ISLAM RASULULLAH PERIODE MEKKAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Ibu Nurul Aulia, M.H.

Disusun oleh :

Lutfiah Putri Az-Zahra (221111080)

Nisa Indah Puspitasari (221111081)

Mohamad Ridwan Hasbulloh (221111082)

Galih Nur Prasetyo (221111083)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah "Peradaban Islam
Rasulullah Periode Mekkah.”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari akan banyak kekurangan dalam pembuatan laporan
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang
bersifat membangun sehingga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Surakarta, 7 September 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................
1. Bangsa Arab Sebelum Islam.............................................................................................................
A. Kondisi Geografis Jazirah Arab Pra Islam......................................................................................
B. Kondisi Politik Bangsa Arab sebelum Islam..................................................................................
C. Kondisi Sosial Masyarakat Arab Pra islam....................................................................................
D. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra Islam.....................................................................................
2. Dakwah Nabi Periode Makkah.........................................................................................................
3. Pembentukan Sistem Sosial di Makkah............................................................................................
4. Hijrah Rasulullah dan Umat Muslimin ke Madinah........................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan pengalaman pada masa silam yang bisa dijadikan pelajaran untuk
hari ini/masa depan. Makkah adalah tempat yang mulia menurut islam. Bahkan sebelum
datangnya islam. Islam lahir di mekkah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pada periode
Makkah inilah keadaan bangsa Arab yang penduduknya menyembah berhala, berjudi,mabuk-
mabukan, membunuh bayi perempuan, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan keji yang
dilakukan oleh masyarakat Arab pada saat itu.

Sebagai seorang muslim hendaknya kita mengetahui sejarah Nabi Muhammad


SAW baik ketika beliau dalam keadaan berdakwah di Makkah dan diangkat sebagai Rasul.
Makalah ini akan menjelaskan lebih luas bagaimana lika-liku perjuangan Nabi
MuhammadSAW dalam menegakkan agama Islam di Makkah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peradaban Arab sebelum masuknya Islam?
2. Bagaimana proses dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah?
3. Bagaimana sistem pembentukan sistem sosial di Makkah?
4. Bagaimana hijrah Rasul dari Makkah ke Madinah?

C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui keadaan Makkah sebelum masuknya Islam
2. Pembaca dapat mengetahui bagaimana proses dakwah Nabi Muhammad saat di Makkah
3. Pembaca dapat mengetahui sistem pembentukan dan keadaan sistem sosial di Makkah
4. Pembaca dapat mengetahui bagaimana hijrah Rasul dari Makkah ke Madinah

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bangsa Arab Sebelum Islam


Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat ditentukan dengan kondisi dan
letak geografis Negara-negara Arab itu sendiri. Bagi masyarakat pedalaman. Yaitu
masyarakat Badui, kehidupan sosial ekonomi mereka biasanya dilakukan melalui sector
pertanian terutama mereka yang mendiami daerah subur di sekitar Oase. Akan tetapi bagi
masyarakat Arab perkotaan, kehidupan sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh
keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh karena itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal
dalam dunia perdagangan. Mereka melakukan perjalanan dagang dua musim dalam setahun,
yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin.
Pada masa sebelum islam bangsa Arab sering kali terjadi peperangan antar suku
diantaranya dikenal dengan perang Fujjar karena terjadi beberapa kali antar suku, yang
pertama perang antara suku Kinanah dan Hawazan, kemudian Quraisy dan Hawazan serta
Kinanah dan Hawazan lagi. Dan peperangan ini terjadi 15 tahun sebelum Rasul diutus.
Selain itu sebelum lahirnya agama Islam bangsa Arab telah mampu mengembangkan
ilmu meteorologi atau ilmu iklim, astrologi atau ilmu perbintangan. Pada awalnya ilmu ini
dipergunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, seperti perang.
Damai, dan sebagainya, yang didasarkan pada bintang-bintang. Ilmu tenung yang banyak
disukai masyarakat Arab, berasal dari orang orang Kaldam yang Tata ersam bangsa Arab
sebelum Islam terkenal pemberani di dalam membela kepentingannya.
Mereka juga terkenal dengan pendiriannya yang kokoh dan tidak mau mengubah
pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaannya. Moral dan perilaku mereka
sangat rusak sehingga mereka disebut kaum jahiliyah, mereka suka berjudi dan minum-
minuman keras yang dilakukan secara ersama sama, bahkan tak jarang mereka merampok
dan memeras kabilah lain sehingga sering menimbulkan peperangan antar suku. Yang lebih
buruk lagi moralnya adalah adanya suku Arab yang mengubur bayi perempuan mereka secara
hidup-hidup. Mereka beranggapan bahwa anak perempuan itu tidak berguna, hanya membuat
malu dan hanya menyusahkan orang tua. Oleh karena itu mereka merasa terhina apabila
mempunyai anak perempuan. Namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati
dan memuliakan tamu. Diantara suku yang melakukan perbuatan keji dan tak
berperikemanusiaan itu adalah suku bani Tamim dan suku bani Asad.
Di samping itu masyarakat Arab sebelum Islam juga telah memiliki pengetahuan
tentang cara pengobatan penyakit, yang disebut Al Thabib. Ilmu ini juga berasal dari orang-
orang Kaldam yang kemudian diambil dan dikembangkan oleh masyarakat Arab.

2
A. Kondisi Geografis Jazirah Arab Pra Islam
Kondisi geografis jazirah arab pra-islam tidaklah berbeda dengan kondisi setelah islam
datang. Arab menurut bahasa berarti tanah gundul, padang pasir, gersang, dan tiada air,
maupun tanaman. Jazirah Arab memiliki luas satu jutamil persegi atau sekitar 1.745.900km
yang mendiaminya paling banyak bangsa Arab. Akan tetapi bangsa Arab juga mendiami
daerah – daerah sekitar jazirah Arab. Kawasan Jazirah Arab sebagian besar tanahnya berupa
hamparan gurun pasir yang disebut Badiyat Asy-Sya’in, Perbukitan batu dinamakan Arabia
Petraea, hingga Arabia Felix, atau bumi hijau. Hingga akhirnya daerah tersebut sering dikenal
dengan sebutan tanah gundul, padang pasir, hingga tanah gersang.
Menurut para ahli geografi Arab, wilayah Arabia merupakan wilayah yang dibatasi
oleh Padang Pasir Syiria di bagian barat. Di barat daya dibatasi Laut Merah, Midian, dan jalur
dari Jeddah sampai ke Yaman. Sedangkan, di sebelah selatan dibatasi oleh Lautan Hindia,
Aden, dan dari Zafar sampai ke Muhra. Di wilayah timur, wilayah Arab dibatasi oleh Teluk
Oman, Teluk Persia, Muhra, Oman, dan daerah dari Bahrain sampai ke Basrah dan Kufa.
Selanjutnya, di wilayah utara, wilayah Arab dibatasi Balqa. Adapun jika
disederhanakan dengan bahasa yang lebih mudah, wilayah Arabia dibatasi di sebelah
timurnya oleh Teluk Persia dan Teluk Oman. Sedangkan, di sebelah selatan oleh Lautan
Hindia, di sebelah barat oleh Laut Merah, di sebelah barat oleh Teluk Aqabah, Suriah, dan
Palestina. Di timur dibatasi Euphrate.

B. Kondisi Politik Bangsa Arab sebelum Islam


Kondisi politik Bangsa Arab terpengaruhi oleh dua hal yaitu, pertama, interaksi dunia
arab dengan kekaisaran Byzantium dan Persia. Kedua, persaingan antara agam yahudi,
Nasrani dan Zoroaster.
Seringkali terjadi peperangan yang cukup sengit akibat rasa solidaritas dan fanatisme
yang timbul dari masing keorganisasian dan identitas sosial yang jelas.
Akibat dari peperangan dan fanatik antar suku menjadikan budaya dan peradaban Arab tidak
begitu berkembang seperti wilayah – wilayah lain yang memiliki kepemimpinan sentral,
seperti Romawi dan Persia. Namun uniknya meski letak geografis semenanjung Arab yang
berada diantara dua imperium besar yaitu Romawi (Bizantium) dan Persia, wilayah Arab
tetap berada pada posisi netral dan dapat dikatakan terbebas dari pengaruh dua kerajaan
besar.
Kondisi politik di wilayah pra-Islam erat kaitannya dengan pembahasan nasab. Karena
pada dasarnya terdapat tiga garis keturunan besar yang menjadi cikal bakal orang Arab.
Yiatu: Ba’idah, ‘Aribah dan Musta’ribah.

3
Pertama adalah Arab bai’dah, secara kronologis, Arab Ba’idah adalah kaum Arab
kuno yang telah punah beserta data detail dari bagaimana kondisi sosialnya dan sistem
politiknya. Arab Ba’idah memiliki beberapa kaum, di antanya kaum ‘Ad, Tsamud, Thasm,
Judais, Imlaq.
Secara geografis, Arab Aribah tumbuh di wilayah Yaman yang kemudian berkembang
menjadi beberapa kabilah dan marga. Terdapat dua kabilah besar Arab Aribah/Qahthan yang
populer dalam berbagai literatur sejarah. Dua kabilah tersebut adalah Kahlan dan Himyar.
Terakhir adalah kaum Arab Musta’ribah yang merupakan keturunan dari nenek
moyang mereka yaitu Nabi Isma’il AS. Dalam term sejarah suku ini juga dikenal dengan
Arab Adnaniyyah.

C. Kondisi Sosial Masyarakat Arab Pra islam


Kehidupan sosial era Arab Jahiliyah sangatlah buruk, di mana perbudakan menjadi hal
biasa. Perbudakan dan pelacuran adalah hal yang normal, bahkan seorang anak bisa menikahi
ibu tirinya. Selain itu, pertempuran antarsuku sering terjadi, kecuali pada bulan tertentu yang
diharamkan untuk berperang.
Dalam pertempuran, pihak yang kalah akan terhina selama hidupnya dan keterhinaan
paling parah menyasar perempuan. Perempuan pada saat Arab Jahiliyah diperlakukan seperti
benda mati. Pelacuran juga membuat perempuan seperti tidak ada harganya.Selain itu, orang
Arab Jahiliyah dikenal memiliki banyak istri atau suka berpoligami. Seorang laki-laki bisa
mengawini dua bersaudara, bahkan mengawini istri bapaknya apabila ditalak atau ditinggal
mati.
Meski kehidupan sosial Arab Jahiliyah sangatlah buruk, tetapi ada beberapa
masyarakatnya yang memiliki sikap baik. Salah satu sikap atau budaya Arab Jahiliyah yang
baik adalah dermawan dan murah hati. Bahkan mereka berlomba-lomba dan membanggakan
diri dalam masalah kedermawanannya dan kemurahan hatinya. Syair-syair sastra Arab pun
dipenuhi pujian dan sanjungan terhadap orang yang memiliki jiwa dermawan.
Selain itu, orang-orang Arab Jahiliyah menjunjung tinggi janji yang telah dibuat.
Dalam budaya Arab, janji memiliki kedudukan yang sama dengan utang yang harus dibayar
Bahkan ada orang yang membunuh anaknya sendiri dan membakar rumah orang karena
meremehkan janji yang telah dibuat.

D. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra Islam


Pada masa Arab pra islam, bangsa arab ini memiliki beberapa sistem kepercayaan
yang berbeda beda. Pada awalnya bangsa Arab Pra Islam ini masih menganut ajaran Nabi
Ibrahim As dan Nabi Ismail As atau disebut dengan agama Tauhid. Tetapi setelah kedatangan
Amr bin Luay Al-Khuzai yang mempengaruhi bangsa lain maka masyarakat Arab juga

4
terpengaruhi keyakinannya sehingga mereka mulai menyembah berhala yang di bawa oleh
Amr bin Luay Al-khuzai ini.  

Menurut K.H. Moenawar Chalil bahwa diantara kepercayaan yang dianut sebelum
datangnya islam antara lain adalah :
a. Menyembah Malaikat
Menyembah dan menuhankan malaikat adalah salah satu kebiasaan jahil bangsa arab
Makkah pada masa itu. Mereka menggap bahwa malaikat itu sebagai wakil Tuhan untuk
memberi segala sesuatu yang diminta atau dihajatkan oleh manusia dan untuk mencabut
Kembali pemberian itu. Oleh sebab itu, Mereka selain menyembah tuhan juga menyembah
malaikat. Bahkan ada juga yang menuhankan para malaikat dan menganggap bahwa para
malaikat itu putri -putri Allah. Sebagaimana dalam QS. An-Najm :21 
‫الكم الذ كم وله االنثى‬
"Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?"
(Q.S.53:21)
b. Menyembah Jin, Ruh, dan Hantu
Mereka menganggap bahwa jin dan ruh para leluhur yang sudah meninggal dunia
mempunyai hubungan langsung atau hubungan keturunan dengan para malaikat, sehingga
dengan sendirinya mereka mempunyai hubungan keturunan juga kepada Tuhan. Kaitannya
dengan itu mereka juga menghormati dan memuliakan bebrapa tempat yang mereka pandang
tempat jin. Satu tempat yang terkenal Bernama Darahim. Mereka selalu mengadakan kurban,
menyembelih binatang ditempat itu agar terhindar dari bencana.
c. Menyembah Bintang- Bintang
Sebagaimana yang diungkap K.H. Moenawar Chalil adalah, Sebagian diantara bangsa
Arab di daerah Arab ada yang menyembah bintang bintang, yang dimaksud bintang
bintangadalah matahari,bulan ,dan bintang yang bertaburan.Merekam menyambah bintang
bintang karena menganggap bahwa bintang bintang itu diberi kekuasaan untuk mengatur
alam.
d. Menyembah berhala
Sebagian bangsa arab di daerah Ketika itu ada menyembah berhala-berhala atau arca
arca yang terbuat dari logam logam atau dibuat dari kayu dan batu. Sepanjang riwayat,
penyebab diantara mereka hingga menyembah berhala atau arca. Karena sebagian besar dari
mereka terlalu memuliakan Masjidil Haram dan haji impinan (syariat) Nabi Ibrahim, mereka
kembali dengan membawa batu yang dibawanya itu dimana saja mereka berhenti lalu
ditaruhnya di tempat yang istimewa, lalu batu-batu itu mereka berhenti lalu ditaruhnya
tempat yang istimewa. Lalu batu batu itu mereka kelilingi oleh mereka sebagaimana biasa
mereka thawaf mengelilingi ka’bah.

5
Mereka mengerjakan demikian itu dengan tujuan hendak mengambil berkah, akibat
sangat cinta dan menghormati K a’bah. Padahal mereka baru saja kembali dari tanah suci
serta baru mengerjakan haji dan umrah menurut agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Kemudian, lama kelamaan, tertariklah mereka untuk menyembah batu batu dan berhala-
berhala itu, dan mereka lupa akan petunjuk agama nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang
sebenarnya.

e. Agama Ahli Kitab ( Yahudi dan Nasrani)


bangsa arab pra islam juga memiliki kepercayaan dalam hal agama, ada beberapa
agama yang mereka anut. Seperti, Ada yang menganut agama Nasrani, Yahudi, Majusi,
Paganisme dan Hanafi.
Sebagian bangsa arab masih ada yang menganut al-hunafa atau agama hanafi, yang
setelah sekian banyak masyarakat Arab berbuat syirik. Mereka masih menyembah Allah dan
tidak menyekutukanNya serta mereka tetap setia hingga kedatangan kenabian dan kerasulan
Nabi Muhammad SAW. Diantaranya, Qiss bin Sa’idah Al-iyaadi, Zaid Bin Amru bin Nufail,
Waraqah bin Naufal, Umayah bin Abi Shalt, Abu Qais bin Anas dan Khalid bin Sinan.  Dan
masih banyak lagi hingga ke Abdul Muthalib kakek sang baginda Rasulullah SAW. 

2. Dakwah Nabi Periode Makkah


Dakwah rasulullah SAW selama kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari atau ada yang
membulatkan selama 23 tahun dan terbagi dalam dua periode yaitu periode Makkah dan
Madinah. Sebelum diangkat sebagai rasul, Muhammad sering menyendiri (berkhalwat) di
Gua Hira’ sampai suatu ketika memperoleh wahyu pertama berupa surat al-’alaq ayat 1-5.
Lima ayat tersebut diyakini sebagai pembukaan dari risalah penutup yang abadi.
Dakwah rasulullah di Makkah berlangsung sekitar 13 tahun, dimana wilayah Makkah
kurang kondusif  untuk mengembangkan dakwahnya, karena selama 10 tahun pertama dari
dakwahnya belum memperoleh kemajuan yang berarti terutama dalam jumlah umat Islam.
Pada sisi lain dakwah di Makkah lebih menekankan pada eskatologis atau ketuhanan karena
masyarakat Arab pada saat itu belum mengesakan Tuhan (Allah). Hal ini dibuktikan dengan
penyembahan terhadap berhala yang berjumlah sekitar 360 berhala yang mengelilingi ka’bah.
Dakwah Rasulullah di mekkah terbagi menjadi dua periode metode dakwah yaitu dengan
sirriyah dan jahiriyah
1. Dakwah Sirriyah atau Sembunyi – Sembunyi
Dakwah siriyah adalah dakwah Nabi Muhammad yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
di rumah arqom bin abi arqom, dakwah ini hanya dilakukan kepada target yang mencakup
keluarga terdekat, sahabat, dan orang-orang yang dianggap dapat dipercaya oleh
beliau. Orang-orang yang pertama masuk islam disebut juga assabiqunal awwalun Dakwah
siriyah dilakukan Nabi dalam jangka waktu 3 tahun setelah turunnya QS. Al-Mudassir: 1-7.
2. Dakwah Jahiriyah atau Terang – Terangan
6
Setelah itu Kemudian, turunlah QS Al Hijr: 94 dan 95 serta Asy Syuara: 214 -215,
maka dimulailah dakwah beliau secara jahriyah atau terang-terangan. Cakupan sasaran
dakwah nabi dalam tahapan jahriyah ini lebih luas dari sebelumnya. Dakwah terbuka ini
dilakukan Rasulullah SAW setelah beliau mendapat wahyu untuk dakwah secara terang-
terangan,
yakni QS. Al-Hijr 94:

‫فاضلة بما تؤمر وأغرض في المشركة‬

Artinya: maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Ayat tersebut memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah secara terang-
terangan kepada semua masyarakat Arab. Rasulullah bersama para sahabat dalam
menyebarkan Islam semakin mendapat hambatan yang cukup berat, bahkan paman beliau
sendiri Abu Lahab semakin benci dan gigih menggalang dukungan mencegah keponakannya
untuk menyebarkan Islam.
Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam menyiarkan Islam penuh dengan
kesabaran dan ketawakalan, pemeluk agama Islam semakin bertambah walaupun orang
Quraisy juga ada yang menentang serta berusaha menghalanginya dengan berbagai cara.
Akibat dakwah secara terbuka, Rasulullah SAW dan para pengikutnya mengalami
berbagai siksaan atau penganiayaan oleh kaum non-muslim Quraisy yang dikomandani Abu
Lahab, Abu Jahal, Abu Sofyan, dan Utbah bin Rabi'ah. Siksaan dan penganiayaan ataupun
teror dilakukan pada umat Islam, dan puncaknya ketika kaum non-muslim Quraisy
melakukan pemboikotan kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di bidang ekonomi,
sosial dan kemasyarakatan.
Pemboikotan dilakukan sebagai upaya pemutusan hubungan total antara penduduk
Mekkah dengan umat Islam terutama dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Pengumuman
pemboikotan digantung di salah satu sudut Ka'bah.
Adapun isi pemboikotan adalah sebagai berikut:
(1) Tidak mau berbicara dengan orang islam
(2) Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka.
(3) Tidak boleh berjual beli dengan mereka.
Nabi Muhammad ernama Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib hidup terisolir di
lembah Bani Hasyim. Mereka tidak memiliki bekal makanan sampai dalam kondisi hanya
makan dedaunan. Meskipun demikian umat Islam tetap sabar dan tegar dengan terus
mengharap ridlo Allah.

7
Pemboikotan terhadap umat Islam berlangsung selama 3 tahun. Pemboikotan tersebut
berakhir setelah papan pengumuman pemboikotan yang ditempel di Ka’bah jatuh karena
rapuh dimakan rayap dan cuaca.
Pada masa-masa sulit akibat pemboikotan, Nabi Muhammad diuji kesabarannya oleh
Allah SWT dengan wafatnya 2 orang yang sangat disayangi dan menjadi pelindung dakwah
beliau. 2 orang tersebut adalah istri Nabi Muhammad ernama Khadijah binti Khuwailid dan
paman beliau ernama Abu Thalib. Tahun wafatnya 2 orang terkasih Rasulullah tersebut
dikenal dengan “Amul Huzn” (tahun kesedihan). Sejak wafatnya mereka, Rasulullah harus
berjuang lebih kuat dalam berdakwah di bawah tekanan yang semakin deras.

Faktor – faktor kaum Quraisy Menolak Dakwah Rasulullah

1. Ketakutan kehilangan kekuasaan


Kaum kafir Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Di masa
itu, terjadi perebutan kekuasaan antar suku. Mereka menganggap, mengikuti ajaran Nabi
Muhammad artinya sama dengan mengakui kekuasaan beliau.
"Mereka menganggap bahwa dengan mengikuti ajaran Muhammad maka telah tunduk
kepada Nabi Muhammad dan Bani Hasyim," tulis khmad Saufi dan Hasmi Fadillah dalam
buku Sejarah Peradaban Islam.
2. Keengganan hilangnya status sosial
3. Masyarakat Quraisy hidup dalam penggolongan-penggolongan status sosial atau kasta,
mulai dari kaum majikan hingga budak.
Budak adalah kasta terendah bagi mereka. Sebab, budak bisa diperjualbelikan dan hak-
haknya sebagai manusia tidak dihargai. Sementara itu, pada umumnya para pembesar kaum
Quraisy memiliki status sosial yang tinggi. Mereka merasa keberatan bila status sosial
mereka disejajarkan dengan yang lain. Bertolak belakang dengan ajaran Islam yang dibawa
Rasulullah SAW. Islam mengajarkan manusia untuk saling menghargai satu sama lain. Hal
ini pun menjadi salah satu sebab kaum Quraisy menolak ajaran Islam.
4. Takut kehilangan mata pencaharian
Orang kafir Quraisy adalah masyarakat penyembah berhala. Sebab itu, membuat berhala
merupakan mata pencaharian mereka saat itu. Mereka membuat berhala Latta, Uzza, Manat,
dan Hubal kemudian menjualnya kepada orang-orang yang mengunjungi Ka'bah sebagai
sesembahan.
Sementara itu, Islam melarang manusia untuk menyembah selain Allah SWT. Bila kaum
Quraisy mengikuti ajaran Islam, mereka khawatir akan kehilangan mata pencaharian utama
mereka sebagai pembuat patung berhala.
5. Taklid kepada nenek moyang

8
Kaum Quraisy telah memegang penuh segala adat istiadat, kepercayaan, dan agama yang
diwarisi leluhur mereka. Sebab itu, para pembesar kaum mereka menganggap ajaran Nabi
Muhammad SAW sebagai kepercayaan dan agama baru yang harus ditolak.
"Mereka tetap berpegang teguh kepada adat istiadat, tradisi, dan sistem kepercayaan dan
agama yang telah mereka warisi secara mendarah daging dari nenek moyang mereka," tulis
Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A dalam Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad
VII-XII M).

3. Pembentukan Sistem Sosial di Makkah


Rasulullah membentuk sistem sosial penduduk Mekkah kala itu rasulullah melakukan
pembinaan umat di mekkah, ada dua bidang pokok yg beliau ajarkan yaitu:
1) Pendidikan Tauhid
Pendidikan tauhid merupakan intisari dari dasar sistem sosial yg rasululullah
ajarkan,dan tauhid adalah pondasi paling dasar dalam kehidupan dan terlebih lagi pada waktu
itu penduduk mekkah telah melenceng jauh dari ajaran tauhid yg dibawakan oleh nabi
ibrahim alaihissalam maka dari itu rasululullah menjadikan pendidikan tauhid sebagai
pembinaan utama dalam pembentukan sistem sosial di Mekkah, pendidikan tauhid
merupakan pondasi dasar dalam kehidupan agama Islam. Pokok - pokok ajaran tauhid
terdapat didalam surah fatihah , yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya .
2. Bahwa Allah telah memberikan nikmat, memberikan segala keperluan dan bimbingan
bagi makhluk Nya agar mendapat kebahagiaan dunia akhirat
3. Bahwa Allah raja hari kemudian yang akan memperhitungkan segala perbuatan manusia
di dunia ini
4. Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu – satunya
5. Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya dan oleh karena itu hanya kepada - Nya
lah manusia meminta bantuan dan pertolongan
2) Pendidikan Al-qur’an
Pengajaran Al - Qur'an terhadap umat manusia sangat penting karena Alquran adalah
sumber pokok dari ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah agar utuh dan sempurna
untuk menjadi milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan turun - temurun

9
sehingga Al - Qur'an menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi kaum muslim sepanjang
zaman .
Rasulullah bersabda : " Aku tinggalkan dua perkara , apabila kamu berpegang teguh
kepadanya , maka kamu tidak akan tersesat , yaitu al - Qur'an dan Sunnah . " Semua yang
disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya adalah berdasakan Al - Qur'an . Bahkan
dikatakan dalam sebuah hadits , bahwa akhlak Rasul adalah ajaran Al - Qur'an.Apa yang
dicontohkan oleh Rasul adalah cermin isi Al - Qur'an . Sehingga jika umat Islam
berpegangteguh kepada Al - Qur'an dan Hadits Nabi , maka mereka tidak akan tersesat.

4. Hijrah Rasulullah dan Umat Muslimin ke Madinah


Usai Bai’atul-‘Aqabah kedua, kaum Anshar pun kembali ke Madinah. Mereka sangat
antusias menunggu dan mengharap kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
hijrah ke Madinah. Sementara itu, kaum muslimin yang mendengar kesepakatan antara
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Anshâr juga sudah siap berhijrah ke
Madinah.
Faktor Penyebab Hijrah
Hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin ini bukan tanpa
alasan. Ada berbagai faktor yang menjadi pemicu untuk melakukan hijrah.
Pertama : Karena adanya siksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Begitu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman mulai
diarahkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang beriman yang
mengikutinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpikir
untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah kaum muslimin ke
Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah.
Penyebab hijrah ini, di antaranya karena penyiksaan dan penindasan kaum kafir
Quraisy atas kaum muslimin. Riwayat yang menguatkan faktor ini, tersirat dalam perkataan
Bilal Radhiyallahu anhu ketika ia hendak berhijrah:
‫ض ْال َوبَا‬
ِ ْ‫ضنَا ِإلَى َأر‬ ٍ َ‫اللَّهُ َّم ْال َع ْن َش ْيبَةَ ْبنَ َربِي َعةَ َو ُع ْتبَةَ ْبنَ َربِي َعةَ َوُأ َميَّةَ ْبنَ خَ ل‬
ِ ْ‫ف َك َما َأ ْخ َرجُونَا ِم ْن َأر‬
Artinya : Wahai Allah ! Laknatlah Syaibah bin Rabî’ah, ‘Utbah bin Rabî’ah, dan Umayyah
bin Khalaf, sebagaimana mereka telah menyebabkan kami keluar dari negeri kami ke negeri
derita.

10
Kedua : Adanya kekuatan yang akan membantu dan melindungi dakwah, sehingga
memungkinkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah dengan leluasa. Hal ini
sebagaimana tertuang dalam nash Bai’atul-‘Aqabah kedua. Yaitu kaum Anshâr berjanji akan
melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana melindungi anak dan istri
mereka.
Ketiga : Para pembesar kaum Quraisy dan sebagian besar masyarakat Makkah menganggap
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pendusta, sehingga mereka tidak
mempercayainya. Dengan kondisi seperti ini, maka beliau n ingin mendakwahkan kepada
masyarakat lainnya yang mau menerimanya.
Keempat : Kaum muslimin khawatir agama mereka terfitnah. Ketika ‘Aisyah Radhiyallahu
anhuma ditanya tentang hijrah, beliau Radhiyallahu anhuma berkata:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم َم َخافَةَ َأ ْن يُ ْفتَنَ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُونَ يَفِرُّ َأ َح ُدهُ ْم بِ ِدينِ ِ‹ه ِإلَى هَّللا ِ تَ َعالَى وَِإلَى َرسُولِ ِه‬
Kaum mukminun pada masa dahulu, mereka pergi membawa agama mereka menuju Allah
dan Rasul-Nya karena khawatir terfitnah.
Itulah beberapa faktor yang mendorong kaum muslimin berhijrah, meninggalkan
negeri Makkah menuju negeri yang baru, yaitu Madinah. Semua ini dilakukan untuk
mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla .
Mengapa Memilih Hijrah ke Madinah?
Nash-nash yang shahîh menunjukkan, pilihan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menetapkan Madinah sebagai negeri hijrah kaum muslimin, merupakan pilihan yang
berdasarkan wahyu ilahi. Sebagaimana hal ini tertera dalam hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
ُ‫َب َوهَلِي ِإلَى َأنَّهَا ْاليَ َما َمةُ َأوْ ه ََج ُر فَِإ َذا ِه َي ْال َم ِدينَةُ‹ يَ ْث ِرب‬ ‫ُأ‬
ٍ ْ‫ْت فِي ْال َمن َِام َأنِّي هَا ِج ُر ِم ْن َم َّكةَ ِإلَى َأر‬
َ ‫ض بِهَا ن َْخ ٌل فَ َذه‬ ُ ‫َرَأي‬
Aku pernah mimpi berhijrah (pindah) dari Makkah menuju suatu tempat yang ada pohon
kurmanya. Lalu aku mengira daerah itu ialah Yamamah atau Hajr (Ahsâ`), (namun) ternyata
daerah itu adalah Yatsrib.
Mendengar penuturan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, maka kaum
muslimin pun kemudian bergegas melakukan hijrah ke Madinah. Begitu juga sebagian kaum
muslimin yang sedang berada di Habsyah, mereka segera berangkat menuju Madinah.

Yang Pertama Berangkat Hijrah ke Madinah


Imam Bukhari menyebutkan, yang pertama kali berangkat hijrah ke Madinah ialah
Mush’ab bin Umair dan ‘Abdullah bin Ummi Maktûm. Sedangkan Ibnu Ishâq[9] dan Ibnu
Sa’ad[10] menyebutkan, yang pertama kali berhijrah ialah Abu Salamah bin al Asad. Musa
bin ‘Uqbah memilih yang kedua.
Ibnu Hajar menyebutkan, di antara hadits-hadits yang dibawakan penulis kitab al-
Maghazi, Syiyar, dan hadits-hadits yang dibawakan oleh Imam al-Bukhâri masih bisa
dipertemukan, dengan membawa pengertian “yang pertama kali” pada sisi tertentu. Yaitu

11
Abu Salamah meninggalkan Makkah tidak dengan niatan menetap di Madinah, namun hanya
menghindari penindasan kaum kafir Quraisy. Berbeda dengan Mush’ab yang memang sejak
awal berniat menetap di Madinah untuk memberi pengajaran kepada penduduk Madinah atas
perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Jadi, masing-masing di antara dua orang ini dilihat dari satu sisi. Abu Salamah ialah
orang yang pertama kali hijrah ke Madinah untuk menghindari penindasan kaum kafir
Quraisy. Sedangkan Mush’ab ialah orang yang pertama kali hijrah ke Madinah dengan niat
menetap di Madinah.
Kemudian setelah itu, kaum muslimin berdatangan ke Madinah. Bilal bin Rabbah
datang bersama Sa’ad bin Abi Waqâsh dan ‘Ammâr bin Yâsir, kemudian menyusul ‘Umar
bin al-Khaththab.

Respon kaum Kafir Quraisy Terhadap Hijrah Kaum Muslimin


Pemandangan ini sangat menyakitkan hati kaum kafir Quraisy. Sehingga mendorong
mereka melakukan berbagai upaya untuk menghalangi kaum muslimin hijrah. Misalnya
dengan menahan harta kaum muslimin dan melarang membawanya. Terkadang dengan
menahan dan mengurung sebagian anggota keluarga kaum muslimin. Disamping itu, mereka
juga melakukan supaya kaum muslimin yang sudah berada di Madinah kembali ke Makkah.
Namun upaya kaum kafir Quraisy ini tidak membuat kaum muslimin menyerah dari
niat semula. Mereka benar-benar sudah siap berpisah dengan harta benda miliknya,
keluarganya, dan kenikmatan dunia dan penghidupan lainnya yang telah mereka peroleh di
Makkah, demi menyambut panggilan aqidah. Dan sungguh, hijrah ini menjadi pijakan
pertama berkibarnya panji tauhid.
3 Program Kerja Rasulullah ketika Sampai di Madinah
Sejak pertama berada di Madinah, Nabi Muhammad telah mengagendakan 3 program
pokok, yaitu pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan Pendidikan dan pengembangan
dakwah islamiah. Kemudian pembangunan pasar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
ummat serta pembuatan MOU (Perjanjian Hudaibiyah) sebagai wujud penegakan daulah
Islamiyah dalam hal politik.
Melalui ketiga program tersebut, hanya butuh waktu kurang dari 10 tahun, Rasulullah
dapat mereformasi sistem kebudayaan dan sosio kultural komunitas Madinah menjadi
masyarakat madani, yaitu masyarakat yang bertuhan, bermoral mulia, taat tertib terhadap
hukum, Bersatu dan tolong menolong.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bangsa Arab sebelum Islam moral dan akhlak perilaku mereka sangat rusak tetapi
bangsa Arab sangat terkenal dalam Dunia Perdagangan. Kondisi Arab pra Islam tidak jauh
berbeda dengan kondisi setelah Islam datang. Politik bangsa Arab sebelum Islam dipengaruhi
interkasi Arab dan persaingan antar agama. Begitu juga kondisi sosial masyarakat yang
sangat rusak dan buruk.
Dakwah Nabi Muhammad periode Mekkah dan Madinah selama 23 tahun, 10 di
Mekkah dan 13 tahun di Madinah. Dakwah Nabi dilakukan secara tersembunyi setelah Allah
menurunkan Q.S. Al – Mudatsir : 1-7 dan kemudian berdakwah secara terang terangan
setelah turunnya surah Al-Hijr : 94.
Nabi Muhammad SAW membentuk sistem sosial serta mengajarkan Pendidikan
tauhid dan Pendidikan Al- Qur,an. Walaupun banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi
Rasul ia tetap tegar dan hingga rasul akhirnya memutuskan untuk hijrah dari mekkah ke
Madinah. Hijrah ini bukanlah suatu kekalahan bagi rasul namun ia mundur untuk mengatur
strategi agar bisa membentuk kekuatan yang lebih besar di Madinah.

B. Saran
Dari makalah hasil pembahasan tentang Peradaban Islam Rasulullah di Mekkah
mungkin masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari

13
para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa
terus bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Tarmiji, Imam. (2020). Sejarah Dakwah Rasul di Mekkah. Bogor: a journal from
www.smampuraseda.sch.id
[2] Syaroh, Muba. (2016). Karakteristik dan strategi dakwah Rasulullah Muhammad SAW
pada Periode Makkah.https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97406410605864632
[3] Rahmawati, Rizki. (2017). Arab Pra Islam Sistem Politik, dan Kemasyarakatan Sistem
Kepercayaan dan Kebudayaan: a journal for study Sejarah Peradaban Islam
www.123dok.com
[4] Syaroh, Muba. (2016). Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad Saw
pada Periode Makkah. At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam.
[5] Sugiono. 2019. Sejarah Kebudayaan Islam.
[6] ] https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5597062/mengapa-nabi-muhammad-saw-dan-
para-sahabatnya-hijrah-ini-sebabnya
[7] https://www.islampos.com/sebelum-islam-begini-letak-geografis-jazirah-arab-91855/
[8] https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/1653. Diakses pada 18
september 2022.
[9] https://almanhaj.or.id/2563-hijrah-ke-madinah.html
[10] https://www.smampuraseda.sch.id/read/49/sejarah-dakwah-rasul-saw-di-mekah
[11] https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5800622/apa-yang-menyebabkan-kaum-
quraisy-menolak-ajaran-islam
[12] https://islami.co/sistem-politik-arab-pra-islam-fanatik-kesukuan-dan-tidak-ada-
pemerintahan-sentral

14
[13] Iqbal, Al. “Pendidikan Pada Masa Nabi ( Analisis Historis Terciptanya Civil Society Di
Madinah)”. Lentera : Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, vol. 15,no. 13.
[14] Amin, Samsul Munir. 2016.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
[15] Fu’adi, Imam. 2011.Sejarah Peradaban Islam. Teras: Kalimedia.

15

Anda mungkin juga menyukai