Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Ida Nursida, M.M.Pd

Disusun Oleh :

Akmal Abdul Muhidin : 23.03.3217


Fadillah Amalia Azka : 23.03.3154
Syafa Fazria : 23.03.3221

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

Jl. Ciganitri No.2 Cipagalo Buah Batu Bandung

Bandung 1445 H/2023M


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan Hidayah dan taufiknya kepada kita, terutama kepada kami yang
telah menyelesaikan penulisan makalah Sejarah Peradaban Islam. Karena berkat rahmat-Nya
dan karunia-nyalah kami bisa menyelesaikan masalah ini.

Makalah ini kami buat atas tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam yaitu, Dra. Hj. Ida Nursida M. M. Pd. Berjudul " Riwayat Hidup Nabi
SAW" ini telah selesai kami kerjakan, walaupun Sebenarnya masih banyak kekurangan dan
kecacatannya, mungkin itu kelalaian kami , maupun ketidaktahuan kami dalam suatu masalah.

Kami ucapkan terima kasih kepada pembaca makalah ini. Kami menyadari yang kami tulis ini
jauh dari kata sempurna bagi segi penyusunan, bahasa dan penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca , untuk menjadi
acuan agar penulis bisa lebih baik lagi dari makalah selanjutnya.

Bandung, 20 September 2023

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………...……………………………….i

DAFTAR ISI..……………………………….………..……………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH……………...…………………………………………1

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………...…2

C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………….............2

BAB II PEMBAHASAN

A. Arab Sebelum Islam………………………………………………………..........................3

B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Dalam Dakwah dan


Perjuangannya……………………………………………........................................................6

C. Pembentukan Negara Madinah………………………………………….…….…………..15

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………34

B. SARAN……………………………………………………………………………………35

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kedatangan islam dan pembawanya, Nabi Muhammad Saw di tengah
masyarakat Arab sungguh merupakan suatu reformasi besar. Dalam suatu
masyarakat yang cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Islam dengan
Al-Qur’an sebagai sumber utamanya mampu mengubahnya dalam waktu relatif
singkat. Sebelum Islam datang, masyarakat Arab menjadi komunitas yang
mengabaikan atau mengingkari fitrah manusia. Peperangan yang terjadi antara
suku dan kabilah yang berlangsung selama puluhan tahun, penguburan anak-anak
perempuan hidup-hidup, penyembahan kepada Berhala, serta penindasan terhadap
warga yang mempunyai status sosial rendah oleh para bangsawan yang merupakan
hidup mereka. Tidak itu saja, kegemaran mereka terhadap khamar, fanatisme
kesukuan yang tinggi dan penempatan kaum perempuan pada derajat yang rendah
adalah cara hidup seolah-olah itu merupakan semua pandangan hidup mereka.

Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi


Wasallam telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh tidak
terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi bangsa yang maju. Nabi
SAW dengan cepat bergerak mengembangkan dunia membina satu kebudayaan dan
peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga saat ini.

Nabi Muhammad SAW, merupakan Nabi terakhir yang diutus oleh Allah
SWT untuk menyempurnakam akhlak umat manusia. Beliau adalah seorang Nabi
sekaligus Rasul yang telah membebaskan umat manusia/Islam dari masa
‘kegelapan’. Karena peran Beliau yang begitu besar dan berpengaruh terhadap
umat manusia.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menelaah Kembali

“ RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD SAW”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebuah
masalah pokok.
Adapun rumusan masalah dari persoalan pokok tersebut dalam beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Arab sebelum Islam?
2. Bagaimana Riwayat hidup serta dakwah dan perjuangan Nabi Muhammad
SAW?
3. Bagaimana pembentukan negara Madinah?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah Arab sebelum Islam
2. Untuk mengetahui riwayat hidup serta dakwah dan perjuangan Nabi SAW
3. Untuk mengetahui pembentukan negara Madinah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arab Sebelum Islam

Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M) Makkah adalah sebuah kota yang
sangat penting dan terkenal di antara kota kota di negeri Arab, baik karena
tradisinya ataupun letak nya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai,
menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka'bah di
tengah kota, Makkah jadi pusat keagamaan Arab. Ka'bah adalah tempat mereka
berziarah, di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, hubal.
Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu,
mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil
persegi.

Jazirah Arab memang merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu.
Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian
pesisir. Disana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada hanya lembah-
lembah berair di musim hujan. Sebagai besar daerah Jazirah adalah padang pasir
Sahara yang terletak di tengah d? memiliki keadaan dan sifat yang berbeda beda.

Penduduk Sahara sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui yang mempunyai
gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna
mencari air dan Padang rumput untuk binatang gembalaan mereka, kambing dan
onta.

Adapun daerah pesisir, bila di bandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan
selembar pita yang mengelilingi jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan
mata pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu mereka sempat membina
berbagai macam budaya, bahkan kerajaan

3
Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap hidup dalam budaya
kesukuan badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam
suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk
kabilah. Beberapa kelompok kabilah membentuk suku dan di pimpin oleh seorang
Syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan sehingga kesetiaan dan
solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.
Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi.
Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang
arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat
rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir. Dunia Arab
ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus. Pada sisi yang lain,
meskipun masyarakat badui mempunyai pemimpin, namun mereka hanya tunduk
kepada Syaikh atau ketua kabilah itu dalam hal yang berkaitan dengan peperangan,
pembagian harta, rampasan dan pertempuran tertentu. Di luar itu Syaikh atau ketua
kabilah tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.

Dengan begitulah sejarah dan sifat masyarakat badui arab dapat diketahui,
antara lain bersemangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan
alam dan juga di kenal sebagai masyarakat yang cinta kebebasan.

Bedanya dengan bangsa lain, hampir seluruh penduduk Badui adalah penyair.
Lain hal nya dengan penduduk negeri yang telah berbudaya dan mendiami pesisir
jazirah Arab, sejarah mereka dapat di ketahui lebih jelas. Mereka selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Mereka
mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan. Sampai
kehadiran Nabi Muhammad kota-kota mereka masih merupakan kota-kota
perniagaan dan memang jazirah arab ketika itu merupakan daerah yang terletak
pada jalur perdagangan yang menghubungkan antara Syam dan Samudera India.

4
Setelah kerajaan Himyar jatuh, jalur-jalur perdagangan didominasi oleh
kerajaan Romawi dan Persia. Pusat perdagangan bangsa Arab serentak kemudian
beralih ke daerah hijaz. Makkah pun menjadi masyhur dan di segani. Begitu pula
suku Quraisy. Kondisi ini membawa dampak positif bagi mereka, perdagangan
menjadi semakin maju. Akan tetapi, kemajuan Makkah tidaklah sebanding dengan
kemajuan yang pernah di capai kerajaan-kerajaan arab sebelumnya. Meskipun
demikian, dengan Makkah menjadi pusat peradaban, bangsa Arab bagaikan
memulai Babakan baru dalam hal kebudayaan dan peradaban.

Jadi apa yang berkembang menjelang kebangkitan Islam itu merupakan


pengaruh dari budaya bangsa bangsa di sekitarnya yang lebih awal maju daripada
kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh tersebut masuk ke jazirah Arab melalui
beberapa jalur:

1. Melalui hubungan dagang dengan bangsa lain

2. Melalui kerajaan-kerajaan proktektorat, Hirah, dan Ghassan dan

3. Masuknya misi Yahudi dan Kristen

Melalui jalur perdagangan bangsa Arab berhubungan dengan bangsa-bangsa


Syiria, Persia, Habsyi, Mesir dan Romawi yang semuanya telah mendapat pengaruh
dari kebudayaan Hellenisme. Melalui kerajaan-kerajaan proktektorat, banyak
berdiri koloni-koloni tawanan perang Romawi dan Persia di Ghassan dan Hirah.
Penganut agama Yahudi juga banyak koloni di jazirah arab, yang terpenting
diantaranya adalah adalah yatsrib. Penduduk koloni ini terdiri dari orang-orang
yahudi dan orang-orang arab yang menganut agama yahudi.

Mayoritas penganut agama Yahudi tersebut pandai bercocok tanam dan


membuat alat-alat dari besi, seperti perhiasan dan persenjataan. Walaupun agama
Yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan masih
menganut agama asli mereka, yaitu percaya kepada banyak dewa yang di wujudkan

5
dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri.
Berhala-berhala tersebut di pusatkan di Ka'bah, meskipun di tempat lain juga ada.
Berhala-berhala yang terpenting adalah Hubal, yang dianggap sebagai dewa
terbesar, terletak di Ka'bah; Lata, dewa tertua terletak di thaif; Uzza, bertempat di
Hijaz, kedudukannya berada di bawah Hubal dan Manat yang bertempat di yatsrib.

B. Riwayat Hidup Nabi SAW Dalam Dakwah Dan Perjuangannya


Sebelum Masa kerasulan

Nabi Muhammad Saw. Adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqiyah.
Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya
bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti wahab dari bani zuhrah. Tahun
kelahiran nabi dikenal dengan Tahun Gajah (570 M). Dinamakan demikian,
Karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi. (Ethiopia),
dengan menunggang gajah menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.

Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah,


meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian
diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam asuhannyalah
Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah iu, kurang lebih dua
tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enain tahun, dia
menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan
Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya yang terakhir.
Allah bcrfirman: Bukan kah Allah mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia
melindungimu. Dan Allah mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia
memberimu petunjuk (QS 93: 6-7).

6
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggungjawab
merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal
dunia karena renta. Tanggung jawab se!anjutnya beralih kepada pamannya, Abu
Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang
Quraisy dan penduduk Makkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.

Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing


keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini
dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian,
dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini
membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga Ia terhindar dan
berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia
sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.

Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria
(Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dimpin oleh Abu Thalib. Dalam
perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu dengan pendeta
Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada
Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber
menceritakan bahwa pendeta itu menasihatkan Abu Thalib agar jangan terlalu
jauh memasuki daerah Syria, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang
mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.

Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa
barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah.
Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah
kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera
dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan khadijah 40 tahun.
Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk
Islam dan banyak membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

7
Perkawinan bahagia dan saling mencintai itu dikarunai enam orang anak dua putra
dan empat putri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan
Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak kawin
lagi sampai Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.

Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi


pada saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan
Ka’bah dilakukan secara gotong royong. Para penduduk Makkah membantu
pekerjaan itu dengan sukarela. Tetapi pada saat terakhir, ketika pekejaan tinggal
mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula, timbul
perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat
itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy
sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan
dijadikan hakim untuk memut uskan perkara ini. Ternyata, orang yang pertama
masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas
membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta
seluruh kepala suku mernegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama.
Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian meletakkan batu
itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan
dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian
seperti itu.

2. Permulaan Dakwah Nabi Muhammad Saw, Dan Perjuangan


a. Masa Kerasulan

Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa


memisahkan diri dan kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,
beberapa kilometer di Utara Makkah. Di sana Muhammad mula-mula berjam-
jam kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611

8
M, Beliau diangkat ketika sedang bertahanus di gua Hira, sebuah di Jabal Nur
yang terletak beberapa kilometer sebuah utara kota mekkah, Pengangkatannya
sebagai Nabi ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan
wahyu yang pertama kali yakni QS. Al-Alaq [96] :

(٣)‫( ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َرم‬٢)‫علَق‬


َ ‫سانَ مِ ْن‬ ِ ْ َ‫( َخلَق‬١) َ‫ا ْق َرأْ بِاس ِْم َربِِّكَ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫اْلن‬

(٥)‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬


َ ‫اْلن‬ َ (٤)‫علَّ َم بِا ْلقَلَ ِم‬
َ ‫الَّذِي‬

Artinya:

“bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia tetah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha
Mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang
tidak mereka ketahui” (QS 96: 1-5).

Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipllih Tuhan
sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru
manusia kepada suatu agama.

Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa
lama, semenara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira’.
Dalam keadaan menanti itulab turun wahyu yang membawa perintah kepadanya.
Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: hal orang yang berselimut, bangun, dan
beringatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu,
tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang Iebih banyak dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu bersabarlah (A1-Muddatstsir: 1-7).

9
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-
tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di
kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima
dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri,
Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10
tahun. Kemudian, Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu
Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh
nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk
Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil
mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin
Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada nabi dan masuk Islam di
hadapan nabi sendiri.

Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama
Islam. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual
turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula Ia
mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia
mengatakan kepada mereka “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab
yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dan apa yang
saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik.
Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian
yang mau mendukung saya dalam hal ini?’. Mereka semua menolak kecuali Ali.

Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru


masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam
dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-
mula ia menyeru penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di
samping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang ke Makkah, dari berbagai
negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal

10
lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah
pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah.
Mereka terutama terdiri dan kaum wanita, budak, pekerja. dan orang-orang yang
tak punya. Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun
semangat mereka sungguh membaja.

Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha


menghalangi dakwah rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi,
semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada
lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu.’

Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka


mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthatib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka
inginkan.

Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba


sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.

Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan


kembali dan pembalasan di akhirat.

Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada
bangsa Arab.

Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagal penghalang rezeki.

Untuk kali berikutnya, mereka langsung kepada Nabi Muhammad. Mereka


mengutus Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika, untuk membujuk nabi. Mereka
menawarkan tahta, wanita, dan harta asal Nabi Muhammad bersedia
menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan
mengatakan: “Demi Allah, biar pun mereka meletakkan matahari di tangan

11
kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga
agama ini menang atau aku binasa karenanya.”

Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum
Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah
dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif
dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga
mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam. Budak-budak yang selama ini
mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk Islam dan
mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu
disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan
setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai
dia murtad kembali.

3. Prioritas Dakwah Nabi Muhammad Saw di Makkah

Selama di Makkah, prioritas dakwah Nabi Muhammad pada masalah


masalah berikut:

a. Mengajarkan ketauhidan

Pada Masyarakat Arab Jahiliyyah terdapat suatu kepercayaan berbagai tuhan


(Polypheisme), seperti penyembahan berhala, penyembahan bulan dan bintang,
penyembahan jin, ruh, dan arwah nenek moyang, dan ajaran yang tidak

sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, Islam datang dengan membawa
ajaran tauhid, penyembahan hanya kepada Allah yang Maha Esa, tak beranak dan
tak diperanankan. Begiru juga yang berkaitan dengan kebudayaan.

12
Kebudayaan Arab pra Islam sangat dipengaruhi oleh mitologi dan ajaran-
ajaran sesat lainnya, sedang Islam membawa peradaban atau kebudayaan baru
berdasarkan petunjuk Allah dan Al-Qur’an.

b. Kondisi Masyarakat Mekkah yang menyembah berhala

Nabi Muhammad Saw mendapat tugas mengajak masyarakat Mekkah untuk


menyembah Allah Saw, Tuhan yang Maha Esa. Ajakan Nabi Muhammad Saw.
bertentangan dengan kondisi masyarakat Mekkah yang menyembah berhala.

c. Menegaskan hari kiamat sebagai hari pembalasan

Masyarakat Arab pra Islam tidak percaya kepada hari kebangkitan, hari
pembalasan, sampai ada diantara mereka bertanya-tanya, mana mungkin tualng
berulang yang sudah hancur dapat dibangkitkan dan dihidupkan kembali. Padahal

Islam mengajarkan dan meperingatkan kepada manusia, bahwa dunia dunia


ini hanya sementara dan tempat yang abadi adalah akhirat.

Nabi Muhammad memprioritaskan dakwahnya kepada ajakan untuk


mempercayai adanya hari pembalas. Mereka perlu menjaga kehidupannya untuk
selalu sesuai dengan aturan dan tuntutan Allah Swt. Setiap kebaikan akan
mendapat balasan kebaikan. Sebaliknya setiap kejahatan akan mendapat balasan
yang setimpal.Nabi Muhammad berusaha menyakinkan para pengikutnya akan
janji Allah bagi orang yang beriman.

d. Merubah perilaku masyarakat Jahiliyah.

Modal kesuksesan Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah di Mekkah Nabi


Muhammad Saw. mengembangkan dakwahnya di Mekkah dengan segala
tantangan dan ancaman dari Masyarakat Quraisy. Tantangan tersebut tidak
menghalangi beliau untuk menghentikan dakwahnya. Perjuangannya terus
dilakukan sehingga pengikutinya terus bertambah. Keberhasilan tersebut tidak

13
lepas dari karakter yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw., karakter tersebut
antara lain:

1) Sabar.

Nabi Muhammad Saw memiliki kesabaran dalam menghadapi


ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan baik dari keluarga maupun masyarakat

Mekkah. Sikap sabar menjadi modal utama Nabi Muhammad untuk terus

berdakwah dan tidak pernah putus asa.

2) Kegigihan dan keuletan .

Nabi Muhammad Saw memiliki kegigihan dan keuletan dalam


menyebarkan Islam, baik kepada keluarga maupun masyarakat Mekkah.
Kegigihan dan keuletan menghadapi segala rintangan yang dihadapi.

3) Berakidah yang benar dan kuat.

Karakter ini menjadi modal utama dalam dakwah Nabi Muhammad. Beliau
menyakini akan janji Allah Swt. Beliau tidak pernah ragu akan janji Allah yang
akan melindungi dakwanya. Akhlak terpuji dan menjauhi kemungkaran.

Nabi Muhammad Saw sudah terkenal dengan :Al Amin” sebelum diangkat
jadi Nabi dan Rasul. Masyarakat Quraisy sudah mengakui kebaikan dan kejujuran
Nabi Muhammad Saw. Sehingga ketika Nabi Muhammad Saw diangkat jadi Nabi
dan Rasul, semua orang tidak bisa menolak akan kebenaran dakwanya. Tapi
karena kesombongan dan keangkuhan menjadi masyarakat Quraisy menolak
dakwahnya.

4) Kesetaraan Derajat.

14
Nabi Muhammad Saw. menjunjung tinggi persamaan derajat sesama
manusia. Tidak ada perbedaan antara bangsawan dan budak, antara yang kaya dan
miskin. Perbedaanya pada keimanan. Karakter ini membuat semua orang merasa
nyaman dan diakui secara sama.

Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui


nasib baik dan nasib buruk. Demikianlah, keadaan bangsa dan jazirah Arab
menjelang kebangkitan Islam.

C. Pembentukan Negara Madinah


1. Letak Geografis dan kultur sosial Madinah

a. Geografis

Madinah al-Munawwarah adalah salah satu kota suci bagi umat Islam.
Inilah kota tujuan hijrah, yakni peristiwa berpindahnya Muslimin dan nabi
mereka pada 622 Masehi atau sekira 13 tahun sesudah kenabian Muhammad
SAW. Masjid Nabawi dan makam Rasulullah SAW pun dapat dijumpai di sana.

Secara geografis, Madinah berada di tengah-tengah Kawasan Hijaz, yang


meliputi Arab Saudi bagian barat. Posisinya berada sekitar 625 meter dari atas
permukaan laut. Lokasinya tidak begitu jauh dari pesisir Laut Merah. Bila
ditarik garis lurus, jaraknya dengan tepi pantai sejauh 150 kilometer (km).
Pelabuhan terdekat ialah Bandar Yanbu, yang berada 221 km arah barat daya
kota tersebut. Tak ubahnya kota-kota di sekujur Semenanjung Arabia, Madinah
memiliki iklim gurun yang kering. Suhu udaranya bercirikan panas yang tinggi
dengan interval antara 30 hingga 45 derajat celsius. Namun, suhu udara
setempat menurun cukup drastis tatkala musim dingin, yakni antara 10 hingga
25 derajat Celsius.

15
Antara Madinah dan Makkah terbentang jarak 430 km. Seperti halnya kota
tempat kelahiran Nabi SAW itu, Madinah juga memiliki sejarah yang panjang.
Dalam buku Sejarah Kota Madinah Munawwarah dan Tempat-tempat
Bersejarahnya yang diterbitkan Pusat Riset dan Penelitian Ilmiah Kerajaan
Arab Saudi, disebutkan bahwa riwayat kota tersebut bermula sejak beberapa
masa pascabanjir besar yang melanda umat Nabi Nuh AS.

Para pakar sejarah menyatakan, pendiri Madinah bernama Yastrib. Tak


mengherankan bila kota itu disebut Yastrib sebelum Rasulullah SAW
mengubahnya menjadi “Madinah.” Yastrib dipercaya sebagai seorang
keturunan Nabi Nuh AS dari generasi keenam atau kedelapan. Kabilah yang
dipimpinnya ialah A’bil.

Dari masa ke masa, penghuni kota tersebut tidak hanya berasal dari kalangan
Bani A’bil, tetapi juga masyarakat lain. Mereka datang ke sana baik secara
berkelompok maupun sendiri-sendiri. Lama kelamaan, Kabilah A’bil tidak
dapat bersaing dengan orang-orang A’maliq, para pendatang yang sukses
mengolah kebun-kebun setempat.

Beberapa abad sebelum Masehi (SM), ada sejumlah kerajaan yang menguasai
Madinah. Di antaranya adalah Negeri Ma’in, Saba, dan Kaldaniyin.
Keberadaan Madinah bukanlah sesuatu yang asing bagi para ahli sejarah dan
geografi dari era Yunani Kuno.

Klaudius Ptolemaeus, seorang ahli geografi kelahiran Iskandariah, Mesir, yang


hidup pada abad kedua menyebutkan keadaan suatu kota di dekat pesisir barat
Arab yang disebutnya Iathrippa (Yathrib). Begitu pula dengan manuskrip-
manuskrip peninggalan Stephanus Byzantium pada abad keenam.

16
b. Kultur sosial

Sebelum kedatangan Rasulullah Muhammad ke Madinah, kota ini dikenal


sebagai Yathrib. Yathrib adalah sebuah kota kecil di oasis utara Hijaz, yang
dihuni oleh suku-suku Arab dan Yahudi. Masyarakat di Yathrib pada saat itu
terdiri dari berbagai kelompok suku yang hidup bersama, meskipun terkadang
terjadi konflik antara suku-suku tersebut.

Suku-suku Arab di Yathrib hidup dalam sistem kekerabatan yang kuat, dengan
adat-istiadat mereka sendiri. Mereka menggelar pertemuan bersama di tempat-
tempat khusus untuk membahas masalah-masalah penting dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, ada juga komunitas Yahudi yang tinggal di Yathrib.
Mereka memiliki tradisi keagamaan dan budaya mereka sendiri.

Kota ini memiliki pasar yang cukup ramai dan menjadi pusat kegiatan ekonomi
di wilayah sekitarnya. Pertanian, peternakan, dan perdagangan merupakan mata
pencaharian utama penduduk Yathrib.

1). Kabilah Aus dan Khazraj

Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj adalah sesama kabilah


Bangsa Arab yang selalu bermusuhan dan berperang bahkan permusuhan
kedua kabilah itu telah berlangsung selama 120 tahun hingga Rasulullah
SAW berhasil mempersatukan dua kabilah besar tersebut. Jika dirunut
secara silsilah, sebenarnya Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj berasal dari
keturunan dua orang laki-laki bersaudara kandung yang berasal dari Suku
Azd di negeri Yaman.

Kabilah Aus menetap di dataran tinggi sebelah selatan dan timur Madinah
sedangkan Kabilah Khazraj menempati wilayah dataran rendah di utara
Madinah. Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj selama masa permusuhan

17
mendapat bantuan senjata dari orang-orang Yahudi. Suku Aus mendapat
bantuan dari orang-orang Yahudi Bani Quraizhah sedangkan Kabilah
Khazraj mendapat bantuan senjata dari Bani Nadir dan Bani Qainuqa.

Kelak Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj akan melupakan permusuhan


mereka dan bahu membahu berdiri di bawah panji Islam yang disebut kaum
Anshar dan menjadi penyokong utama perjuangan Nabi Muhammad SAW
dalam menegakkan syiar agama Islam di samping kaum Muhajirin.

2).Kabilah-kabilah Yahudi

Kabilah-kabilah Yahudi yang tinggal di Madinah tersebar di berbagai


tempat di Madinah. Bani Nadhir tinggal di Aliyah, sebuah tempat di
Lembah Baththan sejauh 2-3 mil dari Madinah. Tempat tersebut sangat
subur dan banyak ditumbuhi kurma, anggur dan tanaman lainnya. Bani
Quraizhah tinggal di daerah Mazhur yang terletak di beberapa beberapa mil
d selatan Madinah. Sedangkan Bani Qainuqa pada awalnya berdiam di
pusat Kota Madinah, kemudian diusir oleh Bani Nadhir dan Quraizhah
keluar dari pusat kota Madinah.

Orang-orang Yahudi dan Arab sama-sama berasal dari bangsa yang sama,
yakni bangsa Semit yang berakar dari bapak yang sama yakni Nabi Ibrahim
as. Orang-orang Arab adalah keturunan dari Nabi Ismail as putra pertama
Nabi Ibrahim as dari istri beliau yang bernama Hajar, sedangkan orang-
orang Yahudi adalah keturunan dari Nabi Ishaq as putra kedua Nabi Ibrahim
as dari istri beliau yang bernama Sarah.

2. Kronologis piagam Madinah

18
Pada tahun 622, Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah setelah melakukan
perjalanan panjang dari Mekkah. Kehadiran Nabi Muhammad di Madinah
menandai era baru bagi perjalanan dakwah Islam.

Hijrah Nabi ke Madinah tentu bukan sebuah kebetulan. Rasulullah


mendapatkan perintah hijrah dari Allah, sebelum akhirnya mengimbau para
sahabatnya untuk melakukan perjalanan secara sembunyi-sembunyi menuju
Madinah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ض ۗ قَا لُ ْۤ ْوا ا َ َل ْم‬ َْ ‫ي‬


ِ ‫اْل ْر‬ ْ َ ‫ي ا َ ْنفُ ِس ِه ْم قَا لُ ْوا فِي َْم كُ ْنت ُ ْم ۗ قَا لُ ْوا كُنَّا ُم ْست‬
ْ ِ‫ض َع ِفيْنَ ف‬ َ ُ‫اِ َّن الَّ ِذيْنَ ت ََوفّٰٮ ُه ُم ا ْل َملٰٓئِ َكة‬
ْ ْۤ ‫ظا لِـ ِم‬
ٰٓ
‫صي ًْرا‬
ِ ‫ت َم‬ َ ‫ّٰللا َوا ِس َع ًة فَت ُ َها ِج ُر ْوا ِف ْي َها ۗ فَا ُ ولئِكَ َمأْوٮ ُه ْم َج َهـنَّ ُم ۗ َو‬
ْ ‫سا ٰٓ َء‬ ِ ّٰ ‫ض‬ ُ ‫تَكُ ْن ا َ ْر‬

"Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam


keadaan menzalimi diri sendiri, mereka (para malaikat) bertanya, "Bagaimana
kamu ini?" Mereka menjawab, "Kami orang-orang yang tertindas di Bumi
(Mekah)." Mereka (para malaikat) bertanya, "Bukankah Bumi Allah itu luas
sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di Bumi itu?" Maka orang-
orang itu tempatnya di Neraka Jahanam dan (Jahanam) itu seburuk-buruk
tempat kembali," (QS. An-Nisa' 4: Ayat 97)

Adapun alasan Madinah menjadi tujuan hijrah, bukan kota lain, adalah karena
Madinah memiliki beberapa keutamaan. Misalnya penduduknya yang ramah
dan berpengalaman dalam berperang, serta lokasinya yang strategis untuk
menjaga dakwah Islam.

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), nabi resmi menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai.

19
Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain,
dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan
duniawi, Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala
negara.

Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu ia segrea


meletakkan dasar dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama,
pembangunan masjid, selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana penting
untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di
samping sebagai tempat musyawarah merundingkan masalah-masalah yang
dihadapi. Masjid pada masa nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.

Dasar kedua adalah ukhuwwah islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi


mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari
Makkah ke Madinah, dan Anshor, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam
dan ikut mem-bantu kaum Muhajirin tersebut.

Dasar ketiga, habungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak


beragama Islam. Di Madinah, di samping orang orang Arab Islam, juga terdapat
golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut
agama nenek moyang mereka.

3. Point- point piagam Madinah

Piagam Madinah

20
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Point- point
piagam Madinah Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di
kalangan mukminin dan muslimin yang berasal dari Quraisy dan Yatsrib
(Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang
bersama mereka.

Pasal 1

Sesungguhnya mereka satu umat, berbeda dari komunitas manusia lain.

Pasal 2

Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan kebiasaan mereka bahu


membahu membayar uang tebusan darah di antara mereka dan mereka
membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 3

Bani Auf sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu membayar
uang tebusan darah di antara

mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 4

Bani Sa’idah sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu


membayar uang tebusan darah di antara

mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 5

21
Bani Al Hars sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu
membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 6

Bani Jusyam sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu


membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 7

Bani An Najjar sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu


membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 8

Bani ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu
membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 9

Bani Al Nabit sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu


membayar uang tebusan darah diantara mereka seperti semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 10

Bani Al ‘Aws sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu


membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap
suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 11

22
Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat
menanggung utang diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam
pembayaran tebusan atau uang tebusan darah.

Pasal 12

Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu


mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.

Pasal 13

Orang orang mukmin yang takwa harus menentang orang diantara mereka
yang mencari atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat, melakukan
permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu

dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.

Pasal 14

Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran


membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang
kafir untuk membunuh orang beriman.

Pasal 15

Jaminan Allah satu. Jaminan perlindungan diberikan oleh mereka yang dekat.
Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada
golongan lain.

Pasal 16

Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan
santunan, sepanjang mukminin tidak terzalimi dan ditentang olehnya.

Pasal 17

23
Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat
perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di
jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.

Pasal 18

Setiap pasukan yang berperang bersama harus bahu membahu satu sama lain.

Pasal 19

Orang orang mukmin membalas pembunuh mukmin lainnya dalam


peperangan di jalan Allah. Orang orang beriman dan bertakwa berada pada
petunjuk yang terbaik dan lurus.

Pasal 20

Orang musyrik Yatsrib (Madinah) dilarang melindungi harta dan jiwa orang
musyrik Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.

Pasal 21

Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas
perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela menerima
uang tebusan darah. Segenap orang beriman harus bersatu dalam
menghukumnya.

Pasal 22

Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada
Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat
kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat

tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari
kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.

Pasal 23

24
Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut ketentuan
Allah Azza Wa Jalla dan keputusan Muhammad SAW.

Pasal 24

Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

Pasal 25

Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga
kebebasan ini berlaku bagi sekutu sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali

bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.

Pasal 26

Kaum Yahudi Bani Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf.

Pasal 27

Kaum Yahudi Bani Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf.

Pasal 28

Kaum Yahudi Bani Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf.

Pasal 29

Kaum Yahudi Bani Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf.

Pasal 30

Kaum Yahudi Bani Al ‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf.

Pasal 31

Kaum Yahudi Bani Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf.

Pasal 32

25
Kaum Yahudi Bani Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi
Bani ‘Awf.

Pasal 33

Kaum Yahudi Bani Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf.

Pasal 34

Sekutu sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Bani Sa’labah).

Pasal 35

Kerabat Yahudi di luar kota Madinah sama seperti mereka (Yahudi).

Pasal 36

Tidak seorang pun dibenarkan untuk berperang, kecuali seizin Muhammad


SAW. Ia tidak boleh dihalangi untuk menuntut pembalasan luka yang dibuat
orang lain. Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan
menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesungguhnya Allah
sangat membenarkan ketentuan ini.

Pasal 37

Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi kaum muslimin ada
kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan Muslimin) bantu membantu dalam
menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat.

Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman


akibat kesalahan sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang
teraniaya.

Pasal 38

Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

26
Pasal 39

Sesungguhnya Yatsrib (Madinah) itu tanahnya haram (suci) bagi warga


piagam ini.

Pasal 40

Orang yang mendapat jaminan diperlakukan seperti diri penjamin, sepanjang


tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.

Pasal 41

Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.

Pasal 42

Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini,
yang di khawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya
menurut ketentuan Allah Azza Wa Jalla, dan keputusan Muhammad SAW.

Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini.

Pasal 43

Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy Mekkah dan juga bagi
pendukung mereka.

Pasal 44

Mereka pendukung piagam ini bahu membahu dalam menghadapi penyerang


kota Yatsrib (Madinah).

Pasal 45

Apabila pendukung piagam diajak berdamai dan pihak lawan memenuhi


perdamaian serta melaksanakan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus
dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib

27
memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang
yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan kewajiban masing
masing sesuai tugasnya.

Pasal 46

Kaum Yahudi Al ‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban
seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan
penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan)
itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab
atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling membenarkan dan memandang
baik isi piagam ini.

Pasal 47

Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang
yang keluar bepergian aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali
orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik
dan takwa. Dan Muhammad SAW adalah Utusan Allah.

a.Point Ringkasan

1).Kedamaian dan Keharmonisan Sosial:

Piagam Madinah menekankan pentingnya kedamaian, persatuan, dan


keharmonisan di antara suku-suku Arab, Muslim, dan komunitas Yahudi
di Madinah.

2). Kedudukan Nabi Muhammad:

Dokumen ini mengakui Nabi Muhammad sebagai pemimpin dan


otoritas tertinggi di Madinah.

3). Kebebasan Beragama:

28
Piagam Madinah menjamin kebebasan beragama bagi setiap kelompok,
termasuk Muslim, Yahudi, dan suku-suku Arab lainnya.

4).Sistem Hukum dan Keadilan

Piagam Madinah menetapkan sistem hukum dan keadilan yang akan


mengatur kehidupan di Madinah.

5).Perlindungan Terhadap Ancaman Eksternal:

Piagam ini mengajak seluruh komunitas di Madinah untuk bersatu


melawan ancaman dari pihak luar yang dapat mengganggu kedamaian
kota.

6). Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban:

Piagam Madinah membentuk lembaga-lembaga hukum dan keamanan


untuk menjaga ketertiban di Madinah.

7). Pengelolaan Konflik:

konflik dan perselisihan di antara Dokumen ini menetapkan prosedur


untuk menyelesaikan berbagai kelompok di Madinah.

8). Kerja Sama Ekonomi dan Sosial:

Piagam Madinah mendorong kerja sama ekonomi dan sosial di antara


berbagai kelompok di Madinah.

9). Tanggung Jawab Suku-Suku Arab dan Yahudi:

Piagam ini menetapkan hak dan kewajiban masing-masing kelompok,


baik suku-suku Arab maupun komunitas Yahudi.

10).Perlindungan Terhadap Agresi Eksternal:

29
Piagam Madinah berkomitmen untuk melindungi setiap kelompok di
Madinah dari agresi atau serangan dari pihak luar.

Poin-poin ini memberikan gambaran tentang isi utama dari Piagam


Madinah dan bagaimana dokumen ini berusaha untuk menciptakan
masyarakat Madinah yang inklusif dan adil.

4. Pemberontak-pemberontak kaum penentang

Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat.


Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Makkah dan musuh-
musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang
Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan
gangguan dari musuh. nabi, sebagai kepala pemerintahan, mengatur siasat dan
membentuk pasukan tentara. Umat Islam diizinkan berperang dengan dua
alasan: (1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak milik nya dan (2)
menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya
dari orang-orang yang menghalang- halanginya. Pemberontakan ini ditandai
dengan banyaknya peperangan antara kaum Muslim dan kaum kafir.

Perang-perang pada masa itu:

a. Perang Badar

Perang pertama yang sangat menentukan masa depan negara Islam ini adalah
Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan musyrik Quraisy. Pada
tanggal 8 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah, nabi bersama 305 orang Muslim
bergerak keluar kota membawa perlengkapan yang sederhana. Di daerah Badar,
kurang lebih 120 kilometer dari Madinah, pasukan nabi bertemu dengan
pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 900 sampai 1000 orang. nahi sendiri
yang memegang komando. Dalam perang ini kaum Muslimin keluar sebagai

30
pemenang. Namun, orang-orang Yahudi Madinah tidak senang. Mereka
memang tidak sepenuhnya hati menerima perjanjian yang telah dibuat antara
mereka dengan nabi.

b. Perang Uhud

Bagi kaum Quraisy Makkah, kekalahan mereka dalam perang Badar


merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah akan men balas dendam. Pada
tahun ke-3 H. mereka berangkat menuj Madi-nah membawa tidak kurang dari
3000 pasukan berkendara an unta, 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan
Khalid ibn Walid. 700 orang di antara mereka memakai baju besi. Nab
Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasuka sekitar seribu
orang. Namun, baru saja melewati batas kota Abdullah ibn Ubay, seorang
munafik dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka
melanggar perjanjian dan disiplin perang. Meskipun demikian, dengan 700
pasukan yang tertinggal nabi melanjutkan perjalanan. Beberapa kilometer dari
kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan berte mu. Perang dahsyat
pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur
tentara musuh yang lebih besar in Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid
ibn Walid gagal menembus benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin
yang tinggi dan strategi perang yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata
mampu mengalahkan pasukan yang lebih besar.

c. Perang Ahzab/Khandaq

Masyarakat Yahudi yang mengungsi ke Khaibar itu kemudi- an mengadakan


kontak dengan masyarakat Makkah untuk menyu- san kekuatan bersama guna
menyerang Madinah, Mereka membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari
24.000 orang tentara. Di dalamnya juga bergabung beberapa suku Arab lain.
Mereka bergerak menuju Madinah pada tahun ke-5 H. Atas usul Salman Al-
Farisi, nabi memerintahkan umat Islam menggali parit untuk pertahanan.

31
Setelah tentara sekutu tiba, mereka tertahan oleh parit itu. Namun, mereka
mengepung Madinah dengan mendirikan kemah-kemah di luar parit hampir
sebulan lamanya. Perang ini disebut perang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau
perang Khandag (parit) Dalam suasana kritis itu, orang-orang Yahudi Bani
Quraizah di bawah pimpinan Ka'ab bin Asad ber- Khianat. Hal ini membuat
umat Islam makin terjepit. Setelah sebulan pengepungan, angin, dan badai turun
amat kencang menghantam dan menerbangkan kemals-kemah dan seluruh
perlengkapan tantara sekutu.

5. Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun ke-6H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, nabi memimpin
sekitar seribu kaum Muslimin berangkat ke Makkah,

bukan untuk berperang, melainkan untuk melakukan ibadah Um Karena itu,


mereka mengenakan pakaian ihram tanpa memba senjata. Sebelum tiba di
Makkah, mereka berkemah di Hudaibiyah beberapa kilometer dari Makkah
Penduduk Makkah tidak meng izinkan mereka masuk kota. Akhirnya,
diadalcon perjanjian yang dikenal dengan nara Perjanjian Hudaibiyah yang
isinya antars lain: (1) kaum Muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah tahu
ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan, (2) lama kunjungan dibatasi
sampai tiga hari saja (3) kaum Muslimin wajib mengem balikan orang-orang
Makkah yang melarikan diri ke Madinah sedang sebaliknya, pihak Quraisy
tidak harus menolak orang orang Madinah yang kembali ke Makkah. (4) selama
sepalih tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Makkah, dan (5) tiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum
Quraisy atau kaum Muslimin, beba melakukannya tanpa mendapat rintangan.

32
6. Haji Wada

Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir. haji wada, tahun 10
H (631 M), Nabi Muhammad menyampaikan kothahnya yang sangat
bersejarah. Isi kotbah itu antara lain: larangan menumpahkan darah kecuali
dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena
nyawa dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan menganiaya;
perin- tah untuk memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan
perintah menjauhi dosa; semua pertengkaran antara mereka di zaman Jahiliyah
harus saling dimaafkan; balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana
berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan persamaan
di antara manusia harus ditegakkan: hamba sahaya harus diperlakukan dengan
baik, mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti
apa yang dipakai tuannya; dan yang terpenting adalah umat Islami harus selalu
berpegang kepada dua sumber yang tak pernah usang. Alquran dan sunnah nabi.
Isi kotbah ini merupakan prinsip- prinsip yang mendasari gerakan Islam.
Selanjutnya, prinsip-prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan,
persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.

33
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

munculnya Islam adalah adanya beragam suku dan kebudayaan di wilayah


Arab. Suku-suku tersebut hidup dalam pola kehidupan nomaden atau kota, dan
mayoritas menganut politeisme. Mereka terlibat dalam perdagangan,
pertempuran, dan pernikahan antarsuku. Bahasa Arab telah berkembang
menjadi bahasa yang kaya dan beragam. Sistem hukum adat dan keterampilan
berbahasa merupakan aspek penting dari kehidupan sosial. Kondisi ini
menciptakan latar belakang yang kompleks di mana Islam kemudian muncul
dan mengubah pemandangan budaya dan agama di wilayah tersebut.

Rasulullah adalah upaya untuk menyebarkan ajaran Islam dan


memperjuangkan keadilan, kebenaran, serta kesejahteraan masyarakat.
Rasulullah Muhammad saw. memimpin dengan teladan, sabar, dan ketabahan,
serta mendorong umatnya untuk mengamalkan ajaran agama dengan penuh
keikhlasan dan kecintaan kepada Allah. Dakwah dan perjuangan beliau
membentuk fondasi kuat bagi pengembangan Islam sebagai ajaran dan way of
life bagi umat manusia.

Dokumen ini menandai pembentukan masyarakat Islam pertama di Madinah


pada tahun 622 Masehi. Piagam ini merupakan perjanjian antara suku-suku
Arab dan masyarakat Muslim di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad
saw. Dokumen ini menggarisbawahi prinsip-prinsip kerjasama, kebebasan
beragama, dan perlindungan hak-hak individu, termasuk suku-suku non-
Muslim. Piagam Madinah juga menciptakan dasar bagi pemerintahan dan
hukum Islam di wilayah tersebut. Kesimpulan dari Piagam Madinah adalah

34
pentingnya kerjasama, toleransi, dan keadilan dalam membentuk masyarakat
yang beragam di bawah naungan Islam.

B.Saran

Demi penulisan Makalah yang lebih baik untuk kedepannya, penulis menyadari
masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis sangat terhormat apabila pembaca dapat memberikan saran untuk
perbaikan pada penulisan Makalah ini.

35
DAFTAR PUSTAKA

Yatim,Badri. 2005. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta Rajawali Pers. hl. 9-33)

UIN. Suska. Kedatangan Islam Di Arab. hl.03

https://repository.uin-suska.ac.id/6284/2/BAB%20I.pdf

Ibnu, Hisyam. Siratun, Nabi SAW ( 214H)

(juz II, hl. 119-133)

Sejarah kebudayaan islam. (kelas VII kurikulum 2013)

36

Anda mungkin juga menyukai