Anda di halaman 1dari 21

PERADABAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW (PERIODE

MEKKAH 610-622 M- PERIODE MADINAH 622-632 M)


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen pengampu: Akhmad Zaeni, Drs. H., M.Ag

Disusun Oleh:
1. Riyan Kharistia 2120111
2. Candra Nurfaizi 2120241
3. Siti Khoiriyah 2120322
4. Fuad Ghozali 2118249
Kelas D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala nikmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Peradaban Islam Masa Rasulullah S.A.W (Periode Mekkah 610-622 M – Periode
madinah 622-632 M)” pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, serta tak lupa
sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw.Berkat
pertolongan dan petunjuk-Nya Allah Swt. Makalah ini dapat kami buat sebagai
syarat untuk memenuhi tugas kelompok serta menambah pengetahuan dan
wawasan kami. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tanpa satu
halangan apapun.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah kami berikutnya. Akhir kata kami berharap semoga dengan
adanya makalah tentang “Peradaban Islam Masa Rasulullah S.A.W (Periode
Mekkah 610-622 M – Periode madinah 622-632 M)” dalam Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam, semoga dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Ucapan terimakasih kepada Bapak Akhmad Zaeni, Drs. H., M.Ag, selaku dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam, yang telah memberi motivasi
dan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Atas perhatian dan
dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini penulis
ucapkan terima kasih.

Pekalongan, 4 Oktober 2021

2
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4

A.

B.

C.

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................5

A.

B.

C.

D. .

BAB III PENUTUP.........................................................................................15

A. KESIMPULAN....................................................................................15

B. SARAN................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal dakwah Rasulullah SAW di kota mekkah mendapatkan
tantangan yang besar dari berbagai kalangan kaum Quraisy. Sebab pada masa
itu mereka mempunyai sesembahan sendiri yaitu berhala yang dibuat oleh
mereka sendiri.
Dakwah rasulullah pada saat itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
dikarenakan jumlah orang yang masuk islam sangat sedikit. Kemudian
keadaan ini berubah ketika orang yang memeluk islam semakin banyak
kemudian Allah SWT memerintahkan Rasullah untuk berdakwah secara
terang-terangan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk peradaban islam pada periode Mekkah?
2. Bagaimana bentuk peradaban islam pada periode Madinah?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui bentuk peradaban islam pada periode Mekkah
2. Untuk mengetahui bentuk peradaban islam pada periode Madinah

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONDISI BANGSA ARAB SEBELUM KEHADIRAN NABI


MUHAMMAD SAW.

Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul yang


gersang yang tiada air dan tanaman. Jazirah Arab terletak di antara benua
Asia dan Afrika. Sebalah barat daerah Arab dibatasi oleh teluk Persia dan
laut Oman atau sungai-suangai Daljah (Tigris) dan Furrat (Euphraat).
Sebelah selatan dibatasi oleh lautan Hindia dan sebelah utara oleh Sahara
Tiih.1
Bangsa Arab terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di
seluruh Jazirah Arabia. Mereka kebanyakan mendiami wilayah pinggir
Jazirah, dan sedikit yang tinggal di pedalaman. Pada masa dahulu tanah
Arab itu dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. Arab Petrix atau Petraea, yakni wilayah yang terletak di sebelah barat
daya gurun Syria, dengan Petra sebagai pusatnya.
2. Arab Diserta atau gurun Syria yang kemudian dipakai untuk menyebut
seluruh Jazirah Arab karena tanahnya yang subur.
3. Arab Felix, wilayah hijau (Green Land), yakni wilayah yang berbahagia
(Happy Land), yakni wilayah Yaman yang memiliki kebudayaan maju
dengan kerajaan Saba’ dan Ma’in.
Bangsa Arab itu dibagi menjadi dua, yaitu Qahtan dan Adnan.
Qahtan semula berdiam di Yaman, namun setelah hancurnya bendungan
Ma’rib sekitar tahun 120 SM, mereka bermigrasi ke utara dan mendirikan
kerajaan Hirah dan Gassan. Sedangkan Adnan adalah keturunan Ismail ibn
Ibarahim, yang banyak mendiami Arab dan Hijaz. Bangsa Arab telah dapat
mendirikan kerajaan, diantaranya adalah Saba’, Ma’in dan Qutban serta
Himyar, semuanya di Yaman. Di utara Jazirah berdiri kerajaan Hirah
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), 10.

5
(Manadirah) dan Gassan (Gassasinah). Hijaz menunjukkan wilayah yang
tetap merdeka sejak dahulu karena miskin daerahnya, namun terdapat
tempat suci, yakni Makkah yang didalamnya berdiri Ka’bah dan terdapat
sumur Zamzam. Di kawasan itu juga terdapat Yasrib yang merupakan
daerah subur sejak dahulu.2
Bangsa Arab sebelum Islam biasanya disebut Arab Jahiliyah, bangsa
yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara. Sebutan itu tidak
perlu menyebabkan kita berkesimpulan bahwa tidak seorang pun dari
penduduk Jazirah Arab yang mampu membaca dan menulis, karena
beberapa orang sahabat Nabi Muhammad SAW diketahui sudah mampu
membaca dan menulis sebelum mereka masuk Islam. Baca tulis waktu itu
belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting, tidak pula
menjadi ukuran kepandaian dan kecendikiaan.3
Kaum Quraisy sendiri sebagai bangsawan di kalangan bangsa Arab
hanya memiliki 17 orang yang pandai baca tulis. Suku Aus dan Khazroj
penduduk Yatsrib (Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai
membaca. Hal ini menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu
pengetahuan dan kepandaiaan lainnya, hidup mereka mengikuti hawa nafsu,
judi, berpecah belah, saling berperang, satu dengan yang lain, yang kuat
menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya. Keistimewaan mereka
hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair jahili yang disebarkan secara
hafalan saja.4

2. PERIODE MAKKAH
1. Sebelum diangkat menjadi Rosul
Nabi Muhammad s.a.w lahir pada hari Senin tanggal 20 April 571
M. Beliau lahir dari keluarga miskin secara materi namun berdarah
ningrat dan terhormat. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib
bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Sedangkan ibunda
2
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997),
3
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 27.
4
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Kencana, 2007), 13.

6
Nabi Muhammad Saw adalah Aminah binti Wahab, adalah keturunan
Bani Zuhrah. Kemudian, nasab atau silsilah ayah dan ibunda Nabi
bertemu pada Kilab ibn Murrah.5
Ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika Nabi Muhmmad masih
berada didalam kandungan sehingga beliau lahir dalam keadaan yatim.
Kemudian tujuh hari dari kelahirannya, kakeknya Abdul Muththalib
memberi nama Muhammad kepada cucunya itu. Nabi Muhammad
kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam
asuhannyalah Nabi Muhammad SAW dibesarkan sampai usia empat
tahun. Setelah kurang lebih dua tahun berada dalam asuhan ibu
kandungnya. Ketika usia enam tahun Nabi Muhammad SAW menjadi
yatim piatu.
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih
tangguang jawab merawat Nabi Muhammad SAW. Namun, dua tahun
kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung
jawab selanjudnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga
Abdul Muthalib, dia juga sangat disegani dan dihormati orang Quraisy
dan penduduk Makkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
Dalam usia muda Nabi Muhammad SAW hidup sebagai
penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah.
Melalui kegiatan penggembalaan ini dia menemukan tempat untuk
berfikir dan merenung. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh
dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga dia terhindar dari
berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak
muda dia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya. 6 Nabi
Muhammad SAW juga seorang laki-laki yang berbakat dalam bidang
keagamaan. Dalam usianya sebelum masa turun wahyu ia suka
mengasingkan diri pada sebuah pegunungan di luar kota Makkah untuk
berdoa dalam keheningan.7
5
Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, (Jakarta: Qisthi Press, 2009), 117.
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, 17
7
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 32.

7
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW ikut berdagang ke
Syam, menjual barang milik Khadijah, seorang wanita terpandang dan
kaya raya. Dia biasa menyuruh orang untuk menjualkan barang
dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Ketika
Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau,
kredibilitas dan kemuliaan ahlak serta keuntungan dagangannya
melimpah, Khadijah tertarik untuk menikahinya. Yang ikut hadir dalam
acara pernikahan itu adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani
Mudhar. 8
2. Diangkat menjadi Rosul
Menjelang usia 40 tahun, selama satu bulan dalam setiap tahun
Muhammad mengasingkan diri ke Gua Hira untuk merenungi alam
dengan ciptaannya. Ketika usianya 40 tahun, pada tanggal 17 Ramadhan
611 M, malaikat Jibril mendatanginya menyampaikan wahyu Allahyang
pertama surat al-Alaq (ayat 1-5). Berarti secara simbolis Muhammad
telah dilantik sebagai Nabi akhir zaman.
Nabi Muhammad s.a.w. menceritakan peristiwa yang dialaminya
itu kepada istrinya Khadijah. Rasulullah dibawa Khadijah menghadap
seorang pendeta Nasrani yang berpengetahuan luas, bernama Waraqah
bin Naufal. Setelah Nabi menceritakan pengalamannya itu, Waraqah
berkata: “Inilah malaikat yang diturunkan Allah Swt. pada Nabi-nabi
sebelummu…”
Setelah wahyu pertama itu datang, terputuslah wahyu selama
lebih kurang dua tahun, kemudian Jibril datang lagi untuk membawa
wahyu yang kedua, Surah al-Mudatsir (ayat1-7). Dengan turunnya wahyu
kedua itu, maka berarti Nabi sudah mulai wajib menyampaikan dakwah.

3. Tahap-Tahap Dakwah
Pertama, Pada awal turunnya wahyu Nabi Muhammad SAW
berdakwah mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi dilingkungan
keluarga dan sahabat dekatnya, mengingat sosial politik pada waktu itu
8
Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, 19.

8
belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Nabi
mengajarkan kepada istrinya khadijah untuk beriman kepada Allah,
kemudian di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak
pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya
yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-
angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di
kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan,
Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah
ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah
binti Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa orang lainnya, mereka semua
disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang pertama
masuk Islam.9 Islam lahir ditengah-tengah masyarakat dengan membawa
undang-undang baru sebagai pedoman dasar tentang ketauhitan dan
kemasyarakatan, bagi pengaturan tingkah laku manusia dalam kehidupan
dan pergaulannya. Selanjutnya pedoman dasar tersebut menjadi pijakan
bagi pengembangan sistem sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Kedua, Kedua, dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib. Hal
ini dilakukan setelah turunnya wahyu ketiga, sûrah Al-Syu’ara’ (ayat
214). Nabi mengumpulkan dan mengajak mereka supaya beriman. Akan
tetapi Abu Lahab beserta istrinya mengutuk Nabi, sehingga turun Sûrah
al-Masad (ayat1-5).
Ketiga, dakwah kepada semua orang setelah wahyu Allah sûrah
al-Hijir (ayat 94). Pada tahap ini dakwah ditujukan kepada semua lapisan
masyarakat, tidak terbatas hanya kepada penduduk Makkah saja, tetapi
juga termasuk orang-orang yang mengunjungi kota itu. Langkah dakwah
yang diambil Nabi Muhammad SAW adalah mula-mula Nabi menyeru
penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping
itu, Nabi juga menyeru orang-orang yang datang ke Makkah, dari

9
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), 32.

9
berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya
tanpa mengenal lelah.
Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai
terlihat. Jumlah pengikut Nabi Muhammad SAW yang tadinya hanya
belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari
kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Mekipun
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat
mereka sungguah membaja.10
Ketik gerakan Nabi Muhammad SAW makin meluas, jumlah
pengikutnya bertambah banyak dan seruannya semakin tegas dan
lantang, bahkan secara terang-terangan mengecam agama berhala dan
mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja-muja berhala
itu. Orang-orang Quraisy terkejut dan marah. Mereka bangkit menentang
dakwah Nabi Muhammad SAW dan dengan berbagai macam cara
berusaha menghalang-halanginya. Kebencian musyrikin Quraisy
terhadap Nabi Muhammad SAW makin meningkat manakala mereka
menyaksikan penganut Islam terus bertambah. Tidak hanya penghinaan
yang ditimpakan kepada Nabi Muhammad SAW melainkan juga rencana
pembunuhan yang disusun oleh Abu Sufyan. Kegagalan musyrikin
Quraisy menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW dikarenakan Nabi
Muhammad SAW dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib.
Menyadari hal itu musyrikin Quraisy memboikot kedua keluarga besar
pelindung Nabi itu. Belum sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi
Muhammad SAW akibat pemboikotan itu, Abu Thalib (paman nabi) dan
Khadijah istri beliau meninggal dunia. Oleh karena itu, tahun itu dikenal
dengan ‘am al-huzn (tahun kesedihan).
Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk mengajak
Kabilah Tsaqif, penguasa Thaif, guna meminta pertolongan dan
perlindungan. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti

10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, 20

10
Khadijah dan Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah
SAW.
Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat dari kaumnya,
Rasulullah berangkat ke Thaif diam-diam dengan berjalan kaki. Di kota
ini, Rasulullah tinggal selama sepuluh hari. Namun, perlakuan yang
diberikan penduduk Thaif sangat kasar. Saat itu, kaum Tsaqif melempari
Rasulullah SAW dengan batu. Tindakan brutal penduduk Thaif ini
membuat Zaid bin Haritsah membela dan melindunginya. Tapi,
kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya,
Rasulullah berlindung di kebun milik 'Utbah bin Rabi'ah.
Menurut Ahmad Syalabi ada lima faktor yang mendorong orang
Quraisy menantang dakwah Islam yang disampaikan Nabi itu.11
1. Pertama, Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
2. Kedua, Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan
kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi
Muhammad s.a.w. berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani
Abdul Muthalib.
3. Ketiga, Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan
penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki
mereka.
4. Keempat, Nabi Muhammad s.a.w. menyerukan persamaan hak
antara hamba sahaya dan bangsawan. Hal ini tidak disetujui oleh
kelas bangsawan Quraisy.
5. Kelima, Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang
berurat berakar pada bangsa Arab.
Pada saat menghadapi ujian berat, Nabi Muhammad SAW
diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan malam dari Masjid al-
Haram di Mekah ke Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian ke sidrah al-
Muntaha. Di situlah Nabi Muhammad SAW menerima syariat kewajiban

11
Ahmad Syalabi, op.cit., h. 87-90.

11
mengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ini dikenal dengan Isra’ dan
Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian.
Isra dan Mi’raj di samping memperkuat iman dan memperkokoh batin
Nabi Muhammad SAW menghadapi ujian berat berkaitan dengan misi
risalahnya, juga sebagai batu ujian bagi kaum muslimin apakah mereka
mempercayai atau mengingkarinya. Bagi kaun musyrikin Quraisy ,
peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok Nabi muhammad
SAW bahkan menuduhnya sebagai manusia yang berotak tidak waras. 16
Setelah peristiwa Isra’ dan Mikraj, suatu perkembangan besar
bagi perkembangan dakwah Islam muncul, perkembangan datang dari
penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku
Aus dan Khazraj masuk Islam. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka
meminta Nabi Muhammad SAW agar berkenan pindah ke Yatsrib.
Mereka berjanji akan membela Nabi Muhammad SAW dari berbagai
ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini
disebut perjanjian “Aqobah”. Mendengar perjanjian tersebut kaum
Qurays semakin gila dan melkukan intimidasi kepada kaum muslimin.
Hal ini membuat Nabi segera memerintahkan para sahabat untuk segera
pindah ke Yastrib. Bahkan kaum kafir Qurays berencana membunuh
Nabi Muhammad yang kemudian Nabi Muhammad SAW segera pindah
ke Yatsrib. 12

3. PERIODE MADINAHP
1) Hijrah Ke Yatsrib
Setelah mendapat perintah hijrah dari Allah Swt. Rasulullah
menemui sahabatnya Abu Bakar agar mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan dalam perjalanan. Nabi juga menemui Ali dan meminta
kepadanya agar tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang

12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, 24

12
berencana membunuhnya. Senin malam Selasa itu, Nabi ditemani Abu
Bakar dalam perjalanan menuju Yatsrib.
Keduanya singgah di Gua Tsur untuk menghindar dari pengejaran
orang kafir Quraisy. Pada malam ketiga mereka keluar dari
persembunyiannya dan melanjutkan perjalanan. Setelah tujuh hari dalam
perjalanan Nabi Muhammad s.a.w, dan Abu Bakar sampai di Quba.
Ketika tiba di Quba, sebuah Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Ia
menginap di rumah Kalsum bin Hindun.51 Kemudian Nabi membangun
sebuah mesjid yang pertama kali dibangunnya yang dikenal dengan
masjid Quba. Tak lama kemudian Ali menggabungkan diri dengan Nabi
setelah menyelesaikan segala urusannya di Makkah.
Pada hari Jum’at 12 Rabiul awwal 13 Kenabian / 24 September 622
M, Nabi meninggalkan Quba, di tengah perjalanan di perkampungan
Bani Salim, Nabi melaksanakan shalat Jum’at pertama di dalam sejarah
Islam. Nabi melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib dan disambut oleh
Bani Najjar.13
Sementara itu, penduduk Yatsrib telah lama menunggu-nunggu
kedatangan Nabi. Begitu Rasulullah tiba di kota Yatsrib ini beliau
melepaskan tali kekang untanya dan membiarkannya berjalan
sekehendaknya. Unta itu berhenti di sebidang kebun korma milik dua
anak yatim bernama Sahl dan Suhail yang diasuh oleh Abu Ayyub.
Kebun itu dijual dan di atasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah.
Sejak itu nama kota Yatsrib ditukar menjadi “Madinatun Nabi”, tetapi
dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut “Madinah” saja. 14 Berbeda
dengan periode Makkah di mana umat Islam merupakan kelompok
minoritas, pada periode Madinah mereka menjadi kelompok mayoritas.
Di Makkah Rasulullah hanya berfungsi sebagai seorang Rasul, tetapi di
Madinah beliau selain sebagai seorang Rasul dia juga sebagai Kepala
Negara.
13
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam, J. 2. (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve), h. 110.
14
Siti Maryam, dkk., op.cit., h. 30

13
2) Membangun Masyarakat Islam
Guna membina masyarakat yang baru itu, Nabi meletakkan dasar-
dasar kehidupan bermasyarakat di kalangan internal umat Islam.
Pertama, pembangunan mesjid. elain untuk tempat salat, juga sebagi
sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan
jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Kedua, ukhuwwah islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim.
Nabi mempersaudarakan antara Muhajirin (muslim asal Makkah dan
Anshar (muslim Madinah). Dengan demikian diharapkan, setiap Muslim
merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang
dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan
yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, mengantikan
persaudaraan berdasarkan darah.
Ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang
tidak memeluk agama Islam.
3) Konstitusi Madinah/Perjanian dengan kaum Non Muslim
Di Madinah, di samping orang-orang Arab Islam, juga terdapat
golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih
menganut agama nenek moyang mereka. Untuk menyelaraskan
hubungan antara tiga kelompok itu, Nabi mengadakan perjanjian dalam
piagam yang disebut “Konstitusi Madinah”, yang isinya antara lain:
1. Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan suatu
bangsa.
2. Bila salah satu kelompok diserang musuh, maka kelompok lain wajib
untuk membelanya.
3. Masing-masing kelompok tidak dibenarkan membuat perjanjian dalam
bentuk apapun dengan orang Quraisy.
4. Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran agamanya tanpa
campur tangan kelompok lain.

14
5. Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-Muslim,
ataupun bangsa Yahudi, saling bantu membantu moril dan materiil.
6. Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah dan
dia menyelesaikan masalah yang timbul antar kelompok.15
Berdasarkan konstitusi di atas, dapat diketahui bahwa Nabi telah
membentuk negara Islam di Madinah dan Rasulullah menjadi kepala
pemerintahannya yang mempunyai otoritas untuk menyelesaikan segala
masalah yang timbul berdasarkan konsitusi.
Pesatmya perkembangan Islam di Madinah, mendorong
pemimpin Quraisy Makkah dan musuh-musuh Islam lainnya
meningkatkan permusuhan mereka terhadap Islam. Pada tahun ke-2
Hijriah umat islampun telah diizinkan berperang dengan dua alasan : (1)
Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya, dan (2)
Menjaga keselamatan dalam penyebaran Islam dan mempertahankannya
dari orang-orang yang menghalanginya.16
4) Permusuhan Kaum Kafir Qurays
Meskipun Nabi dan umat Islam telah meninggalkan Makkah,
tetapi kafir Quraisy tidak menghentikan permusuhannya karena jika
Islam berkembang di Madinah bukan hanya mengancam kepercayaan
mereka tetapi juga ekonomi. Sebab letak Madinah berada di jalur dagang
mereka ke Syam.
Maka tidak mengherankan jika terjadi peperangan antara umat
Islam dengan kafir Quraisy selama 8 tahun dalam puluhan kali
pertempuran. Yang terpenting di antaranya adalah :
a. Perang Badar, Perang pertama yang sangat menentukan menentukan
masa depan Islam, perang antara kaum Muslimin dengan Musyrikin
Quraisy pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke-2 H di dekat sebuah sumur
milik Badr. Sebab utamanya adalah untuk memenuhi tekad kafir Quraisy
15
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung: Rosda Bandung, 1988), h.
131-132.
16
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), h.
28-29. Lihat juga, Ahmad Syalabi, op.cit., h. 153.

15
membunuh Nabi yang berhasil meloloskan diri ke Madinah dan
menghukum orang yang melindunginya. Penyebabnya secara khusus
karena adanya berita lewat mata-mata bahwa kabilah dagang yang
dipimpin Abu Sofyan yang kembali dari Syam akan dicegat oleh umat
Islam di Madinah, sehingga Abu Sofyan mengambil jalan lain hingga
selamat sampai ke Makkah. Dalam perang ini kaum muslimin keluar
sebagai pemenang Mendengar kekalahan orang Quraisy dalam perang ini
membuat Abu Lahab yang tidak ikut perang Badar jatuh sakit karena dia
tidak dapat menerima kekalahan kaumnya itu. Selama lebih kurang tiga
hari tiga malam jatuh sakit diapun tewas di tempat tidurnya. Dengan
demikian dalam perang Badar ini dua orang musuh utama Nabi, yaitu
Abu Jahl dan Abu Lahab tewas dalam waktu yang hampir bersamaan.
b. Perang Uhud, terjadi pada tahun 3 H (625 M). Penyebabnya karena
kekalahan kaum Quraisy dalam perang Badr merupakan pukulan berat.
Mereka bersumpah akan melakukan pembalasan. Mendengar berita itu,
Nabi bermusyawarah dengan para sahabat dan disepakati menyongsong
musuh ke luar kota. Tetapi baru saja melewati batas kota, Abdullah bin
Ubay seorang munafiq dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali
ke Madinah. Di Bukit Uhud kedua pasukan itu bertemu. Perang dasyat
pun berkobar. Pertama-tama prajurit Islam dapat memukul mundur
tentara musuh yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin
Khalid bin Walid gagal menembus benteng pasukan pemanah Islam.
Ketika kemenangan yang sudah diambang pintu itu tiba-tiba gagal karena
godaan harta gonimah. Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan
oleh Khalid bin Walid, Akibatnya satu per satu pahlawa Islam gugur,
bahkan Nabi sendiri terluka dan terperosok jatuh ke dalam sebuah
lubang, dengan bercucuran darah. Melihat kejadian itu, seorang Quraisy
meneriakkan bahwa Nabi telah tewas. Karena yakin bahwa Nabi telah
terbunuh, kaum Quraisy menghentikan perang.
c. Perang Ahzab/Khandaq, Perang Ahzab, terjadi pada bulan Syawal 5 H
(627 M). di pihak musuh membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari

16
orang-orang Quraisy, suku Yahudi yang mengungsi ke Khaibar, dan
beberapa suku Arab lainnya. Mereka berjumlah 10.000 tentara di bawah
pimpinan Abu Sofyan. Menghadapi pasukan sebanyak itu, Nabi
memutuskan bertahan, setelah mendengar usul Salman Al-Farisi, agar
umat Islam bertahan dengan menggali parit (Khandaq), terutama di
bagian utara kota. Sisi lain dikelilingi bukit yang dapat dijadikan sebagai
benteng pertahanan. Taktik Nabi itu membawa hasil. Pasukan musuh
tidak dapat menyeberangi parit. Namun mereka mengepung Madinah
dengan mendirikan kemah-kemah di luar parit, hamper sebulan lamanya.
Dalam masa-masa kritis itu, orang-orang Yahudi Bani Quraizah di bawah
pimpinan Ka’ab bin Asad berkhianat. Hal itu membuat umat Islam
semakin terjepit. Apalagi mereka mengalami kesulitan yang amat
dahsyat, menderita kelaparan, sehingga terpaksa mengikatkan batu ke
perut mereka. Namun dalam kesulitan yang sempat menggoncangkan
jiwa mereka itu, pertolongan Allah tiba. Angin dan badai yang amat
kencang turun merusak dan menerbangkan kemah-kemah mereka, dan
menebarkan debu yang membuat mereka susah melihat. Mereka terpaksa
kembali ke negeri masing-masing tanpa hasil apapun. Sementara itu,
penghianat-penghianat Yahudi Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
d. Perjanjian Hudaibiyah, Pada tahun ke-6 H. Ketika ibadah haji sudah
disyariatkan Nabi Muhammad SAW memimpin sekitar seribu kaum
Muslimin berangkat ke Mekkah untuk mengerjakan Umrah namun
penduduk Makkah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya,
diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah
yang isinya diantaranya:
1) Kaum Muslimin belom boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi
ditangguhkan sampai tahun depan. .
2) Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang
melarikan diri ke Madinah, sedangkan sebaliknya, pihak Quraisy
tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Makkah.

17
3) Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara
masyarakat Madinah dan Makkah.
Setelah Perjanjian Hudaibiyah, situasi jauh lebih tenang
dibandingkan dengan sebelumnya, maka Nabi Muhammad SAW,
menyurat kepada sekian penguasa di luar Jazirah Arab untuk mengajak
mereka untuk mengajak mereka memeluk agama Islam. Ini menunjukkan
bahwa Nabi Muhammad SAW, diutus bukan saja untuk penduduk
Jazirah Arab, tetapi juga untuk seluruh manusia di persada bumi ini.17
Melalui usaha-usaha itu Islam berkembang. Umat Islam makin
banyak dan wilayah Islam meluas. Ketika Rasulullah wafat, wilayah
Islam telah meliputi sebagian Jazirah Arab. Tentu bukan sebuah negara
seperti zaman modern sekarang, tetapi rintisan awal telah dimulai oleh
Rasul. Sebuah negara dengan persyaratan-persyaratan yang maju untuk
zamannya, sebuah negara demokrasi yang berbentuk Republik. Dengan
usaha itu Rasulullah telah merintis peradaban Islam. Dalam waktu 23
tahun, Rasulullah telah mengubah bangsa Arab dari bangsa Jahiliyah
menjadi bangsa yang berperadaban dengan jiwa yang Islami, bersatu,
berakhlak mulia, dan berpengetahuan.18

17
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW. 819
18
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, 20

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nabi Muhammad s.a.w. di Makkah hanya sebagai seorang Rasul.
Sedang di Madinah selain sebagai Rasul pemimpin agama, Nabi juga
seorang Kepala Negara, komandan perang, pemimpin politik dan
adminstrator yang cakap, sehingga dalam waktu 10 tahun beliau berhasil
mewujudkan penduduk sahara itu ke dalam kekuasaannya. Nabi
Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus
untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara
yang pandai dalam berpolitik.

B. Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mahdi Rizqullah, Biografi Rasulullah. Jakarta: Qisthi Press, 2009.

Ahmad Syalaby, Mausu’ah al-Tarikh al-Islamiyi wa al-Hadharah


al-Islamiyah, Juz. I, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, 1978)

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia,
2006.

Lapidus Ira. M., Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999.

Mas'ud Sulthon, Sejarah Peradaban Islam, UIN Sunan Ampel FTIK Surabaya,
2014

Mufrodi Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, 1997.

Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2009.

Saepudin Didin, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Press, 2007.

Shihab M. Quraish, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW. Tangerang:


Lentera Hati, 2011.

Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Lesfi, 2009)

Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana, 2007.

Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana, 2007.

Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, Yayasan Pusaka Riau, 2007

Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosda


Bandung,1988)

20
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam, Jilid 1-5, (Jakarta: PT Ichtiar Van Hoeve,
2001)

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.

————–, Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

21

Anda mungkin juga menyukai