Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah  ini. Sholawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada nabi Muhammad saw. yang
menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu
tentang Sejarah Mengenai Damaskus yang diberikan oleh guru. Selain bertujuan untuk
memenuhi tugas, tujuan penulis selanjutnya adalah untuk mengetahui proses kodifikasi hadits
pada masa khalifah umar bin abdul ziz, perkembangan peradaban bani umayah 1,l Aziz, dan
Peradaban yang tumbuh pada masa bani umayah 1
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
            Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
            Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat
dan maslahat bagi semua orang.
Wasalamu'alaikum Wr.Wb
SEJARAH DAMASKUS
Peta Damaskus

PENDAHULUAN
BAB I

1.1   Latar Belakang


Bangsa yang maju dan beradap adalah bangsa yang tidak terlepas dari beradaban
(civilization) dan memakaikan agama (religion) sebagai baju bangganya, HAR. Gibb (1859-
1940) mengatakan, Islam is a complete civilization (Islam adalah sebuah peradaban yang
sempurna).  Meskipun demikian, kenyataannya masyarakat masih banyak yang belum mengerti
betul apa itu peradaban dan Islam sebagai agama yang sempurna belum masuk di hati bangsa ini.
Ro aitu al-Muslimah duna al-Islam, wa ro aitu al-Islama duna al-Muslimah, yaitu nilai-nilai
Islam dapat ditemukan di tengah-tengah non-Muslim, dan sebaliknya nilai-nilai non-Muslim
banyak ditemukan pada masyarakat Islam. Mengapa? Karena masyarakat Muslim sekarang sudah
banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang membuat Islam sendiri runtuh dari nilai
tauhidnya.
Dalam perkembangan dan tuntutan zaman yang semakin lama dikuasai oleh non-Muslim,
alangkah baiknya, sebagai negara yang menghormati peradaban dan sejarah. Khususnya Muslim
ditekankan mengetahuai sejarah-sejarah nenek moyang yang sudah mendahuluinya sebagai bahan
renungan dan pembelajaran.

1.2 RUMUSAN MASALAH :


1.       Bagaimana proses kodifikasi hadits masa khalifah umar bin abdul aziz
2.       Bagaimana proses perkembangan ilmu pengetahuan masa bani umayah 1
3.       Bagaimana peradaban yang tumbuh pada masa bani umayah 1

1.3  TUJUAN :
1.    dapat mengetahui proses kodifikasi hadits pada masa khalifah umar bin abdul aziz
2.   dapat mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan masa bani umayah 1
3.   dapat mengetahui peradaban yang tumbuh pada masa bani umayah 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Kodifikasi Hadis Pada Masa Khalifah Umar bin Abdul aziz

Pada periode ini, perintah kodifikasi secara langsung atas perintah resmi kepala negara yaitu
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan khalifah kedelapan dinasti Umayyah.
Pada masa ini, para ulama mengadakan seleksi atau penyaringan hadits. Periode ini terjadi
pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu sejak zaman khalifah Al-Makmun sampai dengan al-
Muktadir (sekitar tahun 201-300 H).
Pada masa kodifikasi tahap pertama, para ulama belum memisahkan antara hadits mauquf
dan maqtu' dari hadits marfu'. Begitu pula halnya dengan beberapa hadits yang dhaif dari
yang shahih. Bahkan masih ada hadits maudu' yang tercampur dengan hadits shahih.
Pada masa kodifikasi tahap dua ini, para ulama mengadakan penyaringan hadits-hadits yang
diterimanya. Maka bermunculanlah kitab-kitab hadits yang hanya memuat hadits shahih.
Kitab-kitab tersebut pada perkembangannya dikenal dengan Kutub As-Sittah (kitab induk
yang enam). Ulama pertama yang berhasil menyusun kitab tersebut adalah Abu Abdillah
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah, yang terkenal dengan
Imam Bukhari (194-252 H) dengan kitabnya Al-Jami' As-Sahih. Kemudian disusul oleh Abu
Husain Muslim Al-Hajjaj Al-Kusairi An-Naisaburi yang dikenal dengan Imam Muslim (204-
261 H) dengan kitabnya Al-Jami' As-Sahih.
Secara lengkap kitab-kitab Hadits yang enam diurutkan sebagai berikut:
1. Al-Jami' As-Sahih susunan
2. Al-Jami' As-Sahih susunan Muslim
3. As-Sunan susunan Abu Dawud
4. As-Sunan susunan Tirmidzi
5. As-Sunan susunan Nasa'i
6. As-Sunan susunan Ibnu Majjah

2.2 PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM PADA MASA BANI


UMAYYAH
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya
pendidikan tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara
otonom di daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial.
Sistem pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu yang
ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan
beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam),
Fistat (Mesir).
Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau
perbintangan, ilmu pasti, ilmu sastra, dan seni seperti seni bangunan, seni rupa, maupun seni
suara.Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila
dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya kegiatan
ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis Sastra. Jadi tempat
pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:
1. Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis,
jadi Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar
menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.
2. Masjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat
menengah yang dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu
untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu
pengetahuan.
Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat
tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh.
Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
3. Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan
yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut M. Al
Athiyyah Al Abrasy “Balai-balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti
diindahkan seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis bersih dan
rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak meludah, tidak
mengingus dan tidak menjawab kecuali bila ditanya. Ia tidak boleh bersuara keras dan harus
bertutur kata dengan sopan dan memberi kesempatan pada sipembicara menjelaskan
pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan tawa terbahak-bahak. Dalam
balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan,
didiskusikan dan diperdebatkan”.
4.Pendidikan Istana
Pendidikan istana diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah dan
para
pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh
kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan
keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua
murid. Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri
dan sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada
perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai
cabang ilmu seperti yang dikemukakan oleh Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita
peperangan serta syair dan Kitabah.
Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian,
syairnya adalah: Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah
orang yang pemurah di atas dunia ini”.
Selain kemajuan seperti di atas, ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Bidang Ilmu Hadits
a.  Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama
pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan  Abu Bakar
Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan siap
melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap
ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah masyarakat
islam untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.
b.  Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi
dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam
Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat
sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1)     Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
2)     Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
3)     Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
4)     An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
5)     At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
6)     Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.
2. Bidang Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu
tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi
masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril.
Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an bersandar dari
Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup. Dalam perkembangan
generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam telah berkembang  luas. Apalagi
pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab mengalami kesulitan. Makalahirlah
tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak,
Muhammad bin Jarir At-Thabary (w. 310).

3. Bidang Ilmu Fiqih


Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi umat islam,
terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum. Pada masa Khulafaurrasyidin,
penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah dilakukan sebuah metode penetapan
hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya hanya pengertian yang sederhana, yaitu
pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam
memutuskan sesuatu masalah. Pada tahap perkembangan pemikiran  islam, lahir sebuah ilmu
hukum yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah
berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu
perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. Pada masa ini
bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1)     Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2)     Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3)     Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4)     Az –Zuhri (Madinah)
5)     Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6)     Al –Hasan Basri (Basrah)
7)     Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8)     Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9)     Asy –Syu’aibi (Kufah)
10)    Makhul (Syam)

4. Bidang Ilmu Tasawuf


Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya
agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan ketentraman
jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil.
Munculnya tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak
terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf
antara lain sebagai berikut :
1)  Hasan Al-Basri
2)  Sufyan Ats-Tsauri
3)  Rabi’ah Al’Adawiyah
4)  Ibrahim bin Adham
5) Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia
yang meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana
dengan mendalami ilmu tasawuf. Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam
sindirannya yang indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah
mati”.
5. Ilmu Sejarah dan Geografi (Jughrafia)
 Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah,
dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
6. Ilmu Pengetahuan Bahasa Arab
Ilmu pengetahuan bidang bahasa arab, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahu,
saraf, dan lain-lain.
7. Bidang Filsafat
 Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu
mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu
kedokteran.

2.3 Sejarah Peradaban Islam di Masa Bani Umayyah


Bani Umayah berasal dari nama Umayah Ibnu Abdi Syams Ibnu Abdi Manaf, salah satu
pemimpin dari kabilah Quraisy. Yang memiliki cukup unsur untuk berkuasa di zaman
Jahiliyah yakni keluarga bangsawan, cukup kekayaan dan mempunyai sepuluh orang putra.
Orang yang memiliki ketiga unsur tersebut di zaman jahiliyah berarti telah mempunyai
jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan. Umayah senantiasa bersaing dengan
pamannya yaitu Hasim Ibnu Abdi Manaf. Sesudah datang agama Islam persaingan yang
dulunya merebut kehormatan menjadi permusuhan yang lebih nyata. Bani Umayah dengan
tegas menentang Rosululloh, sebaliknya Bani Hasim menjadi penyokong dan pelindung
Rosululloh, baik yang sudah masuk Islam atau yang belum. Bani Umayyah adalah orang-
orang yang terakhir masuk agama Islam pada masa Rosululloh dan salah satu musuh yang
paling keras sebelum mereka masuk Islam.
Awal kedaulatan bagi kedaulatan Bani Umayyah adalah sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi
Thalib, yang mana gubenur Syam tampil sebagai pemimpin Islam yang kuat. Muawiyah ibn
Abu Sufyan ibn Harb yang dulunya gubenur Syam, menggantikan posisi Ali ibn Abi Thalib
sebagai pemimpin Islam dengan cara yang bisa dibilang curang, yang waktu itu berawal dari
negosiasi antara pihak Khalifah Ali ibn Abi Thalib yang diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari
dengan pihak Muawiyyah yang diwakilkan oleh Amr bin Ash. Dari hasil negosiasi keduanya
menghasilkan kesepakatan untuk menjatuhkan Khalifah Ali ibn Abi Thalib dan Muawiyyah,
kemudian setelah itu dipilihlah seorang khalifah yang baru. Sebagai orang tertua, Abu Musa
Al-Asy’ari yang mengawali dalam mengumumkan hasil negosiasi tersebut.namun berbeda
halnya dengan Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Ash justru mengumumkan untuk menjatuhkan
Khalifah Ali ibn Abi Thalib tetapi menolak untuk menjatuhkan Muawiyyah, dengan kata lain
Amr bin Ash mendukung pengangkatan Muawiyyah sebagai pemipin yang menggantikan
Khalifah Ali ibn Abi Thalib.
Pada umumnya sejarawan menganggap Muawiyyah secara negatif, karena dari proses
keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin
diperoleh dengan cara arbitrasi yang curang. Lebih dari itu, Muawiyyah juga dituduh sebagai
pengkhianat prinsip-prinsip demikrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula
mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat berganti menjadi pewarisan
yang turun temurun seperti halnya dengan kerajaan.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai sejarah peradaban pada masa Daulah Bani
Umayyah yang terdiri dari pembahasan mengenai sejarah kelahiran daulah bani Umayyah
kemudian puncak kejayaan bani umayyah, prestasi peradaban Islam pada masa bani
Umayyah, sebab-sebab kemunduran bani Umayyah dan pelajaran terpenting dari mempelajari
kajian ini bagi pengembangan peradaban Islam masa kini dan masa depan.
         Peradaban Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah
Dinasti Umayyah telah mampu membentuk perdaban yang kontemporer dimasanya, baik
dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi. Berikut Prestasi bagi peradaban Islam
dimasa kekuasaan Bani Umayah didalam pembangunan berbagai bidang antara lain:
§ Masa kepemimpinan Muawiyah telah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat dengan
menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan.
§ Menertibkan angkatan bersenjata.
§ Pencetakan mata uang oleh Abdul Malik, mengubah mata uang Byzantium dengan Persia
yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Mencetak mata uang sendiri tahun 659 M
dengan memakai kata dan tulisan Arab.
§ Jabatan khusus bagi seorang Hakim ( Qodli) menjadi profesi sendiri .
§ Keberhasilan kholifah Abdul Malik melakukan pembenahan-pembenahan administrasi
pemerintahan Islam dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam. Keberhasilannya diikuti oleh putranya Al-Walid Ibnu Abdul Malik (705
– 719 M) yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.
§ Membangun panti-panti untuk orang cacat. Dan semua personil yang terlibat dalam
kegiatan humanis di gaji tetap oleh Negara.
§ Membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya.
§ Membangun pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid yang megah.
§ Hadirnya Ilmu Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah, bayan, badi’, Isti’arah dan
sebagainya. Kelahiran ilmu tersebut¬¬ karena adanya kepentingan orang-orang Luar Arab
(Ajam) dalam rangka memahami sumber-sumber Islam (Al-qur’an dan Al-sunnah).
§ Pengembangan di ilmu-ilmu agama, karena dirasa penting bagi penduduk luar jazirah Arab
yang sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis ataupun secara kronologis
tentang Islam. Diantara ilmu-ilmu yang berkembang yakni tafsir, hadis, fiqih, Ushul fiqih,
Ilmu Kalam dan Sirah/Tarikh.

  Pelajaran Terpenting bagi Pengembangan Peradaban Islam Masa Kini dan Masa Depan
Pelajaran terpenting dari kajian ini bagi pengembangan peradaban Islam di Masa kini dan
Masa sekarang yakni: bahwa pelajaran terpenting terdapat dari sisi mana kita akan
memahami. Misalkan dari sisi strategi, Dinasti Umayyah sangat hebat didalam pertahanan
militernya,oleh karenanya kekuatan militer sangatlah diperlukan oleh orang-orang Muslim
hal tersebut perlu adanya karena dengan jiwa yang kuat maka kita akan menjadi muslim yang
kuat. Didalam bidang sosial, dapat kita ambil pelajaran bagi peradaban Islam yakni
keberadaan orang muslim dengan non-muslim itu sama, dalam artian kita saling menghargai
dengan tidak menganggap remeh ataupun melecehkan agama lain. Contohnya kalau didalam
makalah adanya pembedaan kelas masyarakat antara arab dan non-Arab dan contoh didalam
kehidupan kita yakni dengan mengambil hikmah kejadian pelecehann agama Islam yang
dialkukan oleh orang non-islam. Dalam bidang politik,kita bisa mengambil contoh ketika
masa jayanya Umayyah dan keruntuhannya, dimasa jayanya kita bisa meniru dengan kinerja
bagus yang dilakukan Muawiyyah dan di masa kehancurannya kita bisa mengambil pelajaran
dari buruknya korupsi akan mengakibatkan kehancuran negeri.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1   KESIMPULAN :
Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyyah yang menang diplomasi di Siffin dan juga
sebagai akibat terbunuhnya Khalifah Ali ibn Abi Thalib. Namun tidak hanya itu, ada dasar lain
yang menjadikan daulah Bani Umaayyah itu lahir. Yakni dukungan yang kuat dari rakyat suriah
dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri. Mereka dengan kelompok bangsawan kaya makkah dari
keturunan Bani Umayyah berada sepenuhnya di belakang Muawiyyah untuk mendukungnya.
Dengan sumber kekuatan yang tiada habisnya baik itu kekuatan tenaga manusia ataupun
kekayaan, dan juga negeri suriah yang terkenal makmur yang menyimpan sumber alam yang
berlimpah tentunya sangat membantu Muawiyyah.
Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah
adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan
arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka
memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan
perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani
Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan
dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap
kekuasaannya hingga ke Eropa.

3.2   SARAN :
        Kita sebagai orang Islam harus menjadikan peradaban masa bani umayah sebagai contoh
bahwa begitu panjang kisah yang harus di lalui oleh para sahabat dan tabi’in dalam
menegakan agama islam di muka bumi ini

        Dengan mengetahui sejarah tersebut hendaklah kita lebih mensyukuri bahwa kita lahir
sebagai orang islam dan sebisa mungkin memperdalam ilmu tentang sejarah peradaban
islam   .
SEJARAH ANDALUSIA ANDALUSIA
Peta Andalusia

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para
peneliti baik dari kalangan sarjana Muslim maupun non Muslim, karena banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam
selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatan agar berhati-hati, misalnya
dengan mengetahui bahwa umat Islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam
segala bidang selama beratus-ratus tahun, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri
menjadi orang Islam. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami
kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk
memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sesungguhnya sejarah sebuah kaum adalah materi utama untuk mendidik generasi
penerusnya, terutama jika umat yang bersangkutan adalah umat yang berperadaban yang
tinggi serta memiliki peranan yang besar dalam memajukan dunia. Saat ini, yang wajib
dilakukan umat Islam adalah bagaimana agar mereka senantiasa belajar dari sejarah, baik
tentang hal-hal yang positif maupun negatif. Dari sinilah akan ditemukan betapa sejarah umat
Islam memiliki keunggulan dari sejarah umat yang lainnya. Pada saat Barat dan Eropa
mengalami apa yang mereka sebut sebagai “zaman kegelapan,” justru peradaban Islam
sedang mengalami kecemerlangan yang ditandai dengan pesatnya perkembangan dan inovasi
ilmu pengetahuan. Dari peradaban Islam inilah, Eropa mendapatkan pencerahan untuk
sampai kepada sebuah kebangkitan.
Berdasarkan dengan pernyataan di atas, penulis ingin memaparkan dan menjelaskan tentang
sebuah sejarah dan peradaban besar Islam yang pernah tumbuh dan berkembang di benua
Eropa, tepatnya di Negara Spanyol yang dulunya terkenal dengan nama “Andalusia”. Oleh
karena itu, penulis ingin mengangkat sebuah makalah yang berjudul “ISLAM di
ANDALUSIA” .
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan
di bahas sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses masuknya Islam di Andalusia ?
2.      Bagaimana Perkembangan politik dan peradaban di Andalusia ?

C.  Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka di penulis berharap :
1.        Mahasiswa/mahasiswi dapat memahami bagaimana dan mengetahui bagaimana proses
masuknya Islam di Andalusia.
2.        Mahasiswa/mahasiswi dapat memahami dan mengetahui bagaimana perkembangan
politik dan peradaban di Andalusia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Masuknya Islam di Andalusia


Pada tahun 133 M bangsa Romawi dapat menguasai semenanjung Andalusia, di masa
pemerintahan Romawi tersebut masuk pulalah ke sana sejumlah besar bangsa Yahudi,
kemudian pada abad kelima, bangsa Vandal menyerang semenanjung itu, sesudah itu pada
permulaan abad keenam, bangsa Got menyerangnya pula dan mereka mengusir bangsa
Vandal ke pantai Afrika. Demikianlah negeri-negeri di semenanjung itu didiami oleh
penduduk yang berbeda-beda kebangsaan dan agamanya. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya permusuhan yang meruncing antara orang-orang Masehi dan Yahudi, dan
seringkali orang Yahudi yang mengalami kekalahan. Sementara itu perebutan singgasana
antara pangeran-pangeran di sana hampir-hampir tak henti-hentinya, lebih-lebih di masa
sebelum terjadinya serangan kaum Muslimin ke sana. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
kaum Muslimin memandang ringan terhadap pemerintah dan kekuatan militer di negeri-
negeri itu. Maka timbullah pikiran untuk melancarkan serangan ke daerah tersebut.
Kemudian datanglah suatu peluang yang baik untuk melaksanakan pikiran itu, yaitu ketika
Roderik merebut singgasana Spanyol--setelah meninggalnya raja Got Barat “Witiza”--
peristiwa ini menyebabkan putra-putra raja Witiza sangat marah dan mereka meninggalkan
Spanyol pergi ke Afrika, di sana mereka mengadakan perjanjian persekutuan dengan kaum
Muslimin. Begitu juga telah terjadi perselisihan antara Count Julian di satu pihak dan Roderik
di pihak lain. perselisihan ini kabarnya karena Roderik mencemarkan kehormatan puteri dari
Julian, karena itu Julian ingin membalas dendam untuk membela kehormatan dan nama
baiknya. Julian berusaha mendorong dan meminta kaum Muslimin untuk menyerbu ke
Spanyol. Permintaan itu dimajukannya kepada Gubernur Islam di Afrika Utara yaitu Musa
bin Nusair. Ia ditunjuk Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (al-Walid I) 86 H/705 M, Khalifah
keenam Dinasti umayyah, menjadi Gubernur Afrika Utara menggantikan Hasan. Demi
menantang kezaliman dan membantu keadilan, Gubernur Musa memperkenankan permintaan
itu, atas persetujuan dari Khalifah Walid bin Abdul Malik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga orang pahlawan Islam yang berjasa
memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibnu Malik. Thariq bin
Ziyad dan Musa bin Nushair. Tharif ibnu Malik adalah orang yang pertama melakukan
penyerbukan ke Spanyol dan dia dapat di sebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah
kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif  mendapat kemenangan dan
kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Keberhasilan dan sukses yang diperoleh Tharif ini mendorong Amir Qairawan untuk
melakukan tindakan yang pasti, guna mendapatkan kekuasaan dan stabilitas di Andalus.
Tugas berat ini diserahkannya kepada Thariq bin Ziyad. Maka berangkatlah Thariq
memimpin 7.000 orang tentara yang terdiri dari bangsa Barbar dan sebagian lagi orang Arab
yang dikirim khalifah Al-Walid. Mereka menyeberangi selat itu dengan kapal-kapal yang
disediakan oleh Julian. Thariq beserta pasukannya kemudian mendarat dan menempati suatu
gunung yang sampai kini masih dikenal dengan namanya sendiri, yaitu “Jabal
Thariq”(Gibraltar).
Setelah berhasil menyeberang ke daratan Spanyol, tiba-tiba Thariq mengambil langkah yang
hingga sampai kini membuat tercengang para ahli sejarah. Ia membakar perahu-perahu yang
digunakan untuk mengangut pasukannya itu. Lalu ia berdiri di hadapan para tentaranya
seraya berpidato dengan lantang berwibawa, dan tegas. Dalam pidatonya yang penuh
semangat, panglima Thariq berkata;
“Di mana jalan pulang? Laut berada di belakang kalian. Musuh di hadapan kalian. Sungguh
kalian tidak memiliki apa-apa kecuali sikap benar dan sabar. Musuh-musuh kalian sudah
siaga di depan dengan persenjataan mereka. Kekuatan mereka besar sekali. Sementara
kalian tidak memiliki bekal lain kecuali pedang, dan tidak ada makanan bagi kalian kecuali
yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian. Sekiranya perang ini
berkepanjangan, dan kalian tidak segera dapat mengatasinya, akan sirnalah kekuatan
kalian. Akan lenyap rasa gentar mereka terhadap kalian. Oleh karena itu, singkirkanlah sifat
hina dari diri kalian dengan sifat terhormat. Kalian harus rela mati. Sungguh saya
peringatkan kalian akan situasi yang saya pun berusaha menanggulanginya. Ketahuilah,
sekiranya kalian bersabar untuk sedikit menderita, niscaya kalian akan dapat bersenang-
senang dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, janganlah kalian merasa kecewa
terhadapku, sebab nasib kalian tidak lebih buruk daripada nasibku…”
Selanjutnya ia berteriak kencang: “Perang atau mati!” Pidato yang menggugah itu merasuk
ke dalam sanubari seluruh anggota pasukannya.
Disanalah Thariq mempersiapkan satuan-satuannya untuk menyerbu semenanjung
Andalusia yang luas dan makmur itu. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama
Bakkah, raja Roderik dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan
kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan Goth saat itu).
Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin
Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel,
sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan
pasukan Gothik yang jauh lebih besar yaitu 100.000 orang.
Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan
maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat
menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukannya. Setelah
Musa berhasil menaklukkan kota Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan
penguasa kerajaan Gothik, ia bergabung dengan Thariq  di Toledo. Selanjutnya, keduanya
berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari
Saragosa sampai Navarre.
Berdasarkan referensi-referensi yang telah dibaca oleh penulis, bahwa kemenangan-
kemenangan tersebut disebabkan oleh faktor eksternal dan internal yang sangat
menguntungkan. Faktor eksternalnya adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol. Pada penaklukan Spanyol oleh umat Islam baik dalam bidang sosial, politik dan
ekonomi, negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik wilayah
Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu
penguasa Ghotik bersikap tidak toleran terhadap agama-agama yang dianut oleh berbagai
aliran. Adapun faktor internalnya adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol
pada khususnya dan lebih penting lagi adalah ajaran Islam itu sendiri yang ditunjukan oleh
tentara Islam yaitu sifat toleransi, persaudaraan dan tolong menolong. Sikap toleransi dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimim menyebabkan penduduk Spanyol
menyambut kehadiran Islam disana.
1.    Perkembangan Politik
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam
terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih
dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat islam di Spanyol itu dapat di bagi
menjadi beberapa periode:
a)   Periode Pertama (Gerakan Pembebasan)
Periode pertama ini antara tahun 711-755 M, Andalus diperintah oleh para wali yang
diangkat oleh khalifah bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi,
baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Adapun
gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di
daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam.
b)   Periode Kedua
Periode ini antara tahun 755-1013 M pada waktu Andalus dikuasai oleh daulah Umayyah II.
Periode ini dibagi dua:
1)   Masa Keamiran
Pada masa ini, spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu
dipegang oleh khalifah Abbasyiah di Baghdad.
Sebagaimana telah diceritakan dalam sejarah Islam bahwa  pada tahun 750 M kerajaan bani
Umayyah dapat direbut oleh bani Abbasyiah. Naiknya bani Abbasyiah dalam tahta kerajaan
diikuti dengan pembunuhan dan penumpasan terhadap keluarga bani Umayyah, hanya sedikit
warganya yang lolos dari peristiwa tersebut, diantaranya Abd al-Rahman yang dikenal dalam
sejarah Abd al-Rahman al-Dakhil artinya Abd al-Rahman yang lolos dari pembantaian bani
Abbasyiah. Dengan kecerdikannya, ia dapat mendirikan kerajaan baru di sana, dan
menyebabkan Al-Manshur (pendiri Daulah Abbasiyah) menjadi kagum dan memberinya
gelar “Sakhar Quraisy” (garuda kaum Quraisy).
Masa keamiran tahun 755-912 M. Masa ini dimulai ketika Abd al-Rahman al-Dakhil, seorang
keturunan bani Umayyah I yang berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan yang
dilakukan bani Abbas di Damaskus, mengambil kekuasaan di Andalus pada masa Amir
Yusuf al-Fihr. Ia kemudian memproklamirkan berdirinya daulah Umayyah II di Andalus
kelanjutan Umayyah I di Damaskus
2)   Masa Kekhalifahan
Masa kekhalifahan tahun 912-1013 M, masa ini mencapai puncaknya di bawah kekuasaan
pemerintahan amir kedelapan, ‘Abd al-Rahman III (912-961), orang pertama yang
menyandang gelar Khalifah. Ia menggelari diri dengan khalifah al-Nashir li Dinillah. Spanyol
telah mencapai puncak kejayaannya di bawah para penguasa daulah Umayyah, Abd al-
Rahman III (912-961 M), al-Hakam II (961-976 M). Pada waktu itu, ibukota Cordova
menyala bagaikan cahaya kilau-kemilau di dalam gelapnya daratan Eropa dan dengan
Baghdad dan Konstantinopel dapat diperkerikakan sebagai salah satu daripada tiga pusat
peradaban dunia. Selama periode Umayyah, Cordova di Spanyol tetap menjadi ibukota dan
menikmati periode kemegahan yang tiada tandingannya, seperti pesaingnya di Irak
(Baghdad).
Awal dari kehancuran khilafah bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam II (976-1009
M), naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan
para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi amir sebagai pemegang
kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan
kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan saingan-
saingannya. Atas keberhasilan tersebut, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada
tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan
keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh
adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara
yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total.
  Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri dan beberapa orang yang dicoba untuk
menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun
1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan Khalifah. Ketika itu,
Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali Negara kecil yang berpusat di kota-kota
tertentu.
c)   Periode ketiga
Periode ketiga ini antara tahun 1013-1492 M, ketika umat Islam Andalus terpecah dan
menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Periode ini dibagi menjadi tiga masa:
1)  Masa kerajaan-kerajaan kecil yang sifatnya lokal tahun 1013-1086 M. Pada masa ini,
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja
golongan, masa ini disebut Muluk al-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville,
Cordova, Toledo dan sebagainya. Pada masa ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa
pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan tersebut, orang-orang Kristen mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun
kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada masa ini.
2)  Masa antara tahun 1086-1235 M, pada masa ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah
dalam beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu dinasti Murabithun
(1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya
adalah sebuah gerakan agama yang didirikan bangsa Barbar di Afrika Utara dipimpin oleh
Yusuf ibn Tasyfin. Dinasti ini datang ke Andalus mengusir umat Kristen yang menyerang
Sevilla pada tahun 1086 M, tetapi menggabungkan Muluk al-Thawaif ke dalam dinasti yang
dipimpinnya sampai tahun 1143 M, ketika dinasti ini melemah digantikan oleh dinasti Barbar
lain Al-Muwahhidin (1146-1235 M). Dinasti ini datang ke Andalus dipimpin Abd al-
Mu’min. Pada masa putranya Abu ya’kub Yusuf bin Abd al-Mu’min (1163-1184 M) Andalus
mengalami masa kejayaan. Namun sepeninggal Sultan ini Al-Muwahhidin mengalami
kelemahan. Bersamaan dengan kelemahan yang dialami kaum muslimin, gerakan
reconquista atau pengambilan kembali wilayah-wilayah dari tangan Muslim oleh pasukan
Kristen telah dimulai yaitu ditandai dengan kekalahan kaum Muslimin yang fatal di
pertempuran Las Navas de Tolosa pada tahun 608 H/1212 M. Kekalahan-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan
kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu
bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh
ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M, seluruh Spanyol lepas dari
kekuasan Islam, kecuali Granada yang dikuasai oleh bani Ahmar sejak tahun 1232 M.
3)  Masa antara tahun 1232-1492, ketika umat Islam Andalus bertahan di wilayah Granada di
bawah kuasa dinasti bani Ahmar. Pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf
bergelar al-Nasr, oleh karena itu kerajaan ini disebut juga Nasriyyah. Kerajaan ini merupakan
kerajaan terakhir umat Islam Andalus yang berkuasa di wilayah antara Almeria dan Gibraltar,
pesisir Tenggara Andalus. Dinasti ini dapat bertahan karena dilingkupi oleh bukit sebagai
pertahanan dan mempunyai hubungan yang dekat dengan negeri Islam Afrika Utara yang
waktu itu di bawah kerajaan Marin. Ditambah lagi Granada tempat berkumpulnya pelarian
dan umat Islam dari wilayah selain Andalus ketika wilayah itu dikuasai tentara Kristen. Oleh
karena itu, dinasti ini pernah mencapai kemajuan diantaranya membangun istana Al-Hambra.
Namun pada dekade terakhir abad XIV M dinasti ini telah lemah akibat perebutan kekuasaan.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh kerajan Kristen yang telah mempersatukan diri melalui
pernikahan antara Isabella dari Aragon dengan raja Ferdinand dari Castilla untuk bersama-
sama merebut kerajaan Granada. Pada tahun 1487 mereka dapat merebut Malaga, tahun 1489
menguasai Almeria, tahun 1492 menguasai Granada. Raja terakhir Granada, Abu Abdullah,
melarikan diri ke Afrika Utara.
Gerakan reconquista terus berlanjut. Tahun 1499 kerajaan Kristen Granada melakukan
pemaksaan terhadap orang Islam untuk memeluk Kristen, buku-buku tentang Islam dibakar.
Tahun 1502 kerajaan Kristen ini mengeluarkan perintah supaya orang Islam Granada keluar
dari negeri itu kalau tidak mau menukar agama menjadi Kristen. Umat Islam harus memilih
antara masuk Kristen atau keluar dari Andalus sebagai orang terusir. Maka banyak orang
Islam yang menyembunyikan keislamannya melahirkan kekristenannya. Timbul pula
pemberontakan-pemberontakan. Pada tahun 1596 sekali lagi orang Islam Granada
memberontak dibantu oleh kerajaan Ostmaniyah. Antara tahun 1604-1614 kira-kira setengah
juta orang Islam Spanyol pindah ke Afrika Utara. Ini merupakan perpindahan terakhir umat
Islam Spanyol. Sejak saat itu tak ada lagi umat Islam di Andalus.
Setelah peristiwa itu, mereka hilang di mata dunia luar dari panggung sejarah pada abad
kesembilan Hijriah/ketujuh belas Masehi, meskipun demikian, pengaruh Islam dan
budayanya masih bisa dirasakan di Spanyol sampai hari ini.

B.  Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia


1.    Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam di Andalusia sangat
banyak, diantaranya:
a)      Pembangunan Masjid, Istana, Perkotaan, Pertamanan dan Pemandian Umum
Pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-
gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara
pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di
Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hambra di
Granada.
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani
Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar
dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk
menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di
seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan,
setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik.
Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i,
terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya
tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya
berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum,
penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana
berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh
Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya
terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah
indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan
kota, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain. Pada abad sepuluh, khalifah juga
membangun sebuah kota kerajaan yakni Madinat al-Zahrah, sebuah kota yang dihiasi dengan
berbagai istana, pancuran air, pertamanan yang megah menandingi keindahan komplek istana
Baghdad.
b)     Pembangunan Pertanian (tebu, tembakau dan lain-lain), Irigasi, Industri,
Perkapalan dan Perluasan Perdagangan
Beberapa perkembangan baru yang didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad
kesembilan dan kesepuluh yaitu perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada
pola-pola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang
dapat diperjualkanbelikan, meliputi buah ceri, buah apel, buah delima, ponoh ara, buah
kurma, tebu, kapas dan lain-lain. Tipe irigasi yang digunakan yaitu tipe irigasi Damaskus
(membagi pengairan kepada setiap petani sesuai ukuran tanah mereka masing-masing), tipe
irigasi Yamani (membagikan air berdasarkan batas waktu pengaliran tertentu) yang
diterapkan di wilayah oasis.
Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian
juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal
sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air
didirikan.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau
dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi
(penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water
wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang
Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-
taman. Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung
ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-
barang tembikar. Pada saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah
lantaran hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah barat Laut Tengah.
Beberapa kota seperti Seville dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya
produksi pertanian dan perdagangan internasional.
2.    Perkembangan Pembangunan
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abd al-Rahman al-
Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan yang megah diantaranya:
1)      Al-Qashr al-Kabir, kota satelit yang didalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.
2)      Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut Cordova.
3)      Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak.
4)      Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota
ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir ditengah
masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik
senjata, dan pabrik perhiasan.
3.    Perkembangan Ekonomi
Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan
abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri
Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-
belikan , meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas,
rami dan sutera. Pada saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah
lantaran hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah barat laut Tengah.
Beberapa kota seperti seville dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya
produksi pertanian dan perdagangan internasional.
4.    Perkembangan Intelektual
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai
kejayaannya di sana. Banyak sekali kontribusi bagi kebangunan budaya Barat. Kebangkitan
intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari,
mendalami dan menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-
buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari
bahasa Arab untuk dapat menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi pusat penerjemahan. Banyak sarjana-
sarjana Eropa yang berdatangan ke kota Toledo untuk belajar dan mendalami buku-buku ilmu
pengetahuan Islam. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat
brilian dalam bentangan sejarah Islam. Sains dan Teknologi.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-
komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang spanyol yang masuk
Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah
antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Mujareb yang berbudaya
Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali
yang terakhir, memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
Disamping dari faktor kemajemukan masyarakatnya, negeri yang subur juga mendorong
negeri Spanyol dalam mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya
banyak menghasilkan pemikir. Berikut dibawah ini uraian mengenai perkembangan
intelektual di masing-masing bidang:
a)   Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam al-Khawarizmi banyak sekali memberikan
sumbangannya dengan karya-karyanya dan mempunyai pengaruh terbesar terhadap
kontribusi ilmu pasti diantara semua penulis di abad pertengahan. Ia menulis buku al Jabr wa
al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua dan al-Khwarizmi merupakan
orang pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar.
Namun disamping itu, tokoh yang paling terkenal dalam ilmu astronomi adalah
Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang. Ada pula Al-majiriyah dari Cordova, al-
Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang
sangat terkenal saat itu.                                      
b)   Matematika
Ilmu eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong dengan adanya
perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan orang Arab berasal dari buku India yaitu
Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari (154 H/ 771 M).
Dengan perantara buku ini, kemudian Nasawi seorang pakar matematika memperkenalkan
angka-angka India seperti 0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih
dikenal dengan angka Arab.
c)    Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat. Minat filsafat
dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M di masa Khilafah Bani
Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M). Karya-karya ilmiah dan filosofis
dalam jumlah besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan
universitas besar yang dapat menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan
didunia Islam. Dalam keadaan ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, lalu pindah ke Sevilla dan Granada. Ia bersifat
etis dan eskatologi dalam masalah yang dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina.
Magnum opusnya adalah tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya filsafatnya
yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd (1126-1198 M) mendominasi lapangan
filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-
pikiran Aristoteles sehingga dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam
menggeluti masalah-masalah tentang keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal
dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.
d)   Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar
kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-873 M), telah menulis
buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain itu,
terkenal pula ar-Razi (865-925 M) yang oleh orang Barat-Latin disebut Rhazez. Ia
mengarang sebuah buku kedokteran berjudul al-Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan
oleh Faraj bin Salim (seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan judul
Continens atas perintah Raja Farel dari Anyou. Ia memuat dan merangkum ilmu ketabiban
dari Persi, Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil penyelidikan.Ahli kedokteran yang terkenal
pada saat itu antara lain adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama
Abulcassis. Beliau adalah seorang ahli bedah terkenal dan menjadi dokter istana. Ia wafat
pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah al-tasrif terdiri dari 30 jilid.
Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli dalam
bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat al-Thib.
Dokter islam lain yang terkenal adalah Ibnu Sina (Avecinna). Ia menulis buku yang
berjudul al-Qonun fit-Thib, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Qonun of
Medicine dan menjadi buku pegangan diperguruan-perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir
dari abad 15. Buku kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia Medica memuat kira-kira 760
macam ilmu dipakai pedoman terutama di Barat. Dikatakan oleh William Osler, bahwa
diantara kitab-kitab yang lain, kitab Ibnu Sina lah yang tetap merupakan dasar ilmu ketabiban
untuk masa yang paling lama.
e)    Sastra
Lahirnya karya-karya sastra di dorong oleh kemajuan bahasa pada waktu itu. Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol baik oleh
orang-orang Islam maupun non-islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan
bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Karya-karya sastra yang banyak bermunculan,
seperti al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh
Ibn Bassam, kitab al-Qalaid karya al-Fath Ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
f)    Sejarah
Dalam bidang ilmu sejarah ternyata karya-karya ilmu sejarah ternyata juga
memberikan sumbangan dan pengaruh dalam pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu
Khaldun, melalui karya Muqaddimah-nya, dialah yang pertama kali mengemukakan teori
perkembangan sejarah, baik berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim, maupun
kekuatan moral dan ruhani. Sebagai orang yang mencari dan merumuskan hukum kemajuan
dan keruntuhan bangsa, maka Ibnu Khaldun dapat dianggap sebagai pencipta ilmu baru,
karena tak ada penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai pandangan sejarah yang sejelas
itu dan mengulasnya secara filsafat.
BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah  dipaparkan secara komprehensif,  maka penulis akan menarik
beberapa simpulan dan analisis yang terkait dengan rumusan masalah tersebut.
1.    Awal proses masuknya Islam di Andalusia adalah diawali dengan penyerbuan pasukan
Islam Afrika Utara yang dipimpin oleh Tharif Ibnu Malik, orang kepercayaan Musa ibn
Nusair, gubernur terkemuka di Afrika Utara pada periode Umayyah. Keberhasilan dan sukses
yang diperoleh Tharif ini mendorong Amir Qairawan untuk melakukan tindakan yang pasti,
guna mendapatkan kekuasaan dan stabilitas di Andalus. Tugas berat ini diserahkannya
kepada Thariq bin Ziyad. Maka berangkatlah Thariq beserta pasukannya, kemudian mereka
mendarat dan menempati suatu gunung yang sampai kini masih dikenal dengan namanya
sendiri, yaitu “Jabal Thariq”(Gibraltar). Disanalah Thariq mempersiapkan satuan-satuannya
untuk menyerbu semenanjung Andalusia yang luas dan makmur itu. Setelah itu
berkembanglah Islam di sana selama lebih dari tujuh abad.

2.    Perkembangan politik Islam di Andalusia terbagi menjadi beberapa periode yaitu:
a)   Periode Pertama (Gerakan Pembebasan) tahun 711-755 M, Andalus diperintah oleh para
wali yang diangkat oleh khalifah bani Umayah yang berpusat di Damaskus. 
b)   Periode Kedua tahun 755-1013 M pada waktu Andalus  dikuasai oleh daulah Umayyah
II. Periode ini dibagi dua.
1)   Masa Keamiran (755-912 M). Masa ini dimulai ketika Abd al-Rahman al-Dakhil,
seorang keturunan bani Umayyah I yang berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan
yang dilakukan bani Abbas di Damaskus, ia mengambil kekuasaan di Andalus pada masa
Amir Yusuf al-Fihr, kemudian memproklamirkan berdirinya daulah Umayyah II di
Andalus kelanjutan Umayyah I di Damaskus.
2) Masa Kekhalifahan (912-1013 M), masa ini mencapai puncaknya di bawah kekuasaan
pemerintahan amir kedelapan, ‘Abd al-Rahman III (912-961), orang pertama yang
menyandang gelar Khalifah. Awal dari kehancuran khilafah bani Umayyah di Spanyol
adalah ketika Hisyam II (976-1009 M), naik tahta dalam usia sebelas tahun, dan
kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. 

Adapun di bidang peradaban Andalusia mengalami kemajuan antara lain:


1)    Kemajuan ilmu pengetahuan dan intelektual seperti filsafat, sains, fikih, tafsir, hadis,
tasawuf, musik, kesenian, bahasa dan Sastra
2)      Kemegahan Pembangunan Fisik diantaranya:
a.       Pembangunan Masjid, Istana, Perkotaan, Pertamanan dan Pemandian Umum.
b.      Pembangunan Pertanian (tebu, tembakau dan lain-lain), Irigasi, Industri, Perkapalan
dan Perluasan Perdagangan.

B.  Saran
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan media pembelajaran kita untuk lebih
mengetahui bagaimana sejarah masuknya Islam di Andalusia dan perkembangan-
perkembanganya.
GAMBAR TOKOH ILMU PENGETAHUAN :

MUHAMMAD IBN MUSA AL-KHWARIZMI AR-RAZI (ABU BAKAR AR-RAZI)

JABIR IBN HAYYAN IBNU SINA

AL-KINDI AL-BIRUNI
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU DI DUNIA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama besar yang disepanjang perjalanan sejarah telah berkali-kali
menorehkan catatan dengan tinta emas bagi kemajuan peradaban dunia.
Tercatat dalam sejarah bahwa dinasti Bani Abbasiyah yang memerintah setelah Dinasti
Bani Umayyah adalah dinasti terlama dalam sejarah peradaban Islam – sekitar lebih dari 5
(lima) abad- juga dinasti ini pula yang mengantarkan peradaban Islam pada masa golden age
nya. Dimana pada masa itu ilmu pengetahuan berkembang pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan Islam inilah yang kemudian diserap dan memicu
renaisans di Eropa, hal ini terjadi setelah sinar kejayaan Islam mulai meredup.

1.2.       Rumusan Masalah


a.   Apa pengertian ilmu pengetahuan?
b.   Bagaimana sejarah kemunculan ilmu?
c.   Bagaimana perkembangan ilmu di dunia Islam?
d.   Apa peranan Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan?

1.3.       Tujuan Penulisan


Di masa lalu, Islam pernah menorehkan prestasi gemilang dalam dunia pengetahuan,
menjadi pionir dalam banyak bidang pengetahuan. Meski kemudian tenggelam dan terpuruk
oleh dominasi kemajuan pengetahuan Barat.
Makalah ini kami sajikan untuk membuka wawasan pemikiran umat Islam tentang apa
yang pernah peradaban Islam capai di masa lalu dengan harapan dapat menambah motivasi
untuk mengembalikan kejayaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Ilmu dan Pengetahuan


Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta
dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa pikiran sehat (common sense),
sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode
dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti
semua ilmu adalah pengetahuan.

2.2.       Sejarah Kemunculan Ilmu


Pada hakekatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri manusia.
hasrat ingin tahu timbul oleh banyaknya aspek kehidupan yang masih samar atau bahkan
gelap. Dalam usahanya untuk mencapai kebenaran tersebut selalu mengadakan penelitian
secara ilmiah. Penelitian secara ilmiah dilakukan manusia untuk menyalurkan hasrat ingin
tahu yang mencapai taraf keilmuan, disertai dengan keyakinan bahwa setiap gejala dapat
ditelaah dan dicari sebab akibatnya (causalitas). Namun, pengetahuan pada awalnya masih
dikaitkan dengan mitos-mitos atau berbau mistik.
Proses berpikir manusia menuntut mereka untuk menemukan sebuah metode belajar
dari pengalaman dan memunculkan keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris,
serta dapat diukur. Dalam sejarah tercatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia
sebagai perintis terbentuknya ilmu karena telah berhasil menyusunnya secara sistematis.
Implikasi dari hal tersebut manusia akan mencoba merumuskan semua hal termasuk asal-
muasal mitos-mitos karena mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan asal-
usulnya dan kondisi sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang remang-remang -yang berupa
tahu atau pengetahuan- dapat dibuktikan kebenaran sementaranya dan dapat
dipertanggungjawabkan pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu pengetahuan atas
mitos-mitos, dan kepercayaan tradisional yang berlaku di masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan bermula dari tahu, berulang-ulang
menjadi sebuah pengetahuan, namun masih dipengaruhi oleh mitos dan mistis yang masih
sulit untuk dirasionalkan dan belum dapat dipertanggungjawabkan. Dari proses berpikir
bukan hanya sekedar tahu itulah lahirnya sebuah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah salah satu jembatan untuk mencapai kebenaran yang hakiki
setelah berkolaborasi dengan yang lain.

2.3.       Perkembangan Ilmu di Dunia Islam


Islam sangat menghargai ilmu, ini terlihat sejak kemunculan agama Islam itu sendiri
yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, saat beliau menerima wahyu pertama dengan
perintah “ iqra’ (bacalah).
Dominasi para teolog Kristen pada masa-masa awal Islam mewarnai aktivitas ilmiah
pergerakan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu
pada masa itu adalah ancillla theologia atau abdi agama. Atau dengan kata lain, kegiatan
ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi problema
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati.
Inilah yang dianggap sebagai salah satu penyebab masa ini disebut dengan Abad gelap (dark
age). Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja
besar seperti Alfred dan Charlemagne.
Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi perkembangan
ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada isu-
isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan besar-besaran
terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.
Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik (650-1250
M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal
seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang
sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban
Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak),
Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa
ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan
dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah
terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan
kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke Baghdad.
Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di pangkuan
peradaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti: Al-Ḥāwī
karya al-Rāzī (850-923)  merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan
ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas mengarang suatu Encyclopedia ilmu kedokteran
dengan judul Continens, Ibnu Sina (980-1037) menulis buku-buku kedokteran (al-Qonun)
yang menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa. Al-Khawarizmi (Algorismus atau
Alghoarismus) menyusun buku Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar
beberapa abad di Eropa. Ia juga menulis perhitungan biasa (Arithmetics), yang menjadi
pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Ibnu
Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang menterjemahkan dan mengomentari karya-karya
Aristoteles. Al Idris (1100-1166) telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa
itu untuk disampaikan kepada Raja Boger II dari kerajaan Sicilia.
Dalam bidang kimia ada Jābir ibn Ḥayyān (Geber) dan al-Bīrūnī (362-442 H/973-1050
M). Sebagian karya Jābir ibn Ḥayyān memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat
kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan
bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-
karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat
yang mencapai ketepatan tinggi.
Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan
filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), al-
Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Ṭufayl atau Abubacer (w.
1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī
berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun fondasi filsafat
dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian
diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin memperkenalkan filsafat
dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan,
dan menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing.
Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen daripada
filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir.
Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para skolastik, tetapi juga pada
sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang menentang keabadian dan
disebut Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah
dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang
mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali peradaban
mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman
pencerahan atau renaisans.
Pada zaman itu Islam juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu Alam. Istilah zenith,
nadir, dan azimut membuktikan hal itu. Angka yang masih dipakai sampai sekarang, yang
berasal dari India telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa Arab. Sumbangan sarjana Islam
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu:
a.    Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan sedemikian rupa,
sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.
b.    Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu
kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
c.    Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

2.4.       Peranan Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Sebagaimana dijelaskan di atas, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan
filsafat dari orang-orang sophia atau sophist (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM),
kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang
bernama Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi
generasi penerus hingga munculnya Al-kindi pada tahun 801 M. Al-kindi banyak belajar dari
kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh raja Al-Makmun dan raja Harun Al-
Rasyid pada zaman Abbasiyah, Al-kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan
Aristoteles tersebut kedalam bahasa Arab.
Sepeninggal Al-kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus
mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah: Al-farabi, Ibnu Sina,
Jamalludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal dan Ibnu Rushd.
Berbeda dengan filosof-filosof Islam terdahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibn
Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di Barat adalah Ibnu
Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).
Ibnu Baja dan Ibnu Tufail merupakan pendukung rasionalisme Aristoteles. Akhirnya
kedua orang ini bisa menjadi sahabat.
Sedangkan Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol meskipun
seorang dokter dan telah mengarang buku ilmu kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap
setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.
Spanyol Islam telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Kemajuan-kemajuan umat Islam ini
bertahan hingga beberapa abad sebelum akhirnya meredup seiring dengan runtuhnya dinasti
Umayyah dan dinasti Abbasiyah.
Atas inisiatif Al-Hakam (961 – 976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
Timur dalam jumlah besar, sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-
universitasnya mampu manyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia
Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini
merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia
pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia
yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya
bersifat etis dan eskatalogis. Magnum opusnya adalah tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah
dusun kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. ia banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal
adalah Hay ibn Yaqzhan.
Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat
ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama
Kristen, sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul dengan
putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran filsafat
ajaran Ibnu Rushd.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa
berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-
universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan
Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya
ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke
negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama di
Eropa adalah universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah
wafatnya Ibn Rusyd. Diakhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas.
Didalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas
Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang
paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12
M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka Yunani di Eropa pada
abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam
bahasa latin.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam,
tetapi ia telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah
kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M,
rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
Meskipun kelahiran ilmu pengetahuan bersumber dari Yunani Kuno, namun
perkembangannya justru dimulai sejak masa keemasan dunia Islam dalam perkembangan
ilmu pengetahuan sekarang. Namun, menurut berbagai sumber menyimpulkan bahwa terjadi
distorsi terhadap fakta sejarah pada saat dark age. Ada semacam upaya penghapusan jejak
hasil peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan ilmuwan muslim yang pernah menorehkan
keilmuan yang begitu gemilang.
BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta
dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik.
Dalam sejarah tercatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia sebagai
perintis terbentuknya ilmu karena telah berhasil menyusunnya secara sistematis.
Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu:
a.   Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan sedemikian rupa,
sehingga dapat dikenal dunia Barat.
b.   Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu
kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
c.    Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.
Spanyol Islam telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Kemajuan-kemajuan umat Islam ini
bertahan hingga beberapa abad sebelum akhirnya meredup seiring dengan runtuhnya dinasti
Umayyah dan dinasti Abbasiyah.

3.2.       Saran
Islam pernah berjaya di masa lalu, namun kejayaan itu kini seakan lenyap tiada tersisa.
Untuk itu kami menyarankan kepada segenap umat Islam agar menjadikan pendidikan
sebagai prioritas utama disamping ibadah, karena hanya dengan ilmu pengetahuanlah umat
Islam bisa mengejar ketertinggalannya.

Anda mungkin juga menyukai