ISLAM, YANG BERLANGSUNG SEJAK PERMULAAN DAULAH ABBASIAYAH SAMPAI DENGAN JATUHNYA BAGHDAD, YANG DIWARNAI DENGAN BERKEMBANGNYA ILMU AQLIYAH DAN TIMBULNYA MADRASAH, SERTA MEMUNCAKNYA PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM Kekuasaan Bani Abbasiyah berlangsung selama lima abad sejak tahun 750-1258 M Berdasarkan fakta sejarah, sebanyak 37 khalifah yang pernah menjadi pemimpin pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah, dan masa kejayaan masa keemasannya antara lain: 1) masa khalifah ketiga al-Mahdi, 2) khalifah ke sembilan, al-Watsiq, 3) khususnya pada masa Harun al-Rasyid dan 4) anaknya al-Makmun
• Masa Bani Umayyah lebih dikenal dengan upaya
ekspansinya. • Masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam. • Kalau dinasti Umayyah terdiri atas orang-orang ‘Arab Oriented’, • Dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional, assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Menuju Kebangkitan Pendidikan Masa Bani Abbasiyah
(1) Gerakan Penerjemahan Pada abad ke-9 M, menerjemahkan manuskrip- manuskrip terutama yang berbahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab. Pelopor gerakan penerjemahan adalah khalifah al- Mansur, dengan mempekerjakan orang-orang Persia untuk menerjemahkan karya-karya berbahasa Persia, di antaranya: Buku tentang ketatanegaraan (Kalila wa Dimna dan Shindind). Sedangkan manuskrip yang berbahasa Yunani, seperti Logika karya Aristoteles, Almagest karya Ptolemy, Arithmetic karya Nicomachu dari Gerasa, Geometri karya Euclid. Pada masa Harun al-Rasyid, dikenal Yuhanna Yahya ibn Masawayh (w.857) yang menerjemahkan beberapa manuskrip tentang kedokteran yang dibawa oleh khalifah dari Ankara dan Amorium Pada masa Makmun dikenal Hunayn ibn Ishaq. (Joannitius, 809- 873) ia dijuluki “ketua para penerjemah” (sebutan orang Arab), seorang sarjana terbesar dan figur terhormat. Makmun mengangkatnya menjadi pengawas perpustakaan akademinya. (2) Aktivitas Kreatif Karya-karya Orisinil Babak berikutnya setelah adanya era penerjemahan yang berkembang pada dinasti Abbasiyah adalah babak aktivitas kreatif penulisan karya-karya orisinil. Kedokteran beberapa tokoh yang muncul seperti Ali ibn Sahl Rabban al-Thabari, pertengahan abad ke sembilan; Abu Bakr Muh ibn Zakariyya al-Razi (Rhazes, 865-925); Ali ibn al Abbas (w.994); Ibn Sina, 980-1037. Filsafat : Al-Kindi, sistem pemikirannya beraliran ekletisisme, menggabungkan pemikran Plato dan Aristoteles serta menjadikan matematika neo-Phytagorean sebagai landasan semua ilmu. Al-Farabi, sistem filsafatnya merupakan campuran antara Platonisme, Aristotelianisme, dan Mistisisme. Sedangkan Ibn Sina mengadopsi pemikiran al Farabi Kimia :Perkembangan dalam bidang Kimia, memperkenalkan tradisi penelitian objektif, sebuah perbaikan penting terhadap tradisi pemikiran spekulatif orang Yunani. Bapak Kima bangsa Arab adalah Jabir ibn Hayyan. Geografi : Pada bidang Geografi, dikenal Al Ya’qubi, seorang ahli Geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul al-Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur alYa’qubi Historiae. Abad ke 3 Hijriah disaksikan penyusunan enam kitab hadis yang saat itu menjadi kitab hadis standar. Yang paling otoritatif adalah yang dihimpun: 1) Muhammad ibn Ismail al-Bukhari (810-870) dengan shahih Bukharinya; diikuti 2) Muslim ibn al-Hajjaj (w.875) dengan shahih muslimnya, 3) Sunan Abu Dawud dari Bashrar (w.888), 4) jami’ al-Tirmizi (w.±892), 5) Sunan Ibn Majah dari Qazwin (w.886), dan 6) Sunan al-Nasa’i (w.915) (3) Membangun Bait al-Hikmah Bait al-Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. pada masa Persia institusi ini hanya menyimpan puisi- puisi dan cerita-cerita untuk Raja, pada masa Abbasiyah (Harun AlRasyid) instutusi ini diberi nama Khizanah al-Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa al-Makmun diubah namanya menjadi Bait al- Hikmah dipergunakan untuk menyimpan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan Etiopia dan India. (4) Sistem Pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah 1. Lembaga dan Institusi Pendidikan di Masa Bani Abbasiyah a) Lembaga pendidikan sebelum madrasah Pertama, Maktab/ Kuttab. Adalah institusi pendidikan dasar. Mata pelajaran yang diajarkan adalah khat, kaligrafi, al-quran, akidah, dan syair. Kuttab dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu yang tertutup terhadap ilmu pengetahuan umum dan yang terbuka terhadap pengetahuan umum. Kedua, halaqah artinya lingkaran. Halaqah merupakan institusi pendidikan Islam setingkat dengan pendidikan tingkat lanjutan atau college. Ketiga, majelis adalah institusi pendidikan yang digunakan untuk kegiatan transmisi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga majelis banyak ragamnya. Ada7 macam mejelis, yaitu: (1) majelis al-Hadis;
(2) majelis al-Tadris;
(3) majelis al-Munazharah;
(4) majelis al-Muzakarah;
(5) majelis alSyu’ara;
(6) majelis al-Adab; dan
(7) majel al-Fatwa.
Keempat, masjid merupakan institusi pendidikan Islam
yang sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Kelima, Khan. Berfungsi sebagai asrama pelajar dan tempat penyelenggaraan pengajaran agama antara lain fikih. Keenam, ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauh dari kehidupan duniawi untuk mengonsentrasikan diri beribadah semata-mata. Ketujuh, rumah-rumah ulama, digunakan untuk melakukan transmisi ilmu agama dan ilmu umum dan kemungkinan lain perdebatan ilmiah Kedelapan, toko buku dan perpustakaan, berperan sebagai tempat transmisi ilmu dan Islam. Di Baghdad terdapat 100 toko buku. Kesembilan, observatorium dan rumah sakit sebagai tempat kajian ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dan transmisi ilmu kedokteran. b) Madrasah penulis al-Makrizi berasumsi bahwa madrasah pertama adalah madrasah Nizhamiyah yang didirikan tahun 457 H. Madrasah selalu dikaitkan dengan nama Nidzam Al- Mulk (W. 485 H/1092 M), salah seorang wazir dinasti Saljuk sejak 456 H/1068 M sampai dengan wafatnya, dengan usahanya membangun madrasah Nizhamiyah di berbagai kota utama daerah kekuasaan Saljuk. Madrasah sudah eksis semenjak awal masa kekuasaan Islam bani Abbasiyah seperti Bait al-Hikmah, yaitu institusi pendidikan tinggi Islam pertama yang dibangun pada tahun 830 M oleh khalifah al-Makmun. Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu: a)Tingkat sekolah rendah, namanya Kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Di samping Kuttab ada pula anak-anak belajar di rumah, di istana, di toko-toko dan di pinggir-pinggir pasar. Adapun pelajaran yang diajarkan meliputi: membaca Alquran dan menghafalnya, pokok-pokok ajaran Islam, menulis, kisah orang-orang besar Islam, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung, dam juga pokok- pokok nahwu shorof ala kadarnya. b) Tingkat sekolah menengah, yaitu di masjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai sambungan pelajaran di kuttab. Adapun pelajaran yang diajarkan melipuri: Alquran, bahasa Arab, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu pasti, Mantiq, Falak, Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan juga musik. c) Tingkat perguruan tinggi, seperti Baitul Hikmah di Bagdad dan Darul Ilmu di Mesir (Kairo), di masjid dan lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi terdiri dari dua jurusan: Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya. Ibnu Khaldun menamainya ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Tafsir Alquran, Hadits, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Balaghoh, dan juga Bahasa Arab. Jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya dengan Ilmu Aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Mantiq, Ilmu Alam dan Kimia, Musik, ilmu-ilmu pasti, Ilmu Ukur, Falak, Ilahiyah (ketuhanan), Ilmu Hewan, dan juga Kedokteran.
(5) Tujuan Pendidikan masa bani Abbasiyah
Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Tujuan keagamaan dan akhlak, supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak menurut agama. b) Tujuan kemasyarakatan Para pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, LANJUTAN dari masyarakat yang penuh dengan kejahilan menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju masyarakat yang maju dan makmur. c) Cinta akan ilmu pengetahuan Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya untuk menuntut ilmu. Adapun tujuan Pokok Nizam Al-Mulk mendirikan madrasah ini adalah: 1) Mengkader calon-calon ulama yang menyebarkan pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran syi'ah 2) Menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab sunni dan menyebarkannya ke tempat-tempat lain. LANJUTAN 3) Membentuk kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya khususnya di bidang peradilan dan manajemen.
(6) Pendidik pada masa Bani Abbasiyah
Jangan bersikap terlampau keras hingga membahayakan pikiran dan tubuhnya, jangan terlalu lemah hingga ia bermalas-malasan dan akhirnya tenggelam dalam kemalasan. Bimbinglah sesuai dengan kemampuanmu dengan cara-cara yang baik dan lembut, tetapi jangan ragu untuk bersikap keras dan tegas ketika ia tidak memperhatikan atau mengabaikanmu. Guru di sekolah dasar disebut muallim, kadang juga faqih, yang secara khusus mengajarkan teologi, biasanya mendapat status sosial yang lebih rendah, kurang dihargai karena pengetahuannya yang amat sederhana dan karena tingkat pendidikan tampaknya sudah tidak menjadi daya tarik. Sedangkan guru di sekolah yang lebih tinggi mendapatkan kedudukan dan penghormatan yang lebih baik. Memiliki organisasi tertentu dan seorang guru akan memberikan ijazah pada murid yang sukses menempuh pendidikan di bawah bimbingannya. 7.PESERTA DIDIK DI MASA BANI ABBASIYAH Gambaran peserta didik dapat dilihat dari segi aktivitas sehari-hari mereka dalam proses mendapatkan ilmu, performance peserta didik masa bani Abbasiyah tersebut antara lain: Aktivitas belajar langsung dari syekh Aktivitas berdebat sebagai latihan intelektual Aktivitas rihlah ilmiah Aktivitas menerjemah buku dan manuskrip Aktivitas menulis buku 8. KURIKULUM DAN MATERI PENDIDIKAN DI MASA BANI ABBASIYAH Pertama, kurikulum pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip- prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada juga yang menambahnya dengan mata pelajaran nahwu dan cerita- cerita. Ada juga kurikulum yang dikembangkan sebatas menghapal AlQuran dan mengkaji dasar-dasar pokok agama. Kedua, kurikulum pendidikan tinggi. Pada fase ini, kurikulum dan materi perlajaran adalah dalam rangka mempersiapkan diri untuk memperdalam masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya. 9. METODE PENDIDIKAN DI MASA BANI ABBASIYAH Pada masa ini, metode pendidikan/ pengajaran yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam; 1) Metode lisan berupa dikte ‘imla’; metode cerama ‘al-sama’; metode qiro’ah biasanya digunakan untuk belajar membaca. 2) Metode menghafal, merupakan ciri umum masa itu, dimana peserta didik berulang-ulang membaca sehingga ia dapat mengugkapkannya kembali dan mengkontekstualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam diskusi ia dapat merespons, mematahkan lawan, atau berargumen dengan pendapatnya yang baru. LANJUTAN... 3). Metode tulisan dianggap metode paling penting, ini berguna bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan juga bagi penggandaan jumlah buku teks karena belum ada mesin cetak. Di samping metode tersebut, ditemukan juga metode diskusi ‘munaqasah debat/ dialektika’.