Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Ilmu dan Filsafat di Kawasan Asia Barat dan Afrika Utara

Pusat-pusat Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu penegtahuan dan filsafat dalam sejarah Islam adalah sejalan dengan jiwa dan
semanagt Islam itu sendiri. Hal ini disebabkan karena agama Islam adalah agama yang senantiasa
mendorong ummatnya untuk belajar berbagai macam ilmu yang berguna untuk kemaslahatan ummat
manusia. Islam itu sendiri tidak dapat dipahami secara mendalam kecuali dengan mempergunakan
akal pikiran. Orang-orang yang senantiasa berdaya upaya untuk mempergunakan akalnya dalam
memahami tanda-tanda kebesaran dan kemahakuasaan Allah mempunyai derajat yang tinggi
dibanding orang-orang yang ingin memahaminya secara passif. Dinamisme Islam hanya dapat
dinampakkan oleh orang-orang Muslim yang selalu mencari ilmu dan tidak pernah puas dengan apa
yang dimilikinya. "Seorang kafir yang dinamis masih jauh lebih baik dari seorang muslim yang suka
tidur, " demikian Iqbal. Manusia dengan fungsinya sebagai sulthan di atas dunia ini diberikan
kekuasaan oleh Allah untuk mengolah dunia ini dengan sebaik-baiknya, memakmurkannya dan
diberikan kesempatan mengembangkan kebudayaannya. Pengolahan alam secara baik dan sempurnah
ke arah cita-cita Islam yakni kesejahteraan manusia hanya dapat terlaksana dengan pengetahuan yang
sempurnah dari manusia.

Luasnya wilayah kekuasaan Islam menambah perlunya keahlian dan keterampilan kaum Muslimin
untuk mengolahnya. Kemajuan yang dicapai oleh kota-kota Islam dalam mengembangkan dirinya
sebagai kota serba dimensi seperti kota industri, dagang, agama dan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, membawa Islam lebih dikenal oleh dunia. Orang-orang dari luar mengarahkan
perhatiannya kepada kota-kota Islam. Mereka berusaha datang sesuai dengan pilihannya dalam
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang ingin dikuasainya. Dalam sejarah Islam terkenallah kota-kota
yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Mekah dan Medinah, dua kota di wilayah Hijaz
yang menjadi pusat pengembangan Ilmu Hadist dan Fikhi. Bagdad, Kufah dan Basrah adalah kota-kota
dalam wilayah Irak yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai macamnya
seperti: Tafsir, Hadits, Fikhi, Bahasa, Sejarah, Filsafat, Ilmu Alam, Ilmu Kalam, Ilmu Pasti, Musik dsb.
Fusthat (Kairo) sekarang dan Iskandariyah adalah dua buah kota di Mesir yang menjadi pusat ilmu
pengetahuan. Di Mesir pernah didirikan Darul Ulum dan Universitas al-Azhar masih ada sampai
sekarang. Damaskus, Halab dan Beirut adalah kota- kota besar dalam wilayah Syam (Syria) sekarang
yang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Kota Beirut terkenal sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan
hukum, Di Kota Beirut inilah dipelajari undang-undang dan peraturan-peraturan berbagai bangsa di
dunia yang diistilahkan dengan hukum internasional. Isfahan, di kota ini terdapat istana Bani Buaihi
yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ilmu dan penyebar ilmu ke daerah sekitarnya. Bukhara, kota ini
adalah merupakan pusat kekuasaan Dinasti Samaniyah yang berusaha mengembangkan ilmu
pengetahuan. Di kota ini terdapat maktab Nuh bin Nashar Al Sammany sebagai suatu maktab yang
lengkap. Tha priskan, di kota ini terdapat istana Amir Thabristan yang menjadi pusatnya ilmu
pengetahuan untuk daerah sekitarnya. Ghasnah, di kota ini terdapat istana Suithan Mahmud Al
Ghaznah yang menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan. Sulthan Mahmud adalah seorang raja yang
sangat mencintai ilmu pengetahuan. Kota-kota di Andalusia seperti Cordova, Granada, Valensia,
Meucia, dan Sevilla adalah kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan, sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan di timur dengan pusat utamanya Bagdad. Dari Spanyol inilah ilmu pengetahuan
Dunia Islam yang berasal dari timur itu memasuki wilayah Eropa. Priode kemajuan ilmu pengetahuan
di Dunia Islam sesungguhnya bukanlah secara kebetulan. Tetapi secara serentak kaum Muslimin
dengan suatu gerakan ilmu pengetahuan yang merata menjadi pewaris ilmu pengetahuan Yunani,
Persia dan Romawi maupun India. Gerakan ilmu pengetahuan tersebut tidak hanya terbatas pada
kalangan rakyat kecil saja tetapi sampai képada lapisan penguasa merupakan pencinta ilmu
pengetahuan dan berusaha ke arah pengembangannya. Istana-istana pada khalifah dan Amir menjadi
pusat khalaqah ilmu pengetahuan, ke arah mana para murid dan pencari ilmu berdatangan dari
berbagai penjuru dunia untuk belajar.

Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan

Pada mulanya disiplin ilmu atau pembidangan ilmu pengetahuan belumiah jelas bagi kaum Muslimin.
Namun pada perjalanan kemajuan ilmu pengetahuan di Dunia Islam, maka dikenallah berbagai cabang
ilmu pengetahuan yang berkembang, dan sesungguhnya adalah bahagian dari dua bidang ilmu yakni
ilmu ilmu naqli dan aqli.

Perkembangan ilmu naqli, merupakan kelanjutan dari apa yang telah dilakukan pada masa sebelum
pertengahan abad kedelapan, seperti telah diterangkan pada bab yang lalu. Pada periode antara
pertengahan abad kedelapan sampai pertengahan abad ketigabelas, seperti akan dijelaskan dalam bab
ini, ilmu naqliyah lebih berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat pada umumnya.

Dalam bidang ilmu naqli, maka yang berkembang adalah: Ilmu Tafsir, ilmu Hadist, Ilmu Kalam, Ilmu
Tasauf, Ilmu Fiqhi/Ilmu Ushul Fiqhi dan lain-lain sebagainya.

Perkembangan Ilmu Tafsir sudah sampai kepada puncaknya. Berbagai aliran muncul seperti
Ahlusunnah, Syiah, Muktacilah mempengaruhi penafsiran al-Qur'an. Cara menafsirkan al-Qur'an
terbagi ke dalam dua cara; yakni al-tafsir bi al-matsur dan al-tafsir bi al-ra'yi. Ulama tafsir berikut karya-
karyanya dalam bidang tafsir bermunculan. Antara lain Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabari (838
923), terkenal dengan nama daerah kelahirannya al-Thabari (Thabristan), dan tafsirnya terkenal
dengan nama " Tafsir al-Thabari". Selain itu dikenal pula mufassir Muqatil bin Sulaeman al Azdy (wafat
150=767), Abu Bakar al Ashem (wafat 240 = 854) dan Ibnu Jaru al Asady (wafat 387997). Para mufassir
tersebut di atas telah melahirkan kitab-kitab tafsir yang terkenal menurut namanya masing-masing,
dan sudah tidak didapati lagi pada periode sekarang.

Hadits pada periode yang lalu itu telah dikodifikasikan, tetapi belum diadakan penyaringan, sehingga
bercampurlah hadits Nabi dengan yang bukan dari Nabi. Berkenaan dengan keutamaan hadits sebagai
sumber hukum yang kedua sesudah al-Qur'an, maka ulama Islam berusaha semaksimal mungkin untuk
menyaring Hadits-hadits Rasulullah untuk diterima sebagai sumber hukum. Penyaringan Hadits (al-
Sunnah) itu diadakan dengan menempuh keritik terhadap sanad (jalur penyampaian Hadits) maupun
matan (isi Hadits). Adalah orang Islam yang mula-mula menemukan metode kritik yang juga disebut
metode isnad. Metode ini sama dengan metode kritik sumber dalam Ilmu Sejarah dan Filologi.

Sebelum penyaringan Hadits, Imam Malik telah menulis kitabnya yang terkenal al-Muwattha' ". Yang
mula-mula memisahkan hadits dengan menggunakan metode kritik ialah Muhammad bin Ismail al-
Bukhari (hidup 194-256 = 810-870). Bukunya Shahih Bukhari merupakan kumpulan Hadits yang
berkewalifikasi shahih (Hadits yang paling autentik). Bukunya ini menempati renking pertama dari
kitab Hadits yang ada, malah dianggap kedua sesudah al-Qur'an. Untuk menyusun bukunya, Bukhari
telah menggunakan 16 tahun dari hidupnya untuk mengunjungi Persia, Irak, Syria, Hijaz, dan Mesir. la
mengumpulkan 600.000 hadits dari seribu orang. Dari jumlah itu ia telah memilih 7,397 hadits dan
diklassifikasikan menurut materi pembicaraannya seperti shalat, haji, dan jihad. Sesudah Bukhari,
penghargaan diberikan kepada Muslim bin al-Hajjaj (wafat 261 875). Ia berasal dari Naesabur.
Karyanya, Shahih Muslim, dapat dikatakan sebanding dengan Shahih Bukhari, dan kedua kitab tersebut
menempati urutan paling atas dalam Hadits. Menyusul kemudian Sunan Abu Daud. Pengarang kitab
ini adalah Abu Daud al-Bashrah yang meninggal dunia pada tahun 25 888. Al-Turmizy (wafat 892) telah
menyusun Sunan al- Turmizy, termasuk salah satu dari "Kutub al-Sittah". Dua kitab lainnya ialah Sunan
Ibnu Majah dan sunan al-Nasai. Ibnu Majah wafat 273 886 sedang al-Nasai wafat di Mekah 303 915.
Ilmu Kalam lahir karena dua faktor yang mendorongnya, yakni untuk membela Islam dengan
pemikiran-pemikiran filsafat dari serangan orang-orang Kristen dan Yahudi yang mempergunakan
senjata filsafat tersebut dan untuk memecahkan persoalan-persoalan agama dengan kemampuan akal
pikiran, dan ilmu pengetahuan. Orang-orang Mu'tazilah yang mengandalkan kemampuan akal manusia
untuk memecahkan persoalan agama dan persoalan persoalan apa šaja, mempunyai andil yang sangat
besar menumbuhkan Ilmu Kalam yang pemecahannya bercorak filsafat dalam Islam. Tokoh-tokoh Ilmu
Kalam yang terkenal ialah Wasil Bin Atha, pendiri Aliran Muktazilah. Ia menulis beberapa buah buku,
di antaranya adalah al-Masalah Fi al-Raddi Ala al-Manuwlyah yang telah di tahqikkan (diulas) oleh Ibnu
Murthadha dengan nama buku "Al-Maniyah wa al-Amal," Abu Hasan al-Asy'ari (hidup 873-975) pendiri
Aliran Asyariah. Bukunya yang terkenal antara lain: Al-Luma', al-Maqalah al-Imamaini, al-Ibanat al-
Usnul al-Dinlyah, dan Risalah fi Istihsan al-Khaudhi fl 'iim al-Kalam.

Ilmu Tasauf mulai berkembang pada masa Abbasiyah dan kelihatannya dapat dikembangkan terus oleh
ulama-ulama berikutnya. Ulama-ulama Tasauf yang terkenal ialah al-Qusyairy (wafat 456 1072) dengan
bukunya al-Risalah al-Qusyairiyah, Imam al-Gazali (wafat 502 1108), dengan bukunya Ihya Ulumuddin.
Dalam bukunya Ihya Ulumiddin tersebut, al-Gazali memperkenal- kan aliran dan pandangan barunya
dalam Ilmu Tasauf di mana beliau mengawinkan antara ajaran tasauf dengan tatacara hidup
bermasyarakat. Selain itu dikenal juga ulama tasauf yang lain yakni Syahabuddin (wafat 6321234),
dengan kitabnya Awarif al-Maarif.

Etika (akhlak) Islam bersumber pada al-Qur'an dan al-Sunnah. Beberapa karya ilmiyah telah dihasilkan
dalam bidang ini. Paling tidak ada tiga corak penulisan dalam hal ini. Pertama; pelajaran akhlak berupa
anekdot, pepatah dan kata-kata hikmah. Tipe ini diwakili oleh al-Durrah al-Yatimah oleh Ibnu al-
Muqaffa (wafat 757). Tipe kedua adalah semacam ceritera-ceritera filosofis populer tentang moral
yang diperoleh pada fabel (dongeng tentang binatang yang dapat bicara ), dan pepatah dari Lukman
serta kata-kata hikmah dari Shahabat yang dihimpun oleh al-Mawardi (wafat 1058) dalam buku Adab
al-Dunya wa-al-Din". Ketiga adalah buku-buku yang bercorak filsafat akhlak, seperti yang ditulis oleh
Ibnu Maskawiyah dalam Tahdzib al-Akhlaq " demikian pula tulisan al-Gazali dalam Ihya Ulum al-Din.

Dalam rangka memperluas ruang lingkup dan cakrawala pandangan hukum Islam, maka pemikir-
pemikir Muslim berusaha mengembangkan pemikiran tentang hukum Islam. Para fukaha yang lahir
pada masa Abbasiyah dan seterusnya dapat digolongkan dalam dua aliran, yaitu ahli Hadits dan ahli
Rayi. Ahli Hadits mendasarkan pemikiran-pemikirannya pada Hadits Rasulullah. Mereka juga disebut
aliran Madinah. Di Madinah banyak tersebar hadits-hadits Nabi. Ahli ra'yi disebut juga dengan aliran
Kufah / Irak. Mereka mendasarkan pemikiran-pemikiran hukumnya pada kemampuan akal pikiran dan
pengalaman nya, di Kufah dan Bashrah kurang beredar Hadits, karena itu lebih diutamakan ra'yi. Tokoh
aliran ini ialah Abu Hanifah. Ia seorang Persia yang dibesarkan di Kufah dan Bagdad (meninggal 767
M). Kitabnya yang terkenal adalah al-Fiqh al-Akbar. Peletak dasar aliran Madinah adalah Malik bin Anas
(715-795) yang menulis" al-Muwattha, buku yang memuat sekitar 1700 hadits dan sekaligus
merupakan kitab Fiqhi mazhab Malikiy. Penganut mazhab ini kebanyakan terdapat di Afrika Utara.

Antara mazhab Irak (Abu Hanifah) yang liberal dengan mazhab Madinah (Malikiy) yang konservatif
terdapat mazhab Syafiiyah. Mazhab ini didirikan oleh Muhammad bin Idris al-Syafii. Ia dilahirkan di
Ghazzah pada 767. Ia pernah belajar dari Imam Malik di Madinah tetapi sebahagian besar aktivitasnya
dilakoni di Bagdad dan Kairo. Ia meninggal di Kairo pada tahun 820. Kitabnya yang terkenal adalah al-
Umm. Mazhab ini terutama terdapat di sebahagian Mesir, Afrika Timur, Indonesia dan Malaysia.

Mazhab Sunni yang keempat didirikan oleh Ahmad bin Hambal. Pendiri mazhab ini pernah belajar pada
Imam Syafii. Karena menentang Muktazilah, ia pernah dipenjarakan oleh Khalifah al-Makmun.
Diperkirakan 800.000 lelaki dan 60.000 wanita turut mengambil bahagian dalam upacara
pemakamannya pada tahun 855 di Bagdad. Buku Imam Ahmad yang terkenal adalah " Kitab al-Kharraj"

Pertentangan ulama ulama dalam hal materi Fikhi (Hukum Islam) memberikan gambaran betapa
luasnya ruang lingkup Hukum Islam. Untuk menghindari adanya pertentangan yang lebih luas yang
dapat membawa kepada akibat-akibat yang negatif, maka ulama-ulama Fikhi Islam berusaha
menyusun Ilmu Usul Fikhi yang dapat menjadi pegangan umum bagi semua pemikir hukum. Ilmu Usul
Fikhi tersebut berisi kaedah-kaedah yang harus diikuti oleh setiap orang yang bergerak dalam bidang
pengembangan Hukum Islam. Buku" al-Risalah" yang disusun oleh Imam Syafii merupakan buku yang
paling awal dalam Ilmu Ushul Fiqhi, berisi qaedah-qaedah yang mengarahkan para Mujtahid dalam
mengistambatkan hukum dari sumber-sumbernya yaitu al-Qur'an, al-Sunnah, al-Ijma dan al-Qiyas.
Karena karyanya itu, Syafii dianggap sebagai pelopor dalam bidang ini, yang kemudian dikembangkan
oleh shabat dan murid-muridnya, dan ulama mutaakhirin.

Adapun periode sesudah keempat Imam Mazhab tersebut, maka Dunia Islam boleh dikata telah
dilanda oleh taklid terhadap keempat imam mazhab tersebut dalam perkara pemecahan masalah
secara fikhiyah. Buku buku Fikhi yang muncul sebagai hasil karya para ulama kebanyakannya
merupakan hasil taklid mereka terhadap imam-imam mazhab dan tidak merupakan hasil renungan
mereka sendiri. Seolah-olah pintu ijtihad telah tertutup buat mereka, sehingga tidak nampak adanya
pemikiran baru yang dapat mewakili dan mewarnai zamannya. Sifat taklid terhadap imam-imam
mazhab tersebut boleh dikata mewarnai kehidupan Ulama Islam sehingga membawa kepada
kemunduran. Tentunya kenyataan yang terbentang dihadapan Kaum Muslimin semuanya sebagai
akibat dari taklid tersebut adalah kemunduran dan kemerosotan pemikiran. Oleh karena itu aspek
dinamis dari Ajaran Islam yang selaiu mendorong Kaum Muslimin untuk mencari pemecahan yang
sesuai dengan zamannya harus dihayati sebagai jawaban dari tuntutan zaman dan tantangan taklid
yang membawa kemunduran.

Perkembangan ilmu naqli serentak diikuti pula dengan perkembangan ilmu-ilmu aqli. Jenis-jenis ilmu
yang pertama lebih banyak didominasi oleh orang-orang Arab, sementara jenis ilmu yang kedua
didominasi oleh orang orang Ajam (bukan Arab). Kaum Muslimin berusaha mengembangkan ilmu ilmu
agly dengan sebaik baiknya. Adapun cabang cabang ilmu aqly yang berkembang pada masa itu ialah:
Filsafat, Ilmu Thib (kedokteran), Ilmu Farmasi, Ilmu Riyadiyat, Ilmu Sejarah dan sebagainya.

Filsafat yang dikembangkan dalam Dunia Islam berasal dari Yunani. Cara perkembangannya dimulai
dengan penterjemahan buku buku filsafat Yunani dari Neo Platonisme. Penterjemahannya dimulai
pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid. Lebih digiatkan lagi oleh Khalifah al-Makmun. Bahkan pada
masa al-Makmun, Filsafat sudah menjadi ilmu utama yang dipergunakan untuk memecahkan
persoalan-persoalan agama. Nilai yang ditemukan oleh Kaum Muslimin dalam karya-karya filosof-
filosof Yunani dikembangkan, ditafsirkan, diberikan kementar dan disesuaikan dengan nilai-nilai Agama
Islam. Orang- orang Islam telah menjadi jembatan kehidupan ilmu Filsafat Yunani sehingga sampai
kepada generasi sekarang. Pada prinsipnya Filsafat dalam Dunia Islam dikembangkan sebagai upaya
dalam memenuhi dua tuntutan zaman pada masa itu yakni untuk membela Islam dari serangan agama-
agama lain yang sudah memakai senjata filsafat dan karena filsafat dianggap dapat memecahkan
persoalan persoalan agama. Terutama sekali masalah masalah ketuhanan. Ketekunan Kaum Muslimin
dalam mempelajari Filsafat dan mengembangkannya membawa kepada kemasyhuran yang sangat
besar dalam bidang ilmu tersebut. Sampai sekarang dikenal ahli ahli Filsafat Islam yang mempunyai
nama yang masyhur sebagai filosof dan bapaknya filsafat di dunia seperti: Abu Ishak al-Kindi, al-Farabi,
Ibnu Sina, al-Gazali, Ibnu Rusyd dan selain dari mereka.
Abu Yusuf Yacub bin Abu Ishak al-Kindi (wafat 260 H873). Ia adalah satu-satunya Filosof Islam yang
berasal dari Arab. Karena itu ia digelari Filosof Arab. Pengetahuan al-Kindi tentang filsafat diperoleh
dengan jalan membaca terjemahan karya-karya filosof Yunani. Ketekunannya dalam mempelajari
Filsafat menjadikannya terkenal dalam bidang tersebut. Ia telah meninggalkan tidak kurang dari 361
tulisan dalam bidang filsafat dan lain-lainnya. Ia bukan saja seorang filosof tetapi juga ahli dalam
astrologi, Kimia, Optik dan Seni Musik, Karya-karya al-Kindi telah banyak diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin dan beliau mendapat pengakuan sebagai seorang yang dalam pengetahuannya tentang
filsafat Aristoteles.

Al-Faraby, nama lengkapnya Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan Abu Nashr al-Faraby. Ia
dilahirkandi Transaxiana dan wafat di Damaskus tahun 950 M. Di Dunia Barat ia lebih dikenal dengan
nama Alpharabies. Al-Faraby sangat tertarik dengan filsafat, terutama filsafat Aristoteles. Ia
mempunyai perbedaan pemikiran filsafatnya dengan al-Kindi. Al-Faraby cenderung untuk memadukan
Platonisme, Aristotelisme dan Sufisme. Al-Faraby dikagumi oleh Dunia Eropa karena stelling logikanya
yang sangat tinggi. Ia digelari" Al-Muaallim al-Taani (Guru Kedua).

Selain menulis komentar terhadap Aristoteles dan Filosof lainnya, al-Faraby telah menulis beberapa
karya besar, baik bersifat Psykhologis, Politik dan Metaphysis, seperti:" Risalah Fusus al-Hikam dan
Risalat fi Arm Ahi l-Madinah al-Fadhilah serta al-Slasah al-Madanlyah. Kedua buku terakhir ini diilhami
oleh " Republik" karangan Plato, dan Politie karya Aristoteles, Di samping karyakarya filsafatnya, al-
Faraby juga menulis dalam bidang Physica, matematika dan musik.

Ibn Sina, nama lengkapnya ialah Abu Ali al Husein Ibn Sina. Di Barat beliau dengan malengkavicennal,
la lahir dekat Bukhara dan meninggal di Hammadhan tahun 428. 1037. Beliau menekuni filsafat sejak
usianya yang masih muda dan sangat terkenal dalam lapangan tersebut. Beliau meninggal dalam usia
57 tahun tetapi dengan usianya tersebut telah banyak melahirkan karya-karya gemilang seperti Shafa,
sebuah karya filsafat dalam bahasa Arab sebanyak 18 jilid. Buku tersebut telah menjadi buku standar
dalam ilmu filsafat baik di Eropa maupun di Dunia Mulim. Danesh-Namelr adalah sebuah karya filsafat
beliau dalam bahasa Iran dan Uyunul Hikmah dalam bahasa Arab yang terdiri dari sepuluh jilid.

Abu Hamid al-Ghazaly (450505 10581111). la banyak menarik perhatian, dari Dunia Barat Kristen
karena pemikiran-pemikirannya dalam bidang filsafat dianggap oleh orang-orang Barat mempunyai
persesuaian dengan agama Kristen. Buku-buku al-Ghazali banyak diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin. Pengaruh al-Ghazali menurun di Barat nanti setelah munculnya karya- karya filosof kenamaan
Ibn Rusyd. Usia al Ghazali mencapai 55 tahun dan telah meninggalkan karya-karya dalam lapangan
filsafat seperti: Maqasid al-Falasifah dan Tahafut Al Falasifah. Dengan bukunya yang disebut terakhir
ini, al-Ghazaly dianggap telah meninggalkan dan menyerang filsafat.

Ikhwan al-Shafa', adalah sekelompok ahli filsafat yang muncul di Bashrah pada kira-kira tahun 970.
Mereka tertarik terhadap spekulasi Pythagoras. Cabang Ikhwan al-Shafa' di Bagdad tidak saja bergerak
dalam lapangan filsafat, tetapi juga dalam lapangan politik keagamaan yang berkaitan dengan Syiah.
Mereka menerbitkan selebaran dengan nama Rasail yang berjumlah 52 buah. Isinya, berkenaan
dengan filsafat, matematik, musik, astronomi, geografi dan etik. Al-Ghazaly dikabarkan mendapat
pengaruh dari kelompok ini. Abu Hayyan al-Tawhidi (wafat 1023) seorang Muktazilah terkenal, al-
Rawandi (wafat 915) dan al-Maari (wafat 1057) adalah murid-murid dari Ikhwan al-Shafa'.

Di Spanyol Islam, muncul filosof-filosof kenamaan seperti Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd. Abad
keduabelas adalah masa berkembangnya filsafat di Spanyol Islam. Kemajuan ini dimulai dengan
munculnya Abu Bakar Mu hammad bin Yahya bin Bajjah (Ibn Bajah). Di Eropa, beliau terkenal dengan
nama Avenpace. ia seorang filosof, ilmuwan, musisi, physicien serta astronomer. Ia terkenal dengan
komentar-komentarnya terhadap Aristoteles. Karya filsafahnya yang terkenal ialah "Tadbir al-
Mutawahhid", Ibn Bajah yang dibesarkan di Granada dan Saragossa itu akhirnya wafat pada 1138 di
Fas.

Ide-ide filosofis dari Ibn Bajah dikembangkan oleh Ibn Thufail yang nama lengkapnya Abu Bakar
Muhammad bin Abd al-Malik, Ibn Thufail. Ia dilahirkan pada dekade pertama abad duabelas dan
meninggal pada tahun 1185 di Marrakasy. Ia pernah tinggal di Granada sebagai Tabib, kemudian
diangkat menjadi penasehat bagi Yacub Yusuf (memerintah 1163-1184) dari Imarat
Muwahhidin.Karyanya yang terkenal berjudul " Hay bin Yaqzan," sebuah buku roman filosofis. Ide
pokok dari buku ini adalah bahwa manusia tanpa bimbingan wahyu akan sampai juga kepada
pengetahuan tentang al-Khaliq, dengan bimbingan akalnya. Buku ini telah diterjemahkan dalam
bahasa Latin (1671) oleh Edward Pococke dan kemudian dalam bahasa-bahasa, Belanda (1672), Rusia
(1920), dan Spanyol dalam tahun 1934. Buku ini telah mengilhami karya Robinson Crusoe.

Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd (Ibn Rusyd), yang dikenal pula sebagai Averros, adalah
filosof Islam Spanyol yang terbesar. Ia dilahirkan di Cordova pada tahun 520 H (1126 M). Ia pernah
menjadi qadhi di Sevilla (tahun 1169-1171). Dua tahun berikutnya di Cordova. Pada tahun 1182, la
menjadi penasehat bagi Abu Yacub Yusuf, menggantikan Ibn Thufail sebagai dokter istana. Tahun 1194,
ia berhenti dan melanjutkan studi filsafatnya. Ia kemudian kembali lagi ke Marrakasy dan meninggal
10 Desember 1198.

Di Barat dan di Dunia Muslim, karya Ibn Rusyd dikagumi orang. Beliau menyerang buku Al-Ghazaly,
Tahafut al-Falastfah dengan karyanya Tahafut al-Tahafut al-Falasifah. Karya beliau yang lain adalah
sebuah ulasan tentang persamaan filsafat dan agama yang ditulisnya dengan judul Muwafaqat al-
Hikmat wa al-Syariah. Komentarnya terhadap Aristoteles berupa Jaml (singkatan), Talkhim (Resume)
dan Tafsir atau Syarah. Kebanyakan karyanya ditérjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Perkembangan ilmu kedokteran sejalan dengan perkembangan ilmu filsafat. Mula mula al-Mansur
mengundang seorang dokter kepala dari Yunde Shapur kemudian berturut-turut mengundang dokter-
dokter ternama dari Syria, Mesir, Bizantium dan India untuk berkumpul di Bagdad. Buku-buku Yunani,
Iran, India dsb diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Buku-buku Yunani yang menjadi standar ialah
karya dari Hippocrates, Galen, Paul, Alexander Thales, Diescerides dll. Kemajuan ilmu kedokteran
ditandai dengan munculnya dokter-dokter yang berkwalitas seperti; Abu Zakaria Yuhanna bin
Masawaihi (777-857). Ayahnya adalah seorang ahli farmasi di rumah sakit Yunde Shapur (Jundaisabur).
Bukunya tentang pengobatan penyakit mata, Al-Asyr al-Maqalat fi al-Aenl. Muridnya, Hunain bin Ishak
(809873), juga adalah seorang dokter kenamaan pada masanya.

Ali bin Sahl Rabban al-Tabari (wafat 255 868). Beliau adalah direktur rumah sakit Jundaiśabur. Ia
seorang Thabristan yang memeluk agama Islam pada masa al-Mutawakkil. Bukunya, Kitab al-Din dan
Firdaus al-Hilkmah: Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razy (Razes 865925). Beliau adalah ketua
dokter-dokter di seluruh Bagdad dan sangat terkenal di Barat maupun di Timur. Karya al-Razy yang
terkenal ialah Kitab al-Asrar, Kitab al-Tib al-Mansuri yang ditulis untuk Mansur bin Iskhak al-Sammani.
Bukunya tentang cacar berjudul al-Judawi Wa-al-Hasbah. Bukunya yang paling penting adalah al-Hawl,
semacam ensiklopedi yang memuat informasi medis, Buku bukunya tersebut telah diterjemahkan ke
dalam bahasa latin, Abu Ali al-Husain Ibn Sina ( Avicenna, 980-1037) adalah ahli ilmu Kedokteran di
samping ahli filsafat. Karangan karangannya tentang kedokteran telah banyak memberi aspirasi dasar
dalam kemajuan Ilmu Kedokteran Eropa. Karya Ibn Sina dalam bidang ini ialah Kitab al-Syifa dan al-
Qanun Fi al Thibbi.
Seperti telah dijelaskan, para filosor islam di Spanyol, Ibnu Rusyd, Ibnu Maimun. Ibnu Bajjah dan Ibnu
Thufall adalah juga ahli penyakit dan dokter. Ibnu Rusyd telah menulis buku tentang ilmu Kedokteran,
al-Kulliyat fi al-Thibbi. Ibnu Maimun yang pernah tinggal di Kairo itu, menulis bukunya, al-Fushui fi al-
Thibb.

Ahli bedah Arab di Spanyoı yang terbesar adalah Abu al-Qasim (Abulcasis), Khalaf bin Abbas al-Zabrawi
(wafat 1013). Ia adalah dokter istana pada masa Hakam II. Pengetahuan bedah dapat diketahui dari
buku al-Tasrif li man Ajaz Ta'alif. Setarap dengan al-Qasim dalam hal bedah adalah Abu Marwan Abd
al-Malik bin Abi al-Alaa, dengan nama panggilan Ibnu Zuhr (Avenzor). la dilahirkan pada akhir abad
kesebelas Sevilla, dan meninggal juga di kota ini pada 1162 setelah mengabdi di Istana Abd al-Mukmin
pendiri Dinasti Muwahhidin. Dari enam karya kedokteran, yang terkenal di antaranya adalah al-Tafsir
fi al-Mudawah wa al-Tadbir. Enam generasi turunannya menjadi dokter.

Di Mesir terdapat beberapa dokter kenamaan. Muhammad al-Tamimi seorang dokter kelahiran
Yerussalem, tetapi pada tahun 970 ia pindah ke Mesir. Pada masa al-Hakam dari Fathimiyah hidup
seorang sarjana kenamaan, Ali al-Hasan Ibn al-Haythan yang dalam. bahasa Latin disebut Alhaem. Ia
dilahirkan di Bashrah tahun 965, dan meninggal di Mesir tahun 1039 Selain sebagai dokter ia juga ahli
tentang optik. Dalam hal terakhir ini ia menulis kitab al-Manazir. Selain itu Ammar bin Ali al-Mausuli
mengarang sebuah buku dengan judul al-Muntakhab fi 'laj al-A in, sebuah buku tentang penyakit mata.
Ibnu Isa juga telah menulis buku tentang penyakit yang sama yang diberi Tazkirah, dianggap sebagai
buku standar untuk penyakit ini.

Ilmu Farmasi dan Kimia sebenarnya merupakan bahagian yang tak dapat dipisahkan dengan Ilmu
Kedokteran terutama dalam hal pembuatan obat- obatan. Kedua ilmu ini erat pula kaitannya dengan
Botani (Ilmu Tumbuh- tumbuhan). Ilmu Farmasi dan Kimia yang berusaha di pahami dan
dikembangkan di Eropa pada masa kebangkitannya, sesungguhnya sudah diletakkan dasar-dasarnya
yang kuat oleh sarjana-sarjana Islam. Ahli-ahli yang terkenal dalam kedua cabang ilmu tersebut ialah
Jabir bin Hayyan (Geber). Ia berdiam di Kufah pada akhir abad kedelapan. Kitab-kitab yang dinisbahkan
kepadanya adalah Kitab al-Rahmah, Kitab al-Tajmi dan al-Zibaq al-Syarqi. Di Spanyol Islam ahli botani
dan obat-obatan kenamaan. Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad (Wafat 1165). Sarjana yang lebih
populer dengan nama al-Gafiqi itu telah mengadakan penelitian di Spanyol dan Afrika dengan
mengumpulkan sejumlah tanaman. Setelah diselidiki, kemudian diberi nama dalam bahasa Arab,
Barbar dan Latin. Karya utamanya adalah al-Adewiyah al-Mufradah. Abdullah bin Ahmad bin al-Baithar
adalah seorang ahli dalam bidang botani dan obat-obatan. Ia dilahirkan di Malaga dan pernah
melakukan penelitian baik di Spanyol maupun di Afrika Utara. Ia pernah bekerja di Kairo pada masa al-
Malik al-Kamil dari Dinasti Ayyubiyah. Dari Mesir ia melakukan perjalanan yang sangat berarti ke Syria
dan Asia Kecil. Pada tahun 1248 ia meninggal di Damaskus, Karya-karya utamanya adalah al-Mugni fi
al-Adawiyah al-Mufra dah, al-Jami' fi al-Adawiyah al-Mufradah dan Mizan al-Thabib.

Ilmu Falak/Ilmu Bintang, telah dikembangkan oleh Kuam Muslimin, Sebahagian pendapat mengatakan
bahwdikrang-orang Islam telah mengambil dasar-dasar Ilmu Bintang dari Yunani, Persia, India dan
Arab. Dari mana orang Islam mengambil dasar Ilmu Bintang tidaklah perlu dipersoalkan lagi.
Kegairahan mereka dalam menekuni Ilmu Bintang tersebut didorong pula oleh kebolehan ilmu
tersebut membantu mereka dalam menentukan letak Ka'bah ke arah mana mereka menghadap dalam
shalatnya. Juga dengan Ilmu Bintang mereka dapat menentukan kejadian kejadian berdasarkan garis
peredaran bintang-bintang. Kemajuan yang dicapai dalam ilmu ini sudah sampai ke puncaknya
mendirikan observatorium dan alat-alat peneropong bintang merupakan indikator dari kemajuannya.
Karya Astronomi dimulai ketika tahun 771, diterjemahkan kitab Sidhanta (Sindhind) dari India oleh
Muhammad Ibrahim al-Fazari. Kemudian diterjemahkan karya Ptolomy, Almagest, dilakukan oleh al-
Hajjaj bin Mathar pada tahun 212 H (827/828), dan Hunain bin Ishak yang direvisi Tsabit bin Qurrah
(wafat 901).

Salah seorang astronomer kenamaan waktu itu, adalah Abu al-Abbas Akhmad al-Farghani (Alfraganus)
yang berasal dari Fraghanah di Transoxiana. Karya utamanya ialah al-Mudkhil ila Ilm al-Hayat al-Afilah.
Abd al-Rahman al-Sufi (wafat 986) menulis buku yang menjadi petunjuk bagi observasi astronomi yaitu
al-Kawakib al-Tsabitah. Umar al-Kayam (wafat 1123) selain sebagai sasterawan ia juga seorang
astronomer yang menciptakan kalender al-Tarikh al-Jalali. Abu Maksyar al-Falaki (wafat 272 H = 885
M), karya utamanya dalam Ilmu Bintang ialah Itsbat al-Ulum dan Haeat al-Falaq. Abu Abdullah
Muhammad bin Jabir al-Batani (wafat 319 930). Ia yang menetapkan letak-letak bintang, dan telah pula
menciptakan alat peneropong bintang yang dianggap ajaib pada masanya. Karyanya yang terkenal
ialah, Makrifat Matli al-Buruj Baina Arbai al-Falaq. Muhammad bin Ahmad al-Bairuni (973-1050).
Sebagai seorang astronomer, ia mempunyai banyak karya, antara lain al-Atsar al-Baqiyah 'an al-Qur'an
al-Khaliyah, al-Tafhim li Awa'di Shana'at al-Tanjim, dan Istihraj al-Autad.

Di antara astronomer Spanyol Islam yang terkenal adalah Abu al-Qasim Maslamah al-Majriti (wafat
1007). Ia digelari al-Hasib dan ahli matematika. Ia bersama temannya Abu al-Hakam, Amer al-Kharmani
(wafat 1066) telah memperkenalkan karya Ikhwan al-Safa ke Cordova. Dari Toledo muncul beberapa
orang astronomer, yang terkenal di antaranya adalah Abu Ishak Ibrahim bin Yahya yang lebih populer
dengan al-Zarqali (wafat 1087). In, seperti halnya al-Majriti telah mengoreksi tabel yang dibuat
Ptolomy dan al-Khawarizmi. Jabir bin Aflah dalam bukunya Kitab al-Haiah telah mengeritik pula sistim
yang dibuat Ptolomy. Alptrahius (wafat 1204) atau Nur al-Din Abu Ishak al-Bitruji juga menulis buku
yang berjudul Kitab al-Haeah yang pada hakekatnya mereproduksi sistim astronomi Aristoteles.
Bukunya dianggap titik kulminasi dan gerakan anti Ptolomy. Ali bin Yunus (wafat 1009), astronomer
kenamaan pada masa al-Hakim dari Dinasti Fathimiyah. Ia membuat tabel astronomi tersendiri yang
dinamai tabel Ibnu Yunus. Untuk penelitian bintang-bintang, maka dibangunlah obsevatorium di
beberapa kota seperti Bagdad, Cordova dan Fustat di Kairo.

Perkembangan Ilmu Hitung juga dimulai dari buku Sindhind tersebut. Diterjemahkannya buku itu ke
dalam bahasa Arab, memungkinkan orang-orang Islam mengetahui sistim angka Hindi. Tabel yang
dibuat oleh al-Khawarizmi dan Habasy al-Hasib telah memperkenalkan cara penggunaan angka-angka
India dalam Dunia Islam. Pada abad kesebelas Abu Bakar Muhammad Al-Karaji dalam bukunya al-Kafi
fi al-Hisab masih menggunakan huruf alphabet untuk angka. Ahmad al Nasawi (wafat 1040) dalam
bukunya Mugni fi al-Hisab al-Hindi telah menggunakan dan menguraikan sistim angka India seperti apa
yang telah dibuat oleh al-Khawarizmi sebelumnya.

Adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-850) tokoh yang sangat berjasa dalam
perkembangan Ilmu Hisab. Ia mengarang buku tentang berhitung dan aljabar. Salah satu karyanya
adalah Hisab al-Jabar wa al-Muqababah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard
Cremona pada abad keduabelas. Karya Khawarizmi masih digunakan sebagai buku teks di Eropa
sampai pada abad keenambelas. Ia juga telah mempengaruhi sarjana-sarjana sesudahnya seperti
Umar al-Kayyam, Leonardo Fibonacci dari Pisa (meninggal sesudah 1240) dan Master Yacob of
Florence.

Ibnu Khurdhathbih (wafat 912) seorang keturunan Persia yang telah menerbitkan seri laporan
perjalanannya dengan nama al-Masalik wa al-Mama- lik. Edisi pertama keluar pada tahun 846.
Beberapa tulisan tentang topografi (Ilmu Peta) telah digunakan oleh Ibnu al-Faqih, Ibnu Hawkal dan al-
Maqdisi. Pada tahun 891/892, Ibnu Wadhih al-Ya'cubi, seorang Syiah yang tinggal di Armenia dan
Khurasan telah menerbitkan buku Kitab al-Buldan. Pada tahun 903 Ibnu Rustah mengarang buku al-
Alaq al-Nafisah. Ibnu Faqih al-Hamadhani dalam tahun yang sama menyelesaikan bukunya Kitab al-
Buldan.

Al-Istakhri, salah satu dari tiga tokoh yang telah mengembangkan geograpi dalam Dunia Islam. Ia
menerbitkan bukunya al-Masalik wa al-Mamalik disertai peta yang berwarna untuk tiap negeri. Ia
mengikuti sistim geograpi dari Abu Said al-Balkiy (wafat 934) dengan menambah negeri-negeri di luar
Islam. Ibnu Hauqal, seorang figur lainnya telah merevisi peta al-Istakhri setelah melakukan perjalanan
sampai ke Spanyol. Ia menulis kembali seluruh buku itu dan menerbitkan dengan judul al-Masalik wa
al-Mamalik. Tokoh lain adalah al-Maqdisi yang telah mengunjungi semua Daerah Islam, kecuali
Spanyol, Sijistan dan India. Hasil perjalanannya yang duapuluh tahun itu ditulis dalam bukunya Ahsan
al-Taqasim fi Makrifat al-Aqalim, yang memuat imformasi-informasi baru.

Hasan bin Ahmad al-Hamdani (wafat 945), karyawan, al-Iklil dan Shifat Jazirah al-Arab. Akhir masa
Abbasiyah melahirkan seorang sarjana geografi kenamaan, Yaqut bin Abdullah al-Hamawi (1179 1229),
anthor dari kamus geografi Mu'jam al-Buldan. Nama dan tempat dalam Mu'jam disusun secara
alphabetis.

Di Spanyol, dua tokoh dalam geografi yang patut disebut di sini adalah al-Bakri, pada abad kesebelas
dan al-Idrisi pada abad keduabelas. Abu Ubayd Abdullah bin Abd al-Aziz al-Bakri, hidup dan meninggal
di Cordova pada tahun 1094. Bukunya berjudul Al-Masallik Wa al-Mamalik; nama yang sering
digunakan pula oleh penulis penulis Islam di Timur. Al-Idrisi dilahirkan di Ceuta pada 1100. Selain itu
terdapat sejumlah pelancong yang menulis pula hasil pengamatan mereka, seperti Abu Husain
Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan Ibn Jubayr. la lahir di Valencia tahun 1145 dan dididik di
Jativa. Pada tahun 1183 sampai dengan 1185 ia melakukan suatu perjalanan dari Granada ke Mekah,
mengunjungi Mesir, Irak, Syria dan Sicilia. Dua kesempatan lainnya yaitu 1189-1191 dan 1217, ia
melakukan perjalanan ke timur. Pada perjalanan terakhir ia hanya sampai di Iskandariyah, di kota mana
ia wafat. Bukunya yang menceriterakan pengalamannya yang pertama adalah al-Rihlah.

Dalam bidang sejarah, pada mulanya masih terasa pengaruh sistim penulisan masa Umayyah. Bentuk
historiografi berupa biograpi, telah sampai kepada kita karya Ibnu Hisyam (wafat 218834 H), Sirah al-
Nabawy sebagai kelanjutan dari karya Ibnu Ishak (wafat 151 H ). Bentuk Maghazi masih tetap terdapat
pada masa ini. Penulis-penulis historiografi bentuk ini adalah Musa bin Uqbah wafat (758), al-Waqidi
(wafat 207 822 823). Keduanya berasal dari Madinah. Ibnu Abd al-Hakam (wafat 257 H870/871) dari
Mesir meninggalkan karyanya Fath Misher wa Akhbaruha. Buku ini dianggap sebagai penulisan
pertama tentang sejarah penaklukkan Mesir, Afrika Utara dan Spanyol. Ahmad bin Yahya al-Baladhuri
(wafat 292), karya utamanya adalah Futhuh al-Buldhan dan Anshab al-Asyraf. Dalam bukunya yang
pertama, al Baladhuri telah menceriterakan tentang penaklukan Islam dipelbagai daerah, dan
dipisahkan sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dengan demikian melalui karyanya ini, ia telah
mengakhiri era monograph sebagai suatu tipe penulisan sejarah yang sangat dominan selama itu.

Komposisi penulisan sejarah meningkat ke bentuknya yang lebih formal. Di antara yang mula-mula
meletakkan dasar penulisan formal adalah Muhammad bin Muslim al-Dinawari yang lebih terkenal
dengan Ibnu Quthaibah. Ia meninggal di Bagdad pada tahun 889 sesudah merampungkan bukunya
Kitab al-Ma'arif. Menyusul kemudian Abu Hanifah Ahmad bin Daud al-Dinawari (wafat 895). Sesuai
dengan namanya ia berasal dari Dinawar (Irak). Karya utamanya berjudul Akhbar al-Tiwal, suatu
sejarah umum yang menggunakan sumber-sumber Persia. Penulis lainnya adalah al-Wadhidh al-
Ya'kubi (wafat 258 H = 872). Dan Hamzah al-Isfahani wafat 961 yang sangat dikenal di Eropa karena
metode kritik sejarahnya, serta Ibnu Miskawayh (wafat 1030). Yang disebut tarakhir ini dikenal juga
sebagai filosof dan dokter.
Historiografi Islam mencapai masa jayanya melalui al-Thabari dan al-Mas'udi. Abu Ja'far Muhammad
bin Jarir al-Thabari (838923) menulis sebuah buku sejarah Tarikh al-Rasul wa al-Mamalik. Buku ini
dianggap karya pertama yang paling lengkap tentang sejarah dalam bahasa Arab. Sejarawan seperti
Miskawayh, Ibn al-Athir dan Abu al-Fida, menggunakannya sebagai reference. Dalam buku ini
peristiwa-peristiwa disusun secara kronologis menurut tahun hijriyah. Ceritranya dimulai dari ciptaan
alam sampai dengan tahun 302 ( (915). Metode penyajian sejarah semacam ini digunakan pula oleh
Miskawayh, Ibn al-Athir, Abu al-Fida (1273-1331) dan al Dzahabi (1274. 1348). Sumber sejarahnya
diperoleh dari karya tulis sejarawan sebelumnya seperti Ibn Ishaq, al-Kalbi, al-Waqidi, Ibn Sa'ad dan
Ibn al-Muqaffa. Selain itu ia menggunakan tradisi lisan (oral history) yang diperoleh selama
perjalanannya dari Persia Irak, Syria dan Mesir dan dari guru-gurunya ketika ia studi di Bagdad dan
pusat ilmiyah lainnya. Sumber itu digunakan setelah melalui suatu kritik yang dilakukan menurut
metode isnad. Al-Thabari terkenal pula sebagai ahli tafsir al-Tabari masih digunakan sekarang.

Abu al-Hasan Ali al-Masudi, lahir di Bagdad dan dikabakan sebagai keturunan Abdullah bin Mas'ud,
salah seorang shabat Nabi. Sama halnya al- Thabari al-Masudi tidak hanya mengumpulkan sumbernya
dari buku saja, tetapi juga dari ceritra dan pengalamannya selama perjalanannya ke Armenia, India,
Ceylon, Zanzibar dan Madagaskar, selain menggunakan sebagian dari waktunya di Syria dan Mesir.
Pada tahun 956, ia meninggal di Fusthat, setelah menyelesaikan karya agungnya Muruf al-Dzahab Wa-
Maadi al-Jauhar, seba- nyak 30 jilid. Berbeda dengan al-Tabari yang menulis dengan sistim kronologis,
al-Masudi memperkenalkan sistim baru yaitu thematis. Ia menfokuskan uraiannya pada thema politik
dengan menguraikan tentang dinasti, raja dan rakyat di tiap daerah. Sistim ini diikuti oleh Ibn Khaldun
(wafat 1406) dan lain-lainnya.

Setelah al-Thabari, Masudi dan Miskawayh, karya di bidang sejarah dianggap mengalami kemunduran.
Namun demikian masa sesudah ketiga tokoh tersebut telah melahirkan pula sarjana-sarjana dalam
bidang sejarah seperti Izz al-Din Ibnu al-Athir (11601234) dengan karyanya al-Kamil fi al-Tarikh dan Usd
al-Ghabah. Buku terakhir ini memuat kumpulan biografi dari 7500 shahabat. Ibn al-Athir disusul
kemudian oleh Sibth bin al-Jawzi (1186-1257) yang menulis buku Mirat al-Zaman fl Tarikh al-Ayyam,
suatu sejarah umum sejak zaman Yahudi sampai tahun 1256. Ibnu Khalkhan (wafat 1282) menyusun
suatu kamus biografi nasional.

Di Spanyol Andalusia sejarawan masa awal yang terkenal, di antaranya Abu Bakar bin Umar yang selalu
dikenal dengan Ibn al-Quthiyah (wafat 977). Sejarawan dari Cordova ini menulis buku Tarikh Iftitah
(Fath) Andalus yang isinya menceriterakan tentang permulaan penaklukan Islam sampai masa
pemerintahan Abd al-Rahman III. Sejarawan Cordova lainnya, Abu Marwan Hayyan bin Khalaf yang
terkenal dengan nama Ibnu Khayyum. Diperkirakan ada lima puluh judul karya ilmiyahnya, tetapi
sayang sekali hanya satu di antaranya yang masih ditemukan, al-Muqtabis fi Tarikh Rijal al-Andalus.
Penulis biografi dari Spanyol, adalah Abu al-Walid Abdullah bin Muhammad bin al-Faradhi. Ia
dilahirkan di Cordova pada tahun 962 dan setelah ia kembali ke Spanyol ditunjuk sebagai qadhi di
Valencia. Ketika Cordova diserbu oleh clan Barbar pada tahun 1013, ia terbunuh dan mayatnya
ditemukan empat puluh hari kemudian. Salah satu dari sekian banyak karyanya adalah Tarikh Ulama
al-Andalus, Buku ini, kemudian dilengkapi oleh Ibnu Basykuwal Abu al-Qasim, Khalif bin Abd al-Malik
(1101-1183). Pada tahun 1139 buku ini diterbitkan dengan judul al-Shilah fi Tarikh Aimmat al-Andalus.
Kitab al-Shilah ini dilengkapi lagi oleh Abu Abdullah Muhammad bin al-Abrar (1199-1260) dengan judul
al-Takmilah li Kitab al-Shilah. Ibn al-Abrar juga menulis al-Hullah al-Slyarah, suatu koleksi biografi. Buku
penting lainnya untuk mempelajari Spanyol adalah Bughyat al-Mutammim fi Tarikh Rijal al-Andalus,
yang ditulis oleh al-Dhabbi, Abu al-Qasim Shahid bin Ahmad al-Andalusi (1029-1070) mengarang buku
dengan judul Thabaqat al-Umam. la salah seorang pejabat negara di Toledo pada masa Zu al-Nun.
Sesudah abad ketigabelas Spanyol disemarakkan dengan dua sejarawan termasyhur. Ibn al-Katib
(1313-1374) dan Ibn Khaldum (1332-1406).

Pada masa Ikhsyidiyah di Mesir terdapat beberapa sejarawan seperti Muhammad bin Yusuf al-Kindi
yang meninggal di Fusthat tahun 961. Masa Fathimiyah melahirkan Ibnu Salamah al-Qudhai,
meninggal tahun 1062 di Fusthat.

Anda mungkin juga menyukai