Anda di halaman 1dari 20

NAMA : KHUSNUL ANITANINGRUM

NIM : 30323065

KELAS : C2

PRODI : D3 FARMASI (KELAS B)

KEJAYAAN PERADABAN ISLAM DALAM PERKEMBANGAN

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

A. PENDAHULUAN

Selama abad ke-20, setelah mendominasi negara-negara Eropa, dunia


Islam mengalami kemunduran budaya dan politik. Eropa mampu melakukan
penjajahan karena berhasil menerapkan kebijakan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menguasai berbagai lembaga pemerintahan.
Koloni-koloni Eropa didirikan oleh negara-negara Islam karena
keterbelakangan mereka dalam berbagai bidang. Dengan kemajuan Eropa,
negara-negara kolonial harus menjalani modernisasi dan transformasi,
merasionalisasi kehidupan finansial dan komersial mereka seiring dengan sistem
Barat, dan memasukkan setidaknya beberapa masyarakat adat ke dalam
pemikiran dan semangat modern.
Mereka yang tidak ikut serta dalam proses modernisasi harus
menanggung sensasi yang meresahkan karena negara mereka menjadi sangat
asing. Mereka diatur oleh hukum-hukum dunia yang aneh yang tidak dapat
mereka pahami. Kenyataan bahwa mereka tidak bisa lagi memilih masa
depannya sendiri menjadi sumber kesusahan bagi warga dari semua lapisan
masyarakat.Mereka merasa telah kehilangan segala bentuk hubungan
kemanusiaan dan jati diri mereka, jati diri mereka sebagai umat Islam.
Melihat fenomena ini, muncullah beberapa reformis di dunia Islam.Salah
satu orang pertama yang menyerukan reformasi adalah aktivis Iran Jamaluddin
(1839-1897). Menyadari bahayanya meniru kehidupan Barat, ia menyerukan
masyarakat dunia Muslim untuk bersatu melawan ancaman Eropa dan
membangun budaya ilmiah di Dunia Baru dengan cara mereka sendiri.
Oleh karena itu, mereka harus menjaga tradisi budayanya masing-
masing, dan itu berarti Islam. Islam harus merespons perubahan keadaan dan
menjadi lebih rasional dan modern.Umat Islam harus menolak menutup pintu
ijtihad dan menggunakan akalnya, sebagaimana dikehendaki Nabi dan Al-
Qur'an. Hal ini menandai dimulainya pemikiran Islam modern.Islam telah
memberikan kontribusi penting bagi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.Peradaban Islam pernah menduduki posisi sebagai jantung ilmu
pengetahuan dunia, dan berpotensi meraih kembali kejayaan tersebut,
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

B. PEMBAHASAN

Indikator Kejayaan Peradaban Islam Terdapat enam tanggal sejarah yang


menjadi indikator penting kejayaan peradaban Islam pada masa Abbasiyah,
Fatimiyah, dan Umayyah di Andalusia (Amin, 1995: 47 – 50).

1. Gerakan menerjemahkan buku-buku tentang sains, sastra, dan filsafat


dari berbagai bahasa, termasuk Yunani, Mesir, Persia, dan India, ke
dalam bahasa Arab.
2. Kemajuan di bidang filsafat dimungkinkan dengan lahirnya para filosof
Islam seperti al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), dan al-
Ghazali (meninggal 1111 M).
3. Munculnya pusat-pusat ilmu Islam seperti Bagdad (Irak), Kairo (Mesir),
dan Cordoba (Andalusia/Spanyol).
4. Pengembangan disiplin ilmu, baik ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu-
ilmu sosial (ilmu sosial dan humaniora), dan ilmu agama.
5. Berkembangnya seni arsitektur (arsitektur) yang indah dan cemerlang.
6. Kegiatan perekonomian baik pertanian, perdagangan, dan industri
berkembang pesat (Amin, 1995: 49 – 50).

Tahun Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah Lama (750-1258 M),


khalifah-khalifah terbesar sebenarnya berada pada awal perkembangan Bani
Abbasiyah, khususnya khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan al-Makmun
(813 M).. Pada masa kedua khalifah ini, Dinasti Abbasiyah pada khususnya
dunia Islam secara keseluruhan mencapai puncak kejayaan peradaban Islam.

Pada masa Harun al-Rasyid, negara berada dalam keadaan makmur dan
kaya. Negara ini kaya, aman, bebas pemberontakan, dan memiliki wilayah luas
yang terbentang dari Afrika Utara hingga India.Selanjutnya pada masa Harun al-
Rasyid terdapat para filosof, penyair, seniman, pembaca Al-Qur’an, dan ahli
agama Islam yang menjadi inti perkembangan peradaban Islam hingga mencapai
puncaknya (Mufrodi, 1997: 102 ).Pada tahun , Sultan Harun al-Rasyid mendirikan
Perpustakaan Baitul Hikmah. Perpustakaan ini merupakan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan.Sebagai tempat membaca, menulis, dan berdiskusi.Harun al-
Rasyid sendiri memberikan teladan sebagai tokoh agama dengan menunaikan
ibadah haji tahunan ke Mekkah bersama keluarga, pejabat negara, dan ulama,
serta dikenal sikapnya yang dermawan terhadap orang miskin.

Sultan Harun al-Rasyid adalah penguasa paling berkuasa pada masanya.


Tidak ada penguasa lain yang memperluas wilayah kekuasaannya dari ujung
barat Afrika Utara hingga ujung timur India. Selain wilayahnya yang luas, tak ada
seorang pun di masa itu yang mampu menandingi tingginya kebudayaan dan
peradaban Islam para khalifah Abbasiyah. Baghd ad sebagai ibukota Abbasiyah
tidak ada bandingannya dengan kota lain, termasuk dengan Konstantinopel
ibukota Byzantium (Mufrodi, 1997: 103). Dibawah kepemimpinan Al Makmun,
putra Harun Al Rasyid, peradaban Islam, terutama ilmu pengetahuan
berkembang pesat, baik ilmu agama (Al Quran, Qiraat, Hadits, Fiqh, Kalam)
maupun ilmu umum (bahasa, sastra, filsafat, sejarah, sains alam seperti geografi,
matematika, kimia, dan biologi).

Al Makmun mendirikan Perpustakaan Darul Hikmah sebagai pusat kajian


keilmuan, dan membayar mahal para penerjemah. Aliran Muktazilah yang
rasional ditetapkannya sebagai mazhab resmi negara. Kepribadian Khalifah Al
Makmun, seorang yang haus dan pecinta ilmu pengetahuan telah mendorong
berkembangnya berbagai aspek ilmu pengetahuan baik umum maupun
keagamaan Islam.
Strategi yang ditempuh oleh para Khalifah Bani Abbasiyah yang awal
hingga berhasil mengembangkan peradaban Islam sampai puncak adalah
dengan menerapkan tiga strategi, diantaranya.

1. Keterbukaan dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam aspek


pengetahuan dan kebudayaan tetapi juga di bidang pemerintahan.
2. Kecintaan pada ilmu pengetahuan, terutama sangat tampak pada diri
Khalifah Al Makmun.
3. Toleran dan akomodatif dalam aspek kebudayaan.

Sementara itu, kebudayaan India juga berpengaruh terhadap peradaban


Islam dalam lapangan astronomi, matematika, dan sistem desimal. Kejayaan
Peradaban Islam dalam Persektif Ilmu Pengetahuan Elemen utama peradaban
Islam ketika mencapai puncak kejayaannya adalah adanya aktivitas ilmiah, dan
kemajuan ilmu pengetahuan baik umum maupun keagamaan.

Pada lemen pertama, aktivitas ilmiah ditandai dengan penyusunan buku-


buku ilmiah, yang menurut Ahmad Syalabi melalui pencatatan pemikiran, hadits
atau hal lain pada kertas kemudian dirangkap. Aktivitas ilmiah selanjutnya adalah
pensyarahan (penjelasan) dan pentahqiqan atau (editing) sampai pada kritik
yang menghasilkan teori baru. Contohnya seperti Muhammad bin Musa al
Khawarizmi yang berhasil memisahkan aljabar dari ilmu hisab sehingga
aljabar menjadi ilmu tersendiri.

Selain penyusunan buku-buku ilmiah, penerjemahan merupakan kegiatan


ilmiah berikutnya yang sangat memudahkan kemajuan peradaban Islam menuju
puncaknya. Kegiatan penerjemahan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menyebarkan kejayaan peradaban Islam. Melalui penerjemahan,
pengetahuan berbagai bahasa, terutama bahasa Yunani, Persia, dan India,
ditransfer ke bahasa Arab. Muhammad bin Ibrahim al-Fazari (ahli falak pertama),
adalah salah satu penerjemah terkenal yang ditugaskan oleh Khalifah al–Mansur
untuk menerjemahkan buku kosmopolitan India Sindahind ke dalam bahasa
Arab.

Pada masa Sultan Harun al-Rasyid, kegiatan penerjemahan sangat


intensif, yaitu menerjemahkan buku-buku ilmiah dari bahasa Yunani. Namun
penerjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab tidak dilakukan secara
langsung, melainkan diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Syria. Kegiatan
penerjemahan mencapai puncaknya pada masa Khalifah al-Makmun. Melalui
Perpustakaan Darul Hikmah, al-Makmun menugaskan direkturnya, Hunain bin
Ishaq, untuk menerjemahkan buku-buku dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.

Seorang pakar Kristen dalam bahasa Arab dan Yunani, karya terjemahan
Hunain bin Ishaq antara lain Euclid, Galen, Hippocrates, Apollonius, Plato,
Aristoteles, Themitius, Paulus al-Aghini, dan kitab Perjanjian Lama. Watt (1990:
139) menyebut Hunayn ibn Ishaq (809 – 873) sebagai penerjemah paling
terkemuka karya ilmiah Yunani ke dalam bahasa Arab.

Sebelum menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani, Hunain ibn


Ishaq terlebih dahulu mengumpulkan manuskrip buku-buku yang akan
diterjemahkannya. Mengenai pentingnya gerakan penerjemahan bagi kejayaan
peradaban Islam, Myers menunjukkan bahwa gerakan penerjemahan
memainkan peranan utama. Aktivitas penerjemahan telah memungkinakan suatu
kebudayaan dapat mempelajari kebudayaan lainnya. Hasil yang didapatkan dari
aktivitas dan gerakan penerjemahan lebih menakjubkan ketimbang kemenangan
dan kekuasaan atas wilayah lain melalui jalur militer.

Aktivitas penerjemahan karya-karya ilmiah dari bahasa Yunani ke dalam


bahasa Arab pada gilirannya kemudian telah mendorong berkembangnya
berbagai disiplin ilmu pengetahuan di kalangan kaum muslim, terutama filsafat,
matematika, astronomi, geografi dan ilmu-ilmu kealaman. Dari berbagai disiplin
ilmu pengetahuan tersebut, filsafat dapat dipandang sebagai ilmu yang paling
penting karena filsafat merupakan “induknya ilmu pengetahuan.” Filsafat menjadi
pusat perhatian di kalangan para ilmuwan muslim. Merujuk pendapat Akbar S.
Ahmed, ada tiga arus kebudayaan kuno yang mempengaruhi arah
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam ketika peradaban Islam
bergerak menuju puncaknya. Arus silang budaya itu terjadi melalui aktivitas
penerjemahan dari tiga bahasa yaitu Yunani, Persia dan India. Kebudayaan
Yunani yang disebut Hellenisme dan mempengaruhi perkembangan ilmu
pengetahuan dalam peradaban Islam adalah dalam bidang filsafat dan
kedokteran. Beberapa filsuf yang karyanya berpengaruh di Dunia Islam ialah
Plato, Aristotels, Euclide, dan Neo-platonic. Dari bidang kedokteran yang paling
berpengaruh adalah karya Hippocrates dan Galen.

Pada akhirnya, sekitar awal abad ke-12, melalui karya Al Ghazali,


pemikiran-pemikiran Yunani dapat diterima dan masuk ke dalam arus utama
peradaban Islam. Selain itu, terdapat arus samping untuk mengkaji secara
intensif filsafat dan sains Yunani (Watt, 1990: 140). Dalam perkembangannya
kemudian, filsafat dan sains Yunani sudah diolah dan dikembangkan oleh para
filsuf dan ilmuwan sebagai bagian dari peradaban Islam.

Elemen kedua kejayaan peradaban Islam setelah aktivitas ilmiah adalah


kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Kemajuan dalam ilmu agama, terutama meliputi ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
kalam dan ilmu fikih. Ilmu tafsir mengalami perkembangan pesat lewat penafsiran
secara sistematis dan terpisah dari Hadits. Ahli tafsir pertama adalah Al Farra.
Baik aliran Ahlussunnah, Syiah maupun Mu’tazilah telah memiliki ahli tafsir
masing-masing. Perkembangan ilmu hadits mencapai puncaknya, yang ditandai
dengan munculnya Al Kutub Al Sitah dari 6 ahli hadits, yakni: Bukhari, Muslim.
Ibnu Majah, Abu Dawud, Al Tirmidzi dan Al Nasai. Sementara ilmu kalam
berkembang dari adanya dorongan untuk membela Islam dengan pemikiran
filsafat dari serangan orang-orang Kristen dan Yahudi. Para ahli ilmu kalam
datang baik dari aliran Mu’tazilah maupun Ahlu Sunnah. Dari aliran Mu’tazilah,
mereka antara lain: Al Allaf, Al Nizam, Al Jahiz, Al Jubbai, dan Abu Hasyim.
Sebaliknya dari kalangan Ahlussunnah, al: Al Asy’ari, Al Baqillani, Al Juwaini, Al
Ghazali, dan Maturidi.

Ilmu fikih telah berkembang sejak zaman Abbasiyah awal dengan


terbentuknya empat mazhab fikih. Yang pertama yaitu mazhab Hanafi didirikan
oleh Imam Abu Hanifah, kedua mazhab Maliki dengan pendiri Imam Malik,
mazhab Syafi’i yang didirikan oleh Imam Asy Syaf’I’i dan mazhab Hanbali
dengan pendirinya Imam Abu Hanifah. Mereka merupakan ulama ahli fikih
terbesar yang diakui oleh Dunia Muslim Ahlu Sunnah hingga sekarang. Menurut
W. Montgomery Watt, terciptanya empat mazhab fikih Ahlussunnah, yakni
Hanafi, Maliki, Asy-Syafii dan Hanbali terbentuk pada abad pertama khilafah
Abbasiyah. Hal itu dibuktikan dari hadirnya kitab kumpulan fikih dan hadits
karangan para pendiri mazhab tersebut atau dari para murid utamanya. Dengan
adanya kumpulan kitab fikih dan hadits empat mazhab tersebut telah menjadi
landasan bagi peradaban Islam beserta kehidupan intelektualnya (Watt, 1990:
134).

 Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Semakin bertambah luasnya daerah kekuasaan Islam mulailah muncul


beberapa permasalahan. Antara lain mengenai cara pembacaan Al Qur’an,
penafsiran, dan dialeknya. Berdasarkan masalah ini maka Khalifah Umar dan
para sahabat lain mulai berpikir untuk memecahkan permasalahan ini. Lahirnya
Ilmu Qira’at erat kaitannya dengan membaca dan mempelajari Al Qur’an.
Terdapatnya beberapa dialek bahasa dalam membaca Al Qur’an, dikhawatirkan
akan terjadi kesalahan dalam membaca dan memahaminya. Oleh karena itu
diperlukan standarisasi bacaan dengan kaidah-kaidah tersendiri. Apalagi bahasa
Arab yang tidak bersyakal tentu menimbulkan kesulitan dalam membacanya.

Untuk mempelajari bacaan dan pemahaman Al Qur’an Khalifah Umar


telah mengutus Mu’adz ibn Jabal ke Palestina, Ibadah ibn As Shamit ke Hims,
Abu Darda’ ke Damaskus, Ubai ibn Ka’ab, dan Abu ayub tetap di Madinah.
Perkembangan ilmu lain juga mulai terlihat pada masa ini. Seperti ilmu Hadis,
Nahwu, ilmu fiqih, dan ilmu kedokteran. Untuk ilmu hadis memang belum begitu
terkenal pada masa ini hanya saja baru mulai menjadi isu yang berkembang di
kalangan sahabat pada masa itu. Pembukuan Al Qur’an pada masa Khalifah
Umar, mushaf Al Qur’an berada di bawah pengawasannya. Sepeninggal Umar,
mushaf itu disimpan di rumah Hafsah binti Umar, isteri Rasulullah

 Perkembangan Sastra

Masyarakat Arab sangat dekat dengan masalah sastra. Bahkan pada


masa pra Islam dunia kesusatraan Arab sudah mengalami kemajuan.
Masyarakat Arab sangat senang terhadap karya sastra. Sehingga Al Qur’an tidak
hanya berisi tentang firman Allah yang bersifat formal tapi juga terdapat karya
sastra yang mengagumkan di dalamnya. Pada masa Khalifah Umar puisi tidak
bisa lepas dari masa Rasul dan masa jahilyah. Aroma struktural kata dalam puisi
sangat terpengaruh oleh Al Qur’an. Prosa tertuang dalam dua bentuk yaitu
Khitabah (bahasa pidato) dan Kitabah (bahasa korespondensi).

 Kebijakan tokoh islam dalam perdaban kejayaan islam

Kebijakan Umar bin Abdul Aziz dalam Pengembangan Pemikiran dan


Peradaban Islam Khalifah kedelapan yaitu Umar bin Abdul Aziz. Beliau
merupakan khalifah ketiga terbesar pada masa dinasti Umayah pada tahun
99H/717M. Pada awalnya Umar bin Abdul Aziz menolak dengan tegas jabatan
kekhalifahan yang ditunjuk oleh Sulaiman. Karena terus didesak oleh kaum
muslimin, akhirnya beliau menerima amanah umat tersebut yang menurutnya
merasa tidak ringan. Seperti layaknya orang yang baru menerima anugrah
jabatan, pasti seseorang mengucap syukur sebagai anugrah Tuhan. Namun
Umar bin Abdul Aziz malah sebaliknya.

Sembilan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz selama 2 tahun 5 bulan.


Meskipun pemerintahannya sangat singkat, namun Umar merupakan lembaran
putih Bani Umayah dan sebuah periode yang berdiri sendiri yang mempunyai
karakter yang tidak terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan daulah Bani
Umayah yang banyak disesali. Dia merupakan personifikasi seorang khalifah
yang takwa dan bersih, suatu sikap yang jarang sekali ditemukan sebagaian
besar pemimpin Bani Umayah.

Khalifah yang adil itu adalah putra Abdul Aziz, Gubernur Mesir yaitu
Umar bin Abdul Aziz. Ia lahir di Hilwan dekat Kairo atau di Madinah menurut
sumber yang lain. Rupanya keadilannya itu menurun dari Umar bin Khatthab
yang menjadi kakeknya dari jalur ibunya. Ia menghabiskan waktunya di Madinah
untuk mendalami ilmu agama Islam, khususnya ilmu hadits dan ketika menjadi
khalifah ia memerintahkan kaum muslimin untuk menuliskan hadits, dan inilah
perintah resmi dari penguasa Islam. Umar adalah orang yang rapi dalam
berpakaian, memakai wewangian dan berambut panjang dan cara jalan yang
tersendiri, sehingga mode Umar ditiru banyak orang dimasanya.

Seorang bangsawan yang kaya itu menguasai tanah-tanah perkebunan di


Hijaz, Syria, Mesir, dan Bahrain. Dia menghasilkan kekayaan 40.000 dinar tiap
tahun, namun setelah menduduki jabatan barunya khalifah Umar bin Abdul Aziz
melakukan:

1. Kebijakannya di Bidang Fiscal

a. Pengembalian tanah-tanah yang dihibahkan kepadanya dan


meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamanya (hidup bermewahan)
serta menjual barang-barang mewahnya untuk diserahkan
penjualannya ke baitul mal.
b. Pengadaan perdamaian antara Muawiyah dan Syi’ah serta Khawarij,
menghentikan peperangan dan mencegah caci maki terhadap khalifah
Ali bin Abi Thalib dalam khutbah Jum’at.
c. Pembersihan di kalangan keluarga Bani Umayah. Terhadap para
gubernur dan pejabat yang bertindak sewenang-wenang, dia tidak
ragu-ragu mengambil tindakan tegas. Dia memecat Yazid bin Abi
Muslim (Gubernur Afrika Utara), Salih bin Abdurrahman(Gubernur
Irak), dan As Saqafi dari jabatannya sebagai gubernur serta Usamah
bin Said At Tanukhi dari jabatannya sebagai pemungut pajak di Mesir.
d. Menata administrasi pemerintahan.
e. Memberikan jaminan keamanan bagi rakyat.
f. Meninggalkan kebijakan para pendahulunya yang terfokus dalam
perluasan dan penguasaan negara
g. Mewujudkan keamanan dan ketertiban baik dia pribadi maupun
kebijakan pemerintah yang netral serta berada di atas golongan, ras
dan suku.
h. Mendorong orang non-muslim untuk memeluk agama Islam.
i. Pajak yang biasa dipungut dari orang Nasrani dikurangi.
j. Menghentikan pembayaran jizyah bagi orang Islam baru (mualaf).
Dengan demikian mereka berbondong-bondong masuk agama Islam.
k. Menaikkan gaji para gubernurnya
l. Memeratakan kemakmuran dengan memberikan santunan kepada
fakir dan miskin
2. Kebijakannya di Bidang Sarana Prasarana

Selama pemerintahannya, Umar bin Abdul Aziz melakukan berbagai


perbaikan dan pembangunan sarana pelayanan umum, diantaranya:

a. Perbaikan lahan pertanian


b. Penggalian sumur baru
c. Pembangunan jalan. Penyediaan tempat penginapan bagi para
musafir.
d. Perbanyakan masjid, dan lain-lain
e. Memperbarui dinas pos agar tidak hanya melayani pengiriman surat
resmi para gubernur dan pegawai khalifah atau sebaliknya
f. Memberikan bantuan kepada orang sakit

3. Kebijakannya di Bidang Pendidikan

Kebijakannya Umar bin Abdul Aziz dalam bidang pendidikan yaitu:

a. Menghidupkan ajaran Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW


guna mengembalikan kemuliaan Islam dalam berbagai aspeknya.
b. Menjadikan dua warisan Nabi Muhammad SAW yaitu, Al Qur’an dan
Sunnah Nabi, untuk mewarnai kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
c. Meminta para ulama besar pada masa itu seperti Al Hasan Al Basri
(ahli hadist dan fikih) dan Sulaiman bin Umar untuk mendidik
masyarakat agar mengenal dan menerapkan hukum syariat Islam
sebaik-baiknya serta setia mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi
larangan-Nya
d. Inisiatifnya untuk mengkodifikasi (membukukan) hadis.

Ia terdorong atas kekhawatiran bahwa hadist Nabi Muhammad SAW akan


lenyap dengan wafatnya para ulama hadis, dan jika memang demikian maka
besar potensinya hadis-hadis palsu bermunculan. Pada saat itu, hadist masih
tersimpan dalam hafalan dan catatan pribadi para sahabat, tabi’in, dan ulama
yang meriwayatkan hadis. Khalifah yang adil akan berusaha memperbaiki segala
tatanan yang ada di masa kekhalifahannya, ia juga menyamakan kedudukan
orang-orang non Arab sebagai warga negara kelas dua dengan orang-orang
Arab.

Terhadap pihak yang menentang bani Umayah seperti golongan Khawarij


dan Syiah, Umar bin Abdul Aziz bersikap lunak. Mereka tidak diperangi, tetapi
diajak untuk berdiskusi dan membina untuk saling pengertian. Umar bin Abdul
Aziz menghentikan peperangan terhadap orang yang belum beragama Islam di
negeri yang ditaklukkan. Sebagai gantinya dia melancarkan dakwah Islam
dengan cara bijaksana dan persuasif. Kebijaksanaan ini membuat banyak
penduduk yang belum beragama Islam masuk ke dalam agama Islam.
Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz tidak berlangsung lama. Khalifah umar
meninggal tahun 101 H/720 M dan diganti oleh Yazid II bin Abdul Malik (101-105
H)

 Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek

Peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam
harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Ini merupakan paradigma
Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Paradigma Islam
inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma
sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah
terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya;
dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan.

Adanya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di


dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi
kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma
sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang
bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin
yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam. Kekeliruan
paradigmatis ini harus dikoreksi, tentu memerlukan perubahan fundamental dan
perombakan total.

Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, paradigma
Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang
seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia. Namun
di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan
landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-
Qur`an dan Al-Hadits, tapi konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya
dengan tolok ukur AlQur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan
keduanya. Menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti
bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan
pada ayat tertentu, atau hadis tertentu. Jika ada ayat atau hadis yang cocok
dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala
sesuatu, seperti yang ada didalam ayat A-Qur’an yang berbunyi :

ً ‫َيء ُّم ِح ْي‬


‫طا‬ ْ ‫ّللاُ بِ ُك ِل ش‬
ٰ َ‫ض َو َكان‬ َ ْ ‫ت َو َما فِى‬
ِ ‫اْل ْر‬ ِ ٰ ِ ‫َو‬
ِ ‫لِل َما فِى السَّمٰ ٰو‬

126. Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan
(pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu. QS. An-Nisaa` [4]:126

‫ض ِمثْلَ ُه َّن َيتَن ََّز ُل ْٱْل َ ْم ُر َب ْينَ ُه َّن ِلتَ ْعلَ ُم ٓو ۟ا‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َوت َو ِمنَ ْٱْل َ ْر‬ َ َ‫ٱلِلُ ٱلَّذِى َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬ َّ
‫َىء ِع ْل ًۢ ًما‬
ْ ‫ط ِب ُك ِل ش‬ َ ‫ٱلِل قَ ْد أَ َحا‬
َ َّ ‫ِير َوأَ َّن‬
ٌ ‫َىء قَد‬ َ َّ ‫أَ َّن‬
ْ ‫ٱلِل َعلَ ٰى ُك ِل ش‬
12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu.QS AthThalaq [65]:12),

Namun bukan berarti konsep iptek harus bersumber pada ayat atau hadis
tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa
matahari sebagai pancaran cahaya dan panas;

‫س ِس َرا ًجا‬
َ ‫ش ْم‬ ً ُ‫َو َج َع َل ْٱلقَ َم َر فِي ِه َّن ن‬
َّ ‫ورا َو َج َع َل ٱل‬

16 : Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan


matahari sebagai pelita? (QS Nuh [71]: 16), bahwa langit (bahan alam semesta)
berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi
(pemekatan) gas tersebut;
‫ط ۡو ًعا اَ ۡو َك ۡرهًا قَالَتَ ٰۤا‬ ِ ‫َان فَقَا َل لَ َها َو ِل ۡۡلَ ۡر‬
َ ‫ض ۡائتِيَا‬ َّ ‫استَ ٰٰۤـوى اِلَى ال‬
َ ‫س َما ٓ ِء َوه‬
ٌ ‫ِى ُدخ‬ ۡ ‫ث ُ َّم‬
َ ‫اَتَ ۡينَا‬
َ‫طا ٓ ِٕٮ ِع ۡين‬

11. Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia
berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut
perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang
dengan patuh."

َّ ‫س َمآء أَ ْم َرهَا ۚ َوزَ يَّنَّا ٱل‬


‫س َما ٓ َء ٱل ُّد ْن َيا‬ َ ‫س ٰ َم َوات ِفى َي ْو َمي ِْن َوأَ ْو َح ٰى ِفى ُك ِل‬ َ ‫س ْب َع‬َ ‫ض ٰٮ ُه َّن‬ َ َ‫فَق‬
‫يز ْٱل َع ِل ِيم‬ ُ ‫ظا ۚ ٰذَلِكَ ت َ ْقد‬
ِ ‫ِير ْٱل َع ِز‬ ً ‫ص ِبي َح َو ِح ْف‬ َ ٰ ‫ِب َم‬
12 :Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(QS. Fushshilat [41]: 11-12), dan seterusnya.

Terdapat sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang semacam dengan ayat
diatas. Ayat-ayat diatas menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga
meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti
bahwa konsep iptek wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu. Yang dimaksud
menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek
wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa
iptek wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits. Ringkasnya, Al-Qur`an
dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) iptek, dan bukannya sumber
(mashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang dikembangkan, harus
sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh bertentangan dengan Al-
Qur`an dan AlHadits itu.

Jika suatu konsep iptek bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits,


maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya saja Teori Darwin yang
menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang
selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi organisme yang
lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang. Berarti jika
disimpulkan manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, yaitu Nabi
Adam AS, tapi hasil dari evolusi organisme sederhana. Hal ni bertentangan
dengan firman Allah SWT yang menegaskan, Adam AS adalah manusia
pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu,
bukan keturunan makhluk lainnya sebagaimana fantasi Teori Darwin . Seperti
bunyi ayat dalam Al-Qur’an;

Firman Allah SWT (artinya): “(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia
dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina
(mani).” (QS As-Sajdah [32]: 7).

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal.” (QS Al-Hujuraat [49]: 13).

Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu Al-Qur`an dan Al-Hadits hanyalah
standar iptek, dan bukan sumber iptek, bahwa umat Islam boleh mengambil iptek
dari sumber kaum non muslim (orang kafir). Dulu Nabi SAW pernah menerapkan
hal serupa yaitu penggalian parit di sekeliling Madinah, padahal strategi militer itu
berasal dari tradisi kaum Persia yang beragama Majusi. Dulu Nabi SAW juga
pernah memerintahkan dua sahabatnya memepelajari teknik persenjataan ke
Yaman, padahal di Yaman dulu penduduknya adalah Ahli Kitab (Kristen). Umar
bin Khatab pernah mengambil sistem administrasi dan pendataan Baitul Mal (Kas
Negara), yang berasal dari Romawi yang beragama Kristen. Jadi, selama tidak
bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam, iptek dapat diadopsi dari kaum
kafir.

 Syariah Islam Standar Pemanfaatan Iptek

Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah


Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan
iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan adalah
yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga
hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk
menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain
firman Allah (artinya): “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan…” (QS An-Nisaa` [4] : 65).

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpinpemimpin selain-Nya…” (QS Al-A’raaf [7] : 3).

Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada
perintah kami atasnya, maka perbuatan itu tertolak.” (HR Muslim)

Sebaliknya, yang terjadi saat ini adalah negara-negara Barat, dan negara-
negara yang menganut Islam, secara membabi buta mengikuti Barat. Menurut
mereka, kriteria pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
kepraktisan, baik pragmatisme maupun utilitarianisme. Apabila sesuatu itu
bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan manusia, maka hal itu dianggap
benar dan sah.Meski dilarang oleh ajaran agama.

Mungkin inilah sebabnya orang Barat menggunakan ilmu pengetahuan


dan teknologi dengan cara yang tidak bermoral, tidak manusiawi, dan
bertentangan dengan nilai agama, meskipun ada standar manfaatnya. Misalnya,
penggunaan bom atom untuk membunuh ratusan ribu orang yang tidak bersalah,
penggunaan bayi tabung tanpa mengabaikan moralitas (misalnya, menempatkan
embrio pada ibu pengganti), kloning manusia (yaitu, manusia bereproduksi
secara a-seksual, bukan seksual), dan eksploitasi alam secara rakus, padahal
hal tersebut menyebabkan pencemaran lingkungan yang signifikan, bahaya, dan
lainnya.

Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah dikoreksi dan
diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik
segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang mengetahui mana yang
secara hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya
bagi manusia. Standar itu adalah segala perintah dan larangan Allah SWT yang
bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah Islam.
 Inovasi teknologi yang telah dikembangkan oleh tokoh Islam

Orang Islam telah berkontribusi dalam pengembangan teknologi yang


memudahkan aktivitas sehari-hari, termasuk dalam mempermudah ibadah umat
Muslim. Berikut adalah beberapa inovasi teknologi yang telah dikembangkan
oleh orang Islam:

1. Alat pembatas aliran air wudu: Inovasi ini dilatarbelakangi oleh

2. penggunaan air yang seharusnya dilakukan secara hemat, termasuk


untuk kebutuhan wudu. Alat ini dapat membantu umat Muslim dalam
menggunakan air dengan lebih efisien.

3. Tasbih digital: Tasbih digital dibuat dalam ukuran kecil sehingga praktis
dibawa ke mana-mana serta dilengkapi tali karet yang bisa melingkar di
jari seperti cincin. Untuk menghitung lafadz zikir, ada tombol yang
disiapkan. Juga ada layar sebagai display angkanya.

4. Al-Qur’an digital dengan talking pen: Al-Qur’an berupa gadget yang


dilengkapi dengan talking pen sehingga bisa mengeluarkan suara saat
menunjuk ke sebuah ayat. Sangat cocok untuk digunakan khususnya
bagi para pemula dalam mempelajari pelafalan ayat-ayat secara tepat.
Selain itu, Al-Qur’an ini juga dilengkapi dengan tanda warna untuk
keterangan tajwid.

5. Al-Qur’an digital: Al-Qur’an digital dapat membantu umat Muslim dalam


membaca Al-Qur’an dengan lebih mudah dan praktis. Beberapa Al-
Qur’an digital bahkan dilengkapi dengan terjemahan bahasa Inggris dan
bahasa lainnya.

6. Masjid pintar: Masjid pintar dilengkapi dengan teknologi yang


memudahkan umat Muslim dalam beribadah, seperti sistem pengeras
suara, sistem pendingin ruangan, dan sistem pencahayaan yang
otomatis.
Selain itu, pada masa kejayaan Islam, banyak lahir ilmuwan Muslim
dengan pengetahuan tinggi dengan karya-karyanya yang bermanfaat. Berikut
adalah beberapa ilmuwan Muslim terkenal dalam pengembangan teknologi:

1. Al-Khawarizmi: Dikenal sebagai Bapak Aljabar, Al-Khawarizmi telah


menemukan konsep algoritma, memperkenalkan angka nol serta sistem
notasi desimal, membuat tabel perhitungan astronomi untuk mengukur
jarak dan kedalaman bumi, menemukan model pembuatan peta dunia,
dan menemukan konsep alat pembatas aliran air wudu

2. . Al-Jazari: Seorang ilmuwan Muslim dan insinyur yang dikenal karena


karyanya dalam bidang teknologi, Al-Jazari mempengaruhi lahirnya
pompa air modern dan menulis buku Pengetahuan Ilmu Mekanik tahun
1206, di mana ia menjelaskan lima puluh peralatan mekanik berikut
instruksi tentang bagaimana cara merakitnya.

3. Ibnu Al-Haitham: Ilmuwan ini menciptakan teknologi optik yang saat


digunakan pada perangkat kamera. Teknologi temuan Ibnu Al-Haitham
menginspirasi Rogen Bacon dan Kepler untuk menciptakan mikroskop
dan teleskop.

4. Abbas Bin Firnas: Ilmuwan muslim ini merupakan orang pertama di dunia
yang membuat konstruksi alat yang bisa terbang. Pada abad ke-9, Abbas
Bin Firnas menciptakan sebuah alat terbang bersayap menyerupai burung
dan berhasil.

5. Ibnu Sina: Ilmuwan Islam yang mempelajari fisika, astronomi, filsafat,


serta menekuni dunia medis. Kiprahnya dalam bidang kesehatan terwujud
dalam tulisan-tulisannya, di mana dia telah menulis lebih dari 40 buku
tentang ilmu kedokteran. Karya-karya Ibnu Sina diakui kehebatannya
hingga menjadi referensi di universitas-universitas di seluruh dunia
selama hampir 1000 tahun.

Mereka telah berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang masih digunakan hingga saat ini. Islam sangat mendukung
umatnya untuk menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu, umat Islam dapat mempelajarinya dari orang-orang
non-Islam, dan dapat mengembangkan Iptek dari spirit ajaran Islam sendiri.
Namun, sebelum diterapkan di dunia Islam, penting untuk terlebih dahulu
diberikan nilai-nilai keislaman, agar tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran
hukum Islam.

 Layanan dan teknologi kesehatan dalam pandangan Islam

Pada dasarnya peneliti melihat bahwa, Islam membolehkan implementasi


teknologi yang mempermudah maslahah yang berhubungan dengan orang
banyak. Mashlahah berasal kata shalaha yang memiliki beberapa makna, di
antaranya adalah kebaikan, kebermanfaatan, kelayakan, keselarasan dan
kepatutan.

Kata al-mashlahah adakalanya dilawankan dengan kata mafsadah dan


adakalanya dilawankan dengan Digitalisasi Layanan Kesehatan Dalam
Perspektif Islam Conference on Islamic Studies (CoIS) 2019 239 madharrah
yang berarti kerusakan atau keburukan (Ikromi, 2015). Digitalisasi dalam
pelayanan sebenarnya memiliki konsep mempermudah dan memiliki konsep
saling tolong menolong antara pemperi pelayanan dan konsumen yang
membutuhkan pelayanan.

C. KESIMPULAN

Berpijak dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa elemen


utama kejayaan peradaban Islam dalam perspektif ilmu pengetahuan adalah
tingginya aktivitas ilmiah dan kemajuan ilmu pengetahuan baik ilmu keagamaan
maupun ilmu pengetahuan umum. Tingginya aktivitas ilmiah ditandai dengan
penyusunan buku-buku ilmiah dan gerakan penerjemahan.

Kemajuan dalam ilmu keagamaan melahirkan berbagai disiplin seperti


ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam dan ilmu fikih. Sementara kemajuan dalam
ilmu pengetahuan umum telah mengembangkan berbagai disiplin ilmu yang
mencakup terutama filsafat, kedokteran, atronomi, matematika, dan geografi.
Kemajuan ilmu pengetahuan umum dari masa kejayaan peradaban Islam ini
dalam perkembangannya kemudian tersebar ke Eropa dan peradaban Barat
melalui kekuasaan Islam di Andalusia, Pulau Sisilia dan terjadinya Perang Salib.
Alhasil, sumbangan utama peradaban Islam bagi peradaban Barat dan Dunia
adalah sebagai mata rantai yang telah mengembangkan ilmu pengetahuan
warisan Yunani Kuno untuk dikembalikan lagi ke Eropa dan peradaban Barat.

Umat Islam memiliki potensi besar untuk mengembalikan kejayaan ilmu


pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang kesehatan melalui pengaruh
dari sistem penulisan dan transmisi pengetahuan, penerjemahan karya
terkemuka, pengembangan ilmu kedokteran, dan penerapan nilai-nilai etika
Islam. Dengan berfokus pada inovasi dan penelitian, umat Islam dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan dunia dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta memperoleh prestise global yang
layak.
Daftar pustaka

Suwarno, (2019).”Kejayaan Peradaban Islam dalam Prespektif Ilmu


Pengetahuan”,https://www.researchgate.net/publication/351244050_Kejayaan_P
eradaban_Islam_dalam_Perspektif_Ilmu_Pengetahuan, diakses tanggal 16
Januari 2024

Faqih, Rahim Aunur dan Muntoha. (2014). "Sejarah Pemikiran dan Peradaban
Islam",https://opac.fah.uinjkt.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=891&bid=9535,
diakses tanggal 16 Januari 2024

Andro, (2023). "Teknologi yang dikembangkan oleh orang Islam",


https://smamuh5yk.sch.id/teknologi-yang-dikembangkan-oleh-orang-islam/,
diakses tanggal 16 Januari 2024

Ilmi, Zainal (2012). "Islam Sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi", https://media.neliti.com/media/publications/145504-ID-islam-
sebagai-landasan-perkembangan-ilmu.pdf, diakses 16 Januari 2024

OpenAI. (2023). ChatGPT, https://chat.openai.com/chat, diakses 16 Januari 2024

MADRAH, MY. (2020).


https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/cois/article/download/8018/3647 , diakses
19 Januari 2024

TafsirWeb.com, diakses 19 Januari 2024

Anda mungkin juga menyukai