Selain itu, saat ini juga ditandai dengan perkembangan kebudayaan Arab.
Setelah Khalifah Abdul Malik memutuskan untuk mengubah bahasa administrasi
dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke bahasa Arab, perhatian masyarakat
pada bahasa tersebut meningkat. Peralihan kekuasaan dari Dinasti Bani Umayyah
ke Dinasti Bani Abbasiyah mendorong kemajuan peradaban Islam. Dengan
berkembangnya sektor pertanian dan pertambangan pada masa ini, ekonomi
negara mulai berkembang.
Yang menarik adalah bahwa pada periode ini pula ilmu keagamaan Islam
mulai disusun. Imam Bukhari dan Muslim adalah nama-nama terkenal dalam
bidang penulisan hadis. Imam-imam seperti Abu Hanifah, Malik bin Anas, Syafi'i,
dan Ahmad bin Hanbal sangat terkenal dalam bidang fikih. Imam Ath-Thabari
terkenal karena tafsirnya, dan Ibnu Hisyam terkenal karena sejarahnya. Washil bin
Atha', Ibnu Huzail Al-Allaf, dan orang lain dari golongan Muktazilah
berkontribusi pada perumusan konsep teologi. Dalam hal Ahlu Sunnah, Abu
Hasan Al-Asy’ari dan Al-Maturidi terkenal. Ada nama-nama seperti Husain bin
Mansur Al-Hallaj dan Abu Yazid Al-Busthami dalam tasawuf. Pada periode ini,
peradaban Islam mencapai puncaknya.
Masa kejayaan Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Al-
Rasyid dan anaknya Al-Ma’mun. Pada masanya ilmu pengetahuan agama dan
ilmu pengetahuan umum berkembang pesat. Perkembangan ilmu agama meliputi,
pembukuan sejumlah bidang agama, yaitu fikih, tafsir, hadis, kalam, dan tasawuf.
Adapun bidang ilmu pengetahuan umum meliputi filsafat, ilmu kedokteran, ilmu
astronomi, farmasi, geografi, sejarah, dan bahasa. Kemajuan ini disebabkan pada
orientasi peradaban yang diarahkan pada kemajuan ilmu pengetahuan, dan bukan
pada ekspansi perluasan wilayah.
Dua faktor menentukan kemajuan Islam di masa Bani Abbasiyah:
asimilasi bangsa Arab dengan bangsa lain yang mengalami perkembangan ilmu
pengetahuan dan gerakan penerjamahan karya kebudayaan Yunani ke dalam
bahasa Arab. Islam menjadi lebih maju dan lebih unggul dalam hal peradaban
ketika ia terbuka untuk peradaban lain.
Secara kultural agama Islam yang lahir di luar hegemoni dua dinasti
yang berkuasa yakni Romawi dan Persia menjadikan umat Islam memiliki
sikap terbuka sehinggga sikap mereka positif terhadap pelbagai budaya
bangsa-bangsa lain itu. Sebelum peradaban Islam, ilmu pengetahuan
memang telah ada, namun sifat dan semangatnya sangat nasionalistis dan
parokialistis, dengan ketertutupan masing-masing bangsa dari pengaruh
luar karena merasa paling benar. Bertrand Russel, misalnya, cenderung
meremehkan tingkat orisinalitas kontribusi Islam di bidang filsafat, namun
tetap mengisyaratkan adanya tingkat orisinalitas yang tinggi di bidang
matematika dan ilmu kimia.
Jika kita menekankan pada sebab normatif, kita akan sampai pada
kesimpulan bahwa ajaran profetik Islam Muhammadlah yang menginspirasi
kemampuan komunitas Islam klasik pada masa itu. Namun, kesimpulan ini akan
tidak masuk akal jika kita tidak memeriksa sebab-sebab historisnya. Namun
demikian, komunitas Islam klasik pada masa itu hanyalah salah satu dari banyak
pihak yang bekerja sama untuk membangun peradaban yang maju. Di sisi lain,
kita harus mengakui bahwa ilham-ilham dari sumber-sumber ilmu di luar
komunitas Islam juga muncul.
Seperti yang dikatakan oleh peraih Nobel fisika Pakistan Abdus Salam,
"tidak diragukan lagi bahwa dari seluruh peradaban di planet ini, sains menempati
posisi yang paling lemah di dunia Islam." Kelemahan ini sangat berbahaya, karena
keberlangsungan masyarakat abad ini sangat bergantung pada penguasaan sains
dan teknologi (Hoodbhoy: 1996). Ini adalah ungkapan yang kiranya cukup
simbolis untuk mengingatkan betapa situasi sains kita saat ini sangat
memprihatinkan.
Kesimpulan 1
Banyak aspek peradaban dunia dibangun oleh Islam. Peradaban Islam
memberikan kontribusi besar dalam bidang matematika, astronomi, kedokteran,
arsitektur, seni, dan filsafat. Ini termasuk pengembangan sistem angka Arab, ilmu
pengetahuan Moorish di Aljazair, Irak, dan Spanyol, serta perlindungan dan
penyebaran karya klasik Yunani dan Romawi. Bagian penting dari kontribusi
Islam terhadap peradaban dunia adalah kesadaran akan keberagaman budaya,
keilmuan, dan keahlian yang terus berkembang.
Kesimpulan 2
Secara keseluruhan, kontribusi Islam terhadap pengembangan peradaban
dunia sangat signifikan. Dalam bidang ilmu pengetahuan, matematika, dan
astronomi, pemikir Muslim seperti Al-Kindi, Al-Khwarizmi, dan Ibn al-Haytham
memberikan kontribusi besar dengan meletakkan dasar-dasar pengetahuan
modern. Sistem numerik Arab dan konsep nol dari dunia Islam menjadi tulang
punggung matematika kontemporer.Dalam kedokteran, karya Ibnu Sina
(Avicenna) dalam "Canon of Medicine" menjadi panduan standar untuk praktik
medis di Eropa selama berabad-abad. Selain itu, peradaban Islam memainkan
peran penting dalam melestarikan karya-karya klasik Yunani dan Romawi melalui
proses penerjemahan, yang pada gilirannya mempertahankan dan
mengembangkan warisan ilmu pengetahuan. Seni dan arsitektur Islam
mencerminkan keindahan dan kompleksitas melalui masjid-masjid megah, istana,
dan karya seni kaligrafi. Kejayaan ini menciptakan gaya arsitektur yang unik dan
menjadi inspirasi bagi peradaban lainnya. Pentingnya pendidikan dalam Islam
juga tercermin dalam pendirian madrasah, pusat pembelajaran yang memberikan
kontribusi pada perkembangan sistem pendidikan. Sistem pendidikan ini
mempromosikan penelitian, pengajaran ilmu pengetahuan, dan penyebaran
pengetahuan. Dengan demikian, kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban
dunia tidak hanya mencakup aspek ilmiah dan teknis, tetapi juga mencakup nilai-
nilai pendidikan, seni, dan budaya, yang bersama-sama membentuk fondasi bagi
perkembangan masyarakat manusia secara keseluruhan.