Anda di halaman 1dari 7

KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS

Citra Amandhani
Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong
e-mail: citraamandhani@gmail.com

Lydia Putri Prasetyaningtyas


Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong
e-mail: aliciakevin79@gmail.com

Meliyanus Korue
Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong

ABSTRACT
History is a unique event and only happened once in the past, so even though it has similarities
or can be called a repetition of history, it is certain that a history has its own identity as well
as Islamic history. The history of Islamic civilization is a great legacy of a world covered in
brilliance in various fields. The heyday of Islam is divided into 3 periods, namely the Classical
Period, the Middle Period and the Modern Period. During the reign of the Abbasid daulah
experienced the peak of progress in the fields of knowledge and technology, such as Geometry,
Trigonometry, Music, Antidote (antidote), Medical Science, Philosophy. Meanwhile, figures /
scientists who were born during the Abbasid era. As for the reasons for the progress of Muslims
in the field of science and technology, namely sincerity in believing and practicing Islamic
teachings, religious motivation, socio-political factors, economic factors, factors of support
and protection of the rulers at that time.

ABSTRAK
Sejarah merupakan peristiwa yang unik dan hanya terjadi sekali di waktu yang lampau
sehingga walaupun memiliki kesamaan atau dapat disebut pengulangan sejarah, dapat
dipastikan suatu sejarah itu memiliki keidentikkan tersendiri begitupula dengan sejarah Islam.
Sejarah Peradaban Islam adalah warisan besar dunia yang diliputi kecemerlangan di berbagai
bidang. Zaman kejayaan Islam terbagi atas 3 periode yaitu Periode Klasik, Periode
Pertengahan, dan Periode Modern. Pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah mengalami
puncak kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi, seperti Geometri, Trigonometri,
Musik, Antidote (penawar racun), Ilmu kedokteran, Filsafat. Sedangkan tokoh-tokoh/para
ilmuan yang lahir pada zaman Abbasiyah. Adapun sebab-sebab kemajuan umat Islam di bidang
IPTEKS yaitu Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam, Motivasi
Agama, Faktor Sosial Politik, Faktor Ekonomi, Faktor Dukungan dan Perlindungan Penguasa
Saat Itu.

1. PENDAHULUAN
Kebangkitan Islam merupakan sebuah fenomena kesejarahan apabila kita melihat
segala sesuatunya dengan sejarah. Kebangkitan Islam ditandai dengan menumbuhkan
kembali semangat iman, menghilangkan stagnasi pemikiran dan fikih, serta gerakan
(harakah) dan jihad. Semangat kebangkitan ini mendorong rakyatnya untuk berpikir
mengapa kejatuhan dan kehinaan menimpa umat Islam sehingga umat ini hanya dipandang
sebelah mata bahkan mereka menutup mata akan umat ini. Beranjak dari kesadaran ini,
umat Islam seharusnya kembali menoleh ke belakang dan mengambil pelajaran dari
sejarah ini. Dengan sejarah, kita akan melihat kembali kejayaan Islam di masa Rasulullah
SAW dan Khulafaurrasyidin dan bagaimana mereka membawa dan mengibarkan panji-
panji Islam di seluruh penjuru dunia. Dalam hal ini, Al-Qur’an telah mengisyaratkan
melalui kisah perjalanan Bani Israil (awal surat Al-Israa’) dan Al-Hadits yang menjelaskan
tentang lahirnya pembaharu setiap satu abad. Walaupun di berbagai sisi terdapat beberapa
hal yang ditunjukkan dalam upaya kebangkitan Islam pada ranah politik, ekonomi maupun
sosial. Tidak salah lagi bahwa sejarahlah yang mendasari itu semua. Sejarah merupakan
peristiwa yang unik dan hanya terjadi sekali di waktu yang lampau sehingga walaupun
memiliki kesamaan atau dapat disebut pengulangan sejarah, dapat dipastikan suatu sejarah
itu memiliki keidentikkan tersendiri begitupula dengan sejarah Islam.

2. PEMBAHASAN
2.1. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS
Sejarah Peradaban Islam adalah warisan besar dunia yang diliputi
kecemerlangan di berbagai bidang. Jauh sebelum dunia Barat mengalami renaissance,
para cendekiawan dan ilmuwan muslim telah terlebih dulu mewujudkan dunia Islam
sebagai center of excellen. Setiap periodisasi sejarah, pasti memiliki sisi positif yang
menguatkan kemajuan, atau melemahkan periode sejarah selanjutnya. Oleh karena itu,
penting mengetahui babak Sejarah Peradaban Islam.
A. Periode Klasik
Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam dan
dibagi ke dalam dua fase. Pertama, adalah fase ekspansi, integrasi dan pusat
kemajuan (650 – 1000 M). Di masa inilah daerah Islam meluas melalui Afrika utara
sampai ke Spanyol di belahan Barat dan melalui Persia sampai ke India di belahan
Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan Islam. Di masa ini pulalah
berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun
umum dan kebudayaan serta peradaban Islam. Di masa inilah yang menghasilkan
ulama-ulama besar, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan
Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh. Imam alAsya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil
ibn ‘Ata’, Abu Huzail, AlNazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang Teologi. Zunnun
alMisri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj dalam bidang Tasawuf. Al-Kindi, al-
Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam bidang Falsafat. Ibn Hayyam, al-
Khawarizmi, alMas’udi dan al-Razi dalam bidang Ilmu Pengetahuan, dan lain-
lainnya.
Kedua, fase disintegrasi (1000–1250 M). Di masa ini keutuhan umat Islam
dalam bidang politik mulai pecah. Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya
Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M.
Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam hilang.
B. Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase. Pertama, fase kemunduran
(1250 – 1500 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat.
Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia bertambah
nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Irak,
Suria, Palestina, Mesir dan Afrika utara berpusat di Mesir. Bagian Persia yang
terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah berpusat di Iran. Kebudayaan
Persia mendesak kebudayaan Arab. Pada fase ini, di kalangan umat Islam semakin
meluas pendapat bahwa pintu ijtihad tertutup. Demikian juga tarekat dengan
pengaruh negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Umat Islam
di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu.
Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700
– 1800 M). Tiga kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan
Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Kejayaan Islam pada tiga kerajaan
besar ini terlihat dalam bentuk arsitek sampai sekarang dapat dilihat di Istanbul,
Iran dan Delhi. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Masa kemunduran,
Kerajaan Safawi dihancurkan oleh seranganserangan bangsa Afghan. Kerajaan
Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raja India. Kerajaan Usmani terpukul
di Eropa. Umat Islam semakin mundur dan statis. Dalam pada itu, Eropa bertambah
kaya dan maju. Penjajahan Barat dengan kekuatan yang dimilikinya meningkat ke
dunia Islam. Akhirnya Napoleon menduduki Mesir di tahun 1748 M. Saat itu Mesir
adalah salah satu pusat peradaban Islam yang terpenting.
C. Periode Modern
Periode modern (1800 – sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam.
Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan
menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih
tinggi dan merupakan ancaman bagi umat Islam. Raja-raja dan para pemuka Islam
mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam
kembali.
Dengan demikian, keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat.
Kalau di periode klasik, orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan
peradaban umat Islam, tetapi di periode modern umat Islam yang heran melihat
kebudayaan dan kemajuan Barat. Karena umat Islam heran melihat alat-alat ilmiah
seperti teleskop, mikroskop, alat-alat untuk percobaan kimiawi, dan dua set alat
percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani yang dibawa serta oleh Napoleon.
Jadi, di periode modern ini, timbullah pemikiran, ide-ide mengapa umat Islam
lemah, mundur, dan bagaimana mengatasinya, dan perlu adanya pembaharuan
dalam Islam.
Dari uraian di atas dapat dilihat perjalanan sejarah naik turunnya peradaban
Islam mulai dibentuk pada masa Nabi, mengalami pertumbuhan di masa Daulah
Umaiyah Suria, dan masa puncak di masa Dinasti Abbasiyah Baghdad dan Dinasti
Umayah Spanyol, serta memasuki masa kemundurannya pada periode pertengahan,
hal itu menimbulkan kesadaran bagi umat Islam untuk kembali bangkit di periode
modern.
Pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah mengalami puncak kemajuan dalam
bidang pengetahuan dan teknologi, seperti Geometri, Trigonometri, Musik,
Antidote (penawar racun), Ilmu kedokteran, Filsafat. Sedangkan tokoh-tokoh/para
ilmuan yang lahir pada zaman Abbasiyah adalah:
 Bidang Astronomi: al-Fazari, al-Fargani (al-Faragnus), Jabir Batany,
Musa bin Syakir, dan Abu Ja’far Muhammad.
 Bidang Kedokteran: Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal,
Ali bin Abbas, Al-Razi, Ibn Rusyd, dan al-Zahawi.
 Bidang Optika: Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (alHazen).
 Bidang Kimia: Jabir ibn Hayyan dan Ibn Baitar.
 Bidang Matematika: Muhammad ibn Musa alKhawarizmi, Tsabit ibn
Qurrah al-Hirany, dan Musa bin Syakir.
 Bidang Sejarah: Ibnu Khaldun, Al-Mas’udi dan Ibn Sa‟ad.
 Bidang Filsafat: Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan Musa bin Syakir.
 Bidang Tafsir: Ibn Jarir ath Tabary, Ibn Athiyah alAndalusy, Abu Bakar
Asam, dan Ibn Jaru al-Asady.
 Bidang Hadis: Imam Bukhari (karyanya adalah kitab alJami’ al-Shahih
yang merupakan kumpulan hadis), Imam Muslim, Ibn Majah, Baihaqi,
dan atTirmizi.
 Bidang Kalam: al-Asy’ari, Imam Ghazali, dan Washil bin Atha’.
 Bidang Geografi: Syarif Idrisy dan Al-Mas’udi.
 Bidang Tasawuf: Shabuddin Sahrawardi, Al-Qusyairi, dan al-Ghazali
(karya terpentingnya adalah Ihya’ Ulum al-Din).

 Munculnya empat madzhab: al-Syafi‟i (peletak dasar ilmu ushul fiqih


dan pencetus teori ijma‟ (konsensus) yang menjadi salah satu sumber
syari‟ah), Imam Maliki, Imam Hambali, dan Imam Hanafi.
2.2.Sebab-sebab Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEKS
Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler
dengan revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban baru,
menyambung matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam
yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era
Abasiyyah.
Secara umum ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan IPTEKS di
dunia Islam saat itu yakni :
1. Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam sebagaimana
tertuang dalam al-Qur’an dan Sunnah itu lahirlah individu-individu unggul yang
pada gilirannya membentuk masyarakat madani Islami.
2. Motivasi Agama
Seperti kita ketahui, kitab suci al-Qur’an banyak berisi anjuran untuk
menuntut ilmu, membaca (iqra’), melakukan observasi, esplorasi, ekspedisi (siru fil
ardhi), dan berfikir ilmiah rasional. Al-Qur’an juga mengecam keras sikap dogmatis
atau taklid buta. Begitu gencarnya ayat-ayat itu didengungkan, sehingga belajar atau
mencari ilmu pengetahuan diyakini sebagai kewajiban atas setiap individu Muslim,
dengan implikasi berdosalah mereka yang tidak melakukannya. Pada dataran praktis,
doktrin ini membawa dampak sangat positif. Ia mendorong dan mempercepat
terciptanya masyarakat ilmu (knowledge society) dan budaya ilmu (knowledge
culture), dua pilar utama setiap peradaban.
3. Faktor Sosial Politik
Tumbuh dan berkembangnya budaya ilmu dan tradisi ilmiah pada masa itu
dimungkinkan antara lain ―jika bukan terutama― oleh kondisi masyarakat Islam
yang, meskipun terdiri dari bermacam-macam etnis (Arab, Parsi, Koptik, Berber,
Turki, dan lain lain), dengan latarbelakang bahasa dan budaya masing-masing,
namun berhasil diikat oleh tali persaudaraan Islam. Dengan demikian terwujudlah
stabilitas, keamanan dan persatuan. Para pencari ilmu maupun cendekiawan dengan
leluasa dan aman bepergian ke pusatpusat pendidikan dan keilmuan, dari Seville ke
Baghdad, dari Samarkand ke Madinah, dari Isfahan ke Kairo, atau dari Yaman ke
Damaskus. Ini belum termasuk mereka yang menjelajahi seluruh pelosok dunia
Islam semisal Ibn Jubayr (w. 1217)
4. Faktor Ekonomi
Kesejahteraan masyarakat masa itu membuka kesempatan bagi setiap orang
untuk mengembangkan diri dan mencapai apa yang diinginkannya. Imam ad-
Dhahabī (w. 1348), misalnya, menuntut ilmu hingga usia 20 tahun dengan biaya
orangtuanya. Namun umumnya, pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk
para penuntut ilmu. Di universitas dan sekolah-sekolah tinggi seperti Nizamiyyah,
Aziziyyah, Mustansiriyyah dan sebagainya, baik staf pengajar maupun pelajar
dijamin kehidupannya oleh badan wakaf masing-masing, sehingga bisa konsentrasi
penuh pada bidang dan karirnya serta produktif menghasilkan karya-karya ilmiah.
Dengan kemakmuran jugalah kaum Muslim dahulu dapat membangun istana-istana
yang megah, perpustakaan-perpustakaan besar dan sejumlah rumah sakit.
5. Faktor Dukungan dan Perlindungan Penguasa Saat Itu.
Para saintis semisal Ibnu Sina, Ibn Tufayl dan at-Tusi berpindah dari satu
tempat ke tempat lain, mengikuti patron-nya. Mereka menjadi penasehat sultan,
dokter istana, atau sekaligus pejabat (Ibn Sina diangkat sebagai menteri oleh
penguasa Hamadan waktu itu).

3. KESIMPULAN
Sejarah peradaban islam terbagi menjadi 3 periode yakni Periode Klasik,
Periode Pertengahan dan Periode Modern.Pada masa pemerintahan daulah
Abbasiyah mengalami puncak kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi,
seperti Geometri, Trigonometri, Musik, Antidote (penawar racun), Ilmu
kedokteran, Filsafat. Sedangkan tokoh-tokoh/para ilmuan yang lahir pada zaman
Abbasiyah.
Ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan IPTEKS di dunia
Islam saat itu yakni Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran
Islam, Motivasi Agama, Faktor Sosial Politik, Faktor Ekonomi, Faktor Dukungan
dan Perlindungan Penguasa Saat Itu.

4. REFERENSI

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), h. 56-59.
Baiquni, A. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi PT Dana Bhakti
Farhana. Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan Media
ilmu. Henra G.kemunduran umat islam dalam IPTEKS
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1982 ), h. 12.
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 12
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, h. 13-14
Prima Yasa. Yogyakarta. 1996.
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Cet. III; Riau: Yayasan Pustaka Riau,
2013), h. 5.
Uli dan Rio L. Dulu Islam Pernah Berjaya
W Wisnu, Arya. Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an

Anda mungkin juga menyukai